Anda di halaman 1dari 13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Metode Praktikum dalam Pembelajaran Kimia
Mempelajari sains kurang berhasil bila tidak ditunjang dengan kegiatan
praktikum. Fungsi dari metode praktikum merupakan penunjang kegiatan belajar
untuk menemukan prinsip tertentu atau menjelaskan tentang prinsip-prinsip yang
dikembangkan. Metode praktikum adalah suatu metode mengajar dimana siswa
melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang
dipelajari (Djamarah, 2006). Dalam proses belajar-mengajar dengan metode ini siswa
diberi kesempatan untuk mengalami sendiri, mengikuti proses, mengamati suatu
objek, menganalisis, membuktikan, dan menarik kesimpulan sendiri suatu objek,
keadaan atau proses.
Pembelajaran yang memungkinkan siswa memperoleh kebermaknaan yang
lebih dalam mengikuti pelajaran IPA khususnya kimia yaitu dengan menggunakan
metode praktikum. Dalam pandangan kontruksivisme kegiatan praktikum yang
menarik akan memberikan kesempatan siswa untuk memahami sains dan pada saat
yang sama siswa terlibat dalam proses mengkonstruksi pengetahuan melalui
perbuatan yang dilakukan (Arifin, 2003). Menurut Rustaman (2005) metode
praktikum adalah cara penyajian pelajaran dengan menggunakan percobaan. Dalam
proses belajar-mengajar dengan metode praktikum ini, siswa diberi kesempatan untuk
mengalami sendiri atau melakukan sendiri sehingga akan menjadi lebih yakin atas
suatu hal daripada hanya menerima informasi dari guru dan buku.
Menurut Arifin (2003) metode praktikum ini mempunyai beberapa kelebihan,
antara lain:
1. Dapat memberikan gambaran yang konkret tentang suatu peristiwa.
2. Siswa dapat mengamati proses.
3. Siswa dapat mengembangkan keterampilan inkuiri.
4. Siswa dapat mengembangkan sikap ilmiah.
5. Membantu guru untuk mencapai tujuan pembelajaran lebih efektif dan efisien.
Metode praktikum memiliki kelebihan diantaranya membuat siswa lebih percaya
kebenaran atau kesimpulan yang didapatkan, membina siswa untuk membuat sesuatu
yang baru dan hasil-hasil percobaan yang berharga dapat dimanfaatkan untuk
kemakmuran umat manusia. Namun, metode praktikum memiliki kekurangan
diantaranya memerlukan fasilitas peralatan yang tidak mudah diperoleh, menuntut
ketelitian dan lebih sesuai dengan bidang-bidang sains dan teknologi (Djamarah dan
Zain, 2013).

Praktikum adalah suatu metode pengajaran yang memberikan pengalaman


secara langsung kepada siswa dan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
pembelajaran IPA. Kimia merupakan bagian dari IPA, maka praktikum juga
merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembelajaran kimia. Dengan
metode praktikum, siswa diharapkan dapat merasakan bahwa kimia merupakan mata
pelajaran yang aplikatif.
Dari semua yang telah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa metode praktikum
merupakan suatu cara dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami untuk
membuktikan sendiri sesuatu pertanyaan ataupun hipotesis yang dipelajari sehingga
dapat memupuk dan mengembangkan sikap ilmiah dalam diri siswa juga memberikan
gambaran dan pengertian lebih jelas daripada hanya penjelasan lisan sehingga dapat
bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari. Praktikum

dapat menunjang pemahaman

siswa terhadap materi pembelajaran, konsep, dan prinsip kimia. Selain itu juga
praktikum dapat menjadi ilustrasi bagi prinsip dan konsep kimia yang sulit untuk
dipahami siswa.
B. Penilaian (Assesment) dalam Pembelajaran
Menurut Linn dan Gronlund () assesment (penilaian) adalah istilah umum
yang meliputi prosedur yang digunakan untuk mendapatkan informasi tentang belajar
siswa (observasi, rata-rata pelaksanaan tes tertulis) dan format penilaian kemajuan
belajar .Majid dan Firdaus (dalam Hanifah, 2014) mendefinisikan penilaian sebagai
bagian integral dari proses pembelajaran sebagai upaya untuk mengumpulkan
berbagai informasi dengan berbagai teknik; sebagai bahan pertimbangan penentuan
tingkat keberhasilan proses dan hasil pembelajaran. Oleh karenanya penilaian
hendaknya

dilakukan

dengan

perencanaan

yang

cermat.

Penilaian

dalam

pembelajaran dapat dikatakan merupakan proses pengumpulan informasi mengenai


siswa yang direncanakan secara cermat untuk menentukan keberhasilan proses dan
hasil pembelajaran yang telah dilakukan.
Gabel (dalam Wulan, 2014) mengkatagorikan assesment ke dalam dua
kelompok besar, yaitu assesment tradisional dan assesment alternatif. Assesment yang
tergolong tradisional adalah tes benar-salah, tes pilihan ganda, tes melengkapi, dan tes
jawaban terbatas. Sedangkan assesment alternatif (non-test) adalah essay/uraian, tes
praktikum, penilaian proyek, kuesioner, inventori, daftar cek, penilaian oleh teman
sejawat, penilaian diri (self assesment), portofolio, observasi, diskusi dan interview.
Penilaian (assesment) hasil belajar merupakan komponen penting dalam
kegiatan pembelajaran. Hal ini sejalan dengan pendapat Popham (dalam Wulan, 2014)

yang menyatakan bahwa assesment sudah seharusnya sejalan merupakan bagian dari
pembelajaran, bukan merupakan hal yang terpisah. Upaya meningkatkan kualitas
pembelajaran dapat ditempuh melalui peningkatan kualitas sistem penilaiannya.
Menurut Djemari Mardapi (Uno dan Koni, 2012) kualitas pembelajaran dapat dilihat
dari hasil penilaiannya. Sistem penilaian yang baik akan mendorong pendidik untuk
menentukan strategi mengajar yang baik dan memotivasi peserta didik untuk belajar
yang baik.
Menurut Arikunto (2013) penilaian akan memberikan makna dari proses
pembelajaran:
1. Makna untuk guru, guru dapat mengetahui apakah pelajaran yang disampaikan
tepat sasaran kepada siswa dan dengan hasil penilaian guru dapat mengetahui
siswa mana saja yang berhak melanjutkan pelajaran.
2. Makna untuk siswa, dengan diadakannya penilaian maka siswa dapt
mengetahui sejauh man telah berhasil mengikuti pelajaran yang diberikan oleh
guru.
3. Makna untuk sekolah, apabila guru-guru mangadakan penilaian akan diketahui
hasil siswa, maka dapat diketahui pula apakah kondisi belajar disekolah sudah
sesuai harapan atau belum.
Sedangkan fungsi penilaian menurut arikunto (2013) adalah:
1. Penilaian berfungsi selektif, dengan cara penilaian guru mempunyai cara
untuk mengadakan seleksiatau penilaian terhadap siswanya.
2. Penilaian berfungsi diagnostik, apabila alat yang digunakan dalam penilaian
cukup memenuhi syarat, maka dengan melihat hasilnya guru dapat mengetahui
kelemahan siswa. Disamping itu akan diketahui pula sebab-sebab kelemahan
itu. Jadi dengan mengadakan penilaian guru sebanarnya melakukan diagnosis
3.

kepada siswanya.
Penilaian berfungsi sebagai penempatan, setiap siswa sejak lahir telah
membawa bakat sendiri-sendiri sehingga belajar akan lebih efektif jika di
sesuaikan dengan pembawaan yang ada. Untuk dapat menentukan dengan
pasti kelompok mana yang sesuai dengan kemampuan siswa, maka digunakan

4.

suatu penilaian.
Penilaian berfungsi sebagai pengukur keberhasilan, fungsi ini dimaksudkan
untuk mengetahui suatu mana suatu program berhasil diterapkan kepada
siswa.Jadi dapat disimpulkan bahwa penilaian berfungsi sebagai alat ukur
keberhasilan dalam proses belajar.

C. Sikap

Menurut Ivancevich & Donnelly (dalam mutia, 2012) Sikap adalah kesiapsiagaan mental, yang diorganisasi lewat pengalaman, yang mempunyai pengaruh
tertentu kepada tanggapan individu terhadap individu lain, objek, dan situasi yang
berhubungan dengannya sedangkan Menurut Robbins (2008:92) Sikap merupakan
suatu pernyataan evaluatif, baik menyenangkan maupun tidak menyenangkan
terhadap suatu objek, individu atau peristiwa. Sikap berhubungan dengan persepsi,
kepribadian, belajar dan motivasi, oleh karena itu sikap merupakan faktor yang
menentukan perilaku.
Benjamin S. Bloom (1956) membuat taksonomi untuk tujuan pendidikan yang
dibagi menjadi beberapa aspek, diantaranya adalah: aspek kognitif, aspek afektif, dan
aspek psikomotor. Seperti yang telah diketahui, penilaian sikap masuk kedalam
kelompok aspek afektif. Karakteristik unsur-unsur aspek afektif yang diukur
mencakup watak perilaku seperti sikap, minat, konsep diri, nilai, moral, dan
sebagainya (Samsul, 2010).
Dilihat dari karakteristik yang telah disebutkan kelima karakteristik tersebut
diantaranya:
1

Sikap merupakan suatu kecenderungan untuk bertindak secara suka atau tidak

suka terhadap suatu objek (Depdiknas, 2008).


Menurut H.C. Witherington yang dikutip

Suharsini

Arikunto,

Minat

adalah kesadaran seseorang terhadap suatu objek, suatu masalah atau situasi yang
mengandung kaitan dengan dirinya. (1983 : 100 ). Timbulnya minat siswa
terhadap suatu objek ditentukan oleh menarik atau tidaknya objek tersebut. Sama
halnya dengan pembelajaran, suatu pembelajaran akan diminati oleh siswanya
apabila siswa menganggap bahwa pelajaran tersebut menarik menurutnya,
sehingga dalam hal pembelajaran, dalam hal ini adalah pembelajaran kimia
sebaiknya dapat menjadikan siswa tertarik dan mulai mempunyai rasa minat
3

terhadap kimianya itu sendiri.


Konsep diri merupakan bagian diri yang mempengaruhi setiap aspek pengalaman,
baik itu fikiran, perasaan, persepsi, dan tingkah laku individu (Calhoun &
Acoccela, 1990). Konsep diri mempengaruhi penghargaan mengenai dirinya
sendiri dan hal tesebut akan menentukan bagaimana seseorang akan bertindak
selanjutnya. Konsep diri ini pula terkadang bisa menjadi sugesti yang tertanam
dalam dirinya. Jika seseorang itu meyakini dirinya akan sukses dalam hidup,

konsep tersebut akan direalisasikan secara nyata dengan semangat menjalani


hidup dan akan mencapai kesuksesan, tapi sebaliknya, jika konsep diri yang
ditanamkan adalah kegagalan, maka hasil yang akan dituai juga merupakan
4

kegagalan.
Nilai adalah konsepsi (tersurat atau tersirat, yang sifatnya membedakan individu
atai ciri-ciri kelompok) dari apa yang diinginkan yang mempengaruhi tindakan
pilihan terhadap cara, tujuan antara, dan tujuan akhir (Kluckhohn & Brameld,

1957).
Moral diartikan sebagai ajaran baik buruk yang diterima umum mengenai
perbuatan, sikap, kewajiban, akhlak, budi pekerti, susila, dsb (Kamus Besar
Bahasa Indonesia). Moral berhubungan dengan perasaan seseorang serta moral
juga dipengaruhi oleh lingkungannya masing-masing. Pendidikan moral diajarkan
bahkan pada saat ketika masih duduk di sekolah dasar dalam pelajaran pendidikan

kewarganegaraan.
D. Sikap Ilmiah
Istilah sikap dalam bahasa inggris disebut Attitude sedangkan istilah attitude
sendiri berasal dari bahasa latin yakni Aptus yang berarti keadaan siap secara
mental yang bersifat untuk melakukan kegiatan. Sikap Ilmiah merupakan sikap yang
harus ada pada diri seorang ilmuan atau akademisi ketika menghadapi persoalanpersoalan ilmiah.
Menurut Baharuddin (dalam Pertiwi, 2013) sikap ilmiah pada dasarnya adalah
sikap yang diperlihatkan para ilmuan saat mereka melakukan kegiatan sebagai
ilmuan. Dengan kata lain kecendrungan individu untuk bertindak atau berperilaku
dalam memecahkan suatu masalah secara sistematis melalui langkah-langkah ilmiah.
Belajar sains dapat membantu siswa untuk memahami alam dan gejalanya berkaitan
dengan penelitian dan penyelidikan sehingga dapat menumbuhkan sikap ilmiah siswa
(Depdiknas, 2002).
Menurut Hadist dan I Nyoman Kertiasa (dalam Pertiwi, 2013) mengemukakan
beberapa sikap ilmiah yaitu:
Jujur yaitu perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai

orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
Disiplin yaitu tindakan yang menunjukan perilaku tertib dan patuh pada

berbagai ketentuan dan peraturan.


Kerja keras yaitu perilaku yang menunjukan upaya sungguh-sungguh dalam

mengatasi hambatan.
Kreatif yaitu berfikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau
hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.

Mandiri yaitu sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain

dalam menyelesaikan tugas-tugas.


Rasa ingin tahu yaitu sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk
mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajari, dilihat

dan didengar.
Peduli lingkungan yaitu sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah
kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-

upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.


Tanggung jawab yaitu sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas
dan kewajibannya yang seharusnya dia lakukan terhadap diri sendiri,

masyarakat, lingkungan, negara dan Tuhan Yang Maha Esa.


Demokratis yaitu cara berfikir, bersikap dan bertindak yang menilai hak dan

kewajibannya sama dengan orang lain


Sedangkan menurut Harlen, Gega dan AAAS (dalam Anwar,2013) pengelompokan
sikap ilmiah diantaranya:

Gega (1977)
Curiosity (sikap ingin tahu)
Investivencess (sikap penemuan)

Harlen (1996)
Curiosity (sikap ingin tahu)
Respect for evidence (sikap

AAAS ( 1993)
Honesty (sikap jujur)
Curiosity (sikap ingin

Critical thingking (sikap berfikir

respek terhadap data)


Critial refrection (sikap

tahu)
Open mindedness (sikap

kritis)
Persistence (sikap teguh pendirian)

refleksi kritis)
Perseverance (sikap

berfikir terbuka)
Skepticism (sikap

ketekunan)
Creativity and inventiveness

keragu-raguan)

(sikap kreatif dan


penemuan)
Open mindedness (sikap
berfikir terbuka)
Co-operation with other
(sikap bekerjasama dengan
orang lain)
E. Pengembangan Instrumen Penilaian Sikap Ilmiah
1.Rubrik

Rubrik merupakan panduan penilaian yang menggambarkan kriteria yang


diinginkan guru dalam menilai atau memberi tingkatan dari hasil pekerjaan
siswa Rubrik perlu memuat daftar karakteristik yang diinginkan yang perlu
ditunjukkan

dalam

suatu

pekerjaan

siswa disertai

dengan panduan

untuk

mengevaluasi masing-masing karakteristik tersebut.


Menurut Bernie Dodge dan Nancy Pickett (dalam Grace, 2014) Rubrik adalah
dalah alat skoring untuk pengauditan yang bersifat subjektif, yang didalamnya
terdapat satu set kriteria dan standard yang berkaitan dengan tujuan pembelajaran
yang akan diases ke anak didik, sedangkan menurut Nitko (2014) Rubrik adalah suatu
alat yang mengandungi satu set peraturan yangdigunakan untuk mengases kualiti
performansi / prestasi mahasiswa / peserta didik.
Tujuan dari penilaian rubrik yaitu siswa diharapkan secara jelas memahami
dasar penilaian yang akan digunakan untuk mengukur suatu kinerja siswa. Kedua
pihak (guru dan siswa) akan mempunyai pedoman bersama yang jelas tentang
tuntutan kinerja yang diharapkan. Rubrik diharapkan pula dapat menjadi pendorong
atau motivator bagi siswa dalam proses pembelajaran.
Rubrik biasanya dibuat dalam bentuk tabel dua lajur, yaitu baris yang berisi
kriteria dan kolom yang berisi mutu. Kriteria dapat dinyatakan secara garis besar.
Kemudian dirinci menjadi komponen-komponen penting atau dapat pula komponenkpmponen ditulis langsung tanpa dikelompokkan dalam garis besar.
Rubrik dapat bersifat menyeluruh atau berlaku umum dan dapat juga bersifat
khusus atau hanya berlaku untuk suatu topik tertentu. Rubrik yang bersifat
menyeluruh dapat disajikan dalam bentuk holistic rubric. Rubrik holistik adalah
pedonan untuk menilai berdasarkan kesan keseluruhan atau kombinasi semua kriteria.
Serta dapat pula dalam bentuk analytic rubric, rubrik analitik adalah pedoman untuk
menilai berdasarkan beberapa kriteria yang ditentukan. dengan menggunakan rubrik
ini dapat dianalisis kelemahan atau kelebihan siswa.
Contoh rubrik holistik :
Skor
4

Deskripsi
Respons terhadap tugas sangat spesifik. Informasi yang diberikan akurat dan
memperlihatkan pemahaman yang utuh. Respons dikemukakan dalam suatu
tulisan yang lancar dan hidup. Jawaban singkat dan langsung pada masalah
yang diminta serta kesimpulan dan pendapat mengalir secara logis. Secara
menyeluruh, respons lengkap dan memuaskan.

Respons sudah menjawab tugas yang diberikan. Informasi yang diberikan


akurat. Respons dikemukakan dalam tulisan yang lancar tapi uraian
cenderung brtele-tele.

Respons kurang memuaskan. Walaupun informasi yang diberikan akurat


tetapi tidak ada kesimpulan dan pendapat serta kurang logis.

Respons tidak menjawab tugas yang diberikan. Banyak informasi yang


hilang dan tidak akurat. Tidak ada kesimpulan atau pendapat.

Contoh rubrik analitik :


Sko
r
4
3
2
1

Grafik
Gambar dan pertelaan
tentang grafik yang
disajikan benar
Sebagian terbesar
gambar dan pertelaan
yang diberikan benar
Beberapa gambar dan
pertelaan yang disaji
benar
Gambar dan pertelaan
yang diberikan sangat
terbatas dan hanya
sedikit yang benar

Spesifikasi

Rasional

Semua spesifikasi yang


diberikan benar

Rasio yang diberikan jelas.

Semua spesifikasi yang


diberikan benar
Hanya sebagian
spesifikasi yang benar

Penjelasan diberikan,
tetapi msih membutuhkan
hambatan
Rasional yang diberikan
tidak lengkap

Spesifikasi yang
diberikan salah

Rasional yang diberikan


tidak benar

Dalam pengembangan rubrik, perlu diperhatikan beberapa langkah. Donna Szpyrka dan
Ellyn B. Smith (dalam endah, 2014) menyebutkan bahwa langkah-langkah pengembangan
rubrik adalah sebagai berikut :

Menentukan konsep, keterampilan atau kinerja yang akan dinilai


Merumuskan atau mendefinisikan dan menentukan urutan konsep atau keterampilan yang
akan diasesmen ke dalam rumusan atau definisi yang menggambarkan aspek kognitif,
aspek afektif dan aspek kinerja.

Menentukan konsep atau keterampilan yang terpenting dalam tugas yang harus dinilai.
Menentukan skala yang akan dinilai.
Mendeskripsikan kinerja mulai dari yang diharapkan sampai dengan kinerja yang tidak
diharapkan (secara gradual). Deskripsi konsep, afektif atau keterampilan kinerja tersebut
dapat diikuti dengan memberikan angka pada setiap gradasi atau member deskripsi

gradasi.
Melakukan uji coba dengan membandingkan kinerja atau hasil kerja dengan rubric yang

telah dikembangkan.
Berdasarkan hasil penilaian terhadap kinerja atau hasil kerja dari uji coba tersebut
kemudian dilakukan revisi terhadap deskripsi kinerja maupun konsep dan keterampilan

yang akan dinilai.


Memmikirkan kembali tentang skala yang digunakan.
Merevisi skala yang digunakan.
Walaupun suatu rubrik telah diupayakan untuk disusun dengan sebaik-baiknya tetapi

harus disadari bahwa tidak mungkin rubrik yang tersusun itu merupakan sesuatu yang
sempurna atau dianggap sebagai satu-satunya kriteria untuk menialai kinerja siswa dalam
satu kegiatan.
2. Tehnik Observasi
Observasi merupakan tehnik penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan dengan
menggunakan indera, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan
instrumen yang berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati. Observasi langsung
dilaksanakan oleh guru secara langsung tanpa perantara orang lain. Sedangkan observasi
tidak langsung dengan bantuan orang lain, seperti guru lain, orang tua, peserta didik, dan
karyawan sekolah (Kemendikbud, 2013).
Bentuk instrumen yang digunakan untuk observasi adalah pedoman observasi yang
berupa daftar cek atau sekala penilaian (rating scale) yang disertai rubrik. Daftar cek
digunakan untuk mengamati ada atau tidaknya suatu sikap atau perilaku. Sedangkan skala
penilaian menentukan posisi sikap atau perilaku peserta didik dalam suatu rentangan sikap.
Contoh instrumen untuk observasi
No

Aspek Pengamatan

Skor
1

1
2

Tidak menyontek dalam mengerjakan ujian/ulangan


Mengungkapkan perasaan terhadap sesuatu apa
adanya

3.Instrumen Penilaian Sikap Ilmiah Terhadap Praktikum

Instrumen penilaian sikap ilmiah terhadap praktikum dikembangkan dalam butir-butir


pernyataan yang menguji aspek sikap ilmiah siswa selama melakukan praktikum laju reaksi.
Bentuk instrumen yang dikembangkan adalah rubrik, dimana guru yang menilainya
(observer).
Instrumen penilaian sikap ilmiah yang dikembangkan berdasarkan daftar cek (chek
List). Check list adalah salah satu alat evaluasi yang termasuk alat ukur rating. Daftar ceklis
digunakan untuk menentukan derajat atau peringkat dari suatu unsur, komponen, trait,
karakteristik atau orang, baik dalam bandingannya suatu keriteria tertentu maupun
dibandingkan dengan anggota kelompok yang lain. Jadi dalam check list pengamat hanya
menyatakan ada atau tidak adanya suatu hal yang sedang diamati, bukan memberi peringkat
atau derajat kualitas hal tersebut (Widoyoko, 2012).
Contoh instrumen menggunakan check list
No

Aspek Pengamatan

Penilaian
Ya

1
2

Tidak

Tidak menyontek dalam mengerjakan ujian/ulangan


Mengungkapkan perasaan terhadap sesuatu apa
adanya

F. Kualitas Instrumen Penilaian Sikap


Kualitas instrumen penilaian sikap dapat dilihat dari aspek validitas dan
realibilitasnya.
1. Validitas
Instrumen dikatakan valid apabila instrumen tersebut dapat dengan tepat
mengukur apa yang hendak diukur. Dengan kata lain validitas berkaitan dengan
ketepatan dengan alat ukur. Dengan instrumen yang valid akan menghasilkan
data yang valid pula atau dapat juga dikatakan bahwa jika data yang dihasilkan
dari sebuah instrumen valid, maka instrumen itu juga valid. Suatu instrumen
penilaian afektif dikatakan memiliki validitas tinggi, jika instrumen tersebut
benar-benar mengukur asfek afektif siswa terhadap praktikum (Firman, 2000).
Validitas suatu instrumen evaluasi, tidak lain adalah derajat yang menunjukan
dimana suatu tes mengukur apa yang hendak diukur. Validitas suatu instrumen
evaluasi mempunyai beberapa makna penting diantaranya sebagai berikut:
Validitas berhubungan dengan ketepatan interpretasi hasil tes atau

instrumen evaluasi untuk grup individual dan instrumen itu sendiri.


Validitas diartikan sebagai derajat yang menunjukan kategori yang bisa
mencakup kategori rendah, menengah, dan tinggi.

Prinsip suatu tes valid, tidak universal. Validitas suatu tes yang perlu
diperhatikan oleh para peneliti adalah bahwa ia hanya valid untuk
suatu tujuan tertentu saja.
(Sukardi, 2009)

Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi dan validitas
konstruk:
a. Validitas isi ialah derajat di mana sebuah tes evaluasi mengukur cakupan
substansi yang ingin diukur. Suatu instrumen dikatakan valid jika sesuai
dengan standar isi kurikulum yang berlaku. Dengan demikian perlu
mrlibatkan penelaah dalam menilai apakah instrumen yang telah disusun telah
memenuhi syarat validitas isi. Penelaahan ini didasarkan atas aspek yang
diukur oleh masing-masing butir pernyataan dengan aspek yang sudah di
tetapkan.
b. Validitas konstruk yaitu validitas yang didasarkan pada kesesuaian instrumen
dengan konstruksi teoritik dimana instrumen itu dibuat. Dengan kata lain,
suatu instrumen dikatakan valid secara konstruktif apabila butir-butir
instrumen telah sesuai dengan berfikir atau tahap perkembangan subjek yang
teliti.
Menurut arikunto (dalam

,2009) validitas isi dievaluasi melalui pertimbangan

ahli terhadap kesesuaian butir instrumen penilaian afektif yang diukur antara
penilaian afektif dengan observasi dengan penilaian afektif siswa terhadap
praktikum. Sedangkan validitas konstruk ditentukan dari besarnya koefesien
korelasi butir pernyataan yang dikembangkan.
2. Reabilitas
Reabilitas dapat diartikan sebagai konsistensi atau keajegan (Sukardi, 2009).
Suatu instrumen evaluasi dikatakan mempunyai nilai reabilitas tinggi apabila tes
yang dibuat mempunyai hasil yang konsisten dalam mengukur yang hendak
diukur. Reabilitas memberikan konsistensi yang membuat terpenuhinya syarat
utama yaitu validnya suatu hasil skor instrumen.
Berdasarkan cara-cara melakukan pengujian tingkat reliabilitas instrumen,
seara garis besar ada dua jenis reliabilitas, yaitu reliabilitas internal dan reabilitas
internal. Reabilitas eksternal diperoleh jika ukuran atau kriteria tingkat reabilitas
berada di luar instrumen yang bersangkutan. Sebaliknya jika kriteria maupun

perhitungan didasarkan pada data dari instrumen itu sendiri, akan menghasilkan
reabilitas internal
G. Deskripsi Materi Laju Reaksi
Suatu perubahan kimia biasanya berlangsung dengan kecepatan tertentu. Kecepatan suatu
reaksi biasa disebut laju reaksi, biasanya dinyatakan sebagai perubahan konsentrasi zat per
satuan waktu. Laju reaksi ini dapat dinyatakan sebagai laju pengurangan pereaksi atau laju
pertambahan hasil reaksi. Untuk reaksi berikut
A + B C
Type equation here .

Laju reaksi dapat dinyatakan sebagai:


Laju pengurangan konsentrasi A
Laju pengurangan konsentrasi B
Laju pertambahan konsentrasi C
Laju reaksi rata-rata untuk suatu reaksi, yaitu:
Laju reaksi

Perubahan Konsentrasi
Perubahan Waktu

Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi yaitu:

Konsentrasi Pereaksi
Laju reaksi umumnya naik dengan bertambahnya konsentrasi pereaksi, dan turun

dengan berkurangnya konsentrasi pereaksi.


Luas Permukaan
Semakin besar luas permukaan sentuh semakin besar kemungkinan partikel-partikel

untuk bertemu dan bereaksi.


Suhu
Pengaruh suhu terhadap laju reaksi dapat kita amati dalam kehidupan sehari-hari.
Sebagai contoh, penyimpanan makanan di lemari es dapat memperlambat laju reaksi
perusakan makanan. Sebagian besar reaksi kimia akan berlangsung lebih cepat pada

suhu yang lebih tinggi.


Katalis
Katalis adalah suatu zat yang dapat mengubah laju reaksi kimia tanpa mengalami
perubahan kimiawi di akhir reaksi. Katalis yang mempercepat laju reaksi disebut
katalis positif sedangkan katalis yang dapat memperlambat laju reaksi disebut katalis
negatif.

Anda mungkin juga menyukai