PENDAHULUAN
1.1
Ekstraksi Metalurgi
Untuk menghasilkan logam dari bijihnya, diperlukan suatu proses ekstraksi
metalurgi. Karena di alam bijih logam umumnya dalam bentuk oksida dan sulfida,
maka untuk menghasilkan logam diperlukan reaksi reduksi dan oksidasi. Proses
ekstraksi metalurgi terbagi menjadi tiga jalur, yaitu proses hidrometalurgi,
pirometalurgi, dan elektrometalurgi. Perbedaan utama ketiga proses tersebut
terletak pada temperatur proses yang menyertainya. Proses hidrometalurgi terjadi
pada temperatur rendah sedangkan proses pirometalurgi pada temperatur tinggi.
Berikut ini merupakan klasifikasi proses ekstraksi metalurgi:
a. Pirometalurgi
Proses pirometalurgi ini merupakan pengambilan logam dari bijihnya yang
umumrnya paling tua. Proses ini berhubungan dengan temperatur tinggi dan
sebagian besar berlangsung sampai terjadi peleburan. Sifat dari proses
pirometalurgi ini berlangsung cepat (dalam hitungan jam).
b. Hidrometalurgi
Hidrometalurgi merupakan proses ekstraksi logam yang biasanya berlangsung
pada temperatur kamar dan melibatkan reaksi air. Proses hidrometalurgi ini
lebih mampu untuk mengolah bijih-bijih yang berkadar rendah. Proses yang
terjadi biasanya pelarutan. Sifat dari proses hidrometalurgi ini adalah lambat
(proses berlangsung antara hari sampai bulan)
c. Elektrometalurgi
Elektrometalurgi merupakan proses-proses ekstraksi dan pemurnian yang
melibatkan energi listrik sebagai dasar-dasar ekstraksinya. Prinsip yang
digunakan adalah elektrolisis dan elektrokimia.
Ilmu ini akan menjawab apakah reaksi dapat berjalan atau tidak. Jadi jika
diterapkan pada proses ekstraksi, akan dapat diramalkan apakah proses
ekstraksi yang akan dilakukan dapat berjalan dengan baik atau tidak.
2. Kinetika
Ilmu ini akan menjawab berapa lama proses akan berlangsung, karena dari
kinetika akan dapat ditentukan berapa besar laju reaksi yang terjadi. Dan
dengan ilmu ini dapat dirancang dan diupayakan agar laju rekasi lebih besar
atau dengan kata lain proses ekstraksi dapat dipercepat.
3. Perpindahan panas dan Perpindahan massa
4. Teknologi Proses
Teknologi proses saat ini berkembang sangat pesat, sehingga tiap teknologi
proses perlu dipelajari dengan detail.
BAB II
PROSES EKSTRAKSI PIROMETALURGI
Logam timah diperoleh dari dua lokasi penambangan yang berbeda yaitu,
penambangan timah dengan cara penggalian dengan menggunakan kapal keruk
yang dilakukan di laut dan penambangan di darat. Bijih timah dari kapal keruk
yang masih berkadar rendah sekitar 20-30% Sn dilakukan proses pengolahan
dengan tujuan mendapatkan bijih timah dengan kadar tinggi yang telah terpisah
dari mineral pengotornya yang untuk proses selanjutnya yaitu proses peleburan.
Pada pengolahan mineral ini, kadar bijih timah ditingkatkan sesuai dengan syarat
peleburan dan permintaan konsumen dimana syarat peleburan bijih timah >70%
Sn.
2. Peleburan tahap ke dua adalah peleburan terak, yang merupakan hasil sampingan
dari peleburan tahap 1. Kadar rata-rata terak yang dilebur pada tahap dua ini
sekitar 25 -30 %. Peleburan tahap ke dua ini menghasilkan hardhead.
Hardhead adalah sisa material yang dihasilkan dai hasil peleburan. Ada 2
tipe slag yaitu terak 1, hasil dari proses peleburan tahap I disamping timah
kasar ada juga terak I yang selanjutnya terak I tersebut diproses dalam
peleburan tahap II, hasil dari peleburan tahap II adalah Hardhead yang bisa
dipakai sebagai bahan baku peleburan tahap I atau peleburan bijih.
Hardhead adalah paduan timah dengan besi yang merupakan material
produk hasil proses peleburan terak I yang masih mempunyai nilai ekonomis
Debu dapat diperoleh dari Cooler Filter, Regenerator dan Flue Gas,
untuk mempermudah di dalam proses peleburan maka debu tersebut dibentuk
bola kecil (Pellet). Debu ini masih memiliki kadar Sn yang Tingi (69 70 %).
2.1.1
1. Pyrorefining
Yaitu proses pemurnian dengan menggunakan panas diatas titik lebur
sehingga material yang akan direfining cair, ditambahkan mineral lain yang
dapat mengikat pengotor atau impurities sehingga logam berharga dalam hal
ini timah akan terbebas dari impurities atau hanya memiliki impurities yang
amat sedikit, karena afinitas material yang ditambahkan terhadap pengotor
lebih besar dibanding Sn. Contoh material lain yang ditambahkan untuk
mengikat pengotor: serbuk gergaji untuk mengurangi kadar Fe, Aluminium
untuk untuk mengurangi kadar As sehingga terbentuk AsAl, dan
penambahan sulfur untuk mengurangi kadar Cu dan Ni sehingga terbentuk
CuS dan NiS. Hasil proses refining ini menghasilkan logam timah dengan
kadar hingga 99,92%. Analisa kandungan impurities yang tersisa juga
diperlukan guina melihat apakah kadar impurities sesuai keinginan, jika
tidak dapat dilakukan proses refining ulang.
2. Eutectic Refining
Yaitu proses pemurnian dengan menggunakan crystallizer dengan bantuan
agar parameter proses tetap konstan sehingga dapat diperoleh kualitas
produk yang stabil. Proses pemurnian ini bertujuan mengurangi kadar Lead
atau Pb yang terdapat pada timah sebagai pengotor /impuritiesnya. Adapun
prinsipnya adalah berhubungan dengan temperatur eutectic Pb- Sn, pada
saat eutectic temperature lead pada solid solution berkisar 2,6% dan aakan
menurun bersamaan dengan kenaikan temperatur, dimana Sn akan
meningkat kadarnya. Prinsip utamnya adalah dengan mempertahankan
temperatur yang mendekati titik solidifikasi timah.
3. Electrolitic Refining
Yaitu proses pemurnian logam timah sehingga dihasilkan kadar yang lebih
tinggi lagi dari pyrorefining yakni 99,99%.Proses ini melakukan prinsip
elektrolisis
atau
dikenal
elektrorefining.
Proses
elektrorefining
anoda
dan
katoda
yang
tercelup
ke
dalam
bak
memberikan hubungan yang spesifik antara komponen deposit dan pilihan proses
pengolahannnya disertai kendala-kendalanya.
Gambar II.4 Skema Profil Laterit (komposisi kimia dan jalur proses ekstraksi)
Jalur proses pengolahan laterit nikel yang diterapkan secara komersial
didasarkan pada kandungan magnesium (Mg) dan rasio nikel-besi (Ni/Fe). Saat
ini terdapat dua pilihan jalur proses ekstraksi, yaitu pirometalurgi dan
hidrometalurgi. Jalur proses ekstraksi pirometalurgi menggunakan tipe laterit
nikel saprolit dengan produk nikel berupa ferro-nickel (FeNi), nickel pig iron, dan
nickel sulfide matte (nickel matte). Sedangkan proses hidrometalurgi paling
umum diterapkan untuk laterit limonit.
2.2.1
Pembuatan Ferro-Nikel
Pembuatan ferro-nikel dilakukan melalui dua rangkaian proses utama
yaitu reduksi dalam tungku putar (rotary kiln, RK) dan peleburan dalam tungku
listrik (electric furnace, EF) dan lazim dikenal dengan Rotary kiln Electric
Smelting Furnace Process atau ELKEM Process.
Bijih yang telah dipisahkan, baik ukuran maupun campuran untuk
mendapatkan komposisi kimia yang diinginkan, diumpankan ke dalam
pengering putar (rotary dryer) bersama-sama dengan reductant dan flux.
Selanjutnya
dilakukan
pengeringan
sebagian
(partical
drying)
atau
10
11
dengan menggunakan blast furnace sebagai tanur peleburan dan gipsum sebagai
sumber belerang sekaligus sebagai bahan flux. Tetapi belakangan ini pembuatan
matte dari bijih oksida dilakukan dengan menggunakan tanur putar dan tanur
listrik. Bagan alir yang disederhanakan dari proses ini digambarkan pada Gambar
II.8. Gambar tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar dari tahap-tahap proses
yang dilakukan dalam proses pembuatan ferronikel juga dilakukan dalam proses
ini. Bijih yang kandungan airnya dikurangi, dimasukkan ke dalam tanur putar
Kemudian berlangsung kalsinasi, pereduksian sebagian besar oksida nikel
menjadi nikel, Fe2O3 menjadi FeO logam Fe (sebagian kecil). Logam-logam yang
dihasilkan kemudian bersenyawa dengan belerang, baik yang berasal dari bahan
bakar maupun bahan belerang yang sengaja dimasukan untuk maksud tersebut.
Produk tanur putar diumpankan ke dalam tanur listrik, untuk menyempurnakan
12
proses reduksi dan sulphurisasi sehingga menghasilkan matte. Furnace Matte ini
yang mengandung nikel kira-kira 30 - 35%, belerang kira-kira 10 - 15%, dan
sisanya besi, dimasukkan ke dalamconverter untuk menghilangkan/mengurangi
sebagian besar kadar besi. Hasil akhir berupa matte yang mengandung nikel kirakira 77%, belerang 21%, serta kobal dan besi masing-masing kira-kira 1%. Dalam
sejarah pembuatan nikel - matte di Kaledonia Baru, selain dengan proses blast
furnace, dibuat juga melalui ferronikel. Ke dalam feronikel kasar cair
dihembuskan belerang bersama-sama udara di dalam sebuah converter, sehingga
berbentuk matte primer (primary matte) dengan kandungan nikel kira-kira 60%,
besi kira-kira 25%, karbon kira-kira 1,5%, dan sisanya belerang. Matte ini
kemudian diubah (convert) dengan cara oksida besi, sehingga diperoleh matte
hasil akhir dengan kadar nikel 75 - 80% dan belerang kira-kira 20%. Berbeda
dengan feronikel, pada umumnya nikel dalam bentuk matte diproses terlebih
dahulu menjadi logam nikel atau nickel oxidic sintersebelum digunakan pada
industri yang lebih hilir. Produknya adalah sebagai berikut.
a. Produk utama:
- Nickel matte
- Komposisi kimia: 70-78%-Ni; 0.5-1-%Co; 0.2-06%-Cu;
0.3-0.6%-Fe; 18-22%-S
b. Produk samping:
- Terak; campuran logam oksida
c. Kondisi proses:
- Mempunyai kadar nikel tinggi (>2.2%Ni)
- Rasio Fe/Ni rendah (>6)
- Kadar MgO tinggi
- Rasio SiO2/MgO antara 1.8-2.2
13
PT INCO INDONESIA
4
Hatch modified
Circular
17.0 ID
227
Copper finger
3
1500
75
Opretaing data
Power (MW)
Hearth power density (kW/m2)
Secondary voltage (phase)
Secondary voltage (electrode)
Secondary current, kA
Resistance per electrode, m
Batch resistance per electrode,
75
330
1350
780
33
23
7
14
m
Arc power.batch power ratio
Batch power density (kW/m2)
Arc voltage, V
Arc length (@17V/cm)
Electrode tip position
Charge cover at tips
Power cunsumption (kWh/ton)
Calcine feed temperature
Slag top temperature (oC)
Slag SiO2/MgO ratio
Slag %FeO
Metal % Ni
Metal % S
2.3
100
550
32
Shelded arc
Deep calcine
440
750
1530
2.0
22
32
10% S
15
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Berdasarkan pada isi makalah, maka dapat disimpulkan beberapa hal
sebagai berikut.
1. Proses ekstraksi metalurgi terbagi menjadi tiga jalur, yaitu proses
hidrometalurgi, pirometalurgi, dan elektrometalurgi.
2. Pirometalurgi merupakan suatu proses pengambilan logam berharga dari
bijihnya yang berlangsung pada temperatur tinggi.
3. Beberapa perusahaan di Indonesia yang menggunakan metode ekstraksi
pirometalurgi yaitu Pengolahan Bijih Nikel di PT Aneka Tambang,
Pengolahan Timah di PT Timah, dan Pembuatan Nikel Matte di PT INCO
Indonesia.
16
DAFTAR PUSTAKA
PT.
TIMAH
PEMURNIAN UNIT
17
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Ekstraksi Metalurgi.........................................................................1
BAB II
ISI
2.1 Ekstraksi Bijih Timah (PT Timah)...................................................3
2.2 Ekstraksi Bijih Nikel (PT Aneka Tambang, Tbk) ...........................8
2.3 Ekstraksi Bijih Nikel (PT INCO Indonesia) ..................................12
18
ii
TUGAS
I
ii
TERMODINAMIKA METALURGI
(Proses-Proses Pirometalurgi yang Ada di Indonesia)
Disusun Oleh:
Murti Handayani (3334111212)
19
MARET 2015
20