ITS NonDegree 10329 Presentation

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 36

Tugas Akhir TM 090340

RANCANG BANGUN ALKALINE FUEL CELL (AFC)


DENGAN ELEKTRODA STAINLESS STEEL,
ALUMUNIUM, BESI, DAN SENG
Oleh :

Alda Bagas Setiawan


2106 030 007
Dosen Pembimbing : Ir. Denny M.E. Soedjono
D3 Teknik Mesin
Fakultas Teknologi
Industri
Institut Teknologi
Sepuluh Nopember
Surabaya
2010

1.1Latar Belakang:
Kebutuhan manusia akan peralatan penghasil energi yang bebas
polusi, mudah diaplikasikan, serta fleksibel, juga dapat digunakan
sebagai energi cadangan di luar ketergantungan kita terhadap
energi yang selama ini disuplai oleh negara.
Pada tahun 1839, William Grove memperkenalkan fuelcell untuk
pertama kalinya. Prinsip kerja dari fuel cell adalah kebalikan dari
proses elektrolisis. Elektrolisis adalah proses pemisahan H2O
Menjadi H2 dan O2. Sedangkan prinsip kerja Fuel cell adalah
menggabungkan H2 dan O2 untuk membentuk H2O.
Emisi yang dihasilkan oleh Fuel cell jauh lebih kecil daripada
emisi mesin berbahan bakar fosil sehingga ramah terhadap
lingkungan. Daya yang dihasilkan dari fuel cell bisa mencapai 2 Kw
sehingga dapat dimanfaatkan sebagai energi listrik cadangan yang
fleksibel serta aplikatif. Fuelcell juga mempunyai nilai efisiensi
yang baik hingga mencapai 70%.
Mencari bahan pengganti dari elektroda platina yang saat ini
digunakan pada Alkaline Fuel Cell dimana harga platina sangatlah
mahal.

BAB I

1.2 Perumusan Masalah:

 Perencanaan dan rancang bangun pembuatan Alkaline Fuel Cell (AFC) sederhana.
 Tegangan yang dihasilkan masing masing elektroda ( Stainless steel, alumunium,
besi, dan seng)
 Efisiensi tiap elektroda
 Dampak dari penggunaan masing- masing elektroda
 Perbandingan besar tegangan dan efiensi yang dihasilkan dari keempat elektroda
(stainless steel, alumunium, besi, dan seng) dengan elektroda tembaga yang telah
diuji sebelumnya yang menghasilkan listrik maksimum sebesar 0,04Volt dan Efisiensi
aktual sebesar 3,1%

BAB I

1.3 Tujuan :
 Dapat diketahui bagaimana cara merencanakan dan membuat
Alkaline Fuel Cell (AFC) sederhana.
 Dapat diketahui besar tegangan yang dihasilkan fuelcell dari
masing- masing elektroda. (stainless steel, alumunium, besi dan
seng)
 Efisiensi fuelcell dari masing- masing elektroda
 Dampak dari pemakaian elektroda
 Dari beberapa parameter di atas, maka dapat diambil kesimpulan
bahan mana yang paling baik untuk dijadikan pengganti elektroda
platina pada Alkaline Fuel Cell (AFC)
1.4 Batasan Masalah :
 Hidrogen dan oksigen bertekanan 1 atm
 Aliran hidrogen dan oksigen yang masuk steady flow
 Efisiensi
 Hidrogen dan oksigen yang dimasukkan murni

BAB I

2.1 Definisi Fuel Cell :


Fuel cell adalah suatu alat elektrokimia yang mempunyai pinsip kerja
yaitu merubah energi kimia dari bahan kimia diubah secara langsung menjadi
energi listrik.

2.2 Elemen Fuel Cell (AFC) :


Elektroda (Platina, Stainless steel, alumunium, besi, seng)
Elektrolit (KOH)
Bahan bakar (Hidrogen) dan pengoksidasinya (Oksigen)
BAB II

2.3 Prinsip kerja Fuel Cell :


A+B
C + H
A = Bahan bakar
C = hasil reaksi

B = Pengoksidasi
H = Panas reaksi

2.3.1 Urutan proses reaksi :


Anoda
Katoda

:A
A+n + ne: B + ne- + A+
C

Reaksi total

:A+B

C + Energi panas + listrik

2.3.2 Reaksi Sel :


Anoda
Katoda

: H2
2H+ + 2e: O2 + 2H+ + 2e-

Reaksi

: H2 + O2

H2O(gas)

H2O(gas) + panas + listrik.

BAB II

2.4 Jenis Fuel Cell :


Alkaline Fuel Cell (AFC )
Direct Methabol Fuel cell (DMFC)
Moltene Carbonate Fuel Cell (MCFC)
Proton Exchange Membrane Fuel Cell, juga
disebut Proton Elektrolit membrane Fuel Cell
(PEMFC)
Solid Oxide Fuel Cell (SOFC)
Zinc Air Fuel Cell (ZAFC)
Microbial Fuel Cell (MFC)
Phosporic Acid Fuel Cell (PAFC)

BAB II

2.5 Produksi Hidrogen :


a. Proses Ekstrasksi gas alam
b. Elektrolisis

Gambar 2.15 proses pembuatan hidrogen dengan ekstraksi gas alam

BAB II

Gambar 2.16 proses elektrolisis

 Proses ini membutuhkan aliran listrik

BAB II

3.1 Diagram Alir :

Mulai

Studi Literatur

Perancangan model fuel cell

Pemilihan Bahan
Perakitan alat
Pengujian alat

Data percobaan

Hasil

Tidak

Perbaikan Model

Selesai

Gambar 3.1 Diagram alur metodologi pengujian

BAB III

3.2 Persiapan sebelum pengujian alat :


Membuat wadah elektrolisis dan wadah fuel cell
Mempersiapkan elektroda dan dibentuk sesuai
dengan dimensi yang telah ditentukan
Mempersiapkan larutan KOH dengan konsentrasi
10% dan 30%
Termometer
Voltmeter
Sarung tangan

BAB III

Tata cara melakukan percobaan adalah sebagai


berikut:
Pakai sarung tangan lebih dahulu
Tuangkan larutan KOH ke dalam wadah fuelcell
yang telah dibuat
Pasangkan plat elektroda pada tutup wadah
fuelcell yang telah dipasangkan
Hubungkan charger pada istrik agar proses
elektrolisis dimulai
Tunggu hingga gas hidrogen terkumpul (dalam
percobaan ini, tiap elektroda diberi waktu 5
menit sebelum diukur)
Ukur besar tegangan dan temperatur yang
dihasilkan
Percobaan ini dilakukan bergantian untuk tiap
elektroda
Setelah empat elektroda diuji dan didapatkan
datanya, maka dilakukan penggantian larutan
dengan konsentrasi yang berbeda ( setelah 10%
kemudian diganti dengan 30%) dan dilakukan
kembali pengujian seperti urutan di atas.

BAB III

Data yang diperoleh dari percobaan menggunakan larutan dengan konsentrasi 10 % :

Material
Elektroda

Tegangan
yang
dhasilkan
(Volt)

Temperatur
yang
dihasilkan
(OC)

Keterangan

Stainless Steel

7,2

42

Tidak bereaksi

Alumunium

2,85

43

Bereaksi
(sebagian
material
elektroda ikut
terlarut dalam
KOH)

Besi

5,4

44

Bereaksi

Seng

2,6

40

Bereaksi

Data yang diperoleh dari percobaan menggunakan larutan dengan konsentrasi 30% :
Material Elektroda

Tegangan yang
dhasilkan ( Volt)

Temperatur yang
dihasilkan (OC)

Keterangan

Stainless Steel

7,5

45

Tidak bereaksi

Alumunium

4,2

65

Bereaksi (sebagian
material elektroda ikut
terlrut dalam KOH)
Terdapat endapan
logam berwarna hitam
dan merubah warna
larutan KOH
Terjadi kenaikan
temperatur yang tinggi
akibat alumunium
bereaksi dengan larutan
KOH

Besi

5,8

46

Bereaksi ( terjadi
perubahan warna pada
plat besi akibat
sebagian material
terlarut dalam KOH)

Seng

4,1

43

Bereaksi ( Terdapat
endapan logam pada
larutan)
Merubah warna
menjadi sedikit keruh

1.Plat alumunium

Keterangan :
Pada saat alumunium dicelupkan ke dalam larutan KOH, terjadi reaksi dengan ditandai dengan terjadinya gelembung- gelembung kecil.
Muncul endapan berwarna hitam pada larutan KOH
Pada saat penambahan konsentrasi (dari 10% menjadi 30%) terjadi kenaikan temperature yang cukup signifikan yaitu 43oC naik menjadi 65oC.
Plat berubah warna menjadi kehitaman seperti yang ditunjukkan pada gambar di atas

2.Plat seng :

Keterangan :
Terjadi perubahan warna pada larutan KOH menjadi keruh namun tidak sepekat yang terjadi pada plat alumunium
Muncul endapan berwarna hitam seperti yang terjadi alumunium namun tidak sebanyak yang terjadi pada plat alumunium
Terjadi perubahan warna pada plat menjadi hitam seperti yang ditunjukkan gambar di atas

3.Plat besi :

Keterangan :
Warna pada plat besi berubah menjadi lebih bersih dan mengkilap
Korosi yang menempel pada besi menjadi hilang.

4. Plat stainless steel:

Keterangan:
Tidak terjadi perubahan warna pada plat stainless steel

Grafik konsentrasi larutan terhadap temperatur


70

65

60
51

Temperatur (OC)

50

45

46

44

42

43
40

40

30

20

10

0
Stainless steel

Alumunium
Larutan 10%

Besi
Larutan 30%

Seng

Grafik konsentrasi larutan terhadap tegangan yang dihasilkan


8

7.5
7.2

5.8

6
5.4

Tegangan (Volt)

5
4.2
3.9

4
2.85

2.6

0
Stainless steel

Alumunium
Larutan 10%

Besi
Larutan 30%

Seng

Grafik konsentrasi larutan terhadap efisiensi yang dihasilkan


80
75
72
70

58

60
54

act (%)

50
42
38

40

28

30

26

20

10

0
Stainless steel

Alumunium
Larutan 10%

Besi
Larutan 30%

Seng

Kesimpulan:
Nilai efisiensi sel berbanding lurus dengan tegangan listrik
yang dihasilkan, makin besar tegangan listrik yang
dihasilkan, makin besar pula nilai efisiensi yang dimiliki
fuelcell.
Dari keempat elektroda yang diuji, stainless steel
menghasilkan tegangan listrik yang paling tinggi ( 7,5Volt)
dan mempunyai efisiensi yang paling tinggi (act= 75).
Selain itu , stainless steel juga tidak mengalami kerusakan
seperti yang terjadi pada ketiga elektroda lainnya.
Stainless steel dapat dijadikan elektroda pengganti
elektroda platina.

BAB V

Terima Kasih

Wassalaamuallaikum Warohmatullohi Wabarrakatuh

Pembuatan Larutan KOH konsentrasi 10% dan 30%:


Konsentrasi Larutan =

volume KOH
volume total
Kita ambil contoh perhitungan pada larutan dengan konsentrasi 10%, cara
pembuaannya adalah sebagai berikut :
Konsentrasi = 10% = 0,1
Volume total = 1,2 liter (1,2 dm3)
Maka,
Volume KOH = 0,1 x 1,2 dm3 = 0,12 dm3
Diasumsikan bahwa 1 liter air = 1 kg, maka volume KOH = 120 gram
KOH yang tersedia di pasaran biasanya berbentu kristal, sehingga
untuk membuat volume KOH sebesar 0,12 dm3 maka perlu kita ketahui
massa jenis dari KOH, massa jenis tersebut dapat kita ketahui dari table 3.1
2,044 gram/cm3 = massa KOH/ 120 cm3
Massa KOH = 245,28 gram

Gambar 3.2 Wadah fuelcell untuk pengujian elektroda

Gambar 3.3 Wadah tempat elektrolisis

Gambar 3.4 Charger sumber arus listrik

BAB III

Pada perhitungan ini, data yang kita ambil adalah data dari elektroda besi.
Karena elektroda besi menghasilkan listrik yang besar, juga karena suhu yang dihasilkan tidak begitu tinggi.
Diketahui :
T = 46oC + 273 = 319K
V = 5,8 Volt
Asumsi :
Hidrogen bertekanan 1atm
Oksigen bertekanan 1,1 atm
Produk uap bertekanan 1 atm
Dari tabel 3.1 didapatkan data :
Pada tekanan 1 atm dan temperatur 25oC (pada kondisi standard):
G(uap)= 298,13
H(uap) = 241,83
H(air) = 285,83
Dengan menggunakan data di atas, kemudian dilakukan interpolasi dari tabel 3.1 (Lampiran) maka didapatkan data sebagai berikut:
Data uap air:
Gf(H2O) = 302,09

Hf(H2O) =241,124
Sf(H2O)= 191,1015
Data Hidrogen:

Hf(H2) =0,601
Sf(H2)= 132,627
Data Oksigen:

Hf(O2)= 0,595
Sf(O2)= 207,036

Dengan mengguakan rumus reaksi sebagai berikut:


Anoda
; 2H2 + 4OH4H2O + 4eKatoda
: 2H2O + O2+ 4e4OHReaksi sel

: H2 + O2

H2O(gas) + panas + listrik

G = H - T
S
H
= Hf (H2O(gas)) (Hf(H2) + (0,5)Hf(O2))
= 241,124 - (0,601 ) + (0,5) 0,595 )
= 241,124

- 0,8985

= 240,2255
S

= Sf (H2O(gas)) (Sf(H2) + (0,5)Sf(O2))


= 191,1015

(132,627

= 191,1015

- 238,145

= -47,0435

+ (0,5)207,036

T
S

= 319K x 47,0435
= -15.006,8765

= 240,2255

= nFy Eog

EoG

+15.006,8765

=
=1,323Volt

= 1,323Volt +
= 1,323Volt 0,5496Volt
= 0,7735Volt

.ln

= 255,23238

Efisiensi Maksimum:
=
max=
Sedangkan G = H - TS
Maka,
max = 1max = 1
= 1 0,0624
= 0,937 = 93,7%

Efisiensi Aktual:
act=
act =
=
= 0,582
= 58,2%

Gambar 3.5 Dimensi plat elektroda

Gambar 3.6 Cara pengujian elektroda

Alkaline Fuel Cell (AFC) menggunakan alkaline potassium


hydroxide (KOH) sebagai elektrolit, peralatan ini dapat menghasilkan
efisiensi sampai 70%. Alkaline Fuel Cell mempunyai biaya yang relatif
mahal, sehingga tidak dipakai untuk keperluan komersial.
Dalam sel ini ion hidroksil (OH-) berpindah tempat dari anoda ke
katoda. Pada anoda gas hidrogen bereaksi dengan ion OH- untuk
menghasilkan proton dan melepaskan elektron. Elektron yang dihasilkan
pada anoda menyuplai energi listrik ke sebuah sirkuit eksternal kemudian
kembali ke katoda. Pada katoda, elektron bereaksi dengan oksigen dan air
untuk menghasilkan lebih banyak ion OH- yang menyebar ke dalam
elektrolit.

Anda mungkin juga menyukai