TINJAUAN PUSTAKA
A. Metode Praktikum dalam Pembelajaran Kimia
Mempelajari sains kurang berhasil bila tidak ditunjang dengan kegiatan
praktikum. Fungsi dari metode praktikum merupakan penunjang kegiatan belajar
untuk menemukan prinsip tertentu atau menjelaskan tentang prinsip-prinsip yang
dikembangkan. Metode praktikum adalah suatu metode mengajar dimana siswa
melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang
dipelajari (Djamarah, 2006). Dalam proses belajar-mengajar dengan metode ini siswa
diberi kesempatan untuk mengalami sendiri, mengikuti proses, mengamati suatu
objek, menganalisis, membuktikan, dan menarik kesimpulan sendiri suatu objek,
keadaan atau proses.
Pembelajaran yang memungkinkan siswa memperoleh kebermaknaan yang
lebih dalam mengikuti pelajaran IPA khususnya kimia yaitu dengan menggunakan
metode praktikum. Dalam pandangan kontruksivisme kegiatan praktikum yang
menarik akan memberikan kesempatan siswa untuk memahami sains dan pada saat
yang sama siswa terlibat dalam proses mengkonstruksi pengetahuan melalui
perbuatan yang dilakukan (Arifin, 2003). Menurut Rustaman (2005) metode
praktikum adalah cara penyajian pelajaran dengan menggunakan percobaan. Dalam
proses belajar-mengajar dengan metode praktikum ini, siswa diberi kesempatan untuk
mengalami sendiri atau melakukan sendiri sehingga akan menjadi lebih yakin atas
suatu hal daripada hanya menerima informasi dari guru dan buku.
Menurut Arifin (2003) metode praktikum ini mempunyai beberapa kelebihan,
antara lain:
1. Dapat memberikan gambaran yang konkret tentang suatu peristiwa.
2. Siswa dapat mengamati proses.
3. Siswa dapat mengembangkan keterampilan inkuiri.
4. Siswa dapat mengembangkan sikap ilmiah.
5. Membantu guru untuk mencapai tujuan pembelajaran lebih efektif dan efisien.
Metode praktikum memiliki kelebihan diantaranya membuat siswa lebih percaya
kebenaran atau kesimpulan yang didapatkan, membina siswa untuk membuat sesuatu
yang baru dan hasil-hasil percobaan yang berharga dapat dimanfaatkan untuk
kemakmuran umat manusia. Namun, metode praktikum memiliki kekurangan
diantaranya memerlukan fasilitas peralatan yang tidak mudah diperoleh, menuntut
ketelitian dan lebih sesuai dengan bidang-bidang sains dan teknologi (Djamarah dan
Zain, 2013).
siswa terhadap materi pembelajaran, konsep, dan prinsip kimia. Selain itu juga
praktikum dapat menjadi ilustrasi bagi prinsip dan konsep kimia yang sulit untuk
dipahami siswa.
B. Penilaian (Assesment) dalam Pembelajaran
Menurut Linn dan Gronlund () assesment (penilaian) adalah istilah umum
yang meliputi prosedur yang digunakan untuk mendapatkan informasi tentang belajar
siswa (observasi, rata-rata pelaksanaan tes tertulis) dan format penilaian kemajuan
belajar .Majid dan Firdaus (dalam Hanifah, 2014) mendefinisikan penilaian sebagai
bagian integral dari proses pembelajaran sebagai upaya untuk mengumpulkan
berbagai informasi dengan berbagai teknik; sebagai bahan pertimbangan penentuan
tingkat keberhasilan proses dan hasil pembelajaran. Oleh karenanya penilaian
hendaknya
dilakukan
dengan
perencanaan
yang
cermat.
Penilaian
dalam
yang menyatakan bahwa assesment sudah seharusnya sejalan merupakan bagian dari
pembelajaran, bukan merupakan hal yang terpisah. Upaya meningkatkan kualitas
pembelajaran dapat ditempuh melalui peningkatan kualitas sistem penilaiannya.
Menurut Djemari Mardapi (Uno dan Koni, 2012) kualitas pembelajaran dapat dilihat
dari hasil penilaiannya. Sistem penilaian yang baik akan mendorong pendidik untuk
menentukan strategi mengajar yang baik dan memotivasi peserta didik untuk belajar
yang baik.
Menurut Arikunto (2013) penilaian akan memberikan makna dari proses
pembelajaran:
1. Makna untuk guru, guru dapat mengetahui apakah pelajaran yang disampaikan
tepat sasaran kepada siswa dan dengan hasil penilaian guru dapat mengetahui
siswa mana saja yang berhak melanjutkan pelajaran.
2. Makna untuk siswa, dengan diadakannya penilaian maka siswa dapt
mengetahui sejauh man telah berhasil mengikuti pelajaran yang diberikan oleh
guru.
3. Makna untuk sekolah, apabila guru-guru mangadakan penilaian akan diketahui
hasil siswa, maka dapat diketahui pula apakah kondisi belajar disekolah sudah
sesuai harapan atau belum.
Sedangkan fungsi penilaian menurut arikunto (2013) adalah:
1. Penilaian berfungsi selektif, dengan cara penilaian guru mempunyai cara
untuk mengadakan seleksiatau penilaian terhadap siswanya.
2. Penilaian berfungsi diagnostik, apabila alat yang digunakan dalam penilaian
cukup memenuhi syarat, maka dengan melihat hasilnya guru dapat mengetahui
kelemahan siswa. Disamping itu akan diketahui pula sebab-sebab kelemahan
itu. Jadi dengan mengadakan penilaian guru sebanarnya melakukan diagnosis
3.
kepada siswanya.
Penilaian berfungsi sebagai penempatan, setiap siswa sejak lahir telah
membawa bakat sendiri-sendiri sehingga belajar akan lebih efektif jika di
sesuaikan dengan pembawaan yang ada. Untuk dapat menentukan dengan
pasti kelompok mana yang sesuai dengan kemampuan siswa, maka digunakan
4.
suatu penilaian.
Penilaian berfungsi sebagai pengukur keberhasilan, fungsi ini dimaksudkan
untuk mengetahui suatu mana suatu program berhasil diterapkan kepada
siswa.Jadi dapat disimpulkan bahwa penilaian berfungsi sebagai alat ukur
keberhasilan dalam proses belajar.
C. Sikap
Menurut Ivancevich & Donnelly (dalam mutia, 2012) Sikap adalah kesiapsiagaan mental, yang diorganisasi lewat pengalaman, yang mempunyai pengaruh
tertentu kepada tanggapan individu terhadap individu lain, objek, dan situasi yang
berhubungan dengannya sedangkan Menurut Robbins (2008:92) Sikap merupakan
suatu pernyataan evaluatif, baik menyenangkan maupun tidak menyenangkan
terhadap suatu objek, individu atau peristiwa. Sikap berhubungan dengan persepsi,
kepribadian, belajar dan motivasi, oleh karena itu sikap merupakan faktor yang
menentukan perilaku.
Benjamin S. Bloom (1956) membuat taksonomi untuk tujuan pendidikan yang
dibagi menjadi beberapa aspek, diantaranya adalah: aspek kognitif, aspek afektif, dan
aspek psikomotor. Seperti yang telah diketahui, penilaian sikap masuk kedalam
kelompok aspek afektif. Karakteristik unsur-unsur aspek afektif yang diukur
mencakup watak perilaku seperti sikap, minat, konsep diri, nilai, moral, dan
sebagainya (Samsul, 2010).
Dilihat dari karakteristik yang telah disebutkan kelima karakteristik tersebut
diantaranya:
1
Sikap merupakan suatu kecenderungan untuk bertindak secara suka atau tidak
Suharsini
Arikunto,
Minat
adalah kesadaran seseorang terhadap suatu objek, suatu masalah atau situasi yang
mengandung kaitan dengan dirinya. (1983 : 100 ). Timbulnya minat siswa
terhadap suatu objek ditentukan oleh menarik atau tidaknya objek tersebut. Sama
halnya dengan pembelajaran, suatu pembelajaran akan diminati oleh siswanya
apabila siswa menganggap bahwa pelajaran tersebut menarik menurutnya,
sehingga dalam hal pembelajaran, dalam hal ini adalah pembelajaran kimia
sebaiknya dapat menjadikan siswa tertarik dan mulai mempunyai rasa minat
3
kegagalan.
Nilai adalah konsepsi (tersurat atau tersirat, yang sifatnya membedakan individu
atai ciri-ciri kelompok) dari apa yang diinginkan yang mempengaruhi tindakan
pilihan terhadap cara, tujuan antara, dan tujuan akhir (Kluckhohn & Brameld,
1957).
Moral diartikan sebagai ajaran baik buruk yang diterima umum mengenai
perbuatan, sikap, kewajiban, akhlak, budi pekerti, susila, dsb (Kamus Besar
Bahasa Indonesia). Moral berhubungan dengan perasaan seseorang serta moral
juga dipengaruhi oleh lingkungannya masing-masing. Pendidikan moral diajarkan
bahkan pada saat ketika masih duduk di sekolah dasar dalam pelajaran pendidikan
kewarganegaraan.
D. Sikap Ilmiah
Istilah sikap dalam bahasa inggris disebut Attitude sedangkan istilah attitude
sendiri berasal dari bahasa latin yakni Aptus yang berarti keadaan siap secara
mental yang bersifat untuk melakukan kegiatan. Sikap Ilmiah merupakan sikap yang
harus ada pada diri seorang ilmuan atau akademisi ketika menghadapi persoalanpersoalan ilmiah.
Menurut Baharuddin (dalam Pertiwi, 2013) sikap ilmiah pada dasarnya adalah
sikap yang diperlihatkan para ilmuan saat mereka melakukan kegiatan sebagai
ilmuan. Dengan kata lain kecendrungan individu untuk bertindak atau berperilaku
dalam memecahkan suatu masalah secara sistematis melalui langkah-langkah ilmiah.
Belajar sains dapat membantu siswa untuk memahami alam dan gejalanya berkaitan
dengan penelitian dan penyelidikan sehingga dapat menumbuhkan sikap ilmiah siswa
(Depdiknas, 2002).
Menurut Hadist dan I Nyoman Kertiasa (dalam Pertiwi, 2013) mengemukakan
beberapa sikap ilmiah yaitu:
Jujur yaitu perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai
orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
Disiplin yaitu tindakan yang menunjukan perilaku tertib dan patuh pada
mengatasi hambatan.
Kreatif yaitu berfikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau
hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
Mandiri yaitu sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain
dan didengar.
Peduli lingkungan yaitu sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah
kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-
Gega (1977)
Curiosity (sikap ingin tahu)
Investivencess (sikap penemuan)
Harlen (1996)
Curiosity (sikap ingin tahu)
Respect for evidence (sikap
AAAS ( 1993)
Honesty (sikap jujur)
Curiosity (sikap ingin
tahu)
Open mindedness (sikap
kritis)
Persistence (sikap teguh pendirian)
refleksi kritis)
Perseverance (sikap
berfikir terbuka)
Skepticism (sikap
ketekunan)
Creativity and inventiveness
keragu-raguan)
dalam
suatu
pekerjaan
siswa disertai
dengan panduan
untuk
Deskripsi
Respons terhadap tugas sangat spesifik. Informasi yang diberikan akurat dan
memperlihatkan pemahaman yang utuh. Respons dikemukakan dalam suatu
tulisan yang lancar dan hidup. Jawaban singkat dan langsung pada masalah
yang diminta serta kesimpulan dan pendapat mengalir secara logis. Secara
menyeluruh, respons lengkap dan memuaskan.
Grafik
Gambar dan pertelaan
tentang grafik yang
disajikan benar
Sebagian terbesar
gambar dan pertelaan
yang diberikan benar
Beberapa gambar dan
pertelaan yang disaji
benar
Gambar dan pertelaan
yang diberikan sangat
terbatas dan hanya
sedikit yang benar
Spesifikasi
Rasional
Penjelasan diberikan,
tetapi msih membutuhkan
hambatan
Rasional yang diberikan
tidak lengkap
Spesifikasi yang
diberikan salah
Dalam pengembangan rubrik, perlu diperhatikan beberapa langkah. Donna Szpyrka dan
Ellyn B. Smith (dalam endah, 2014) menyebutkan bahwa langkah-langkah pengembangan
rubrik adalah sebagai berikut :
Menentukan konsep atau keterampilan yang terpenting dalam tugas yang harus dinilai.
Menentukan skala yang akan dinilai.
Mendeskripsikan kinerja mulai dari yang diharapkan sampai dengan kinerja yang tidak
diharapkan (secara gradual). Deskripsi konsep, afektif atau keterampilan kinerja tersebut
dapat diikuti dengan memberikan angka pada setiap gradasi atau member deskripsi
gradasi.
Melakukan uji coba dengan membandingkan kinerja atau hasil kerja dengan rubric yang
telah dikembangkan.
Berdasarkan hasil penilaian terhadap kinerja atau hasil kerja dari uji coba tersebut
kemudian dilakukan revisi terhadap deskripsi kinerja maupun konsep dan keterampilan
harus disadari bahwa tidak mungkin rubrik yang tersusun itu merupakan sesuatu yang
sempurna atau dianggap sebagai satu-satunya kriteria untuk menialai kinerja siswa dalam
satu kegiatan.
2. Tehnik Observasi
Observasi merupakan tehnik penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan dengan
menggunakan indera, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan
instrumen yang berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati. Observasi langsung
dilaksanakan oleh guru secara langsung tanpa perantara orang lain. Sedangkan observasi
tidak langsung dengan bantuan orang lain, seperti guru lain, orang tua, peserta didik, dan
karyawan sekolah (Kemendikbud, 2013).
Bentuk instrumen yang digunakan untuk observasi adalah pedoman observasi yang
berupa daftar cek atau sekala penilaian (rating scale) yang disertai rubrik. Daftar cek
digunakan untuk mengamati ada atau tidaknya suatu sikap atau perilaku. Sedangkan skala
penilaian menentukan posisi sikap atau perilaku peserta didik dalam suatu rentangan sikap.
Contoh instrumen untuk observasi
No
Aspek Pengamatan
Skor
1
1
2
Aspek Pengamatan
Penilaian
Ya
1
2
Tidak
Prinsip suatu tes valid, tidak universal. Validitas suatu tes yang perlu
diperhatikan oleh para peneliti adalah bahwa ia hanya valid untuk
suatu tujuan tertentu saja.
(Sukardi, 2009)
Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi dan validitas
konstruk:
a. Validitas isi ialah derajat di mana sebuah tes evaluasi mengukur cakupan
substansi yang ingin diukur. Suatu instrumen dikatakan valid jika sesuai
dengan standar isi kurikulum yang berlaku. Dengan demikian perlu
mrlibatkan penelaah dalam menilai apakah instrumen yang telah disusun telah
memenuhi syarat validitas isi. Penelaahan ini didasarkan atas aspek yang
diukur oleh masing-masing butir pernyataan dengan aspek yang sudah di
tetapkan.
b. Validitas konstruk yaitu validitas yang didasarkan pada kesesuaian instrumen
dengan konstruksi teoritik dimana instrumen itu dibuat. Dengan kata lain,
suatu instrumen dikatakan valid secara konstruktif apabila butir-butir
instrumen telah sesuai dengan berfikir atau tahap perkembangan subjek yang
teliti.
Menurut arikunto (dalam
ahli terhadap kesesuaian butir instrumen penilaian afektif yang diukur antara
penilaian afektif dengan observasi dengan penilaian afektif siswa terhadap
praktikum. Sedangkan validitas konstruk ditentukan dari besarnya koefesien
korelasi butir pernyataan yang dikembangkan.
2. Reabilitas
Reabilitas dapat diartikan sebagai konsistensi atau keajegan (Sukardi, 2009).
Suatu instrumen evaluasi dikatakan mempunyai nilai reabilitas tinggi apabila tes
yang dibuat mempunyai hasil yang konsisten dalam mengukur yang hendak
diukur. Reabilitas memberikan konsistensi yang membuat terpenuhinya syarat
utama yaitu validnya suatu hasil skor instrumen.
Berdasarkan cara-cara melakukan pengujian tingkat reliabilitas instrumen,
seara garis besar ada dua jenis reliabilitas, yaitu reliabilitas internal dan reabilitas
internal. Reabilitas eksternal diperoleh jika ukuran atau kriteria tingkat reabilitas
berada di luar instrumen yang bersangkutan. Sebaliknya jika kriteria maupun
perhitungan didasarkan pada data dari instrumen itu sendiri, akan menghasilkan
reabilitas internal
G. Deskripsi Materi Laju Reaksi
Suatu perubahan kimia biasanya berlangsung dengan kecepatan tertentu. Kecepatan suatu
reaksi biasa disebut laju reaksi, biasanya dinyatakan sebagai perubahan konsentrasi zat per
satuan waktu. Laju reaksi ini dapat dinyatakan sebagai laju pengurangan pereaksi atau laju
pertambahan hasil reaksi. Untuk reaksi berikut
A + B C
Type equation here .
Perubahan Konsentrasi
Perubahan Waktu
Konsentrasi Pereaksi
Laju reaksi umumnya naik dengan bertambahnya konsentrasi pereaksi, dan turun