1. Definisi
Demam Typhoid adalah suatu penyakit infeksi sistemik bersifatakut yang di
sebabkan
oleh
SalmonellaTyphi.
Penyakit
ini
di
tandai
oleh
panas
2. Klasifikasi
Tipe Demam
Demam septic, sobat badan berangsur naik ke tingkat tinggi pada malam hari dan
turun kembali ke tingkat di atas normal pada pagi hari. Sering di sertai keluhan menggil
dna berkerngat. Bila demam turun ke sobat normal di sebut demam heptik.
Demam remiten, Demam dengan sobat badan yang dapat turun setiap hari namun
tidak mencapai sobat normal. Perbedaan sobat sekitar 2 oC.
Demam intermiten, sobat badan turun ke tingkat normal selama beberapa jam daolam
satu hari. Bila demam ini terjadi setiap 2 hari sekali di sebut Tertiana. Bila terjadi 2 hari
bebas diikuti 2 hari demam di sebut Kuartana.
Demam kontinyu, Terjadi variasi sobat sepanjang hari tidak lebih dari 1oC. Pada
demam yang terus menerus meninggi tiap hari di sebut hiperpireksia.
Demam siklik, Terjadi kenaikan sobat selama beberapa hari yang diikuti periode bebas
demam selama bebrapa hari kemudian diikuti kenaiakan sobat seperti semua.
Selain itu terdapat juga klasifikasi seperti berikut :
Under investigation : yaitu telah ada diterima adanya kasus tertapi informasi yang
telah dikofirmasi
Confirmed: penyakit yang telah dikonfirmasi dengan hasil lab
Not a case: sebuah kasus yang telah diselidiki tetapi tidak memenuhi definisi dari
kasus itu sendiri.
3. Epidemiologi
Sejak awal abad ke 20, insidens demam tifoid menurun di USA dan Eropa
dengan ketersediaan air bersih dan sistem pembuangan yang baik yang sampai saat ini
belum dimiliki oleh sebagian besar negara berkembang. Secara keseluruhan, demam
tifoid diperkirakan menyebabkan 21,6 juta kasus dengan 216.500 kematian pada tahun
2000. Insidens demam tifoid tinggi (>100 kasus per 100.000 populasi per tahun) dicatat
di Asia Tengah dan Selatan, Asia Tenggara, dan kemungkinan Afrika Selatan; yang
tergolong sedang (10-100 kasus per 100.000 populasi per tahun) di Asia lainnya, Afrika,
Amerika Latin, dan Oceania (kecuali Australia dan Selandia Baru); serta yang termasuk
rendah (<10 kasus per 100.000 populasi per tahun) di bagian dunia lainnya.
(Nelwan, 2012)
Sebuah penelitian berbasis populasi yang melibatkan 13 negara di berbagai
benua, melaporkan bahwa selama tahun 2000 terdapat 21.650.974 kasus demam tifoid
dengan angka kematian 10%. Insidens demam tifoid pada anak tertinggi ditemukan
pada kelompok usia 5-15 tahun. Indonesia merupakan salah satu negara dengan
insidens demam tifoid, pada kelompok umur 5-15 tahun dilaporkan 180,3 per 100,000
penduduk.
Demam tifoid dapat menginfeksi semua orang dan tidak ada perbedaan yang
nyata antara insiden pada laki-laki dan perempuan. Insiden pasien demam tifoid
dengan usia 12 30 tahun 70 80 %, usia 31 40 tahun 10 20 %, usia > 40 tahun 5
10 %. Kasus demam tifoid dilaporkan sebagai penyakit endemis di Negara
berkembang, yaitu 95% merupakan kasus rawat jalan sehingga insidensi yang
sebenarnya adalah 15-25 kali lebih besar dari laporan rawat inap di rumah sakit. Kasus
ini tersebar secara merata di seluruh propinsi di Indonesia dengan insidensi di daerah
pedesaan 358/100.000 penduduk/tahun dan di daerah perkotaan 760/100.000
penduduk/tahun atau sekitar 600.000 dan 1.5 juta kasus per tahun. Umur penderita
yang terkena di Indonesia dilaporkan antara 3-19 tahun pada 91% kasus.
Insiden tifoid di Indonesia masih sangat tinggi berkisar 350-810 per 100.000
penduduk. Dari kasus demam tifoid di rumah sakit besar di Indonesia, menunjukkan
angka kesakitan cenderung meningkat setiap tahun dengan rata-rata 500 per 100.000
penduduk. Angka
kematian
diperkirakan
sekitar
0,6-5%
sebagai
akibat
dari
4. Etiologi
Etiologi typhoid adalah Salmonella typhi. Salmonella para typhi A. B dan C. ada
dua sumber penularan salmonella typhi yaitu pasien dengan demam typhoid dan pasien
dengan carier. Carier adalah orang yang sembuh dari demam typhoid dan masih terus
mengekresi salmonella typhi dalam tinja dan air kemih selama lebih dari 1 tahun.
Demam tifoid disebabkan oleh infeksi kuman Salmonella typhi, basil gram
negatif, berflagel (bergerak dengan bulu getar), anaerob, dan tidak menghasilkan spora.
Bakteri tersebut memasuki tubuh manusia melalui saluran pencernaan dan manusia
merupakan sumber utama infeksi yang mengeluarkan mikroorganisme penyebab
penyakit saat sedang sakit atau dalam pemulihan. Kuman ini dapat hidup dengan baik
sekali pada tubuh manusia maupun pada suhu yang lebih rendah sedikit, namun mati
pada suhu 70C maupun oleh antiseptik. (Mansjoer, Arif 1999)
Salmonella Typhi
Salmonella typhi memiliki tiga macam antigen yaitu, antigen O (somatik)
merupakan polisakarida yang sifatnya spesifik untuk grup Salmonella dan berada pada
permukaan organisme dan juga merupakan somatik antigen yang tidak menyebar, H
(flagela) terdapat pada flagella dan bersifat termolabil dan antigen Vi berupa bahan
termolabil yang diduga sebagai pelapis tipis dinding seli kuman dan melindungi antigen
O terhadap fagositosis (Mansjoer et, al 2008). Salmonella typhi biasanya ditularkan
oleh unggas yang terkontaminasi, daging merah, telur, dan susu yang tidak
dipasteurisasi. Juga ditularkan melalui kontak dengan hewan peliharaan yang terinfeksi
seperti kura-kura, reptil.
Adapun beberapa macam dari Salmonella typhi adalah sebagai berikut:
1. Salmonella thyposa, basil gram negative yang bergerak dengan bulu getar,
tidak bersepora mempunyai sekurang-kurangnya tiga macam antigen yaitu:
a. Antigen O(somatic, terdiri dari zat komplek liopolisakarida)
a. Antigen H(flagella)
b. Antigen K(selaput) dan protein membrane hialin.
2. Salmonella parathypi A
3. Salmonella parathypi B
4. Salmonella parathypi C
Salmonella typosa merupakan basil gram negatif yang bergerak dengan bulu
getar, tidak berspora, dan tidak berkapsul. Kebanyakkan strain meragikan glukosa,
manosa dan manitol untuk menghasilkan asam dan gas, tetapi tidak meragikan laktosa
dan sukrosa. Organisme salmonella tumbuh secara aerob dan mampu tumbuh secara
anaerob fakultatif. Kebanyakan spesies resistent terhadap agen fisik namun dapat
dibunuh dengan pemanasan sampai 54,4 C (130 F) selama 1 jam atau 60 C (140
F) selama 15 menit. Salmonella tetap dapat hidup pada suhu ruang dan suhu yang
rendah selama beberapa hari dan dapat bertahan hidup selama berminggu-minggu
dalam sampah, bahan makannan kering, agfen farmakeutika an bahan tinja.
O,antigen
somatik
yang
tidak
menyebar,
terdiri
dari
zat
komplek
5. Faktor resiko
Bassil Salmonela menular melalui makanan dan minuman. Jadi makanan atau
minuman yang dikonsumsi manusia telah tercemar oleh komponen fesesatau urin dari
pengidap tifoid. Beberapa kehidupan manusia yang sangat berperan pada penularan
adalah :
1. Higiene perorangan yang rendah, seperti budaya cuci tangan yang tidak
terbiasa. Hal ini jelas pada anak anak, penyaji makann serta pengasuh
anak.
2. Higiene makanan dan minuman yang rendah
Faktor ini paling berperan pada penularan tifoid. Banyak sekalicontoh
untuk ini diataranya : makanan yang dicuci dengan air yang terkontaminasi
(seperti sayur dan buah buahan ), sayuran yang dipupuk dengan tinja
manusia, makanan yang tercemar dengan debu, sampah, dihinggapi lalat
air minum yang tidak dimasak dan sebagainya.
3. Sanitasi lingkungan yang kumuh dimana pengelola air limbah, kotoran dan
4.
5.
6.
7.
6. Manifestasi Klinis
Kumpulan gejala gejala klinis tifoid disebut sebagai sindrom demam tifoid.
Beberapa gejala klinis yang sering pada tifoid diantaranya adalah:
a. Demam
Demam atau panas adalah gejala utama tifoid. Pada awal sakit,
demamnya kebanyakan awal awal saja, selanjutnya suhu tubuh sering turun
naik. Pagi rendah atau normal, sore dan malam lebih tinggi (demam intermitten).
Dari hari ke hari intensitas demam makin tinggi yang disertai banyak gejala lain
seperti sakit kepala (pusing pusing) yang sering dirasakan di area frontal, nyeri
otot, pegal pegal, insomnia, anoreksia, mual dan muntah. Pada minggu ke 2
intensitas demam makin tinggi, kadang terus menerus (demam kontinyu). Bila
pasien membaik maka pada minggu ke 3 suhu badan berangsur angsur turun
dan dapat normal kembali pada akhir minggu ke 3. Perlu diperhatikan, bahwa
demam khas tifoid tersebut tidak selalu ada. Tipe demam menjadi tidak
beraturan. Hal ini mungkin karena intervensi pengobatan atau komplikasi yang
dapat terjadi lebih awal. Pada anak khususnya balita, demam tinggi dapat
menimbulkan kejang.
b. Gangguan Saluran Pencernaan
Sering ditemukan bau mulut yang tidak sedap karena demam yang lama.
Bibir kering dan kadang kadang pecah pecah. Lidah kelihatan kotor dan
ditutupi selaput putih. Ujung dan tepi lidah kemerahan dan tremor (coated
tongue atau selaput putih), dan pada penderita anak jarang ditemukan. Pada
umumnya sering mengeluh nyeri perut, terutama regio epigastrik (nyeri ulu hati),
disertai nausea, mual, muntah. Pada awal sakit serig konstipasi. Pada minggu
selanjutnya kadang timbul diare.
c. Gangguan Kesadaran
Umumnya terdapat gangguan kesadaran yang kebanyakan berupa
penurunan kesadaran ringan. Sering didapatkan kesadaran apatis. Bila klinis
berat, tak jarang penderita sampai somnolen dan koma atau dengan gejala
psikosis.
d. Hepatosplenomegali
Hati dan limpa, ditemukan sering membesar. Hati terasa nyeri tekan.
e. Bradikardia relative dan gejala lain
Bradikardia relative tidak sering ditemukan, mungkin karena teknis
pemeriksaan yang sulit dilakukan. Bradikardia relative adalah peningkatan suhu
tubuh yang tidak diikuti peningkatan frekuensi nadi. Ptokan yang sering dipakai
adalah bahwa setiap peningkatan suhu 1 oC tidak diikuti peningkatan frekuensi
nadi 8 denyut dalam 1 menit.
(Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2006)
Manifestasi Demam Tifoid berdasarkan masanya:
Masa Inkubasi
Masa inkubasi dapat berlangsung 7-21 hari, walaupun pada umumnya
adalah 10-12 hari. Pada awal penyakit keluhan dan gejala penyakit tidaklah
khas, berupa:
Anoreksia
rasa malas
sakit kepala bagian depan
nyeri otot
lidah kotor
gangguan perut (perut kembung dan sakit)
atau dada bagian bawah, kelihatan memucat bila ditekan. Pada infeksi yang
berat, purpura kulit yang difus dapat dijumpai. Limpa menjadi teraba dan
abdomen mengalami distensi.
-Minggu Kedua
Jika pada minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur meningkat setiap hari,
yang biasanya menurun pada pagi hari kemudian meningkat pada sore atau malam
hari. Karena itu, pada minggu kedua suhu tubuh penderita terus menerus dalam
keadaan tinggi (demam). Suhu badan yang tinggi, dengan penurunan sedikit pada pagi
hari berlangsung. Terjadi perlambatan relatif nadi penderita. Yang semestinya nadi
meningkat bersama dengan peningkatan suhu, saat ini relative nadi lebih lambat
dibandingkan peningkatan suhu tubuh. Gejala toksemia semakin berat yang ditandai
dengan keadaan penderita yang mengalami delirium. Gangguan pendengaran
umumnya terjadi. Lidah tampak kering,merah mengkilat. Nadi semakin cepat
sedangkan tekanan darah menurun, sedangkan diare menjadi lebih sering yang
kadang-kadang berwarna gelap akibat terjadi perdarahan. Pembesaran hati dan limpa.
Perut kembung dan sering berbunyi. Gangguan kesadaran. Mengantuk terus menerus,
mulai kacau jika berkomunikasi dan lain-lain.
- Minggu Ketiga
Suhu tubuh berangsung-angsur turun dan normal kembali di akhir minggu. Hal
itu jika terjadi tanpa komplikasi atau berhasil diobati. Bila keadaan membaik, gejala
gejala akan berkurang dan temperature mulai turun. Meskipun demikian justru pada
saat ini komplikasi perdarahan dan perforasi cenderung untuk terjadi, akibat lepasnya
kerak dari ulkus. Sebaliknya jika keadaan makin memburuk, dimana toksemia
memberat dengan terjadinya tanda-tanda khas berupa delirium atau stupor,otot-otot
bergerak terus, inkontinensia alvi dan inkontinensia urin. Meteorisme dan timpani masih
terjadi, juga tekanan abdomen sangat meningkat diikuti dengan nyeri perut. Penderita
kemudian mengalami kolaps. Jika denyut nadi sangat meningkat disertai oleh peritonitis
lokal maupun umum, maka hal ini menunjukkan telah terjadinya perforasi usus
sedangkan keringat dingin,gelisah,sukar bernapas dan kolaps dari nadi yang teraba
denyutnya member gambaran adanya perdarahan. Degenerasi miokardial toksik
merupakan penyebab umum dari terjadinya kematian penderita demam tifoid pada
minggu ketiga.
-Minggu keempat
Merupakan stadium penyembuhan meskipun pada awal minggu ini dapat
dijumpai adanya pneumonia lobar atau tromboflebitis vena femoralis. (Inawati,2009)
Keterangan
Roseola spot adalah bintik-bintik kemerahan pada kulit karena adanya emboli
basil (kuman) dalam kapiler kulit, biasa ditemukan pada punggung dan anggota gerak.
Hidung berdarah (Kedokteran: epistaksis atau Inggris: epistaxis) atau mimisan
adalah satu keadaan pendarahan dari hidung yang keluar melalui lubang hidung
7. Pemeriksaan diagnostik
1. Pemeriksaan Hematologi
atau perforasi
Hitung jenis leukosit sering neutropenia dengan limfositosis relatif
Anemia ringan, LED meningkat
Jumlah trombosit normal atau menurun (trombositopenia)
Dalam minggu pertama biakan darah Salmonella typhi positif 75 85 %
2. Urinalisis
Protein : bervariasi dari negatif sampai positif (akibat demam)
Leukosit dan eritrosit normal, bila meningkat kemungkinan terjadi penyulit
3. Kimia Klinik
4. Imunologi
Reaksi widal
Pemeriksaan widal adalah salah satu pemeriksaan serologi yang bertujuan untuk
menegakan diagnosa demam tipoid.Uji widal positif artinya ada zat anti (antibodi)
terhadap
kuman
Salmonella,
menunjukkan
bahwa
seseorang
pernah
dan
hasilnyapun
dapat
diketahui
dengan
segera.
acuan
pemeriksaan
yg
spesifik
terhadap
penyakit
tipoid.
menentukan
seseorang
menderita
demam
tifoid
1. Tetap harus didasarkan adanya gejala yang sesuai dengan penyakit tifus.
2. Uji
widal
hanya
sebagai
pemeriksaan
yang
menunjang
diagnosis.
Memang terdapat kesulitan dalam interpretasi hasil uji widal karena kita tinggal di
daerah endemik,yang mana sebagian besar populasi sehat juga pernah kontak atau
terinfeksi, sehingga menunjukkan hasil uji widal positif. Hasil survei pada orang
sehat di Jakarta pada 2006 menunjukkan hasil uji widal positif pada 78% populasi
orang dewasa. Untuk itu perlu kecermatan dan kehatihatian dalam interpretasi hasil
pemeriksaan widal.
Penilaian
Titer widal biasanya angka kelipatan : 1/32 , 1/64 , 1/160 , 1/320 , 1/640.
o Peningkatan titer uji Widal 4 x (selama 2-3 minggu) : dinyatakan (+).
o Titer 1/160 : masih dilihat dulu dalam 1 minggu kedepan, apakah ada kenaikan
titer. Jika ada, maka dinyatakan (+).
o Jika 1 x pemeriksaan langsung 1/320 atau 1/640, langsung dinyatakan (+) pada
pasien dengan gejala klinis khas.
o Uji Widal didasarkan pada :
- Antigen O ( somatic / badan )
- Antigen H ( flagel/semacam ekor sebagai alat gerak )
o Jika masuk ke dalam tubuh kita, maka timbul reaksi antigen-antibodi. ANTIBODI
terhadap :
Uji
memiliki
tingkat
sensitivitas
dan
spesifitas
sedang
(moderate).
Pada kultur yang terbukti positif, uji Widal yang menunjukkan nilai negatif bisa
mencapai 30 persen.
Beberapa keterbatasan uji Widal ini adalah:
1. Negatif Palsu
Pemberian antibiotika yang dilakukan sebelumnya (ini kejadian paling sering di
negara kita, demam di beri antibiotika tidak sembuh dalam 5 hari
dilakukan test Widal) menghalangi respon antibodi.
Padahal
sebenarnya
bisa
positif
jika
dilakukan
kultur
darah.
2. Positif Palsu
Beberapa jenis serotipe Salmonella lainnya (misalnya S. paratyphi A, B, C)
memiliki antigen O dan H juga, sehingga menimbulkan reaksi silang dengan jenis
bakteri lainnya, dan bisa menimbulkan hasil positif palsu (false positive).
Padahal sebenarnya yang positif kuman non S. typhi (bukan tifoid).
Beberapa penyakit lainnya : malaria, tetanus, sirosis, dll. .
Faktor faktor Yang mempengaruhi reaksi widal :
Terlihat jelas sakit dan kondisi serius tanpa sebab yang jelas
Delirium
Hepatosplenomegali
Dapat timbul dengan tanda yang tidak tipikal terutama pada bayi muda
sebagai penyakit demam akut dengan disertai syok dan hipotermi.
8. Penatalaksanaan
Terapi pada demam tifoid adalah untuk mencapai keadaan bebas demam dan
gejala, mencegah komplikasi, dan menghindari kematian. Yang juga tidak kalah penting
adalah eradikasi total bakeri untuk mencegah kekambuhan dan keadaan carrier.
resistensi
antibiotik
yaitu
resisten
terhadap
antibiotik
kelompok
Selain pemberian antibiotik, penderita perlu istirahat total serta terapi suportif.
Yang diberikan antara lain cairan untuk mengkoreksi ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit dan antipiretik. Nutrisi yang adekuat melalui TPN dilanjutkan dengan diet
makanan yang lembut dan mudah dicerna secepat keadaan mengizinkan. ()
Menurut KEMENKES tahun 2006, penatalaksanaan typoid ada 2 macam yaitu
penatalaksanaan diagnosis dan penatalaksanaan pengobatan dan perawatan.
a. Penatalaksanaan diagnosis
- Diagnosis klinis
Gejala yang sering ditemukan pada tipoid adalah:
Diagnosis etiologik
Untuk mendeteksi basil salmonella dari dalam darah atau sumsum tulang. 3
cara untuk mendiagnosis etiologik yaitu biakan salmonella typhi, pemeriksaan
pelacak DNA salmonella typhi dengan PCR, dan bila hasil biakan tidak
radiologi.
b. Penatalaksanaan pengobatan dan perawatan
- Perawatan umum dan nutrisi
1) Tirah baring
Penderita yang dirawat harus tirah baring untuk menghindari komplikasi
terutama pendarahan perforasi. Bila klinis berat, pasien bedrest total. Bila
terjadi penurunan kesadaran maka posisi tidur harus sering diubah-ubah
untuk menghindari komplikasi pneumonia hipostatik dan dekubitus. Bila
pasien membaik, maka dilakukan mobilisasi secara bertahap untuk
memulihkan kekuatan penderita.
2) Nutrisi
Cairan
Penderita harus mendapat cairan yang cukup, baik secara oral
maupun parental. Dosis cairan parental adalah sesuai dengan
kebutuhan harian (tetesan rumatan). Bila ada komplikasi dosis
biasa.
Terapi simptomatik
Dapat diberikan dengan pertimbangan untuk perbaikan keadaan
umum penderita. Roboransia/ vitamin, antipiretik, dan anti emetik.
ampisilin
dengan
kloramfenikol.
Pemberian
irreversible.
3) Pendarahan dan perforasi
Dirawat secara intensif
Dipertimbangkan tranfusi
darah
bila
telah
adanya
indikasi
pendarahan akut.
Bila perforasi:
Rawat bersama dengan dokterbedah
Operasi cito bila ada indikasi.
Beri antibiotik spektrum luas untuk terapi typoid dan infeksi
cairan.
4) Komplikasi lain
Komplikasi diobati sesuai indikasi. Disamping itu obat-obatan dan
prosedure perawatan definitif untuk typoid tetap diberikan.
9. Komplikasi
Komplikasi demam tifoid dapat dibagi atas dua bagian, yaitu :
1.Komplikasi intestinal
a. Perdarahan intestinal
Pada usus yang terinfeksi (terutama ileus terminalis) dapat terbentuk tukak/luka
berbentuk lonjong dan memanjang terhadap sumbu usus. Bila luka menembus
lumen usus dan mengenai pembuluh darah maka terjadi perdarahan.
Selanjutnya bila tukak menembus dinding usus maka perforasi dapat terjadi.
Selain karena faktor luka, perdarah juga dapat terjadi akibat gangguan koagulasi
darahatau gabungan kedua faktor. Sekitar 25% penderita demam tifoid dapat
mengalami perdarahan minor yang tidak membutuhkan transfusi darah.
Perdarahan hebat dapat terjadi hingga penderita mengalami syok. Secara klinis
perdarahan akut darurat bedah ditegakkan bila perdarahan sebanyak 5
ml/kgBB/jam dengan faktor hemostatis dalam batas normasl.
b. Perforasi usus
Biasanya terjadi pada minggu ketiga namun dapat pula terjadi pada minggu
pertama. Penderita demam tifoid dengan perforasi mengeluh nyeri perut yang
hebat terutama di daerah kuadran kanan bawahyang kemudian menyebar ke
seluruh perut dan disertai dengan tanda-tanda ileus. Bising usus melemah pada
50% penderita dan pekak hati terkadang tidak ditemukan karena adanya udara
bebas di abdomen. Tanda-tanda perforasi lainnya adalah nadi cepat, tekanan
darah turun, dan bahkan syok. Leukositosis dengan pergeseran ke kiri dapat
menyokong adanya perforasi. Bila pada gambaran foto polos abdomen (BNO/3
posisi) ditemukan udara pada rongga atau peritoneum atau subdiafragma kanan,
maka hal ini merupakan nilai yang cukup menentukan terdapatnya perforasi
usus.
2.Komplikasi ekstraintestinal
a. Komplikasi hematologi
Komplikasi
hematologik
peningkatan
protrombin
peningkatan
fibrin
berupa
time,
degradation
trombositopenia,
peningkatan
product
partial
sampai
hipofibrino-genemia,
tromboplastin
koagulasi
time,
intravaskular
sistem
imun
yang
kurang.
Meskipun
sangat
jarang,
komplikasi
10. Pencegahan
Pencegahan dibagi menjadi beberapa tingkatan sesuai dengan perjalanan
penyakit, yaitu pencegahan primer, pencegahan sekunder, dan pencegahan tersier.
1) Pencegahan Primer
Pencegahan primer merupakan upaya untuk mempertahankan orang yang
sehat agar tetap sehat atau mencegah orang yang sehat menjadi sakit.Pencegahan
primer dapat dilakukan dengan cara imunisasi dengan vaksin yang dibuat dari
strain Salmonella typhi yang dilemahkan. Di Indonesia telah ada 3 jenis vaksin
tifoid, yaitu :
a. Vaksin oral Ty 21 a Vivotif Berna. Vaksin ini tersedia dalam kapsul yang diminum
selang sehari dalam 1 minggu satu jam sebelum makan. Vaksin ini kontraindikasi
pada wanita hamil, ibu menyusui, demam, sedang mengkonsumsi antibiotik .
Lama proteksi 5 tahun.
b. Vaksin parenteral sel utuh : Typa Bio Farma. Dikenal 2 jenis vaksin yakni, K
vaccine (Acetone in activated) dan L vaccine (Heat in activated-Phenol
preserved). Dosis untuk dewasa 0,5 ml, anak 6 12 tahun 0,25 ml dan anak 1
5 tahun 0,1 ml yang diberikan 2 dosis dengan interval 4 minggu. Efek
samping adalah demam, nyeri kepala, lesu, bengkak dan nyeri pada tempat
suntikan. Kontraindikasi demam,hamil dan riwayat demam pada pemberian
pertama.
c. Vaksin polisakarida Typhim Vi Aventis Pasteur Merrieux. Vaksin diberikan secara
intramuscular dan booster setiap 3 tahun. Kontraindikasi pada hipersensitif,
hamil, menyusui, sedang demam dan anak umur 2 tahun. Indikasi vaksinasi
adalah bila hendak mengunjungi daerah endemik, orang yang terpapar dengan
penderita karier tifoid dan petugas laboratorium/mikrobiologi kesehatan.
Mengkonsumsi
makanan
sehat
agar
meningkatkan
daya
tahan
tubuh,
memberikan pendidikan kesehatan untuk menerapkan prilaku hidup bersih dan sehat
dengan cara budaya cuci tangan yang benar dengan memakai sabun, peningkatan
higiene makanan dan minuman berupa menggunakan cara-cara yang cermat dan
bersih dalam pengolahan dan penyajian makanan, sejak awal pengolahan, pendinginan
sampai penyajian untuk dimakan, dan perbaikan sanitasi lingkungan.
2) Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan cara mendiagnosa penyakit
secara dini dan mengadakan pengobatan yang cepat dan tepat. Untuk mendiagnosis
demam tifoid perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium. Ada 3 metode untuk
mendiagnosis penyakit demam tifoid, yaitu :
a. Diagnosis klinik
Diagnosis klinis penyakit ini sering tidak tepat, karena gejala kilinis yang khas
pada demam tifoid tidak ditemukan atau gejala yang sama dapat juga ditemukan pada
penyakit lain. Diagnosis klinis demam tifoid sering kali terlewatkan karena pada
penyakit dengan demam beberapa hari tidak diperkirakan kemungkinan diagnosis
demam tifoid.
b. Diagnosis mikrobiologik/pembiakan kuman
Metode diagnosis mikrobiologik adalah metode yang paling spesifik dan lebih
dari 90% penderita yang tidak diobati, kultur darahnya positip dalam minggu pertama.
Hasil ini menurun drastis setelah pemakaian obat antibiotika, dimana hasil positip
menjadi 40%. Meskipun demikian kultur sum-sum tulang tetap memperlihatkan hasil
yang tinggi yaitu 90% positip. Pada minggu-minggu selanjutnya hasil kultur darah
menurun, tetapi kultur urin meningkat yaitu 85% dan 25% berturut-turut positip pada
minggu ke-3 dan ke-4. Organisme dalam tinja masih dapat ditemukan selama 3 bulan
dari 90% penderita dan kira-kira 3% penderita tetap mengeluarkan kuman Salmonella
typhi dalam tinjanya untuk jangka waktu yang lama.
c. Diagnosis serologik
c.1. Uji Widal
Uji Widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi
(aglutinin). Aglutinin yang spesifik terhadap Salmonella typhi terdapat dalam serum
penderita demam tifoid, pada orang yang pernah tertular Salmonella typhi dan pada
orang yang pernah mendapatkan vaksin demam tifoid.Antigen yang digunakan pada uij
Widal adlah suspensi Salmonella typhiyang sudah dimatikan dan diolah di laboratorium.
Tujuan dari uji Widal adalah untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum penderita
yang diduga menderita demam tifoid.
Dari ketiga aglutinin (aglutinin O, H, dan Vi), hanya aglutinin O dan H yang
ditentukan titernya untuk diagnosis. Semakin tinggi titer aglutininnya, semakin besar
pula kemungkinan didiagnosis sebagai penderita demam tifoid. Pada infeksi yang aktif,
titer aglutinin akan meningkat pada pemeriksaan ulang yang dilakukan selang waktu
paling sedikit 5 hari. Peningkatan titer aglutinin empat kali lipat selama
2 sampai 3 minggu memastikan diagnosis demam tifoid.
Interpretasi hasil uji Widal adalah sebagai berikut :
a. Titer O yang tinggi ( > 160) menunjukkan adanya infeksi akut
b. Titer H yang tinggi ( > 160) menunjukkan telah mendapat imunisasi atau pernah
menderita infeksi
c. Titer antibodi yang tinggi terhadap antigen Vi terjadi pada carrier.
obat
imunosupresif
atau
kortikosteroid
dapat
menghambat
pembentukan antibodi.
f. Vaksinasi
Pada orang yang divaksinasi demam tifoid, titer aglutinin O dan H meningkat.
Aglutinin O biasanya menghilang setelah 6 bulan sampai 1 tahun, sedangkan
titer aglutinin H menurun perlahan-lahan selama 1 atau 2 tahun. Oleh karena itu
titer aglutinin H pada seseorang yang pernah divaksinasi kurang mempunyai nilai
diagnostik.
g. Infeksi klinis atau subklinis oleh Salmonella sebelumnya
Keadaan ini dapat menyebabkan uji Widal positif, walaupun titer aglutininnya
rendah. Di daerah endemik demam tifoid dapat dijumpai aglutinin pada orangorang yang sehat.
2. Faktor-faktor teknis
a. Aglutinasi silang
Karena beberapa spesies Salmonella dapat mengandung antigen O dan H yang
sama, maka reaksi aglutinasi pada satu spesies dapat juga menimbulkan reaksi
aglutinasi pada spesies lain. Oleh karena itu spesies Salmonella penyebab
infeksi tidak dapat ditentukan dengan uji widal.
b. Konsentrasi suspensi antigen
Konsentrasi
suspensi
antigen
yang
digunakan
pada
uji
widal
akan
mempengaruhi hasilnya.
c. Strain salmonella yang digunakan untuk suspensi antigen
Daya aglutinasi suspensi antigen dari strain salmonella setempat lebih baik
daripada suspensi antigen dari strain lain.
c.2. Uji Enzym-Linked Immunosorbent Assay (ELISA)
a. Uji ELISA untuk melacak antibodi terhadap antigen Salmonella typhi belakangan ini
mulai dipakai. Prinsip dasar uji ELISA yang dipakai umumnya uji ELISA tidak langsung.
Antibodi yang dilacak dengan uji ELISA ini tergantung dari jenis antigen yang dipakai.
b. Uji ELISA untuk melacak Salmonella typhiDeteksi antigen spesifik dari Salmonella
typhi dalam spesimen klinik
diagnosis demam tifoid secara dini dan cepat. Uji ELISA yang sering dipakai untuk
melacak adanya antigen Salmonella typhi dalam spesimen klinis, yaitu double antibody
sandwich ELISA.
Pencegahan sekunder dapat berupa :
a.
b.
sakit atau sarana kesehatan lain yang ada fasilitas perawatan.Penderita yang dirawat
harus tirah baring dengan sempurna untuk mencegah komplikasi, terutama perdarahan
dan perforasi. Bila klinis berat, penderita harus istirahat total. Bila penyakit membaik,
maka dilakukan mobilisasi secara bertahap, sesuai dengan pulihnya kekuatan
penderita.
Nutrisi pada penderita demam tifoid dengan pemberian cairan dan diet.
Penderita harus mendapat cairan yang cukup, baik secara oral maupun
parenteral. Cairan parenteral diindikasikan pada penderita sakit berat, ada komplikasi
penurunan kesadaran serta yang sulit makan. Cairan harus mengandung elektrolit dan
kalori yang optimal.
Sedangkan diet harus mengandung kalori dan protein yang cukup. Sebaiknya
rendah serat untuk mencegah perdarahan dan perforasi. Diet untuk penderita tifoid
biasanya diklasifikasikan atas : diet cair, bubur lunak, tim dan nasi biasa.
c. Pemberian anti mikroba (antibiotik)
Anti
mikroba
(antibiotik)
segera
diberikan
bila
diagnosa
telah
dibuat.
Daftar Pustaka
Murtidjo, Bambang. 1992. pengendalian hama dan penyakit ayam. jakarta :
kanisius. ritreived 28 februari 2015 from books.google.co.id
Satari, H. I & Sidabutar, S. 2010. Pilihan Terapi Empiris Demam Tifoid pada
Anak: Kloramfenikol atau Seftriakson? Vol 11 (6). Departemen Ilmu Kesehatan Anak,
RS Dr Cipto Mangunkusumo, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
Nelwan. 2012. Tata Laksana Terkini Demam Tifoid. Divisi Penyakit Tropik dan
Infeksi Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Vol 39 (4). Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, Jakarta
Mansjoer, Arif 1999, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Media Aesculapis,
Jakarta.
Surat
Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
364/MENKES/SK/V/2006
Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia.
2006.
Pedoman
Universitas
Wijaya
Kusuma
Surabaya.
Online.