TINJAUAN PUSTAKA
1.
Hipotalamus
Hipotalamus adalah
terletak
langsung
di
bawah
otak
dan
ukurannya
c. Hipofisis posterior
Banyak mengandung serabut-serabut saraf yang menghubungkan lobus
posterior dengan hipotalamus. Memproduksikan hormon ADH dan
oksitosin
3. Kelenjar Tiroid
Tiroid merupakan kelenjar yang terdiri dari folikel-folikel dan terdapat di
depan trakea.
Kelenjar yang terdapat di leher bagian depan di sebelah bawah jakun dan
Triiodontironin (T3)
Hormon ini dibuat di folikel jaringan tiroid dari asam amino (tiroksin)
yang mengandung yodium. Yodium secara aktif di akumulasi oleh kelenjar
tiroid dari darah. Oleh sebab itu kekurangan yodium dalam makanan
dalam jangka waktu yang lama mengakibatkan pembesaran kelenjar
gondok hingga 15 kali.
4. Kelenjar Paratiroid
Jika kelebihan hormon ini akan berakibat berakibat kadar kalsium dalam
darah meningkat, hal ini akan mengakibatkan terjadinya endapan kapur
pada ginjal.
Jika kekurangan hormon menyebabkan kekejangan disebut tetanus.
Kalsitonin mempunyai fungsi yang berlawanan dengan PTH, sehingga
2. Gigantisme
4.
Sindrom cushing
Sindrom
cushing
terjadi
akibat
peningkatan
kortisol endogen
maupun eksogen di
dalam sirkulasi.
Sindrom
spontan
tidak
berasal
dari
hipofisis
kadar
cushing
atau
adrenal. Ini empat kali lebih lazim pada wanita dan bias terjadi pada anak-anak,
ketika karsinoma korteks adrenal lebih lazim. Sebaliknya, sindroma cushing
iatrogenic lazim ditemukan, biasanya karena dosis tinggi kortikolsteroid yang
diperlukan untuk mengobati kelainan radang dan imunologis. Kadang-kadang
terapi penggantian yang berlebihan diberikan kepada pasien hipoadrenalisme
(Price, 2005).
Gambaran klinis utama dari sindroma Cushing adalah obesitas, hipertensi,
banyak memar, kelemahan otot, nyeri pinggang, diabetes mellitus, gangguan jiwa,
gangguan haid, dan pada anak-anak terjadi kelambatan pertumbuhan. Perubahan
penyebaran lemak ikut menyebabkan wajah bundar dan perut membuncit dan juga
bantalan lemak tebal di daerah supraklavikular (Price, 2005).
Hipertensi dan retensi cairan yang diinduksi oleh kelebihan kortisol, dan
penyakit jantung iskemik adalah penyebab utama dari morbiditas dan mortalitas
pada sindroma Cushing. Memar berlebihan terjadi baik secara spontan atau pada
tempat trauma minor dan ini disebabkan kehilangan kolagen yang menyokong
dinding pembuluh darah. Nyeri pinggang disebabkan osteoporoisis dan fraktur
10
yang dapat terjadi pada sembarang tulang, khususnya vertebrata, baik spontan
ataupun setelah trauma minor. Diabetes mellitus ringan dapat menjadi penyulit
sindroma Cushing dan merupakan akibat kerja kortikol pada metabolism
karbohidrat (Price, 2005).
Sindroma Cushing endogen bisa diakibatkan
ACTH oleh hipofisis, adenoma atau karsinoma autonom dari adrenal, atau
produksi ACTH ektopik oleh karsinoma bronkus atau tumor karsinoid. Kecuali
dengan tumor jinak, sindroma ACTH ektopik biasanya bisa dibedakan. Tes
penyaring memerlukan pengukuran kortisol dalam urina dan plasma, sebelum dan
setelah steroid oral (deksametason) yang dalam keadaan normal menekan kadar
dan produksi kortisol; supresi tidak didapatkan pada sindroma Cushing (Price,
2005).
Penatalaksanaan bergantung pada penyebab. Tumor adrenal diangkat
karena banyak yang ganas, terutama yang besar. Bila penyebabnya adalah
produksi ACTH ektopik penatalaksanaan ditunjukan untuk nlesi primer dan
rekurensi (kekambuhan). Produksi ACTH berlebihan oleh hipofisis (penyakit
Cushing) diobati dengan mengusahakan pengangkatan tumor baik melalui jalan
transfenoidal atau dengan implantasi zat radioaktif (ytrium 90) ke dalam sella
turcica (Price, 2005).
3.
Hipotiroidisme
Serangkaian tanda-tanda dan gejala orofasial dapat timbul sebagai akibat
kuranganya sekresi tiroksin dan tri-iodothyroinine oleh kelenjar tiroid. Bila hal
ini terjadi pada anak-anak maka akan terjadi kretinisme. Gambaran orofasial dari
kretinisme meliputi pembesaran bibir, makroglosia, mandibula yang berkembang,
11
4. Hipertiroidisme
Hipertiroidisme adalah keadaan tirotoksikosis sebagai akibat dari produksi
tiroid, yang merupakan akibat dari fungsi tiroid yang berlebihan. Hipertiroidisme
(Hyperthyrodism) adalah keadaan disebabkan oleh kelenjar tiroid bekerja secara
berlebihan sehingga menghasilkan hormon tiroid yang berlebihan di dalam darah
(Jones, 1990).
Produksi hormon tiroid yang berlebihan mengakibatkan turunnya berat
badan , anemia, mual, timbulnya perasaan cemas serta berpeluh. Tanda-tanda
orofasial klasik dapat dilihat pada mata berupa kelopak mata menggantung,
tertariknya kelopak mata, serta eksoptalmus (Jones, 1990).
5. Hiperparatiroidisme
12
13
Dalam fase ini biasanya penderita menunjukkan berat badan yang terus
bertambah, karena pada saat itu jumlah insulin masih mencukupi. Apabila
keadaan ini tidak segera diobati maka akan timbul keluhan lain yang disebabkan
oleh kurangnya insulin. Keluhan tersebut diantaranya:
14
banyak minum
banyak kencing
mudah lelah
2.2.3
Kesemutan
Kram
Lelah
Mudah mengantuk
Mata kabur
Gingivitis
merupakan
inflamasi
pada
gusi
yang
mudah
untuk
15
16
Infeksi Kandidiasis
17
Pasien dengan sindroma mulut terbakar biasanya muncul tanpa tandatanda klinis, walaupun rasa sakit dan terbakar sangat kuat. Pada pasien dengan
diabetes mellitus tidak terkontrol, faktor yang menyebabkan terjadinya sindroma
mulut terbakar yaitu berupa disfungsi kelenjar saliva, kandidiasis dan kelainan
pada saraf.6,16 Adanya kelainan pada saraf akan mendukung terjadinya gejalagejala paraesthesias dan tingling, rasa sakit / terbakar yang disebabkan adanya
perubahan patologis pada saraf-saraf dalam rongga mulut (Boedi, 2003).
18
19
2.2.5
tinggi DM. Yaitu kelompok usia dewasa tua (>40 tahun), obesitas, tekanan darah
tinggi, riwayat keluarga DM, riwayat kehamilan dengan berat badan lahir bayi
>4.000 g, riwaya DM pada kehamilan, dan dislipidemia. Pemeriksaan penyaring
dapat dilakukan dengan pemeriksaan glukosa darah sewaktu, kadar gula darah
puasa (Tabel 1), kemudian dapat diikuti dengan Tes Toleransi Glukosa Oral
(TTGO) standar. Untuk kelompok resiko tinggi yang hasil penyaringannya
negatif, perlu pemeriksaan penyaring ulang tiap tahun. Bagi pasien berusia 45
tahun tanpa faktor resiko, pemeriksaan penyaring dapat dilakukan setiap 3 tahun.
Tabel 1 kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode enzimatik
sebagai patokan penyaring dan diagnosis DM (mg/dl)
Kadar glukosa darah sewaktu
Plasma vena
Darah kapiler
Kadar glukosa darah puasa
Plasma vena
Darah kapiler
1.
2.
3.
4.
5.
Bukan DM
Belum pasti DM
<110
<90
110-199
90-199
>200
>200
<110
<90
110-125
90-109
>126
>110
waktu 5 menit.
6. Periksa glukosa darah 1 jam sesudah beban glukosa.
7. Selama pemeriksaan, pasien diperiksa tetap istirahat dan tidak merokok.
DM
20
Test laboratorium
21
Nilai normal:
Dewasa
: 70-110 mg/dl
: 60-100 mg/dl
Wholeblood
(120 hari). AIC menunjukkan kadar hemoglobin terglikosilasi yang pada orang
normal antara 4- 6%.
Semakin tinggi nilai AIC pada penderita DM semakin potensial beresiko
terkena komplikasi. Pada penderita DM tipe II akan menunjukkan resiko
komplikasi apabila AIC dapat dipertahankan di bawah 8% (hasil studi United
Kingdom prospektif diabetes ). Setiap penurunan 1% saja akan menurunkan
22
Lipid serum
Keton urine
Glukosa sewaktu
Fruktosamin
Merupakan gula jenis lain yaitu fruktosa selain galaktosa , sakarosa, dan lainlain. Fruktosa ( peningkatan kadar fruktosa dalam darah ) menggambarkan adanya
defisiensi enzim yang juga berpengaruh pada berkurangnya kemampuan tubuh
mensintesis lukosa dari gula jenis lain sehingga terjadi hipoglikemia .Pemeriksaan
fruktosamin menggunakan metode enzymatic seperti pada pemeriksaan glukosa.
(Sutedjo, 2006).
2.2.6
dan terapi yang dilakukan adalah dengan tujuan untuk menormalkan kadar gula
darah, untuk mencegah terjadinya komplikasi dari penyakit diabetes mellitus
tersebut. Pengelolaan diabetes mellitus tipe II ini dimulai dengan :
Pengaturan makan (diet) dan latihan jasmani
23
Intervensi farmakologis
24
C) Terapi Kombinasi.
Pemberian OHO maupun insulin selalu dimulai dengan dosis rendah, untuk
kemudian dinaikkan secara bertahap sesuai dengan respons kadar glukosa darah.
Bersamaan dengan pengaturan diet dan kegiatan jasmani, bila diperlukan dapat
dilakukan pemberian OHO tunggal atau kombinasi OHO sejak dini. Terapi
dengan OHO kombinasi, harus dipilih dua macam obat dari kelompok yang
mempunyai mekanisme kerja berbeda. Bila sasaran kadar glukosa darah belum
tercapai, dapat pula diberikan kombinasi tiga OHO dari kelompok yang berbeda
atau kombinasi OHO dengan insulin. Pada pasien yang disertai dengan alasan
klinik di mana insulin tidak memungkinkan untuk dipakai dipilih, terapi dengan
kombinasi tiga OHO. Untuk kombinasi OHO dan insulin, yang banyak
dipergunakan adalah kombinasi OHO dan insulin basal (insulin kerja menengah
atau insulin kerja panjang) yang diberikan pada malam hari menjelang tidur
(Collins, 1960).
Dengan pendekatan terapi tersebut pada umumnya dapat diperoleh kendali
glukosa darah yang baik dengan dosis insulin yang cukup kecil. Dosis awal
insulin kerja menengah adalah 6-10 unit yang diberikan sekitar jam 22.00,
kemudian dilakukan evaluasi dosis tersebut dengan menilai kadar glukosa darah
puasa keesokan harinya. Bila dengan cara seperti di atas kadar glukosa darah
sepanjang hari masih tidak terkendali, maka obat hipoglikemik oral dihentikan
dan diberikan insulin saja (Collins, 1960).
25
Kegiatan Jasmani
Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani secara teratur (3-4 kali
seminggu selama kurang lebih 30 menit), merupakan salah satu pilar dalam
pengelolaan diabetes mellitus tipe II. Kegiatan sehari-hari seperti berjalan kaki ke
pasar, men`ggunakan tangga, berkebun harus tetap dilakukan. Latihan jasmani
selain untuk menjaga kebugaran juga dapat menurunkan berat badan dan
memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga akan memperbaiki kendali glukosa
darah. Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat
aerobik seperti jalan kaki, bersepeda santai, jogging, dan berenang. Latihan
jasmani sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani. Untuk
mereka yang relatif sehat, intensitas latihan jasmani bisa ditingkatkan, sementara
yang sudah mendapat komplikasi diabetes mellitus dapat dikurangi. Hindarkan
kebiasaan hidup yang kurang gerak atau bermalas-malasan (Collins, 1960).
2.3
2.3.1
26
normal
dalam
rongga
mulut
terdiri
dari
Streptococcus
27
28
2. Staphylococcus sp
Morfologi sel : bentuk coccus, susunan bergerombol, tidak berflagel, tidak
berspora, tidak berkapsul, Gram positif. Morfologi koloni pada media agar
darah : bentuk koloni bulat, ukuran 2 4 mm, membentuk pigmen kuning
emas (Staphylococcus aureus ), pigmen kuning jeruk dibentuk oleh
Staphylococcus saprophyticus dan pigmen putih porselin dihasilkan 9 oleh
Staphylococcus epidermidis , permukaan cembung, tepi rata dan hemolisa
bervareasi alfa, beta dan gama. Sifat fisiologi : bersifat aerob, tumbuh
optimal pada suhu 370C dan pembentukan pigmen paling baik pada suhu
200C, memerlukan NaCl sampai 7,5 %, resisten terhadap pengeringan dan
panas.
3. Lactobacillus sp
Morfologi sel : bentuk batang pendek, tidak berspora, tidak berflagel, tidak
berkapsul, Gram positif. Morfologi koloni pada media agar darah: bentuk
koloni bulat kecil, warna putih susu, cembung, tepi rata, permukaan
mengkilap. Sifat fisiologi : bersifat anaerob fakultatif, dengan suhu
optimal 450C, mereduksi nitrat menjadi nitrit, mengfermentasi glukosa,
laktosa dan sakarosa, tidak mempunyai enzim katalase. Contoh spesiesnya
adalah Lactobacillus bulgaricus, Lactobacillus lactis, Lactobacillus casei.
2.3.2 Fase Pertumbuhan Mikroorganisme
Pertumbuhan mikroorganisme dimulai dari awal pertumbuhan sampai dengan
berakhirnya aktivitas merupakan proses bertahap yang dapat digambarkan sebagai
kurve pertumbuhan. Kurve pertumbuhan umumnya terdiri atas 7 fase
pertumbuhan, tetapi yang utama hanya 4 fase yaitu : lag, eksponensial, stasioner,
dan kematian. Kurve pertumbuhan yang lengkap merupakan gambaran
pertumbuhan secara bertahap (fase) sejak awal pertumbuhan sampai dengan
terhenti mengadakan kegiatan.
Kemati
Kematian
29
Logaritmi
30