PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Salah satu tanda dari kelainan kongenital yang mengenai genitalia
perempuan adalah Amenore primer. Kelainan kongenital yang paling sering
dijumpai diantaranya adalah gangguan pembentukan vagina yaitu Sindrom
Mayer Rokitansky Kuster Hauser (Sindrom MRKH). MRKH merupakan
sindrom tidak terbentuknya vagina, uterus dan saluran telur (tuba) yang
berasal dari ductus Muller. Genitalia eksterna, ciri kelamin sekunder dan
sitogenetik wanita normal.
Sindrom Mayer Rokitansky Kuster Hauser (MRKH) adalah gangguan
yang terjadi pada wanita yang menyerang sistem reproduksi. Keadaan ini
menyebabkan uterus dan vagina tidak berkembang atau sama sekali tidak
ada. Pengaruh pada wanita biasanya adalah hilangnya siklus menstruasi
yang berkaitan dengan tidak adanya uterus. Seringkali, tanda nyata utama
pada Sindrom MRKH adalah menstruasi tidak dimulai sejak usia 16 tahun
(amenore primer). Wanita dengan Sindrom MRKH memiliki pola
kromosom (46,XX) dan fungsi ovarium yang normal, begitu pula dengan
genitalia eksterna, payudara dan pertumbuhan rambut pubis. Walaupun
wanita dengan keadaan seperti ini biasanya tidak dapat hamil, mereka masih
mungkin dapat memiliki anak melalui teknologi reproduksi berbantu.
Wanita dengan Sindrom MRKH bisa juga memiliki kelainan bagian
tubuh lain. Ginjal dapat memiliki kelainan dari segi bentuk dan posisi, atau
Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah menyelesaikan tugas ini, mahasiswa diharapkan mampu
memahami serta menjelaskan salah satu kelainan diferensiasi duktus
muller pada tahap embriologi genetalia wanita yaitu Sindrom Mayer
1.2.2
(MRKH)
Anatomi Embriologi Organ Reproduksi Wanita
Etiologi Sindrom Mayer Rokitansky Kuster Hauser (MRKH)
Patofisiologi Sindrom Mayer Rokitansky Kuster Hauser (MRKH)
Gambaran Klinis Sindrom Mayer Rokitansky Kuster Hauser
(MRKH)
7. Diagnosis Sindrom Mayer Rokitansky Kuster Hauser (MRKH)
8. Diagnosis Banding Sindrom Mayer Rokitansky Kuster Hauser
(MRKH)
9. Penatalaksanaan Sindrom Mayer Rokitansky Kuster Hauser
(MRKH)
1.3
Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan makalah ini adalah: BAB 1
Pendahuluan, yang berisi latar belakang, tujuan umum dan khusus,
sistematika penulisan, dan manfaat. BAB 2 Pembahasan, yang berisi
definisi, anatomi embriologi organ reproduksi wanita, etiologi, patofisiologi,
1.4
Manfaat
Sebagai dasar pengetahuan mengenai embriologi pada tahap
pembentukan dan perkembangan alat reproduksi untuk dapat mengetahui
sebab terjadinya kelainan pada alat reproduksi yang terjadi sejak embrional
salah satunya adalah Sindrom Mayer Rokitansky Kuster Hauser (MRKH).
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Mayer Rokitansky Kuster Hauser Syndrome (MRKH) adalah
kelainan bawaan lahir yang ditandai dengan tidak adanya Vagina, Serviks,
dan Uterus ( Rahim ) yang dapat menyerang 1 dari 5.000 wanita, hal ini
juga terkait dengan ginjal, tulang dan kesulitan pendengaran.
2.2 Epidemiologi
Kejadian Sindrom Mayer Rokitansky Kuster Hauser (MRKH) jarang
terjadi, namun tak jarang kelainan kongenital dari traktus genitalia wanita
ini diperkirakan terjadi pada sekitar 1 diantara 5000 wanita.
dan
saluran
yang
terkait.
Indikasi
pertama
perkembangan saluran mullerian adalah penebalan epitel coelomic kirakira pada segmen keempat rongga thoraks. Ini menjadi bagian-bagian
tekecil dari tuba fallopi, yang berinvaginasi dan tumbuh secara kaudal
untuk membentuk tuba kecil di tepi lateral punggungan urogenital. Pada
minggu keenam, dua saluran mullerian mendekati satu sama lain di garis
tengah. Satu minggu kemudian mencapai sinus urogenital. Pada saat itu,
dua saluran mullerian bergabung membentuk sebuah kanal tunggal pada
dari korteks, massa benih yang padat dan sel epithelioid yang
menunjukkan beberapa tanda-tanda
korda yang berbeda seperti pada testis. Untaian sel yang memanjang dari
epitel germinal menjadi massa kortikal, dan banyak sekali mitosis.
Keberhasilan mitosis dengan cepat akan segera mengurangi ukuran sel-sel
germinal yang sejauh ini tidak lagi dibedakan dengan jelas dari sel
sekitarnya. Sel-sel germinal saat ini disebut oogonium.
2.5 Patofisiologi
Sindrom MRKH awalnya dianggap kejadian sporadis, menunjukkan
keterlibatan faktor-faktor non-genetik atau lingkungan seperti diabetes
gestasional atau thalidomide-seperti teratogen. Namun, studi analisis
riwayat kehamilan yang tersedia gagal untuk mengidentifikasi hubungan
dengan penggunaan narkoba, penyakit, atau paparan teratogen. Penjelasan
lain dari terjadinya sindrom sporadis adalah Hipotetis dalam mewarisi
poligenik/ multifaktorial, ditandai dengan rendahnya risiko kekambuhan
untuk anggota keluarga tingkat pertama. Penjelasan yang paling masuk
akal sebenarnya bergantung pada deskripsi jumlah yang signifikan dan
meningkatnya agregat kekeluargaan berdasarkan keakuratan dari sindrom
MRKH dalam ikatan keluarga mereka. Biasanya Aplasia utero-vaginal
sering ditemukan berhubungan dengan kelainan lain, terutama ginjal dan
tulang, kedua yang terakhir yang kadang-kadang diamati dalam kombinasi
dengan yang pertama dan menarik adalah terjadi pada kerabat yang lebih
jauh dari ibu pasien MRKH. Aplasia Utero-vagina hanya dapat mewakili
satu manifestasi dari defek genetik bervariasi yang berhasil diungkapkan.
Yang terakhir ini tampaknya ditularkan sebagai sifat dominan autosomal
10
11
ditandai
dengan
tidak
adanya
derivatif
saluran
Mllerian,
12
a.
b.
Gambar 4. Stadium Tanner, a. Perkembangan Payudara, b. Perkembangan Rambut pubis
14
2.6.2
15
sebuah
fitur
yang
sudah
dijelaskan
di
HRA.
16
Holt-Oram
atau
sindrom
velocardiofacial
seperti
MRKH
tipe
(terisolasi).
Aplasia
inkomplit
dan/atau
17
keduanya
berasal
dari
sinus
urogenital.
Pemeriksaan
Gambar 6. a) USG Abdomen pot. axial menunjukkan uterus kiri dan kanan yang normal. b) USG
Abdomen pot. sagittal menunjukkan cavum endometrium didaerah uterus kanan (RH) berhubungan
dengan lesi hipoechoic (M). c) Gambar USG sagital mengarahkan lebih lanjut di arah kaudal
menunjukkan lesi hypoechoic dimana terjadi pengumpulan cairan dengan gema internal terletak di
posterior vesika urinaria. Tampaknya berakhir sedikit di atas introitus.
apakah
endometrium
fungsional
hadir
secara
normal
18
serta apakah uterus memiliki kelainan atau tidak. Ada kemungkinan bahwa
MRI mungkin tidak dapat mengidentifikasi bagian uterus lateral yang
tersembunyi pada otot psoas.
19
McKusick-Kaufman,
yang
berhubungan
dengan
hidrometrocolpos,
20
wanita, blind vagina,, uterus yang tidak ada dan adneksa wanita, serta test
abdominalis atau inguinalis. Sebagian Hasil insensitivitas androgen pada
hipospadia dan mikropenis dengan ginekomastia, sehingga sindrom ini
jelas berbeda dengan sindrom MRKH.
4. Aplasia derivatif Mllerian
Aplasia derivatif Mllerian, yang mungkin mirip Sindrom MRKH,
telah dijelaskan dalam hubungan dengan disgenesis gonad. Dalam kasus
ini, pasien menunjukkan kariotipe normal, selalu melibatkan kromosom X,
seperti mosaicisms 45, X/46, X, dic (X), 46, XX/45, X0 , 46, XX/47, XXX
atau penyusunan ulang / penghapusan seperti 46, X, del (X) (pter-q22), 46,
X, i(Xq) atau kariotipe kompleks. Namun, sindrom MRKH tampaknya
tidak menjadi sifat terkait-X dan karena itu tampak bahwa kromosom X
membawa satu atau beberapa gen yang terlibat dalam diferensiasi minimal
sangat awal baik gonad maupun saluran Mllerian.
Tabel 2. Kesimpulan Diagnosis banding antara Sindrom MRKH dengan atresia vagina
terisolasi, defek WNT4, dan Sindrom insensitivitas androgen.
2.9 Penatalaksanaan
Terapi melibatkan pembuatan vagina ketika pasien ingin aktif secara
seksual. Ada beberapa terapi pilihan. Yang pertama, yang memakan waktu
tapi tanpa pembedahan, memerlukan penggunaan dilator vagina secara
progresif. Hal ini dapat tercapai dengan baik bila diiringi dengan motivasi
kepada pasien dewasa selama beberapa bulan. Vagina berfungsi secara
baik telah dicapai pada banyak pasien dengan cara ini.
Menggunakan konsep dilator vagina, Ingram menemukan teknik
yang berguna. Dia menggunakan tiga set Lucite dilator. Set pertama berisi
10 dilator dengan panjang 1,5 cm dan bahwa peningkatan panjang 1,5-10
21
cm; set kedua berisi 5 dilator dengan panjang 2,5 cm dan peningkatan
panjang 3 sampai 10 cm, dan set ketiga memiliki 8 dilator, panjang 3,5 cm
dan diameter 3 sampai panjang 10 cm. Sebuah kursi dipasang di bangku
dan digunakan untuk menjaga tekanan dilator pada dimple introital vagina
bagian posterior uretra. Pasien memegang dilator di tempat dengan pad
atau korset dan bekerja melalui tiga set dalam mode progresif, panjang
dan lebar dapat diatur dan disesuaikan. Kursi tersebut memungkinkan
tekanan terus untuk melawan dilator, tekanan dilanjutkan selama 15
sampai 30 menit pada waktu total minimal 2 jam sehari. Pasien mungkin
membaca atau melakukan kegiatan lain sambil duduk. Hal ini biasanya
membutuhkan waktu 4 sampai 6 bulan untuk mengembangkan neovagina
yang memadai dengan teknik ini.
a.
b.
di
tempat
tersebut,
neovagina
sering
akan
mengerut,
22
meninggalkan bekas luka, dan menjadi tidak berfungsi. Mbus dan rekan
melaporkan bahwa pada 24 pasien yang telah menjalani operasi
pengembangan dari suatu neovagina, 20 dari 24 yang ditemukan untuk
menjalani kehidupan seksual yang sehat dengan respon emosional seksual
yang baik. Mereka menekankan bahwa coitus awal dan teratur pasca
operasi sangat penting bagi keberhasilan jangka panjang dan lebih unggul
pada pemakaian stent. Dengan demikian, waktu pengoperasian bertepatan
dengan kesempatan untuk coitus sangat penting.
Prosedur alternatif ditemukan oleh Williams.
Prosedur
ini
menggunakan kulit labia dan hasil dalam kantong vagina dengan sumbu
langsung posterior. Meskipun secara anatomi tidak mirip vagina normal
dimana hasil dari prosedur McIndoe itu tidak menghasilkan kantong
vagina yang berfungsi dan diterima dengan baik oleh pasien. Akhirnya,
sumbu vagina normal dilaporkan untuk dapat dikembangkan.
Vecchietti
mengembangkan
prosedur
laparoskopi
untuk
23
BAB 3
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
24
Saran
25
DAFTAR PUSTAKA
26
27
Oleh:
Hartini Sri Utami
(011314653010)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA
2014
KATA PENGANTAR
i
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya saya dapat
menyelesaikan penyusunan Makalah Embriologi yang berjudul Kelainan
28
Penyusun
DAFTAR ISI
ii
HALAMAN JUDUL.................................................................................................i
KATA PENGANTAR...............................................................................................ii
29
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1
1.2
1.3
1.4
Latar Belakang....................................................................................1
Tujuan.................................................................................................2
1.2.1 Tujuan Umum.........................................................................2
1.2.2 Tujuan Khusus........................................................................2
Sistematika Penulisan.........................................................................3
Manfaat...............................................................................................3
BAB 2 PEMBAHASAN..........................................................................................4
2.1
Definisi................................................................................................4
2.2
Epidemiologi.......................................................................................4
2.3
2.4
Etiologi................................................................................................9
2.5
Patofisiologi......................................................................................10
2.6
Gambaran Klinis...............................................................................15
2.6.1 Gambaran Klinik Utama Sindrom MRKH..............................15
2.6.2 Hubungan Terkait Dalam MRKH Sindrom Tipe II (MURCS)17
2.7
Diagnosis...........................................................................................19
2.8
Diagnosis Banding............................................................................21
2.9
Penatalaksanaan................................................................................24
BAB 3 PENUTUP..................................................................................................28
3.1
Kesimpulan.......................................................................................28
3.2
Saran.................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................30
iii
30