Anda di halaman 1dari 119

PENGARUH MOTIVASI, SIKAP DISIPLIN DAN SIKAP ILMIAH

SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII


SEMESTER I SMP N 4 SALATIGA DENGAN POKOK BAHASAN
BENTUK ALJABAR TAHUN PELAJARAN 2010/2011
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat
untuk Menyelesaikan Program Sarjana (S1)

Oleh :
Ella Kurniawati
06310053

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA


DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
IKIP PGRI SEMARANG
2011

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul PENGARUH MOTIVASI, SIKAP DISIPLIN DAN SIKAP


ILMIAH

SISWA

TERHADAP

HASIL

BELAJAR

SISWA

KELAS

VIII

SEMESTER II SMP N 4 SALATIGA KOTA SALATIGA DENGAN SUB POKOK


BAHASAN OPERASI PECAHAN BENTUK ALJABAR TAHUN PELAJARAN
2010/2011
yang disusun oleh :
Nama

: Ella Kurniawati

NPM

: 06310053

Jurusan

: Pendidikan Matematika

Telah disetujui dan disahkan pada :

Hari

Tanggal

Semarang,.Febuari 2011
Pembimbing I

Pembimbing II

Drs Sutrisno, S.E., M.M.


NIP. 19601121 198703 1 001

Drs Wijonarko,M.Kom
NIP.19580303 199103 1 001
Mengetahui,
Dekan FPMIPA

Ary Susatyo N, S.Si, M.Si

NIP. 19690826 199403 1002


MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto:

1. Sesungguhnya sesudah kesulitan pasti ada kemudahan maka apabila


kamu sudah selesai dalam suatu urusan, lakukanlah dengan sungguhsungguh urusan yang lain. Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya
kamu berharap (Q.S. Al-Insyiroh: 6-8)
2. Jangan kau kira kesuksesan seperti buah kurma yang kau makan,
engkau tidak akan meraih kesuksesan sebelum meneguk pahitnya
kesabaran (Sabda Nabi SAW)
3. Jadikanlah kesabaran dan sholatmu sebagai penolong dan
sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orangorang yang khusuk (Q.S. Al-Baqoroh: 45)

Persembahan:

! "#
$

&

'
*

&

()

&
(

'
'

'

++,-

.
0 1 12" %

" )2

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan
karunia-Nya,

serta

kemudahan

dan

kelapangan,

sehingga

penulis

menyelasaikan skripsi dengan judul judul PENGARUH MOTIVASI,

dapat
SIKAP

DISIPLIN DAN SIKAP ILMIAH SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA


KELAS VIII SEMESTER II SMP N 4 SALATIGA KOTA SALATIGA DENGAN
SUB POKOK BAHASAN OPERASI PECAHAN BENTUK ALJABAR TAHUN
PELAJARAN 2010/2011
Penulis menyadari bahwa terselesainya skripsi ini tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak. Penulis sampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Muhdi, S.H, M.Hum, selaku rektor IKIP PGRI Semarang.
2. Ary Susatyo Nugroho, S.Si, M.Si, selaku dekan FPMIPA IKIP PGRI Semarang.
3. Drs. Rasiman, M.Pd, selaku ketua program studi pendidikan matematika IKIP
PGRI Semarang.
4. Drs. Sutrisno S.E, M.M selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan
persetujuan, arahan dan pembimbing kepada penulis.
5. Drs. Wijonarko, M.Kom, selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan
persetujuan, arahan dan pembimbing kepada penulis.
6. Munadzir S.Pd,M.Pd, selaku kepala SMP Negeri 4 Salatiga yang telah
memberikan ijin penelitian.

7. Bu Wiwiek, S.Pd, selaku guru bidang studi matematika kelas VIII SMP Negeri 4
Salatiga.
8. Bapak dan Ibu tersayang atas doa dan dukungan, nasehat serta kasih sayang dan
perhatiannya.
9. Semua pihak yang telah membantu terselesainya skripsi ini, yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu.
Dengan harapan semoga ALLAH SWT menerima amal, jasa dan budi
baik serta selalu melimpahkan rahmat, taufiq serta hidayah-Nya. Amin
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna,
karena berbagai keterbatasan baik waktu, tenaga, maupun pengetahuan penulis.
Untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak.

Semarang, Desember 2010

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ..... i
HALAMAN PERSETUJUAN ..

ii

HALAMAN PENGESAHAN ..

iii

ABSTRAK . iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN . v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI .
BAB I

viii

PENDAHULUAN . 1
A. Latar Belakang Masalah .. 1
B. Rumusan Masalah ..

C. Penegasan Istilah .

D. Tujuan Penelitian . 6

BAB II

E. Manfaat Penelitian ..

F. Sistematika Penulisan Skripsi .

LANDASAN TEORI ..
A. Motivasi ....

10
10

B. Sikap Disiplin...... 20
C. Sikap Ilmiah.

32

D. Pembelajaran .

35

E. Prestasi Belajar

40

BAB III

BAB IV

BAB V

F. Uraian Materi

44

G. Kerangka Berpikir

45

H. Hipotesis ..

50

METODE PENELITIAN 52
A. Variabel Penelitian

52

B. Populasi dan Sampel

54

C. Metode Pengumpulan Data

54

D. Uji Instrumen ...

55

E. Analisis Data

58

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...

72

A. Persiapan Penelitian

72

B. Pelaksanaan Penelitian

73

C. Hasil Uji Coba Instrumen

74

D. Analisis Data

77

E. Pembahasan Hasil Penelitian...

119

PENUTUP

124

A. Kesimpulan .

124

B. Saran

125

DAFTAR PUSTAKA x
DAFTAR LAMPIRAN .

xiii

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad. 1993. Prosedur dan Stretegi Penelitian Kependidikan. Bandung :


Angkasa
Anni, Catharina Tri,dkk. 2004. Psikologi Belajar. Semarang:UPT MKK UNNES.
Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis.
Jakarta: Rineka Cipta
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta :
Rineka Cipta.
________________. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.
Bahri, Syaiful Djamarah. 2002. Rahasia Sukses Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Darsono, Max. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press
Depdiknas. 1992. Petunjuk teknis disiplin dan tata tetib sekolah dasar. Jakarta:
Depdiknas
Haditono, SR. 1989. Achievment Motivation, Parents Educational Level and
Child Learning Practice in from Occupational Groups. Yogyakarta: Fakultas
Psikologi.UGM
Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algesindo
Hariyadi, Sugeng. 1998. Perkembangan Peserta Didik. Semarang: IKIP
Semarang Press
Hurlock, Elizabeth. 1999. Psikologi perkembangan (suatu pendekatan sepanjang
rentang kehidupan. Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama
-----------------------. 1999. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga
Margono, S. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Mulyasa, E. 2003. Kurikilulum Berbasis Kompetensi. Bandung: PT. Remaja
Mulyasa, E. 2004. Implementasi Kurikulum 2004 panduan pembelajaran KBK.
Bandung: PT Remaja Rosda Karya

Poerwadarminto, W.J.S. 1994. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai


Pustaka
Riyanto,H.dkk. 2009. LKS.Matematika Kelas VIII Semester I. Surakarta: Surya Badra
Santoso, Singgih. 2003. Mengatasi Berbagai Masalah Statistik dengan SPSS versi 11,5.
Jakarta. Gramedia.
Sardiman. 2003. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta
Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung : Tarsito.
Sugandi, Achmad. 2004. Teori Pembelajaran. Semarang : UPT MKK UNNES
Suryabrata, Sumadi. 2001. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press
Suyitno, Amin. 1997. Pengukuran Skala Sikap Seseorang Terhadap Mata
Pelajaran Matematika. Semarang: FMIPA IKIP Semarang.
Tuu, Tulus. 2004. Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Belajar. Jakarta:
Grasindo
Winardi, 2002. Motivasi dan Pemotivasian dalam Manajeman. Jakarta: PT.
Grafindo Persada

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.

Daftar Nama Siswa Kelas Uji Coba

Lampiran 2.

Daftar Nama Siswa Penelitian

Lampiran 3.

Kisi-kisi Angket

Lampiran 4.

Soal Angket

Lampiran 5.

Data Uji Coba Instrumen

Lampiran 6.

Data Hasil Penelitian

Lampiran 7.

Analisis Validitas dan Reliabilitas

Lampiran 8.

Analisis Validitas Angket

Lampiran 9.

Analisis Reliabilitas Angket

Lampiran 10. Daftar Nilai Ulangan


Lampiran 11. Uji Normalitas
Lampiran 12. Uji Linearitas
Lampiran 13. Analisis Regresi Angket
Lampiran 14. Analisis Akhir
Lampiran 15. Analisis Regresi Linier Ganda
Lampiran 16. Koefisien Korelasi Ganda
Lampiran 17. Prosentasi Koefisien Determinasi
Lampiran 18. Uji Regresi Linier
Lampiran 19. Uji Koefisien Regresi
Lampiran 20. Uji Regresi Linier
Lampiran 21. Uji Koefisien Regresi

Lampiran 22. Surat Ijin Penelitian


Lampiran 23. Surat Keterangan Melakukan Penelitian

BAB I
PENDAHULUAN

A.

LATAR BELAKANG
Pelajaran matematika merupakan dasar dari pelajaran-pelajaran yang
lain, seperti ekonomi, bahasa Indonesia, sejarah, olahraga dan lain-lain. Hal
ini dikarenakan dalam penerapannya, pelajaran-pelajaran tersebut sering
menggunakan unsur matematika, seperti bilangan, nilai hitung dan
sebagainya. Pandangan siswa secara umum mengenai pelajaran matematika,
bahwa matematika merupakan pelajaran yang susah dimengerti dan kurang
dimotivasi.
Hal inilah yang mengakibatkan rendahnya hasil belajar siswa,
walaupun disisi lain ada sebagian siswa menganggap bahwa matematika
merupakan pelajaran yang mudah dimengerti dan mengasyikkan, sehingga
hasil belajar siswa menjadi meningkat.
Perasaan kurang motivasi dan susah mengerti akan pelajaran
matematika yang dialami oleh siswa, dikarenakan anggapan siswa terhadap
pelajaran matematika dengan rumus yang cukup beragam dan rumit, serta
kurangnya

rasa keingintahuan dan kurang kritisnya siswa dalam

mempelajari matematika.

Ini mengakibatkan siswa pasif dalam belajar

matematika. Kurangnya rasa ingin tahu dan krekritisan yang terdapat dalam
diri siswa, dan kecenderungan siswa belajar hanya dengan menghafal rumus
saja tanpa mengetahui darimana rumus tersebut diperoleh, serta sikap siswa

yang terkadang kurang jujur dalam belajar, ini kurang bisa mendorong cara
berpikir siswa ke arah positif.
Sikap ilmiah siswa masih menunjukkan kurang

ke arah positif

seperti siswa terkadang masih menunggu perintah dari guru, kurang disertai
rasa keingintahuan, dan kekritisan siswa dalam belajar

matematika.

Siswapun terkadang kurang jujur kepada guru, sehingga kurang adanya


keluwesan dalam kegiatan belajar. Hasil belajar yang diperoleh oleh siswa
masih kurang dengan nilai rata-ratanya adalah 60.
Dari waktu ke waktu perkembangan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi semakin pesat. Arus globalisasi juga semakin hebat. Akibat dari
fanomena ini

muncul persaingan dalam berbagai bidang kehidupan,

diantaranya bidang

pendidikan. Untuk menghadapi tantangan berat ini

dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Salah satu cara yang
ditempuh adalah melalui peningkatan mutu pendidikan (Darsono, 2000:1).
Hasil kegiatan belajar yang diharapkan adalah prestasi belajar yang
baik. Setiap orang pasti mendambakan prestasi belajar yang tinggi, baik
orang tua, siswa, dan lebih-lebih bagi guru. Untuk mencapai prestasi belajar
yang optimal tidak lepas dari kondisi-kondisi dimana kemungkinan siswa
dapat belajar dengan efektif dan dapat mengembangkan daya eksplorasinya.
Memperoleh prestasi belajar yang baik bukanlah hal yang mudah, banyak
faktor yang mempengaruhi, faktor-faktor tersebut antara lain guru, orang tua
dan

siswa. Faktor siswa memegang peranan penting dalam pencapaian

prestasi belajar,

karena siswa yang melakukan kegiatan belajar perlu

memiliki ketekunan belajar,

motivasi berprestasi yang tinggi, disiplin

belajar yang baik, dan berpartisipasi dalam pelaksanaan pembelajaran


(Suryabrata, 2001:249).
Salah satu prinsip dalam melaksanakan pendidikan adalah individu
secara

aktif mengambil bagian dalam kegiatan pendidikan yang

dilaksanakan. Jadi untuk terwujudnya perbuatan belajar juga harus ada


kekuatan atau dorongan dari dalam diri siswa (Darsono, 2000:60). Dengan
kata lain, untuk dapat melakukan sesuatu harus ada motivasi. Begitu juga
dalam proses belajar atau pendidikan, individu harus mempunyai motivasi
untuk mengikuti kegiatan belajar atau pendidikan yang sedang berlangsung.
Motivasi dikatakan serangkaian usaha untuk menyediakan kondisikondisi tertentu, sehingga seseorang itu mau dan ingin melakukan sesuatu,
dan bila ia

tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau

mengelakkan perasaan tidak suka itu (Sardiman, 2003:75). Jadi motivasi itu
dapat dirangsang oleh faktor dari luar tetapi motivasi itu adalah tumbuh di
dalam diri seseorang. Dalam

kegiatan belajar, maka motivasi dapat

dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang


menimbulkan kegiatan belajar, menjamin

kelangsungan dari kegiatan

belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang
dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai.
Penelitian sebelumnya yang berjudul Pengaruh Motivasi Belajar
terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VII

SMP N 13 Semarang oleh

Setyowati (2007:55). Hasil yang diperoleh dari penelitiannya adalah

besarnya pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar siswa kelas VII
SMP N 13 Semarang sebesar 29,766 % sedangka sisanya sebesar70,234 %
dipengaruhi faktor faktor lain.
Berdasarkan uraian di atas, sangat dimungkinkan bahwa motivasi,
cara berpikir kritis siswa dan sikap disiplin siswa dapat mempengaruhi hasil
belajar siswa. Dari pertimbangan ini, penulis memperoleh dasar pemikiran
untuk mengambil judul Pengaruh Motivasi, Sikap disipin, dan Sikap
ilmiah Siswa Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VIII Semester I SMP N 4
Salatiga dengan Sub Bab Operasi Pecahan Bentuk Aljabar Tahun ajaran
2010/2011

B.

RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan dalam
penelitian ini, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah tingkat motivasi belajar, sikap disiplin, dan sikap ilmiah
belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika pada siswa Kelas VIII
Semester I SMP N 4 Salatiga Tahun Ajaran 2010/2011?
2. Apakah ada pengaruh motivasi belajar, sikap disiplin, dan sikap ilmiah
belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika pada siswa kelas VIII
Semester I SMP N 4 Salatiga Tahun Ajaran 2010/2011?
3. Variabel manakah yang paling berpengaruh motivasi belajar, sikap
disiplin, dan sikap ilmiah belajar siswa terhadap prestasi belajar
matematika pada siswa Kelas VIII Semester I SMP N 4 Salatiga Tahun
Ajaran 2010/2011?

C.

PENEGASAN ISTILAH
Untuk menghindari adanya salah pengertian dalam memahami judul
maka penulis perlu menjelaskan istilah dalaam judul yang dianggap penting.
1. Motivasi
Motivasi berprestasi didefinisikan sebagai suatu bentuk dorongan
yang ada dalam diri siswa untuk meraih prestasi dalam hal-hal tertentu,
disertai dengan usaha yang keras agar memperoleh hasil yang baik dari
kondisi yang ada sekarang dengan cara mengatur lingkungan sosial dan
fisiknya, dengan indikator:
a. Keinginan untuk berbuat lebih dari orang lain
b. Memiliki daya juang untuk mengatasi rintangan
c. Berorientasi jauh ke depan
d. Suka tantangan
2. Sikap Disiplin
Disiplin belajar didefinisikan sebagai sikap siswa yang terbentuk
melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai
ketaatan dan keteraturan berdasarkan acuan nilai moral individu untuk
memperoleh perubahan tingkah laku yang mencakup perubahan berfikir,
sikap, dan tindakan yang sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang
telah ditetapkan seseorang dalam belajar secara konsisten dan
konsekuen, dengan indikator:
a. Patuh dan taat terhadap tata tertib di sekolah
b. Persiapan belajar siswa

c. Perhatian terhadap kegiatan pembelajaran


d. Menyelesaikan tugas pada waktunya.
3. Sikap Ilmiah
Siswa yang mempunyai sikap ilmiah yang tinggi akan memiliki
kelancaran dalam berfikir sehingga siswa akan termotivasi untuk selalu
berprestasi dan memiliki komitmen yang kuat untuk mencapai
keberhasilan dan keunggulan.
a. Keingintahuan siswa
b. Kejujuran siswa
c. Sikap kekritisan siswa
4. Prestasi Belajar
Menurut Tuu (2004:75) prestasi belajar adalah penguasaan
pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran,
lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan
oleh guru. Dalam penelitian ini prestasi belajar yang dimaksud adalah
perolehan nilai ulangan setelah materi bentuk aljabar dengan sub bab
operasi pecahan bentuk aljabar diajarkan.
5. Bentuk Aljabar
Dalam penelitian ini penulis memilih materi bentuk aljabar
dengan sub bab operasi pecahan bentuk aljabar.

D.

TUJUAN PENELITIAN
Sesuai dengan permasalahan yang muncul diatas, maka penelitian ini
mempunyai tujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui motivasi belajar, sikap disiplin, dan sikap ilmiah


belajar siswa serta prestasi belajar matematika pada siswa Kelas VIII
Semester I SMP N 4 Salatiga Tahun Ajaran 2010/2011.
2. Untuk mengetahui ada tidaknya motivasi belajar, sikap disiplin, dan
sikap ilmiah belajar siswa serta prestasi belajar matematika pada siswa
Kelas VIII Semester I SMP N 4 Salatiga Tahun Ajaran 2010/2011.
3. Untuk mengetahui variabel yang paling berpengaruh pengaruh antara
motivasi belajar, sikap disiplin, dan sikap ilmiah belajar siswa serta
prestasi belajar matematika pada siswa Kelas VIII Semester I SMP N 4
Salatiga Tahun Ajaran 2010/2011

E.

MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Teoritik
Hasil penelitian ini diharapkan akan menambah khasanah
teoritik dibidang ilmu pendidikan dan diharapkan dapat memberi
kontribusi positif bagi pengembangan ilmu pendidikan khususnya dalam
rangka meningkatkan prestasi belajar matematika siswa.
2. Manfaat Praktis
Memberikan masukan kepada guru dan siswa bahwa motivasi
belajar, sikap ilmiah, dan disiplin belajar adalah sangat penting dalam
meningkatkan prestasi belajar matemaika siswa.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
pengetahuan tentang motivasi belajar, sikap ilmiah, dan disiplin belajar

terhadap prestasi belajar, sehingga dapat dijadikan bekal bagi peneliti


dalam menerapkan ilmu kependidikan yang diperoleh dikemudian hari.

F.

SISTEMATIKA PENULISAN
Untuk mempermudah dalam penulisan skripsi ini, maka digunakan
sistematika skripsi yang dibagi menjadi tiga bagian yaitu :
1. Bagian awal skripsi
Bagian awal skripsi berisi halaman judul, halaman pengesahan,
halaman pengesahan, halaman motto dan persembahan, kata pengantar,
abstraksi dan daftar isi, daftar tabel, dan daftar lampiran.
2. Bagian isi skripsi
Bagian isi skripsi terdiri dari lima bab yaitu :
BAB I

Pendahuluan,

berisi

tentang

latar

belakang

masalah,

penegasan istilah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan skripsi.
BAB II

Landasan teori dan hipotesis, berisi tentang landasan teori,


kerangka berfikir dan hipotesis penelitian.

BAB III

Metode penelitian, berisi tentang variabel penelitian, populasi


dan sampel penelitian, metode pengumpulan data dan analisis
data.

BAB IV Hasil penelitian dan pembahasan, berisi tentang persiapan


penelitian, pelaksanaan penelitian, hasil uji coba instrumen,
analisis data dan pembahasan hasil penelitian.

BAB V

Penutup , berisi tentang simpulan dan saran.

3. Bagian akhir skripsi


Bagian akhir terdiri dari daftar pustaka dan lampiran lampiran.

10

BAB II
LANDASAN TEORITIS DAN HIPOTESIS

Untuk dapat memecahkan suatu permasalahan dengan baik maka


permasalahan harus ditelaah dari berbagai kajian teori yang relevan, sehingga
dalam penelitian ini perlu mengungkapkan beberapa pendapat para ahli yang
dapat membantu memecahkan permasalahan. Dalam bagian ini dikemukakan
pembahasan hal-hal yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti yaitu
motivasi, sikap ilmiah, sikap disiplin dalam pembelajaran dan prestasi belajar.
Semua ini dipergunakan sebagai dasar perumusan hipotesis.

A. MOTIVASI
1. Pengertian Motivasi
W. S. Winkel mengatakan bahwa motif adalah daya penggerak
di dalam diri orang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi
mencapai suatu tujuan tertentu (dalam Darsono, 2000:61). Berawal dari
kata motif itu, motivasi diartikan sebagai motif yang sudah menjadi aktif
pada saat-saat melakukan suatu perbuatan. Sedangkan motif sudah ada
dalam diri seseorang, jauh sebelum orang itu melakukan suatu perbuatan.
Menurut Mc. Donald (dalam Sardiman, 2003:73) motivasi adalah
perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya
feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.
Dari pengertian yang dikemukakan Mc. Donald mengandung tiga elemen
penting, yaitu:

11

a. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan pada diri setiap


individu manusia, penampakannya akan menyangkut kegiatan fisik
manusia.
b. Motivasi ditandai dengan munculnya, rasa feeling, afeksi seseorang.
Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan,
afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia.
c. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam
hal ini sebenarnya merupakan respon dari suatu aksi, yaitu tujuan.
Dengan ketiga elemen di atas, maka dapat dikatakan bahwa
motivasi itu sebagai sesuatu yang kompleks. Motivasi akan menyebabkan
terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri individu, sehingga
akan bergayut dengan perasaan dan emosi untuk bertindak atau melakukan
sesuatu. Semua ini didorong karena adanya tujuan dan kebutuhan.
Para pakar Psikologi menggunakan kata motivasi dengan
mengaitkan

belajar

untuk

menggambarkan

proses

yang

dapat

memunculkan dan mendorong perilaku, memberikan arah atau tujuan


perilaku, memberikan peluang terhadap perilaku yang sama, dan
mengarahkan pada pilihan perilaku tertentu.
Motivasi

merupakan

proses

internal

yang

mengaktifkan,

memandu, dan memelihara perilaku seseorang secara terus-menerus (Anni,


2005:111). Dalam pengertian ini intensitas dan arah motivasi dapat
bervariasi. Untuk belajar sangat diperlukan adanya motivasi, sesuai dengan
semboyan motivation is an essential condition of learning. Hasil belajar

12

akan menjadi optimal, kalau ada motivasi. Makin tepat motivasi yang
diberikan, akan makin berhasil pula pelajaran itu (Sardiman, 2003:84).
Jadi motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha belajar bagi
para siswa. Sehubungan dengan hal tersebut ada tiga fungsi motivasi yang
dikemukakan oleh Sardiman (2003:85), yaitu:
a. Mendorong manusia untuk berbuat, motivasi dalam hal ini merupakan
motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.
b. Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai.
Motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan
sesuai dengan rumusan tujuannya.
c. Menyelesaikan perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa
yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan
menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan
tersebut.
Di samping itu, motivasi juga berfungsi sebagai pendorong usaha
dalam pencapaian prestasi. Seseorang melakukan suatu usaha karena adanya
motivasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang
baik. Dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi,
maka seseorang yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik.
Intensitas motivasi seseorang siswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian
prestasi belajarnya.

2. Pengertian Motivasi Belajar


Motivasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah motivasi
berprestasi. Secara umum telah diketahui bahwa perilaku manusia

13

senantiasa dilatar belakangi oleh motif-motif tertentu. Diantara sekian


motif yang mewarnai kehidupan manusia, salah satunya yang berperan
besar adalah motivasi berprestasi. Dengan dipahaminya motif atau
motivasi pada diri seseorang, bila ikaitkan dengan prestasi akan
mempunyai pengertian tersendiri dan lebih khusus menggambarkan
kespesifikan tentang dorongan atau kebutuhan akan gambaran berprestasi
yang bervariasi pada diri seseorang.
Konsep motivasi belajar pertama kali menggunakan istilah N
Ach atau Need for Achiement dan dipopulerkan oleh Mc Clelland (dalam
Haditono, 1989:8). Konsep ini bertolak dari suatu asumsi bahwa N Ach
merupakan semacam kekuatan psikologis yang mendorong setiap individu
sehingga membuat aktif dan dinamis untuk mengejar kemajuan. Menurut
Lingren (Hariyadi, 1998:87), menyatakan bahwa motivasi belajar adalah
dorongan

yang

berhubungan

dengan

prestasi,

yaitu

menguasai,

memanipulasi, mengatur lingkungan maupun fisik untuk mengatasi


rintangan - rintangan dan memelihara kualitas belajar yang tinggi, bersaing
melalui usaha - usaha untuk melebihi perbuatan - perbuatan yang lampau
dan mengungguli perbuatan orang lain. Individu yang mempunyai
motivasi belajar biasanya lebih menyukai tugas yang menuntut tanggung
jawab.
Hal ini berarti keberhasilan yang dicapai bukan karena bantuan
orang lain atau karena faktor keberuntungan, melainkan karena hasil kerja
keras dirinya sendiri. Selain itu individu juga mempunyai dorongan yang

14

kuat untuk segera mengetahui hasil nyata dari tindakannya, karena hal itu
dapat digunakan sebagai umpan balik. Selanjutnya dari hasil evaluasi
tersebut individu dapat memperbaiki kesalahannya dan mendorong untuk
berprestasi lebih baik dengan menggunakan cara-cara baru.
Motivasi belajar adalah motif yang mendorong individu untuk
berhasil dalam kompetisi dengan beberapa ukuran keunggulan (Standart of
Exellend) (Haditono, 1989:16). Ukuran yang dimaksud dapat prestasinya
sendirisebelumnya atau prestasi orang lain. Kemampuan yang dimiliki
seseorang dalam berbagai aktivitas merupakan standar keunggulan,
dimana suatu kegiatan tersebut dapat gagal atau berhasil. Motivasi belajar
juga dapat diartikan sebagai perjuangan untuk menambah prestasi setinggi
mungkin.
Ada tiga standar keunggulan atau keberhasilan menurut
Heckhausen (dalam Haditono 1989:17), yaitu:
a. Keberhasilan dalam menyelesaikan tugas.
b. Keberhasilan yang dibandingkan dengan keberhasilan sebelumnya.
c. Keberhasilan yang dicapai dibandingkan dengan keberhasilan yang
diraih orang lain.
Pada dasarnya setiap orang ingin dipandang sebagai orang yang
berhasil dalam hidupnya lebih-lebih remaja, dan sebaliknya tidak ada
orang yang senang jika menghadapi kegagalan dalam hidupnya. Ini adalah
cerminan bahwa pada diri seseorang itu terdapat motif untuk berprestasi.
Tentang hal ini MC Clelland (dalam Hariyadi, 1998:89) melalui

15

penelitiannya telah menemukan bahwa orangorang yang mempunyai


motivasi belajar tinggi, adalah:
a. Lebih senang menetapkan sendiri hasil karyannya
b. Lebih senang menghindari tujuan hasil karya yang mudah
c. Lebih menyenangi umpan balik yang cepat tampak dan efesien.
d. Senang bertanggung jawab akan pemecahan soal.
Motivasi belajar merupakan suatu dorongan dari dalam diri
seseorang untuk mengatasi tantangan dan hambatan dalam mencapai
tujuan individu yang mempunyai keinginan untuk memperoleh kesuksesan
dalam setiap usahanya. Dari berbagai pendapat para ahli, dapat ditarik
kesimpulan bahwa yang dikatakan motivasi berprestasi adalah satu bentuk
dorongan yang ada dalam diri siswa untuk meraih prestasi dalam hal-hal
tertentu, disertai dengan usaha yang keras agar memperoleh hasil yang
baik dari kondisi yang ada sekarang dengan cara mengatur lingkungan
sosial dan fisiknya.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi motivasi belajar
(Darsono, 2000:65) adalah sebagai berikut:
a. Cita-cita dan aspirasi
Cita-cita atau disebut aspirasi adalah suatu target yang ingin
dicapai. Target ini diartikan sebagai tujuan yang ditetapkan dalam suatu
kegiatan yang mengandung makna bagi seseorang. Aspirasi ini dapat
bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif.

16

b. Kemampuan belajar
Kemampuan ini meliputi beberapa aspek psikis yang terdapat
dalam diri siswa, misalnya pengamatan, perhatian, ingatan, daya pikir,
dan fantasi. Dalam kemampuan belajar ini, taraf perkembangan berpikir
siswa menjadi ukuran. Jadi siswa yang mempunyai kemampuan belajar
tinggi, biasanya lebih bermotivasi dalam belajar.
c. Kondisi siswa
Kondisi fisik dan psikologis siswa sangat mempengaruhi faktor
motivasi. Sehingga guru harus lebih cermat melihat kondisi fisik dan
psikologis siswa, karena kondisi-kondisi ini jika mengalami gangguan
dapat mengurangi atau bahkan menghilangkan motivasi siswa.
d. Kondisi Lingkungan
Kondisi lingkungan merupakan suatu unsur-unsur yang datang
dari luar diri siswa. Unsur-unsur disini dapat berasal dari lingkungan
keluarga,

sekolah

maupun

lingkungan

masyarakat

baik

yang

menghambat atau yang mendorong.


e. Unsur-unsur dinamis dalam belajar
Adalah unsur-unsur yang keberadaannya dalam proses belajar
tidak stabil, kadang-kadang lemah bahkan hilang sama sekali.
f. Upaya guru membelajarkan siswa
Adalah
membelajarkan

bagaimana
siswa

guru

mulai

dari

mempersiapkan
penguasaan

diri
materi,

dalam
cara

menyampaikannya, menarik perhatian siswa, dan mengevaluasi hasil

17

belajar. Heckhausen berpendapat bahwa tinggi rendahnya motivasi


berprestasi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: 1) faktor
situasional, 2) norma kelompok, 3) tujuan yang ditetapkan, 4) harapan
yang diinginkan, 5) resiko yang ditimbulkan sebagai akibat dari prestasi
yang diperoleh, 6) cita-cita yang mendasari, 7) sikap terhadap
kehidupan dan lingkungan, 8) harga diri yang tinggi, 9) adanya rasa
takut untuk sukses dan adanya kecenderungan untuk menghindari
sukses, 10) pengalaman yang dimiliki, dan 11) kemampuan yang
terkandung dalam diri individu atau potensi dasar yang dimiliki (dalam
Haditono, 1989:23).
4. Karakteristik Siswa yang Mempunyai Motivasi Belajar
Menurut Winardi (2002:85) orang-orang yang mempunyai
motivasi belajar tinggi memiliki tiga macam ciri umum sebagai berikut:
a. Sebuah preferensi untuk mengerjakan tugas-tugas dengan derajat
kesulitan yang moderat.
b. Suka situasi-situasi dimana kinerja mereka timbul karena upaya-upaya
mereka sendiri, dan bukan karena faktor-faktor lain, seperti kemujuran.
c. Mereka menginginkan lebih banyak umpan balik tentang keberhasilan
dan kegagalan mereka.
Adanya beberapa temuan dari Hekchausen (dalam Haditono,
1989:26) yang menunjukkan bahwa karakteristik siswa yang mempunyai
motivasi berprestasi yang tinggi yaitu:

18

a. Berorientasi sukses dan percaya diri.


Jika individu dihadapkan pada situasi beprestasi ia merasa optimis
bahwa sukses akan diraihnya dan dalam mengerjakan tugas ia lebih terdorong
oleh harapan untuk sukses daripada menghindar tapi gagal.

b. Berorientasi jauh ke depan


Siswa

cenderung

membuat

tujuan-tujuan

yang

hendak

dicapainya diwaktu yang akan datang dan ia sangat menghargai waktu


serta ia lebih dapat menangguhkan pemuasan untuk mendapatkan
penghargaan dimasa mendatang.
c. Lebih suka kesulitan yang moderat.
Siswa suka situasi prestasi yang mengundang resiko yang cukup untuk
gagal. Siswa suka akan perbedaan dan kekhasan tersendiri sesuai dengan

kompetensi profesional yang dimiliki, maka secara tidak langsung akan


mempengaruhi kualitas motivasi dan pencapaian prestasi belajar pada
siswa.
d. Tangguh
Siswa dalam melakukan tugas-tugasnya menunjukkan keuletan,
dia tidak mudah putus asa dan berusaha terus sesuai dengan
kemampuannya.
e. Tidak suka pemborosan waktu.
Siswa dalam melakukan tugas atau kegiatan berambisi untuk
segera mengerjakannya, agar dapat mengerjakan tugas yang lain. Siswa
selalu memanfaatkan waktu seefesien dan seefektif mungkin.

19

f. Motivasi belajar lebih tinggi daripada motivasi berafiliasi.


Siswa lebih suka kemahiran yang cukup daripada siswa harus
bekerja sama dengan orang lain untuk melaksanakan tugas yang
diperoleh.
Dari berbagai pendapat para ahli di atas tentang pengertian dan
karakteristik siswa yang mempunyai motivasi berprestasi, maka yang
menjadi indikator dari motivasi belajar dalam penelitian ini adalah:
a. Keinginan untuk berbuat lebih dari orang lain
Siswa dalam mengerjakan suatu tugas selalu berkeyakinan
bahwa ia mampu meraih sukses dengan prestasi belajar yang tinggi.
b. Memiliki daya juang untuk mengatasi rintangan
Dalam merealisasikan keinginannya, individu harus memiliki
daya juang untuk menghadapi segala rintangan yang terjadi sewaktu
melaksanakan belajarnya.
c. Berorientasi jauh ke depan
Siswa yang mempunyai motivasi berprestasi, percaya bahwa ia
dapat menyelesaikan belajarnya dengan baik dan tepat waktu.
d. Suka tantangan.
Siswa yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi akan
berusaha menyelesaikan belajarnya walaupun banyak hambatan dan
sulit dilaksanakkan.

20

B. SIKAP DISIPLIN
1. Pengertian Disiplin
Disiplin belajar merupakan suatu kondisi yang sangat penting dan
menentukan keberhasilan seorang siswa dalam proses belajarnya. Disiplin
merupakan titik pusat dalam pendidikan, tanpa disiplin tidak akan ada
kesepakatan antara guru dan murid yang mengakibatkan prestasi yang
dicapai kurang optimal terutama dalam belajar. Dengan kesadaran yang
tinggi dalam disiplin belajar, seorang siswa dapat ditumbuhkan rasa
tanggung

jawab

terhadap

pentingnya

belajar.

Menurut

WJS.

Poerwodarminto (1994:254) disiplin adalah latihan batin dan watak


dengan maksud supaya segala perbuatannya selalu menaati tata tertib.
Istilah disiplin berasal dari bahasa latin Disciplina yang
menunjuk pada kegiatan belajar mengajar. Istilah tersebut sangat dekat
dengan istilah dalam bahasa inggris Disciple yang berarti mengikuti
orang untuk belajar di bawah pengawasan seorang pemimpin. Dalam
kegiatan belajar tersebut, bawahan dilatih untuk patuh dan taat pada
peraturan-peraturan yang dibuat oleh pemimpin (Tuu, 2004: 30).
Menurut Mulyasa (2003:108) disiplin adalah suatu keadaan tertib
dimana orang-orang yang tergabung dalam suatu sistem tunduk pada
peraturan yang ada dengan senang hati. Disiplin adalah suatu tata tertib
yang dapat mengatur tatanan kehidupan pribadi dan kelompok (Bahri,
2002:12). Disiplin timbul dari dalam jiwa karena adanya dorongan untuk
menaati tata tertib tersebut. Dalam belajar disiplin sangat diperlukan.

21

Disiplin dapat melahirkan semangat menghargai waktu, bukan menyianyiakan waktu berlalu dalam kehampaan (Bahri, 2002:13).
Sedangkan menurut Depdiknas (1992:3) disiplin adalah tingkat
konsistensi dan konskuen seseorang terhadap suatu komitmen atau
kesepakatan bersama yang berhubungan dengan tujuan yang akan dicapai
waktu dan proses pelaksanaan suatu kegiatan. Siswa yang memiliki
disiplin akan menunjukkan ketaatan dan keteraturan terhadap perannya
sebagai seorang pelajar yaitu belajar secara terarah dan teratur.
Dengan demikian siswa yang berdisiplin akan lebih mampu
mengarahkan dan mengendalikan perilakunya. Disiplin memiliki peranan
yang sangat penting dalam kehidupan manusia terutama siswa dalam hal
belajar. Disiplin akan memudahkan siswa dalam belajar secara terarah dan
teratur. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas penulis dapat menarik
kesimpulan bahwa disiplin adalah kepatuhan menaati peraturan dan
ketentuan yang telah ditetapkan oleh seseorang dengan konsisten dan
konsekuen.
2. Pengertian Disiplin Belajar
Disiplin merupakan suatu cara yang digunakan oleh guru untuk
mendidik dan membentuk perilaku siswa menjadi orang yang berguna dan
berprestasi tinggi dalam bidang pelajaran. Ini dapat dilihat dari pengertian
disiplin menurut Maman Rachman dalam Tuu (2004:32) yaitu sebagai
upaya mengendalikan diri dan sikap mental individu atau masyarakat
dalam mengembangkan kepatuhan dan ketaatan terhadap peraturan dan

22

tata tertib berdasarkan dorongan dan kesadaran yang muncul dari dalam
hatinya. Tujuan seluruh disiplin adalah membentuk perilaku sedemikian
rupa hingga ia akan sesuai dengan peran-peran yang ditetapkan kelompok
budaya, tempat individu itu diidentifikasikan.
Secara psikologis, belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya (Slameto, 2003:2). Dari pengertian di atas, dapat
disimpulkan bahwa displin belajar dalam penelitian ini adalah sikap siswa
yang

terbentuk

melalui

proses

dari

serangkaian

perilaku

yang

menunjukkan nilai-nilai ketaatan dan keteraturan berdasarkan acuan nilai


moral individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang mencakup
perubahan berfikir, sikap, dan tindakan yang sesuai dengan peraturan
danketentuan yang telah ditetapkan seseorang dalam belajar secara
konsisten dan konsekuen.
3. Unsur-unsur Disiplin Belajar
Bila disiplin diharapkan mampu mendidik siswa untuk berperilaku
sesuai dengan standar yang ditetapkan kelompok sosial mereka, ia harus
mempunyai empat unsur pokok. Hurlock (1999:84) menyebutkan empat
unsur pokok tersebut adalah sebagai berikut:
a. Peraturan
Adalah pola yang ditetapkan untuk tingkah laku. Pola tersebut
mungkin ditetapkan oleh guru, orang tua dan teman bermain. Tujuan

23

peraturan adalah untuk mewujudkan anak lebih bermoral dengan


membekali pedoman perilaku yang disetujui dalam situasi tertentu.
Peraturan yang jelas dan dapat diterapkan secara efektif akan membantu
anak merasa aman dan terhindar dari tingkah laku yang menyimpang
dan bagi orang tua, berguna untuk memanfaatkan hubungan yang serasi
antara anak dan orang tua.
b. Hukuman
Hukuman berasal dari kata kerja lain punire. Hurlock
(1999:89) menyatakan bahwa hukuman berarti menjatuhkan hukuman
pada seseorang karena suatu kesalahan, perlawanan atau pelanggaran
sebagai ganjaran atau pembalasan. Tetapi hukuman untuk perilaku yang
salah hanya dapat dibenarkan bila ia mempunyai nilai pendidikan dan
ketika perkembangan bicara dan bahasa anak telah baik, penjelasan
verbal harus menggantikan hukuman.
c. Penghargaan
Hurlock (1999:90) mengistilahkan penghargaan berarti tiap
bentuk penghargaan untuk suatu hasil yang baik. Penghargan tidak
perlu berbentuk materi tetapi dapat berupa kata-kata pujian, senyuman,
atau tepukan di punggung dan belaian. Banyak orang yang merasa
bahwa penghargaan itu tidak perlu dilakukan karena bisa melemahkan
motivasi anak untuk melakukan apa yang harus dilakukannya. Sikap
guru yang memandang enteng terhadap hal ini menyebabkan anak
merasa kurang termotivasi untuk belajar. Oleh karena itu guru harus

24

sadar tentang betapa pentingnya memberikan penghargaan atau


ganjaran kepada anak khususnya jika mereka berhasil.
d. Konsistensi
Konsistensi

berarti

tingkat

keseragaman

atau

stabilitas,

keajegan, atau suatu kecenderungan menuju kesamaan (Hurlock,


1999:91). Disiplin tidak mungkin terlaksana tanpa konsistensi. Dengan
demikian

konsistensi

merupakan

suatu

kecenderungan

menuju

kesamaan. Disiplin yang konstan akan mengakibatkan tiadanya


perubahan untuk menghadapi kebutuhan perkembangan yang berubah.
Disiplin mempunyai nilai mendidik yang besar yaitu peraturan yang
konsisten bisa memicu proses belajar anak. Dengan adanya konsistensi
anak akan terlatih dan terbiasa dengan segala hal yang bersifat tetap,
sehingga mereka akan termotivasi untuk melakukan hal yang benar dan
menghindari hal yang salah.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Disiplin Belajar
Disiplin turut berpengaruh terhadap prestasi belajar. Hal ini dapat
terlihat pada siswa yang memiliki disiplin yang tinggi akan belajar dengan
baik dan teratur, serta akan menghasilkan prestasi yang baik pula. Faktorfaktor belajar turut berpengaruh terhadap tingkat disiplin individu.
Suryabrata (2001:249) mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi
disiplin belajar adalah sebagai berikut:

25

a. Faktor eksterinsik
1). Faktor non-sosial, seperti keadaan udara, suhu udara, waktu, tempat
dan alat-alat yang dipakai untuk belajar.
2). Faktor sosial, terdiri atas lingkungan keluarga, lingkungan sekolah,
lingkungan masyarakat dan lingkungan kelompok.
b. Faktor instrinsik
1). Faktor psikologi, seperti motivasi, bakat, motivasi, konsentrasi, dan
kemampuan kognitif.
2). Faktor fisiologis, yang termasuk dalam faktor fisiologis antara lain
pendengaran,

penglihatan,

kesegaran

jasmani,

keletihan,

kekurangan gizi, kurang tidur dan sakit yang diderita.


5. Perlunya Disiplin Belajar
Belajar merupakan kegiatan yang paling pokok dalamkeselu-ruhan
pendidikan. Hal ini berarti berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan
banyak tergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami siswa
sebagai anak didik. Siswa yang menyadari belajar merupakan suatu
kebutuhan dan kewajiban dengan sendirinya akan belajar tanpa ada yang
memaksa dan siswa tersebut memiliki kecenderungan disiplin yang tinggi
dalam belajarnya.
Disiplin apabila dikembangkan dan diterapkan dengan baik,
konsisten dan konsekuen akan berdampak positif bagi kehidupan dan
perilaku siswa. Disiplin dapat mendorong siswa belajar secara konkret
dalam praktik hidup di sekolah tentang hal-hal positif, melakukan hal-hal

26

yang lurus dan benar, menjauhi hal-hal negatif. Dengan pemberlakuan


disiplin, siswa belajar beradaptasi dengan lingkungan yang baik itu,
sehingga muncul keseimbangan diri dalam hubungan dengan orang lain.
Jadi disiplin menata perilaku seseorang dalam hubungannya di tengah
lingkungannya. Menurut Maman Rachman yang dikutip oleh Tuu
(2004:35) menjelaskan pentingnya disiplin bagi para siswa sebagai
berikut:
a. Memberi dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak menyimpang.
b. Membantu siswa memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan
lingkungan.
c. Cara menyelesaikan tuntutan yang ingin ditujukan peserta didik
terhadap lingkungannya.
d. Untuk mengatur keseimbangan keinginan individu satu dengan individu
lainnya.
e. Menjauhi siswa melakukan hal-hal yang dilarang sekolah.
f. Mendorong siswa melakukan hal-hal yang baik dan benar.
g. Peserta didik belajar hidup dengan kebiasaan yang baik, positif, dan
bermanfaat baginya dan lingkungannya.
h. Kebiasaan

baik

itu

menyebabkan

ketenangan

jiwanya

dan

lingkungannya.
6. Upaya Menegakkan Disiplin
Disiplin perlu ditegakkan agar tidak terjadi pelanggaran. Bila
pelanggaran terjadi akan berakibat terganggunya usaha pencapaian tujuan

27

pengajaran. Usaha yang bisa dilakukan sekolah untuk menciptakan disiplin


bagi siswa, dengan menetapkan berbagai peraturan yang disebut tata tertib.
Berbagai macam aturan yang harus dijalankan oleh siswa termuat
didalamnya termasuk berbagai sanksi yang akan dijatuhkan apabila siswa
melanggar peraturan tata tertib sekolah.
Meskipun sudah ada tata tertib yang disertai berbagai sanksi dan
hukuman, belum tentu siswa mau menaati tata tertib tersebut. Tuu
(2004:52) mengemukakan sebab-sebab pelanggaran disiplin biasanya
bersumber dari reaksi negatif karena kurang terpenuhinya kebutuhankebutuhan. Misalnya, kurang perhatian dan kurang kasih sayang, kurang
penghargaan, hubungan sosial kurang, kebutuhan fisik yang belum
terpenuhi. Selain itu, menurut Tuu (2004:53) ada

juga penyebab

pelanggaran disiplin yang lain antara lain:


a. Disiplin sekolah yang kurang direncanakan dengan baik dan mantap.
b. Perencanaan yang baik, tetapi implementasinya kurang baik dan kurang
dimonitor oleh kepala sekolah.
c. Penerapan disiplin yang tidak konsisten dan tidak konsekuen.
d. Kebijakan kepala sekolah yang belum memprioritaskan peningkatan
dan pemantapan disiplin sekolah.
e. Kurang kerjasama dan dukungan guru-guru dalam perencanaan dan
implementasi disiplin sekolah.
f. Kurangnya dukungan dan partisipasi orang tua dalam menangani
disiplin sekolah, secara khusus siswa yang bermasalah.

28

g. Siswa di sekolah tersebut banyak yang berasal dari siswa bermasalah


dalam disiplin diri. Mereka ini cenderung melanggar dan mengabaikan
tata tertib sekolah.
Bentuk-bentuk pelanggaran disiplin siswa yang kerap kali terjadi
antara lain: bolos, tidak mengerjakan tugas dari guru, mengganggu kelas
yang sedang belajar, menyontek, tidak memperhatikan pelajaran yang
sedang dijelaskan oleh guru, berbicara dengan teman sebelahnya saat
pelajaran berlangsung, terlambat hadir di sekolah, membawa rokok dan
merokok di lingkungan sekolah, terlibat dalam penggunaan obat terlarang
dan perkelahian atau tawuran (Tuu, 2004:55).
Usaha untuk membina dan menumbuhkan kedisiplinan pada diri
siswa menjadi bagian integral dari suatu proses atau kegiatan belajar. Ada
beberapa teknik atau cara untuk menumbuhkan dan membina disiplin
belajar siswa sebagaimana yang diungkapkan oleh Tuu (2004:44) sebagai
berikut: a.Teknik Disiplin Otoritarian, b. Teknik Disiplin Permisif, c.
Teknik Disiplin Demokratis. Mengenai penjelasan dari berbagai teknik
tersebut adalah sebagai berikut:
a. Teknik Disiplin Otoritarian
Dalam disiplin otoritarian, peraturan dibuat sangat ketat dan
rinci. Disiplin otoritarian selalu berarti pengendalian tingkah laku
berdasarkan tekanan, dorongan, pemaksaan dari luar diri seseorang.
Hukuman dan ancaman kerapkali dipakai untuk memaksa, menekan,
mendorong seseorang mematuhi dan menaati peraturan. Disini, tidak

29

diberi kesempatan bertanya mengapa disiplin itu harus dilakukan dan


apa tujuan disiplin itu. Orang hanya berfikir kalau harus dan wajib
mematuhi dan menaati peraturan yang berlaku. Teknik ini biasanya
tidak akan berhasil dengan baik dalam menumbuhkan dan membina
kedisiplinan belajar, kalau berhasil hanya bersifat sementara atau siswa
cenderung melanggar.
b. Teknik Disiplin Permisif
Dalam disiplin ini siswa dibiarkan bertindak menurut keinginannya. Kemudian dibebaskan untuk mengambil keputusan sendiri dan
bertindak sesuai dengan keputusan yang diambilnya itu. Siswa yang
berbuat sesuatu, dan ternyata membawa akibat melanggar norma atau
aturan yang berlaku tidak diberi sanksi atau hukuman. Akibat dari
teknik ini akan mengalami kebingungan dalam mengambil tindakan
apabila mengalami suatu kesulitan belajar.
c. Teknik Disiplin Demokratis.
Pendekatan disiplin demokratis dilakukan dengan memberi
penjelasan, diskusi dan penalaran untuk membantu anak memahami
mengapa diharapkan mematuhi dan menaati peraturan yang ada. Teknik
ini menekankan aspek edukatif bukan aspek hukuman. Sanksi atau
hukuman dapat diberikan kepada yang menolak atau melanggar tata
tertib. Akan tetapi, hukuman dimaksud sebagai upaya menyadarkan,
mengoreksi dan mendidik. Teknik ini biasanya akan membuahkan hasil

30

yang lebih baik karena siswa diberi kesempatan untuk mengambil


keputusan.
Penerapan disiplin yang paling efektif bagi remaja adalah
disiplin demokratis karena remaja telah mampu berpikir analitis,
mereka tahu perbuatan yang baik dan yang buruk, serta mampu
mengungkapkan pendapatnya. Oleh karena itu, untuk meningkatkan
disiplin siswa, khususnya disiplin belajar yaitu dengan teknik
demokratis.

Teknik

ini

dilakukan

dengan

memberikan

penjelasanpenjelasan, pengertian yang dilakukan melalui pemberian


layanan pembelajaran. Melalui pelayanan ini siswa akan lebih mampu
mengarahkan diri, mengendalikan diri, serta memiliki kesadaraan diri
dalam hal belajar. Dengan teknik demokratis siswa mampu melakukan
hal yang benar tanpa ada yang mengawasi. Berdasarkan uraian di atas
cara disiplin yang paling tepat digunakan oleh orang tua dan guru
adalah disiplin demokratis.
Pada disiplin ini didasari falsafah bahwa disiplin bertujuan
mengembangkan kendali atas perilaku sendiri sehingga dapat
melakukan apa yang benar, meskipun tidak ada penjaga yang
mengancam dengan hukuman bila melakukan sesuatu yang tidak
dibenarkan. Pengendalian internal atas perilaku ini adalah hasil usaha
anak untuk berperilaku menurut cara yang benar dengan memberi
penghargaan.

31

7. Disiplin Belajar di Sekolah


Disiplin dapat diartikan sebagai suatu keadaan tertib dimana orangorang yang tergabung dalam suatu sistem tunduk pada peraturan-peraturan
yang ada dengan senang hati. Disiplin di sekolah bertujuan untuk
membantu peserta didik menemukan dirinya, dan mengatasi serta
mencegah timbulnya problem-problem disiplin dan berusaha menciptakan
situasi yang menyenangkan bagi kegiatan pembelajaran, sehingga mereka
mentaati segala peraturan yang telah ditetapkan.
Dengan demikian disiplin dapat merupakan bantuan kepada peserta
didik agar mampu berdiri sendiri (help for self help) (Mulyasa, 2003:108).
Menurut Slameto (2003), ada beberapa macam disiplin belajar yang
hendaknya dilakukan oleh para siswa dalam kegiatan belajarnya di sekolah
yaitu:
a. Disiplin siswa dalam masuk sekolah
Disiplin siswa dalam masuk sekolah ialah keaktifan, kepatuhan
dan ketaatan dalam masuk sekolah. Artinya, seorang siswa dikatakan
disiplin masuk sekolah jika ia selalu aktif masuk sekolah pada
waktunya, tidak pernah terlambat serta tidak pernah membolos setiap
harinya.
b. Disiplin siswa dalam mengerjakan tugas
Mengerjakan tugas merupakan salah satu rangkaian kegiatan
dalam belajar, yang dilakukan di dalam maupun di luar jam pelajaran
sekolah. Tujuan dari pemberian tugas biasanya untuk menunjang

32

pemahaman dan penguasaan mata pelajaran yang disampaikan di


sekolah, agar siswa berhasil dalam belajarnya.
c. Disiplin siswa dalam mengikuti pelajaran di sekolah
Disiplin siswa dalam mengikuti pelajaran di sekolah menuntut
adanya keaktifan, keteraturan, ketekunan dan ketertiban
dalam mengikuti pelajaran, yang terarah pada suatu tujuan belajar.
d. Disiplin siswa dalam mentaati tata tertib di sekolah
Disiplin siswa dalam mentaati tata tertib di sekolah adalah
kesesuaian tindakan siswa dengan tata tertib atau peraturan sekolah
yang ditunjukkan dalam setiap perilakunya yang selalu taat dan mau
melaksanakan tata tertib sekolah dengan penuh kesadaran.
Menurut Hurlock (1999:82), disiplin belajar di sekolah adalah suatu
caramasyarakat untuk mengajar anak perilaku moral yang disetujui
kelompok. Adapun indikator disiplin belajar di sekolah menurut Hurlock
(1999:83) yang dijadikan indikator dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut: a. Patuh dan taat terhadap tata tertib di sekolah, b. Persiapan
belajar

siswa,

c.

Perhatian

terhadap

kegiatan

pembelajaran,

d.

Menyelesaikan tugas pada waktunya.

C. SIKAP ILMIAH
Menurut Gagne dan Briggs, yang dikutip Annie, Catharina Tri (2004
: 25) mengklasifikasikan tujuan pembelajaran ke dalam lima kategori adalah
kemahiran intelektual ( intelectual skill ), strategi kognitif ( cognitif strategies ),
informasi verbal ( verbal information ), kemahiran motorik (motor sklills),

33

dan sikap ( attitudes). Sikap menurut Gagne ini adalah suatu kondisi yang
internal. Sikap mempengaruhi pilihan untuk bertindak. Kecenderungan untuk
memilih obyek terdapat pada diri pembelajar , bukan kinerja yang spesifik.
Sikap juga merupakan kemampuan internal yang berperan dalam mengambil
tindakan. Dimana tindakan yang akan dipilih, tergantung pada sikapnya
terhadap penilaian akan untung atau rugi, baik atau buruk, memuaskan atau
tidak, dari suatu tindakan yang dilakukannya.
Sikap merupakan kecenderungan pembelajaran untuk memilih
sesuatu. Efek sikap ini dapat diamati dalam reaksi pembelajar ( positif atau
negatif). Sikap juga merupakan salah satu dari enam faktor yang memotivasi
belajar. Sikap dalam hal ini adalah suatu kombinasi, informasi, dan emosi
yang dihasilkan di dalam predisposisi untuk merespon orang, kelompok,
gagasan, peristiwa, atau obyek tertentu secara menyenangkan atau tidak
menyenangkan.
Sikap mempunyai pengaruh yang kuat terhadap perilaku dan belajar
siswa, karena sikap itu membantu siswa dalam merasakan dunianya dan
memberikan pedoman kepada prilaku yang dapat membantu dalam
menjelaskan dunianya. Sikap juga membantu seseorang merasa aman di suatu
lingkungannya yang pada mulanya tampak asing. Sikap akan memberikan
pedoman dan peluang kepada seseorang untuk mereaksikan secara lebih
otomatis. Sikap akan membuat kehidupan lebih sederhana dan membebaskan
seseorang dalam mengatasi unsur unsur kepada kehidupannya sehari-hari
yang bersifat unik. Sikap merupakan produk dari kegiatan belajar. Sikap

34

diperoleh melalui proses seperti pengalaman, pembelajaran, identifikasi,


perilaku peran ( guru-murid, orang tua-anak). Karena sikap itu dipelajari,
sikap juga dapat dimodivikasi dan diubah. Pengalaman baru secara konstan
mempengaruhi sikap, membuat sikap berubah, intensif, lemah, ataupun
sebaliknya.
Sikap merupakan proses yang dinamik, sehingga media, dan
kehidupan seseorang akan mempengaruhinya. Sikap dapat membantu
personal karena berkaitan dengan harga diri yang positif, atau dapat juga
merusak personal karena adanya intensitas perasaan gagal. Sikap berada
disetiap orang sepanjang waktu dan secara konstan sikap memepengaruhi
prilaku dan belajar. Biasanya pengalaman belajar baru merupakan kegiatan
yang banyak mengandung resiko karena kadang-kadang tidak menentu. Dan
dari sikap tersebut siswa dapat membuat penilaian mengenai guru, mata
pelajaran, situasi pembelajaran, dan harapan personalnya untuk sukses.
Sikap Ilmiah menurut Mulyono, Anton yang dikutip oleh Suyitno,
Amin (1997:2), sikap yang disiapkan bertindak untuk perbuatan yang
berdasarkan pada pendirian/ pendapat/keyakinan. Sedangkan Menurut Allen
Ledward yang dikutip Suyitno, Amin adalah An attitude as degree of
positive or negatif affect associated with some pychological objects.
Dimana Sikap berkaitan dengan obyek yang disertai dengan perasaan
posititif ( favourable) atau perasaan negatif ( unfavorable). Jadi sikap ilmiah
adalah Scientific attitude ( Sikap keilmuan).

35

D. PEMBELAJARAN
1. Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya (Slameto, 2003:2). Perubahan itu bersifat secara relatif
konstan dan berbekas. Dalam kaitan ini maka antara proses belajar dengan
perubahan sebagai bukti hasil yang diproses. Belajar tidak hanya mata
pelajaran, tetapi juga penyusunan, kebiasaan, persepsi, kesenangan atau
motivasi, penyesuaian sosial, bermacam-macam keterampilan lain dan
cita-cita (Hamalik, 2002:45). Dengan demikian, seseorang dikatakan
belajar apabila terjadi perubahan pada diri orang yang belajar akibat
adanya latihan dan pengalaman melalui interaksi dengan lingkungan.
Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu
proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi
dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya (Slameto,
2003:2). Sehubungan dengan itu, ada beberapa ciri-ciri belajar seperti
dikutip oleh Darsono (2000:30) yang dijelaskan sebagai berikut:
a. Belajar dilakukan dengan sadar dan mempunyai tujuan. Tujuan dipakai
sebagai arah kegiatan sekaligus sebagai tolok ukur keberhasilan belajar.
b. Belajar merupakan pengalaman sendiri, tidak dapat diwakilkan pada
orang lain. Jadi belajar bersifat individual.

36

c. Belajar merupakan proses interaksi antara individu dan lingkungan.


Berarti individu harus aktif bila dihadapkan pada suatu lingkungan
tertentu. Keaktifan ini dapat terwujud karena individu memiliki
berbagai potensi untuk belajar.
d. Belajar mengakibatkan terjadinya perubahan pada diri orang yang
belajar. Perubahan tersebut bersifat integral, artinya perubahan dalam
aspek kognitif, afektif, dan psikomotor yang terpisahkan satu dengan
yang lainnya. Adapun prinsip-prinsip belajar dalam pembelajaran
adalah sebagai berikut 1) kesiapan belajar, 2) perhatian, 3) motivasi, 4)
keaktifan siswa, 5) mengalami sendiri, 6) pengulangan, 7) materi
pelajaran yang menantang, 8) balikan dan penguatan, dan 9) perbedaan
individual.
Berdasarkan ciri dan prinsip-prinsip tersebut, maka proses
mengajar, bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru ke
subyek belajar atau siswa, tetapi suatu kegiatan yang memungkinkan
subyek belajar merekonstruksi sendiri pengetahuannya. Menggunakan
pengetahuan untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
2. Pengertian Pembelajaran
Menurut paham konvensional (Darsono, 2000;24), pendidikan
dalam arti sempit diartikan sebagai bantuan kepada siswa terutama pada
aspek moral atau budi pekerti, sedangkan pengajaran diartikan sebagai
bantuan kepada anak didik dibatasi pada aspek intelektual dan
ketrampilan. Unsur utama dari pembelajaran adalah pengalaman anak

37

sebagai seperangkat event sehingga terjadi proses belajar. Dengan


demikian pendidikan, pembelajaran dan pengajaran mempunyai hubungan
yang koseptual yang tidak berbeda, kalau dicari perbedaannya pendidikan
memiliki cakupan yang lebih luas yaitu mencakup baik pengajaran
maupun

pembelajaran,

dan

pengajaran

merupakan

bagian

dari

pembelajaran.
Sesuai dengan pengertian belajar secara umum, yaitu bahwa
belajar merupakan suatu kegiatan yang melibatkan terjadi perubahan
tingkah laku, maka pengertian pembelajaran adalah suatu kegiatan yang
dilakukan oleh guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laku siswa berubah
kearah yang lebih baik (Darsono, 2000:24). Aliran behavioristik
mengemukakan bahwa pembelajaran adalah usaha guru membentuk
tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan atau
stimulus. Sedangkan dari aliran kognitif mendefinisikan pembelajaran
adalah cara guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berfikir
agar dapat mengenal dan memahami apa yang sedang dipelajari (Darsono,
2000:24).
Humanistik mendiskripsikan pembelajaran adalah memberikan
kebebasan kepada si belajar untuk memilih bahan pelajaran dan cara
mempelajarinya sesuai dengan motivasi dan kemampuannya (Sugandi,
2004:9)

38

3. Ciri-ciri Pembelajaran
Sesuai dengan ciri-ciri belajar, berdasarkan pendapat Darsono
(2000:25) maka ciri-ciri pembelajaran dapat dikemukakan sebagai berikut:
a. Pembelajaran dilakukan secara sadar dan direncanakan secara
sistematis.
b. Pembelajaran dapat menumbuhkan perhatian dan motivasi siswa dalam
belajar.
c. Pembelajaran dapat menyediakan bahan belajar yang menarik perhatian
dan menantang siswa.
d. Pembelajaran dapat menggunakan alat bantu belajar yang tepat dan
menarik.
e. Pembelajaran dapat menciptakan suasana belajar yang aman dan
menyenangkan bagi siswa.
f. Pembelajaran dapat membuat siswa siap menerima pelajaran, baik
secara fisik maupun psikologis.
g. Pembelajaran menekankan keaktifan siswa.
Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara
sadar dan sengaja. Oleh karena itu pembelajaran pasti mempunyai
tujuan. Tujuan pembelajaran adalah membantu para siswa agar
memperoleh berbagai pengalaman dan dengan pengalaman itu tingkah
laku siswa bertambah, baik kuantitas maupun kualitasnya. Tingkah laku
yang dimaksud meliputi pengetahuan, ketrampilan dan nilai atau norma
yang berfungsi sebagai pengendali sikap dan perilaku siswa.

39

4. Komponen-komponen Pembelajaran
Pembelajaran

pada

taraf

organisasi

mikro

mencakup

pembelajaran bidang studi tertentu dalam suatu pendidikan, tahunan, dan


semesteran. Bila pembelajaran tersebut ditinjau dari pendekatan sistem,
maka dalam prosesnya akan melibatkan berbagai komponen. Komponenkomponen tersebut menurut Sugandi (2004:28) adalah:
a. Tujuan
Secara eksplisit diupayakan pencapaiannya melalui kegiatan
pembelajaran adalah instructional effect biasanya itu berupa
pengetahuan dan ketrampilan atau sikap yang dirumuskan secara
eksplisit dalam tujuan pembelajaran makin spesifik dan operasional.
b. Subyek belajar
Subyek belajar dalam sistem pembelajaran merupakan
komponen utama karena berperan sebagai subjek sekaligus objek.
c. Materi pelajaran
Materi pelajaran merupakan komponen utama dalam proses
pembelajaran, karena materi pelajaran akan memberi warna dan bentuk
dari kegiatan pembelajaran.
d. Strategi pembelajaran
Merupakan pola umum mewujudkan proses pembelajaran yang
diyakini efektivitasnya untuk mencapai tujuan pembelajaran.
e. Media pembelajaran
Adalah alat atau wahana yang digunakan guru dalam proses

40

pembelajaran untuk membantu penyampaian pesan pembelajaran.


Berfungsi meningkatkan peranan strategi pembelajaran.
f. Penunjang
Komponen

penunjang

yang

dimaksud

dalam

sistem

pembelajaran adalah sikap disiplin belajar, sumber belajar, alat


pelajaran, bahan pelajaran, dan semacamnya. Berfungsi memperlancar
dan mempermudah terjadinnya proses pembelajaran. Dari uraian di atas
pembelajaran merupakan proses belajar mengajar yang tujuannya untuk
melakukan perubahan tingkah laku siswa untuk menjadi yang lebih
baik.

E. PRESTASI BELAJAR
1. Pengertian Prestasi Belajar
Setiap siswa yang melakukan kegiatan belajar pada akhirnya
ingin mengetahui hasilnya. Hasil dari kegiatan belajar itulah yang
dinamakan prestasi belajar. Prestasi tidak dapat dilepaskan dengan proses
belajar. Prestasi merupakan kecakapan nyata yang dapat diukur dan belajar
merupakan proses perubahan tingkah laku yang baru sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Prestasi
belajar dapat dikatakan sebagai hasil kecakapan yang baru dari proses
belajar seseorang yang mempunyai prestasi yang baik dalam belajarnya,
berarti ia mendapatkan hasil kecakapan yang baru dari apa yang
dipelajarinya (Suryabrata, 2001:232).

41

Prestasi merupakan hasil yang dicapai ketika mengerjakan tugas


atau kegiatan tertentu. Menurut Tuu (2004:75) prestasi belajar adalah
penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata
pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang
diberikan oleh guru. Dari pengertian diatas dapat dipahami bahwa prestasi
belajar adalah hasil kemampuan sesorang pada bidang tertentu dalam
mencapai tingkat kedewasaan yang langsung dapat diukur dengan tes.
Penilaian dapat berupa angka atau huruf. Senada dengan itu, belajar
menurut Bloom dalam Darsono 2000:32) dirumuskan sebagai perubahan
tingkah laku yang meliputi tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Dalam dunia pendidikan, yang dimaksud dengan prestasi
belajar adalah hasil yang dicapai, dilakukan, dikerjakan. Nilai merupakan
perumusan terakhir yang dapat diberikan oleh guru mengenai kemajuan
atau prestasi belajar siswa selama masa tertentu (Suryabrata, 2001:296).
Untuk mengetahui prestasi belajar siswa bisa dilihat pada nilai-nilai yang tertera
dalam raport. Siswa yang nilai raportnya tinggi dikatakan mempunyai prestasi
belajar tinggi, sebaliknya siswa yang nilai raportnya rendah dikatakan
mempunyai prestasi belajar rendah. Berdasarkan uraian di atas, dapat
disimpulkan tentang prestasi belajar sebagai berikut :

a. Prestasi belajar merupakan hasil proses belajar.


b. Prestasi belajar merupakan kemampuan nyata yang dapat diukur dan
dinilai meliputi kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik.
c. Prestasi belajar dapat diketahui melalui raport dalam bentuk nilai atau
angka raport.

42

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar


Belajar sebagai proses atau aktivitas disyaratkan oleh banyak
sekali hal-hal atau faktor-faktor. Menurut Slameto (2003:54) faktorfaktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat digolongkan menjadi
dua, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor
yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor
ekstern adalah faktor yang ada diluar individu. Berdasarkan uraian
tersebut dapat diketahui bahwa prestasi belajar dipengaruhi oleh faktorfaktor sebagai berikut:
a. Faktor Intern
Dalam faktor intern ada 3 hal, yaitu:
1). Faktor jasmaniah dibagi menjadi dua, yaitu:
a). Kesehatan, sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta
bagian-bagiannya / bebas dari penyakit.
b). Cacat tubuh, sesuatu yang menyebabkan kurang baik/kurang
sempurna mengenai tubuh/badan.
2). Faktor psikologis
Faktor psikologis yang dapat mempengaruhi prestasi belajar
antara lain adalah inteligensi, perhatian, motivasi, bakat, kematangan,
kecakapan, sikap, kebiasaan, motivasi, disiplin dan partisipasi.

3). Faktor kelelahan


Kelelahan bisa berupa kelelahan jasmani maupun kelelahan
rohani. agar siswa dapat belajar dengan baik sehingga hasil atau

43

prestasinya memuaskan, harus dihindari jangan sampai terjadi


kelelahan dalam belajarnya.
b. Faktor Ekstern
Faktor ekstern juga dibagi menjadi tiga faktor, yaitu:
1). Faktor keluarga
Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga
berupa: cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga,
suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga.
2). Faktor sekolah
Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup
metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa
dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah,
standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas
rumah.
3). Faktor masyarakat
Pengaruh ini terjadi karena keberadaan siswa dalam
masyarakat. Kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman
bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat, yang semuanya
mempengaruhi belajar .
Berdasarkan uraian diatas, prestasi belajar merupakan sesuatu
yang kompleks sehingga faktor-faktor yang mempengaruhinya juga
sangat kompleks, mulai dari diri sendiri sampai pada keluarga, sekolah,
masyarakat. Kesemuanya saling mempengaruhi prestasi belajar seorang

44

siswa. Karena itu, kerjasama dan pengertian antara siswa, sekolah, orang
tua maupun masyarakat sangat mendukung prestasi belajar anak secara
keseluruhan.

F. URAIAN MATERI
1. Operasi Pecahan Dalam Bentuk Aljabar
a. Penyederhanaan Pecahan Bentuk Aljabar.
Pecahan bentuk aljabar dapat disederhanakan dengan cara
memfaktorkan pembilang dan atau penyebutnya.
Contoh :
1).

5a + 10b 5(a + 2b ) a + 2b
=
=
20
20
4

2).

2
2
1
=
=
2ab + 4a 2a (b + 2 ) a(b + 2 )

3).

2 x 2 2(x 1) 2
=
=
x 2 x x( x 1) x

b. Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan Bentuk Aljabar.


Contoh :
1).

2x 4x 2x + 4x 6x
+
=
=
4
4
4
4

2).

3
5 3(3b ) 5(2a ) 9b 10a

=
=
2a 3b
6ab
6ab

3).

x + 5 3x 2 x + 5 (3 x 2 ) x 3 x + 5 + 2 2 x + 7

=
=
=
2y 3 2y 3
2y 3
2y 3
2y 3

45

c. Perkalian dan Pembagian Pecahan Bentuk Aljabar.


Perkalian

bentuk

aljabar

diperoleh

dengan

mengalikan

pembilang dengan pembilang, dan penyebut dengan penyebut.


Contoh :
1).

3x 2 3 y 2 9 x 2 y 2

=
= 9 xy
y
x
xy

2).

(x + y )
4y

y
y(x + y )
1
=
=
2
4 y ( x + y )(x y ) 4( x y )
x y

Pembagian bentuk aljabar diperoleh dengan mengalikan


kebalikan pecahan tersebut.
Contoh :
1).

4ab 8a 4ab b 4ab 2 b

=
=
b
b
b 8a 8ab
2

2).

x + 3 2x + 6 x + 3
3y
3 y (x + 3)
1

=
=
6y
3y
6 y 2 x + 6 6 y.2( x + 3) 4 y

G. KERANGKA BERPIKIR
Salah satu prinsip dalam melaksanakan pendidikan adalah individu
secara aktif mengambil bagian dalam kegiatan pendidikan yang dilaksanakan.
Untuk dapat melaksanakan suatu kegiatan, pertama-tama harus ada dorongan
untuk melaksanakan. Dengan kata lain, untuk dapat melakukan sesuatu harus
ada motivasi. Begitu juga dalam proses belajar atau pendidikan, individu
harus mempunyai motivasi untuk mengikuti kegiatan belajar atau pendidikan

46

yang sedang berlangsung. Motivasi belajar merupakan keinginan untuk


memperoleh keberhasilan dan berpartisipasi aktif dalam suatu kegiatan (Anni,
2005:134).
Keberhasilan yang dicapai dipandang sebagai buah dari usaha
kemampuan personal yang dicurahkan dalam mengerjakan tugas. Berkaitan
dengan motivasi belajar dalam mata pelajaran matematika, siswa yang
memiliki motivasi belajar tinggi akan belajar matematika lebih lama
dibandingkan dengan siswa yang bermotivasi belajar rendah. Siswa yang
bermotivasi berprestasi matematika memiliki keinginan dan harapan untuk
berhasil, dan apabila mengalami kegagalan, mereka akan berusaha keras
dalam mencapai keberhasilan. Oleh karena itu, siswa yang memiliki
motivasi belajar matematika yang tinggi cenderung mengalami kesuksesan
dalam mengerjakan tugas-tugas matematika di sekolah.
Motivasi belajar matematika memiliki peranan yang sangat penting
dalam menentukan prestasi belajar siswa, sebab siswa yang memiliki
motivasi belajar tinggi akan berorientasi jauh ke depan, berorientasi untuk
masa depan, tangguh, menyukai tantangan, tekun penuh perhatian dan
konsentrasi dalam menerima mata pelajaran matematika, sehingga tercapai
tujuan yang diharapkan oleh siswa antara lain hasil belajarnya yang
ditunjukkan dengan prestasi belajar akan meningkat. Jadi dalam hal ini
motivasi berprestasi matematika berpengaruh terhadap prestasi belajar
siswa.

47

Disiplin belajar merupakan suatu kondisi yang sangat penting dan


menentukan keberhasilan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Kesadaran
yang tinggi dalam disiplin akan menumbuhkan rasa tanggung jawab siswa
terhadap arti pentingnya belajar. Disiplin timbul dari dalam jiwa karena
adanya dorongan dalam menaati tata tertib, yang akan melahirkan semangat
menghargai waktu bukan menyia-nyiakan waktu berlalu dalam kehampaan
(Bahri, 2002:13).
Disiplin belajar yang baik akan membantu siswa dalam membentuk
sikap, perilaku dan tata kehidupan berdisiplin yang akan mengantarkan
seorang siswa sukses dalam kegiatan belajar mengajar. Siswa yang
berdisiplin tinggi akan memiliki keteraturan dalam belajar. Belajar dengan
teratur merupakan pedoman mutlak yang tidak bisa diabaikan oleh siswa
yang menuntut ilmu. Banyaknya bahan pelajaran yang harus dikuasai siswa,
menuntut pembagian waktu yang sesuai dengan kedalaman dan keluasan
pelajaran. Terlebih-lebih pelajaran matematika yang sangat memerlukan
latihan banyak, kedisiplinan sangat diperlukan agar siswa memiliki
keteraturan dalam belajar matematikai. Penguasaan atas bidang studi
matematika dituntut secara dini tidak harus menunggu sampai menjelang
ulangan atau ujian.
Menurut Hurlock (1999:82) disiplin belajar di sekolah adalah suatu
cara masyarakat untuk mengajar anak perilaku moral yang disetujui
kelompok. Indikator disiplin di sekolah terdiri dari patuh dan taat terhadap

48

tata tetib di sekolah, persiapan belajar siswa, perhatian terhadap kegiatan


pembelajaran dan menyelesaikan tugas pada waktunya.
Sikap yang terjadi pada siswa adalah merupakan penilaian terhadap
pada guru, mata pelajaran maupun kondisi belajar, sikap yang terjadi pada
mata pelajaran ini dapat mengevaluasi untuk menuangkan ide, ataupun
kekritisan dalam bentuk sikap ilmiah. Sikap ilmiah dalam belajar ini dapat
mempengaruhi siswa ataupun sebaliknya. Jadi sikap ilmiah yang dimiliki
oleh siswa akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa dalam belajar
matematika, baik berupa positif maupun berupa negatif.
Prestasi belajar dalam kehidupan manusia pada tingkat dan jenis
tertentu dapat memberikan kepuasan tertentu pada manusia, khususnya
manusia yang berada pada bangku sekolah mengingat prestasi belajar
sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai
siswa. Untuk lebih memperjelas hubungan ketiga variabel tersebut, maka di
bawah ini digambarkan bagan sebagai berikut:

49

Motivasi (X1):
1) Keinginan untuk berbuat lebih
dari orang lain
2) Memiliki daya juang untuk
mengatasi rintangan
3) Berorientasi jauh ke depan
4) Suka tantangan.

Sikap Ilmiah (X3):


1) Keingintahuan siswa
2) Kejujuran siswa
3) Sikap kekritisan siswa

Sikap Disiplin (X2):


1) Patuh pada tata tertib sekolah
2) Persiapan belajar siswa
3) Perhatian terhadap kegiatan
pembelajaran

4) Menyelesaikan tugas pada


waktunya.

Gambar 1. Bagan Kerangka Berpikir

Prestasi belajar matematika (Y)


Berdasarkan nilai akhir semester I

50

H. HIPOTESIS
Terdapat beberapa hipotesis tindakan yang diajukan dalam penelitian
ini, yaitu :
H11

: Ada pengaruh antara motivasi belajar dengan prestasi belajar


matematika pada siswa Kelas VIII Semester I SMP N 4 Salatiga
tahun ajaran 2010/2011

H12

: Ada pengaruh antara sikap disiplin belajar dengan prestasi belajar


matematika pada siswa Kelas VIII Semester I SMP N 4 Salatiga
tahun ajaran 2010/2011

H13 : Ada pengaruh antara sikap ilmiahdengan prestasi belajar matematika


pada siswa Kelas VIII Semester I SMP N 4 Salatiga tahun ajaran
2010/2011
H14 : Ada pengaruh antara motivasi belajar, sikap disiplin belajar dan sikap
ilmiahdengan prestasi belajar matematika pada siswa Kelas VIII
Semester I SMP N 4 Salatiga tahun ajaran 2010/2011
H01

: Tidak ada pengaruh antara motivasi belajar dengan prestasi belajar


matematika pada siswa Kelas VIII Semester I SMP N 4 Salatiga
tahun ajaran 2010/2011

H02 : Tidak ada pengaruh antara sikap disiplin belajar dengan prestasi belajar
matematika pada siswa Kelas VIII Semester I SMP N 4 Salatiga
tahun ajaran 2010/2011

51

H03 : Tidak ada pengaruh antara sikap ilmiahdengan prestasi belajar


matematika pada siswa Kelas VIII Semester I SMP N 4 Salatiga
tahun ajaran 2010/2011
H04

: Tidak ada pengaruh antara motivasi belajar, sikap disiplin belajar dan
sikap ilmiahdengan prestasi belajar matematika pada siswa Kelas
VIII Semester I SMP N 4 Salatiga tahun ajaran 2010/2011.

52

BAB III
METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksploratif yaitu memaparkan dan


menjabarkan data motivasi, sikap ilmiah, sikap disiplin siswa dalam pembelajaran
dan prestasi belajar matematika, dan bersifat kuantitatif yaitu suatu pengukuran
gejala-gejala atau indikasi-indikasi sosial yang diterjemahkan dalam skor-skor
atau angka-angka untuk diananlisis secara statistik.

A. VARIABEL PENELITIAN
Variabel pada penelitian ini dapat dikepompokkan menjadi 2 macam, yaitu :

1. Variabel

Bebas

(Independent

Variable)

adalah

variabel

yang

mempengaruhi terhadap suatu gejala yang disebut dengan variabel X


(Arikunto, 1998:101). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas
(X) adalah :
a. Motivasi (X1) dalam penelitian ini adalah motivasi berprestasi
didefinisikan sebagai suatu bentuk dorongan yang ada dalam diri siswa
untuk meraih prestasi dalam hal-hal tertentu, disertai dengan usaha yang
keras agar memperoleh hasil yang baik dari kondisi yang ada sekarang
dengan cara mengatur lingkungan sosial dan fisiknya, dengan indikator:
1). Keinginan untuk berbuat lebih dari orang lain
2). Memiliki daya juang untuk mengatasi rintangan
3). Berorientasi jauh ke depan

53

4). Suka tantangan


b. Sikap Disiplin (X2) dalam penelitian ini adalah disiplin belajar
didefinisikan sebagai sikap siswa yang terbentuk melalui proses dari
serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan dan
keteraturan berdasarkan acuan nilai moral individu untuk memperoleh
perubahan tingkah laku yang mencakup perubahan berfikir, sikap, dan
tindakan yang sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang telah
ditetapkan seseorang dalam belajar secara konsisten dan konsekuen,
dengan indikator:
1). Patuh dan taat terhadap tata tertib di sekolah
2). Persiapan belajar siswa
3). Perhatian terhadap kegiatan pembelajaran
4). Menyelesaikan tugas pada waktunya.
c. Sikap ilmiah (X3), siswa yang mempunyai sikap ilmiah yang tinggi
akan memiliki kelancaran dalam berfikir sehingga siswa akan
termotivasi untuk selalu berprestasi dan memiliki komitmen yang kuat
untuk mencapai keberhasilan dan keunggulan.
1). Keingintahuan siswa
2). Kejujuran siswa
3). Sikap kekritisan siswa

2. Variabel Terikat (Dependent Variable) adalah variabel yang dipengaruhi


oleh variabel bebas yang disebut dengan variabel Y (Arikunto, 1998:101). Dalam
penelitian ini yang menjadi variabel terikat (Y) adalah prestasi belajar

54

matematika yang datanya diambil dari nilai tes materi sub pokok operasi pecahan
dalam bentuk aljabar tahun ajaran 2010/2011.

B. POPULASI dan SAMPEL


1. Populasi
Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, hasil
menghitung ataupun pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif mengenai
karakteristik tertentu dari semua anggota kumpulan yang lengkap dan jelas
yang ingin dipelajari sifat - sifatnya. (Sudjana, 2005 : 6). Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 4 Salatiga.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari populasi. (Sudjana,
2005 : 6). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan cluster random
sampling, artinya populasi dibagi menjadi beberapa kelompok kemudian
diambil secara acak

C. METODE PENGUMPULAN DATA


Pengumpulan data adalah suatu proses pengadaan data untuk
keperluan penelitian (Arikunto, 1998:225). Metode pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Angket atau Kuesioner


Kuesioner merupakan metode pengumpulan informasi dengan
cara menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis untuk menjawab secara
tertulis pula oleh responden (Margono, 2003:170). Kusioner dalam
penelitian ini dilakukan untuk mengetahui respon dari siswa terhadap

55

pertanyaan yang diajukan dan untuk mengungkap data mengenai motivasi,


disiplin, dan berpikir kritis siswa terhadap prestasi belajar matematika.
Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner tertutup
atau kuesioner yang telah berisi jawabannya, sehingga responden tinggal
memilih jawabannya saja. Untuk mengukur variabel motivasi, disiplin, dan
partisipasi ditentukan dengan memberi skor dari jawaban angket yang diisi
responden dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Pilihan jawaban a memiliki skor 4
b. Pilihan jawaban b memiliki skor 3
c. Pilihan jawaban c memiliki skor 2
d. Pilihan jawaban d memiliki skor 1

2. Dokumentasi
Dokumentasi adalah cara mengumpulkan data melalui peninggalan
tertulis, seperti arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat,
teori, dalil atau hukum-hukum, dan lain-lain yang berhubungan dengan
masalah penelitian (Margono, 2003:181). Dalam penelitian ini metode
dokumentasi dilakukan peneliti untuk mendapatkan data tentang siswa, hasil
belajar yang diperoleh siswa, situasi dan kondisi guru pada saat proses
pembelajaran matematika.

D. UJI INSTRUMEN
Instrumen dalam penelitian ini berupa soal tes angket berbentuk
pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban yang digunakan mengukur minat
belajar, fasilitas belajar dan keterlibatan orang tua. Sedangkan untuk

56

mengukur prestasi belajar matematika digunakan tes ulangan matematika yang


diperoleh dari guru matematika kelas yang digunakan untuk sampel.
Penganalisaan hasil tes dilakukan dengan cara mengukur validitas,
reabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembedanya. Sehingga analisa tes dari
penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Validitas
Menurut Sukardi (2008 : 31), suatu instrumen evaluasi dikatakan
valid apabila instrumen yang digunakan dapat mengukur apa yang hendak
diukur. Sedangkan validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat
- tingkat kevalidan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid
mempunyai validitas yang tinggi, sebaliknya instrumen yang kurang valid
berarti memiliki validitas yang rendah. Untuk mencari validitas pada soal
bentuk pilihan ganda adalah dengan rumus korelasi product moment, yaitu

rxy =

{N

X2 (

XY (

}{

X) N
2

X)

Y2 (

Y)

Keterangan:
rxy

= koefisien korelasi tiap item

= banyaknya subyek uji coba

X = jumlah skor item


Y = jumlah skor total
X 2 = jumlah kuadrat skor item
Y 2 = jumlah kuadrat skor total

57

XY = jumlah perkalian skor item (X) dan skor total (Y)


(Suharsimi Arikunto, 2009 : 72)
Kemudian hasil rxy dibandingkan dengan rtabel harga kritis r product
moment dengan

= 5 %. Jika rhitung < rtabel maka alat ukur dinyatakan

valid.
2. Reliabilitas
Reliabilitas adalah ukuran yang dapat dipercaya untuk digunakan
sebagai alat pengumpul data, karena instrumen tersebut sudah baik.
Instrumen yang sudah dapat dipercaya, yang reliabel akan menghasilkan
data yang dapat dipercaya juga. Apabila memang datanya benar - benar
sesuai dengan kenyataannya, maka berapa kalipun diambil hasilnya akan
tetap sama. (Arikunto, 2009:178).
Adapun rumus yang digunakan untuk mencari reabilitas tes bentuk
pilihan ganda adalah :
n
r11 =
1
n 1

2
i
2
t

Keterangan :

r11

= reliabilitas yang dicari


2
i

2
t

= jumlah varians skor tiap-tiap item


= varians total
= banyak item

(Suharsimi Arikunto, 2009 : 109)

58

Kriteria pengujian reliabilitas tes dikonsultasikan dengan harga r


product moment pada tabel. Jika rhitung > rtabel harga kritik r product moment
maka item tes reliabel.
E. ANALISA DATA

Pada penelitian ini, terdapat tiga variabel bebas yaitu motivasi


belajar, sikap disiplin, dan sikap ilmiah sehingga pada penelitian ini hipotesis
diuji dengan menggunakan uji regresi linier ganda.
1. Analisis Awal
Karena dalam penalitian ini menggunakan uji regresi linier ganda,
maka perlu dilakukan pengujian baik mengenai koefisien - koefisiennya
maupun bentuk liniernya, dengan demikian uji normalitas dan uji linieritas
perlu dilakukan.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui normal tidaknya
data yang dianalisis. Untuk menguji normalitas data rumus yang
digunakan adalah Uji Liliefors, yang diuji adalah :
Ho : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal
Adapun langkah - langkah dalam uji normalitas meliputi:
1). Pengamatan x1, x2, x3, . . . , xn dijadikan bilangan baku z1, z2, z3, . . .
, zn dengan menggunakan rumus z i =
masing rata - rata dan simpangan)

xx
( x dan S masing S

59

2). Untuk setiap bilangan baku dapat menggunakan daftar distribusi


normal baku, kemudian dihitung peluang F (zi) = P (Z zi).
3). Selanjutnya dihitung proporsi z1, z2, z3, . . . , zn zi. Jika proporsi
ini dinyatakan oleh S (zi) maka :
S (zi) =

banyaknya z1 , z 2 , z 3 ..., z n yang z i


n

4). Hitung selisih F (zi) - S (zi) kemudian tentukan harga mutlaknya.


5). Ambil harga yang paling besar antara harga - harga mutlak selisih
tersebut. Sebutlah hatga terbesar tersebut L0.
Untuk menerima atau menolak H0, bandingkan L0 dengan nilai
kritis L untuk taraf nyata

yang dipilih. Kriterianya adalah tolak H0

bahwa populasi berdistribusi nomal jika L0 yang diperoleh dari data


pengamatan melebihi L dari daftar. (Sudjana, 2005 : 466)
b. Uji Linieritas
Uji linieritas digunakan untuk menguji kelinieran regresi, yang
diuji adalah :
H0 : Hubungan variabel bebas dan variabel terikat tidak linier.
H1 : Hubungan variabel bebas dan variabel terikat linier.
Berikut merupakan daftar analisis varian yang digunakan untuk
menguji kelinieran regresi :

60

Variasi

Dk

Total

Regresi (a)

(JK)

KT

Yi2

Yi2

Yi )

n
1

Regresi

n2

(b a)

Yi )

JKreg = JK (b a)

s 2reg

JK res =

Yi Yi

k2

JK (TC)

nk

JK (E)

Yi Yi
s 2res =

2
s TC
=

n2
JK (TC )
k2

cocok
Kekeliruan

s 2res

S 2reg = JK(b a)

Residu

Tuna

s 2E =

2
s TC
s 2E

JK (E )
nk

Dari daftar diatas diperoleh 2 hasil, yaitu :


1). F =

2). F =

s 2reg
s 2res

untuk uji independen.

2
s TC
yang akan dipakai untuk menguji tuna cocok regresi linier
s 2E

(Sudjana, 2005 : 332)


Dalam hal ini H0 ditolak jika F < F(1-

) (k-2,n-k).

Ini memiliki arti

bahwa hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat adalah linier.
2. Analisis Akhir
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini ada 4, yaitu hipotesis 1,
hipotesis 2, hipotesis 3 diuji dengan menggunakan teknik korelasi dan

hipotesis 4 diuji dengan menggunakan teknik regresi ganda.

61

a. Regresi Linier
Regresi linier digunakan karena terjadi sebuah fenomena yang
terdiri dari sebuah variabel bebas (X) dan sebuah variabel terikat (Y).
Untuk regresi linier yang terdiri dari dari sebuah variabel tak bebas (Y),
persamaan yang digunakan sebagai berikut :
= a + bX
Y

dimana :
a=

Yi )

n(

X i )(

X i2 (

Xi )

b=

Xi (

X i Yi ) (
n

X i2 (

X i Yi )

Yi )(

Xi )

Xi )

Dengan n = ukuran sampel


(Sudjana, 2005 : 315)
Persamaan regresi diatas akan digunakan untuk mengetahui
hubungan antara variabel bebas X1, X2 dan X3 dengan variabel terikat
Y, yakni :
1). Untuk mengetahui hubungan antara motivasi belajar (X1) dan
prestasi belajar matematika (Y), persamaannya adalah :
= a + bX1
Y

2). Untuk mengetahui hubungan antara sikap disiplin (X2) dan prestasi
belajar matematika (Y), persamaannya adalah :
= a + bX2
Y

62

3). Untuk mengetahui hubungan antara sikap ilmiah (X3) dan prestasi
belajar matematika (Y), persamaannya adalah :
= a + bX3
Y

b. Regresi Linier Ganda


Regresi linier ganda digunakan karena terjadi sebuah fenomena
yang terdiri dari beberapa variabel bebas (X) dan sebuah variabel terikat
(Y). Adapun persamaan regresi linier ganda yang digunakan adalah :
= a0 + a1X1+ a2X2+ a3X3
Y

Kemudian a0, a1, a2, dan a3 dapat diperoleh dengan


menyelesaikan persamaan sebagai berikut :
2

y i x 1i = a 1

x 1i +a 2

y i x 2i = a 1

x 1i x 2i + a 2

x 2i +a 3

y i x 3i = a 1

x 1i x 3i + a 2

x 2i x 3i + a 3

Y1 = a 0 n + a 1

x 1i x 2i + a 3
2

X1i + a 2

Keterangan :
= Prestasi belajar matematika
Y

X1 = Motivasi belajar siswa


X2 = Sikap Disiplin siswa
X3 = Sikap Ilmiah
a0 = Konstanta
a1 = koefisien X1
a2 = koefisien X2

X 2i + a 3

x 1i x 3i
x 2i x 3i
x 3i

X 3i

63

a3 = koefisien X3
x1i = X1i - X 1
x2i = X2i - X 2
x3i = X3i - X 3
yi = Yi - Y
(Sudjana, 2005 : 348)
c. Koefisien Korelasi Ganda
Kefisien korelasi ganda dari penelitian ini digunakan untuk
menentukan derajat hubungan antara variabel X dengan variabel Y.
= a0 + a1X1 + a2X2 + a3X3 maka
Berdasarkan regresi linier ganda Y

koefsien korelasi ganda (R) antara Y dan variabel X1, X2, dan X3
ditentukan dengan rumus :

R2 =

R=

JK reg
y i2

, sehingga :

JK reg
y i2

(Sudjana, 2005 : 383)


R merupakan koefisien korelasi ganda antara Y dengan variabel X1, X2,
X3. R2 merupakan koefisien determinasi ganda. (Sudjana, 2005 : 383)
Untuk mengetahui koefisien korelasi antara sebagian dari
sejumlah variabel apabila berhubungan dengan variabel lainnya, dimana
hal ini yang diuji adalah :
H0 = Tidak ada hubungan antara variabel X dengan variabel Y

64

H1 = Ada hubungan antara variabel X dengan variabel Y


Menurut Sudjana (2005 : 369) besarnya koefisien korelasi dapat
ditentukan dengan persamaan :

r=

{n(

XiY (

X i2 ) (

X i )(

}{

X i ) n(
2

Y)

Y2 ) (

Kriteria H0 diterima pada taraf signifikan

Y)

= 5 % dan dk = n 1,

apabila rhitung < rtabel. Sehingga dapat diperoleh besarnya masing masing koefisien korelasi, yaitu :
1). Menentukan koefisien korelasi antara motivasi belajar (X1) dengan
prestasi belajar matematika (Y).

ry1 =

{n(

X1 Y (

X12 ) (

X1 )(

}{

X1 ) n (
2

Y)

Y2 ) (

Y)

Keterangan :
ry1 = Koefisien korelasi antara motivasi belajar (X1) dengan prestasi
belajar matematika (Y)
2). Menentukan koefisien korelasi antara sikap disiplin (X2) dengan
prestasi belajar matematika (Y).

ry2 =

{n(

X2Y (

X 22 ) (

X 2 )(

}{

X 2 ) n(
2

Y)

Y2 ) (

Y)

Keterangan :
ry2 = Koefisien korelasi antara sikap disiplin (X2) dengan prestasi
belajar matematika (Y)

65

3). Menentukan koefisien korelasi antara sikap ilmiah (X3) dengan


prestasi belajar matematika (Y).

ry3 =

{n(

X3Y (

X 32 ) (

X 3 )(

}{

X 3 ) n(
2

Y)

Y2 ) (

Y)

Keterangan :
ry3 = Koefisien korelasi antara sikap ilmiah (X3) dengan prestasi
belajar matematika (Y)
Menurut Sudjana (2005 : 385), berhubungan erat dengan
koefisien korelasi linier ganda adalah koefisien korelasi parsil. Ini
dimaksudkan koefisien kprelasi antara sebagian dari sejumlah variabel
apabila hubungan dengan variabel lainnya dianggap tetap. Untuk
variabel Y, X1, dan X2 misalnya, menentukan koefisien korelasi antara
Y dengan X1 dengan menganggap X2 tetap dan dinyatakan dengan ry1.2.
Dan menentukan koefisien korelasi antara Y dengan X2 dengan
menganggap X1 tetap dan dinyatakan dengan ry2.1. Sehingga dapat
ditentukan :
1). Menentukan koefisien korelasi parsil antara prestasi belajar
matematika (Y) dengan motivasi belajar (X1).

ry1.2 =

ry1.3 =

ry1 ry2 r1.2

(1 r )(1 r )
2
y2

2
1.2

ry1 ry3 r1.3

(1 r )(1 r )
2
y3

2
1.3

66

Keterangan :
ry1.2 = Koefisien korelasi parsil antara belajar matematika (Y)
dengan motivasi belajar (X1) dengan sikap disiplin (X2)
dianggap tetap.
ry1.3 = Koefisien korelasi parsil antara prestasi belajar matematika
(Y) dengan motivasi belajar (X1) dengan sikap ilmiah (X3)
dianggap tetap.
2). Menentukan koefisien korelasi parsil antara prestasi belajar
matematika (Y) dengan sikap disiplin (X2).

ry2.1 =

ry2.3 =

ry2 ry1 r1.2

(1 r )(1 r )
2
y1

2
1.2

ry2 ry3 r2.3

(1 r )(1 r )
2
y3

2
2.3

Keterangan :
ry2.1 = Koefisien korelasi parsil antara prestasi belajar matematika
(Y) dengan sikap disiplin (X2) dengan motivasi belajar (X1)
dianggap tetap.
ry2.3 = Koefisien korelasi parsil antara prestasi belajar matematika
(Y) dengan sikap disiplin (X2) dengan sikap ilmah (X3)
dianggap tetap.
3). Menentukan koefisien korelasi parsil antara prestasi belajar
matematika (Y) dengan sikap ilmiah (X3).

67

ry3.1 =

ry3.2 =

ry3 ry1 r1.3

(1 r )(1 r )
2
y1

2
1.3

ry3 ry2 r2.3

(1 r )(1 r )
2
y2

2
2.3

Keterangan :
ry3.1 = Koefisien korelasi parsil antara prestasi belajar matematika
(Y) dengan sikap ilmiah (X3) dengan motivasi belajar (X1)
dianggap tetap.
ry3.2 = Koefisien korelasi parsil antara prestasi belajar matematika
(Y) dengan sikap ilmiah (X3) dengan sikap disiplin (X2)
dianggap tetap.
Menurut Sudjana (2005 : 386) jika variabel-variabelnya Y, X1,
X2, dan X3, maka akan didapat koefisien-koefisien korelasi parsil ry1.23,
ry2.13, ry3.12. Misalnya ry1.23, menyatakan koefisien korelasi parsil antara
Y dan X1 jika X2 dan X3 dianggap tetap. Sehingga dapat diperoleh :
1). Menentukan koefisien korelasi parsil antara prestasi belajar
matematika (Y) dengan motivasi belajar (X1).

ry1.23 =

ry1.2 ry3.2 r13.2

(1 r )(1 r )
2
y3.2

2
13.2

Keterangan :
ry1.23 = Koefisien korelasi parsil antara prestasi belajar matematika
(Y) dengan motivasi belajar (X1), jika sikap disiplin (X2)
dan sikap ilmiah (X3) tetap.

68

2). Menentukan koefisien korelasi parsil antara prestasi belajar


matematika (Y) dengan sikap disiplin (X2).

ry2.13 =

ry2.1 ry3.1 r23.1

(1 r )(1 r )
2
y3.1

2
23.1

Keterangan :
ry1.23 = Koefisien korelasi parsil antara prestasi belajar matematika
(Y) dengan sikap disiplin (X2), jika motivasi belajar (X1)
dan sikap ilmiah (X3) tetap.
3). Menentukan koefisien korelasi parsil antara prestasi belajar
matematika (Y) dengan sikap ilmiah (X3).

ry3.12 =

ry3.1 ry2.1r32.1

(1 r )(1 r )
2
y2.1

2
32.1

Keterangan :
ry1.23 = Koefisien korelasi parsil antara prestasi belajar matematika
(Y) dengan sikap ilmiah (X3), jika motivasi belajar (X1)
dan sikap disiplin (X2) tetap.
Sudjana (2005 : 386 387) mengemukakan bahwa antara
koefisien korelasi, koefisien korelasi ganda, dan koefisien korelasi
parsil terdapat hubungan tertentu. Sehingga untuk variabel prestasi
belajar matematika (Y), motivasi belajar (X1), sikap disiplin (X2) , dan
sikap ilmiah (X3) diperoleh hubungan :

(1 R ) = (1 r )(1 r )(1 r )
2
y.123

2
y1

2
y2.1

2
y3.12

69

d. Prosentase Koefisien Determinasi


Untuk mengetahui besarnya prosentase hubungan variabel
(prestasi belajar) dengan variabel X1 (motivasi belajar), X2 (sikap
disiplin) dan X3 (sikap ilmiah) digunakan rumus prosentase koefisien
determinasi yaitu : R2 x 100 %. Sehingga besar prosentase antara
variabel

(prestasi belajar) dengan variabel X1 (motivasi belajar), X2

(sikap disiplin) dan X3 (sikap ilmiah) yaitu sebagai berikut :


1). Antara

dan X1

Prosentase koefisien determinasi = r2y1 x 100 %


2). Antara

dan X2

Prosentase koefisien determinasi = r2y2 x 100 %


3). Antara

dan X3

Prosentase koefisien determinasi = r2y3 x 100 %


4). Antara

dan X1, X2 dan X3

Prosentase koefisien determinasi = r2y.123 x 100 %


e. Uji Regresi Linier dan Uji Koefisien Regresi
Pengujian regresi linier dilakukan untuk mengetahui hubungan
antara variabel terikat (Y) dengan satu atau lebih variabel bebas,
sedangkan pengujian koefisien regresi digunakan untuk mengetahui
keberartian hubungan koefisien - koefisien regresi. Dalam hal ini
hipotesis yang akan diuji untuk regresi linier adalah :
H0 : Model regresi tidak signifikan
H1 : Model regresi signifikan

70

Sedangkan untuk koefisien regresi adalah :


H0 : Koefisien regresi tidak signifikan
H1 : Koefisien regresi signifikan
Untuk pengujian regresi linier sejalan dengan data Y sekitar
garis regresi Y atas X, maka akan ditentukan pula kekeliruan baku
taksiran Sy1,2,.k dengan rumus :

(Y Y )

y1,2,...,k

n k 1

(Sudjana, 2005 : 350)


Sehingga dapat dihitung pula JKreg dari :

JK reg = a 1

x 1i y i +a 2

x 2i y i + a 3

x 3i y i

(Sudjana, 2005 : 354)


Adapun JKres dihitung dari :
JKres =

(Y Y )

(Sudjana, 2005 : 355)


Dengan derajat kebebasan (dk) = (n - k - 1) untuk sampel
berukuran n, dan banyaknya dan banyaknya variabel bebas k. Statistika
F yang diperoleh adalah :
JK reg
F=

k
JK res
n k 1

(Sudjana, 2005 : 355)

71

Dalam hal ini H0 ditolak jika Fhitung > Ftabel maka model regresi
signifikan berarti terjadi hubungan yang nyata antara variabel bebas dan
variabel terikat.
Untuk pengujian koefisien regresi menggunakan perhitungan
statistik :
s 2y1,2..., k

s ai =

ti =

)(

x ij2 1 R i2

ai
s ai

(Sudjana, 2005 : 388)


Kriteria H0 ditolak jika ti

ttabel berdistribusi t, dk = (n k 1).

Jika H0 ditolak artinya koefisien regresi signifikan.

72

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. PERSIAPAN PENELITIAN

Variabel bebas yang diteliti adalah motivasi berprestasi, sikap


disiplin siswa dan sikap ilmiah siswa. Sedangkan Variabel terikatnya adalah
prestasi belajar matematika pada siswa kelas VIII SMP N 4 Salatiga sub
pokok bahasan operasi pecahan bentuk aljabar semester I tahun ajaran
2010/2011. Hasil penelitian variabel bebas diperoleh dari studi lapangan
untuk memperoleh data dengan metode kuesioner atau angket. Sedangkan
hasil variabel terikat diperoleh dengan metode tes berupa tes soal sub pokok
bahasan operasi pecahan bentuk aljabar.
Penelitian diawali dengan beberapa persiapan. Adapun persiapan
yang dilakukan antara lain :
1. Melakukan Studi pendahuluan
Studi pendahuluan ini dilakukan untuk mengetahui apakah sekolah
tersebut dapat digunakan untuk penelitian atau tidak. Dalam studi
pendahuluan ini peneliti melakukan koordinasi dengan kepala Sekolah
SMP Negeri 4 Salatiga. Hasil koordinasi tersebut, pihak sekolah
memberikan izin kepada peneliti untuk mengadakan penelitian di sekolah
tersebut dengan membawa surat rekomendasi penelitian dari IKIP PGRI
Semarang.
2. Penentuan subyek penelitian
a. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMPN4

73
b. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas IXC sebanyak 34
siswa sebagai kelas uji coba. Sedangkan untuk kelas penelitian adalah
kelas VIIIF sebanyak 34 siswa. Untuk kelas VIIIF sebenarnya
berjumlah 36 siswa, tapi pada waktu penelitian ada 2 siswa yang tidak
masuk. Daftar nama siswa kelas IXC dapat dilihat pada lampiran 1.
Sedangkan daftar nama siswa kelas VIIIF dapat dilihat pada lampiran 2.

B. PELAKSANAAN PENELITIAN

Penelitian dilakukan pada tanggal 25 Juli 2010 sampai 7 Agustus


2010 di SMP Negeri 4 Salatiga, yaitu pada awal semester ganjil. Hal ini
dilakukan karena materi sub pokok operasi pecahan dalam bentuk aljabar
diajarkan pada awal semester ganjil , sehingga dapat diketahui prestasi
belajar matematika materi sub pokok operasi pecahan dalam bentuk aljabar
dipengaruhi oleh variabel motivasi berprestasi siswa, variabel sikap disiplin
dan variabel sikap ilmiah.
Pada tanggal 2 Agustus 2010 digunakan untuk membagikan angket
pada siswa kelas VIIIF SMP N 4 Salatiga. Kisi kisi angket motivasi
berprestasi siswa, sikap disiplin siswa dan sikap ilmiah dapat dilihat pada
lampiran 3. Sedangkan angket motivasi berprestasi siswa, sikap disiplin
siswa dan sikap ilmiah siswa dapat dilihat pada lampiran 4. Serta data hasil
uji coba instrumen pada siswa kelas IX SMP N 4 Salatiga dapat dilihat pada
lampiran 5. Untuk data hasil penelitian pada siswa kelas VIIIF SMP N 4
Salatiga dapat dilihat pada lampiran 6.

74

C. HASIL UJI COBA INSTRUMEN


Setelah subyek penelitian ditetapkan, selanjutnya peneliti melakukan uji
coba instrumen di kelas IXC. Instrumen yang memerlukan uji coba penelitian
adalah yang berkaitan dengan motivasi belajar, sikap disiplin dan sikap ilmiah yang
berupa angket. Untuk analisis hasil uji coba instrumen penelitian meliputi :

1. Validitas
Angket motivasi belajar, sikap disiplin dan sikap ilmiah masingmasing sebanyak 15 butir pertanyaan diujicobakan kepada 34 siswa uji
coba. Berikut perhitungan validitas untuk butir soal no. 1 angket motivasi
belajar :
X 1 Y = 4107

X 12 = 322

X 1 = 101

rX1Y =

{N

Y 2 = 54896

Y = 1348

X1 Y (

X 12 (

X 1 )(

}{

X1 ) N
2

Y)

Y2 (

Y)

(34x4107) (101x1348)
{(34x322) 1012 }{(34x54896) 13482 }

rX1Y = 0,5747
Dengan N = 34 dan taraf signifikan ( ) = 5%, diperoleh rtabel =
0,339. Karena rhitung > rtabel, maka butir soal no. 1 valid. Untuk butir soal
no. 2 sampai no.15 angket minat dan 15 butir soal angket sikap disiplin
dan 15 butir soal sikap ilmiah uji coba instrumen semuanya memenuhi
kriteria rhitung > rtabel sehingga semua butir soal dikatakan valid. Untuk
analisis validitas soal uji coba instrumen dapat dilihat pada Lampiran 7.
Sedangkan contoh perhitungannya dapat dilihat pada lampiran 8.

75
2. Reliabilitas
Angket motivasi belajar, sikap disiplin dan sikap ilmiah masingmasing sebanyak 15 butir pertanyaan diujicobakan kepada 34 siswa uji
coba seperti validitas. Berikut perhitungan reliabilitas untuk butir soal no.
1 angket motivasi belajar :
2

X
Rumus varians :

2
1

X)

X1 )

(101)2
=

Dengan cara yang sama diperoleh

(1)

=
=

34

10201
34 = 322 300,03
34
34

322

34

(1)*

322

21,97
= 0,646
34
2

sampai

lampiran 9.
Jumlah variansi semua item
2
i

2
i

) adalah :

= 13, 181

Y2
Variansi total :

2
t

Y )2
N

= 42,699
n
Jadi, reliabilitasnya adalah : r11 =
1
n 1

2
i
2
t

15
13,181
1
15 1
42,699

= 0,7403

(15 )

terdapat pada

76
Jadi realibilitas angket motivasi belajar adalah sebesar 0,74.
Menurut kriteria, maka reliabilitas tersebut tergolong tinggi.
Sedangkan reliabilitas angket sikap disiplin dan sikap
ilmiah sama dengan perhitungan reliabilitas motivasi belajar. Pada angket
sikap disiplin reliabilitas yang diperoleh sebesar 0,649 dan pada angket
sikap ilmiah reliabilitas yang diperoleh sebesar 0,828. Menurut kriteria,
maka reliabilitas kedua angket tergolong tinggi. Dengan demikian, soal
yang digunakan sebagai instrumen penelitian sebanyak 15 soal dari
masing-masing variabel bebas tersebut reliabel. Untuk analisis reliabilitas
soal uji coba instrumen dapat dilihat pada Lampiran 7. Sedangkan contoh
perhitungannya dapat dilihat pada lampiran 9.
D. ANALISIS DATA

1. Analisis awal
a. Uji Normalitas
Perhitungan uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan
uji Liliofors dengan hipotesis sebagai berilkut :
Ho

: Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H1

: Sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi


normal

Untuk analisis uji normalitas angket motivasi belajar siswa


kelas VIIIF dapat ditunjukkan pada lampiran 11.
Dari tabel Uji Normalitas Angket Motivasi belajar Kelas VIIIF
tersebut diperoleh L0 = 0,0728. Dengan N = 34 dan taraf nyata

0,05 diperoleh Ltabel = 0,1519 Karena L0 < Ltabel maka Ho diterima,


sehingga diperoleh kesimpulan bahwa data berdistribusi normal.

77
Sedangkan analisis uji normalitas angket sikap disiplin kelas VIIIF
diperoleh L0 = 0,0753. Sedangkan sikap ilmiah kelas VIIIF diperoleh
L0 = 0,1033. Karena L0 yang diperoleh kurang dari Ltabel maka data
dari angket kelas VIIIF berdistribusi normal. Untuk analisis uji
normalitas kelas VIIIF dapat dilihat pada lampiran 11.
b. Uji Linieritas
Uji linieritas dalam penelitian ini menggunakan hipotesis
sebagai berikut :
Ho : Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat
adalah tidak linier
H1

: Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat


adalah linier

Untuk analisis uji linieritas angket motivasi belajar siswa kelas


VIIIF dapat ditunjukkan pada lampiran 12.
Dari tabel Uji Linieritas Angket Motivasi belajar Kelas VIIIF
tersebut dapat diperoleh :
X = 1434
Y = 2435

(Xi-X)(Yi-Y) = 1258,68
= 2345

XY = 100162,5

(Yi- ) = 177,81

Y2 = 163562,5

Xi = 61442

( X) = 2056365

X = 42,176

( Y) = 5499025

Y = 68,97

a = 13,726

b = 1,31

78
Selanjutnya analisis varians angket motivasi belajar kelas
VIIIF dapat ditunjukkan pada tabel berikut :
Sumber varians

dk

JK

KT

Total

34

163562,5

163562,5

Regresi (a)

161736,029

161736,03

Regresi (b|a)

1648,661

1648,66

Residu

32

177,809

5,229

Tuna cocok

18

119,997

6,67

Kekeliruan

14

57,813

4,129

Dari tabel analisis varians tersebut diperoleh


dengan dk penyebut = 18, dk penyebut = 14 dan

Ftabel

315,25

1,614

2,355

Fhitung = 1,614,
= 0,05 dari daftar

distribusi F diperoleh Ftabel = 2,355. Karena Fhitung < Ftabel

maka H0

ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan antara variabel


motivasi belajar (X1) dan variabel prestasi belajar matematika (Y) yang
di tunjukan oleh persamaan

= 13,726 + 1,31 X 1 adalah linier.

Untuk uji linieritas sikap disiplin kelas VIIIF diperoleh Fhitung =


2,062, dengan dk penyebut = 18, dk penyebut = 14 dan

= 0,05 dari

daftar distribusi F diperoleh Ftabel = 2,355. Karena Fhitung < Ftabel maka
H0 ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan antara
variabel sikap disiplin (X2) dan variabel prestasi belajar matematika (Y)
adalah linier. Sedangkan uji linieritas sikap ilmiah kelas VIIIF diperoleh

79
Fhitung = 2,258, dengan dk penyebut = 20, dk penyebut = 12 dan

= 0,05

dari daftar distribusi F diperoleh Ftabel = 2,54. Karena Fhitung < Ftabel
maka H0 ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan antara
variabel sikap ilmiah (X3) dan variabel prestasi belajar matematika (Y)
adalah linier. Analisis uji linieritas variabel sikap disiplin dan variabel
sikap ilmiah kelas VIIIF dapat dilihat pada lampiran 12.
2. Analisis akhir

a. Regresi linier
Regresi linier digunakan karena terjadi sebuah fenomena yang
terdiri dari sebuah variabel bebas (X) dan sebuah variabel terikat (Y).
Untuk regresi linier yang terdiri dari dari sebuah variabel tak bebas
(Y), persamaan yang digunakan sebagai berikut :

= a + bX
Y
dimana :
a=

Yi )

n(

X i )(

X i2 (

Xi )

b=

Xi (

X i Yi ) (
n

X i2 (

X i Yi )

Yi )(

Xi )

Xi )

Untuk analisis regresi linier antara variabel motivasi belajar

=
(X1) dengan variabel prestasi belajar matematika (Y) diperoleh Y
13,72 + 1,31X1.
Apabila perhitungan dilakukan dengan menggunakan Statistical
Product and Service Solutions (SPSS) 13.0 hasilnya adalah :

80
a
Coefficients

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
B
Beta
t
Model
Std. Error
1
(Constant) 13,726 3,233
4,246
motivasi belajar
1,310
,076
,950 17,225

Correlations
Sig. Zero-order Partial
Part
,000
,000
,950
,950
,950

a.Dependent Variable: prestasi belajar

Dari tabel Coefficient diperoleh a = 13,726 dan b = 1,31


sehingga

= 13,726 + 1,31 X 1 .

Untuk hubungan antara variabel sikap disiplin belajar (X2)


dengan variabel prestasi belajar matematika (Y) persamaannya adalah

= 23,52 + 1,14X2. Dan hubungan antara variabel sikap ilmiah (X3)


Y
dengan variabel prestasi belajar matematika (Y) persamaannya adalah

= 20,61 + 0,989X3. Untuk


Y

penghitungan analisis regresi linier

variabel sikap disiplin (X2) dan variabel sikap ilmiah (X3) dengan
variabel prestasi belajar matematika (Y) kelas VIIIF dapat dilihat pada
lampiran 13.
b. Regresi Linier Ganda
Persamaan regresi linier ganda yang digunakan adalah sabagai
berikut:
= a0 + a1X1+ a2X2+ a3X3
Y
dimana a0 = 17,889
a1 = 0,297
a2 =0,271
a3 = 0,563
Untuk analisis perhitungan regresi linier ganda kelas VIIIF dapat
ditunjukkan pada lampiran 15.

81
Jadi, persamaan regresi linier ganda adalah :
= 17,889 + 0,297X1+ 0,271X2+ 0,563X3
Y
Apabila

perhitungan

dilakukan

dengan

menggunakan

Statistical Product and Service Solutions (SPSS) 13.0 hasilnya adalah


a
Coefficients

Unstandardized
Standardized
Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta
t
Model
1
(Constant)17,889 2,393
7,475
motivasi belajar
,297 ,191
,216 1,558
sikap disiplin,270 ,181
,233 1,495
sikap ilmiah ,563 ,106
,552 5,315

Correlations
Sig. Zero-orderPartial Part
,000
,130
,950 ,274 ,054
,145
,960 ,263 ,052
,000
,970 ,696 ,186

a.Dependent Variable: prestasi belajar

Dari tabel Coefficients diperoleh nilai a0 = 17,889, a1 = 0,297,


a2 = 0,271 dan a3 = 0,563.
Jadi, hubungan antara variabel motivasi belajar (X1), sikap
disiplin siswa (X2) dan sikap ilmiah (X3) dengan prestasi belajar
matematika (Y) kelas VIIIF dapat ditunjukkan dengan persamaan :

= 17,889 + 0,297X1+ 0,271X2+ 0,563X3


Y
c. Koefisien Korelasi Ganda
= a0 + a1X1 + a2X2 + a3X3
Berdasarkan regresi linier ganda Y
maka koefsien korelasi ganda (R) antara Y dan variabel X1, X2, dan
X3 kelas VIIIF dapat ditentukan dengan rumus :
R=

JK reg
y i2

Terlebih dahulu dihitung jumlah kuadrat regresi (JKreg) :


a1 = 0,297, a2 = 0,270, a3 = 0,563
x1iyi

= 1258,68

x2iyi = 1510,29

x3iyi = 1736,91

82
Jumlah Kuadrat Regresi (JKreg) = 175,49
yi2 = 1826,471 dapat diperoleh

Dengan JK reg = 1759,49 dan

koefisien korelasi ganda (R) antara Y dan variabel X1, X2, dan X3=
0,981492
Koefisien determinasi ganda (R2) :
R2 = (0,981492)2
R2 = 0,963327
Koefisien korelasi antara masing masing variabel bebas
(motivasi belajar, sikap disiplin dan sikap ilmiah) dengan prestasi
belajar matematika dapat ditunjukkan pada lampiran 16 sehingga
dapat diperoleh:
1). Koefisien korelasi antara motivasi belajar (X1) dengan prestasi
belajar matematika (Y) :

ry1 =

ry1 =

ry1 =

X1 Y (

{n(

X12 (

X1 )(

}{ (

X1 ) n
2

Y)

Y2 (

Y)

(34x100162,5) (1434x2345)
{(34x61442) (1434)2 }{(34x163562,5) (2345)2 }
42795
45043,659

ry1 = 0,9501

Dengan taraf signifikan

= 0,05 dan dk = 33 diperoleh

rtabel = 0,344. Karena rhitung > rtabel yaitu 0,9501 > 0,344, maka H0
ditolak, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan

83
antara variabel motivasi belajar (X1) dengan variabel prestasi
belajar matematika (Y).
2). Koefisien korelasi antara sikap disiplin (X2) dengan prestasi belajar
matematika (Y) diperoleh ry2 = 0,959
Dengan taraf signifikan

= 0,05 dan dk = 33 diperoleh

rtabel = 0,344. Karena rhitung > rtabel yaitu 0,959 > 0,344, maka H0
ditolak, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan
antara variabel sikap disiplin (X2) dengan variabel prestasi belajar
matematika (Y).
3). Koefisien korelasi antara sikap ilmiah (X3) dengan prestasi belajar
matematika (Y) diperoleh ry3 = 0,969
Dengan taraf signifikan

= 0,05 dan dk = 33 diperoleh

rtabel = 0,344. Karena rhitung > rtabel yaitu 0,969 > 0,344, maka H0
ditolak, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan
antara variabel sikap ilmiah (X3) dengan variabel prestasi belajar
matematika (Y).
Untuk menghitung koefisien korelasi parsil antara masing
masing variabel bebas (motivasi belajar, sikap disiplin dan sikap
ilmiah) dengan prestasi belajar matematika jika satu variabel bebas
lain dianggap tetap terlebih dahulu perlu dihitung koefisien korelasi
antara motivasi belajar (X1) dengan sikap disiplin (X2) yaitu r1.2,
koefisien korelasi antara motivasi belajar (X1) dengan sikap ilmiah
(X3) yaitu r1.3 dan koefisien korelasi antara sikap disiplin (X2) dengan
sikap ilmiah (X3) yaitu r2.3. Adapun perhitungannya sebagai berikut :

84
1). Koefisien korelasi antara motivasi belajar (X1) dengan sikap
disiplin (X2)

r1.2 =

r1.2 =

r1.2 =

{n(

X1X 2 (

X12 ) (

X1 )(

}{ (

X1 ) n
2

X2 )

X2 (
2

X2 )

(34x59602) (1434x1387)
{(34x61442) (1434)2 }{(34x57937) (1387)2 }
37510
38804,894

r1.2 = 0,967
Dengan taraf signifikan

= 0,05 dan dk = 33 diperoleh

rtabel = 0,344. Karena rhitung > rtabel yaitu 0,967 > 0,344, maka H0
ditolak, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan
antara variabel motivasi belajar (X1) dengan variabel sikap
disiplin siswa (X2).
2). Koefisien korelasi antara motivasi belajar (X1) dengan sikap
ilmiah (X3) diperoleh r1.3 = 0,923
Dengan taraf signifikan

= 0,05 dan dk = 33 diperoleh rtabel

= 0,344. Karena rhitung > rtabel yaitu 0,923 > 0,344, maka H0
ditolak, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan
antara variabel motivasi belajar (X1) dengan variabel sikap ilmiah
(X3).
3). Koefisien korelasi antara sikap disiplin (X2) dengan sikap ilmiah
(X3) diperoleh r2.3 = 0,939
Dengan taraf signifikan

= 0,05 dan dk = 33 diperoleh

rtabel = 0,344. Karena rhitung > rtabel yaitu 0,939 > 0,344, maka H0

85
ditolak, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan
antara variabel sikap disiplin (X1) dengan variabel sikap ilmiah
(X3).
Koefisien korelasi parsil antara masing masing variabel
bebas (motivasi belajar, sikap disiplin dan sikap ilmiah) dengan
prestasi belajar matematika jika satu variabel bebas lain dianggap
tetap adalah sebagai berikut :
1). Koefisien korelasi parsil antara prestasi belajar matematika (Y)
dengan motivasi belajar (X1).
a). Koefisien korelasi parsil antara prestasi belajar matematika
(Y) dengan motivasi belajar (X1) jika sikap disiplin (X2)
dianggap tetap.
ry1.2 =

ry1.2 =

ry1.2 =

ry1 ry2 r1.2

(1 r )(1 r )
2
y2

2
1.2

0,95 (0,96x0,967 )

{1 (0,96) }{1 (0,967) }


2

0,02168
0,07134

ry1.2 = 0,304
Dengan taraf signifikan

= 0,05 dan dk = 33

diperoleh rtabel = 0,344. Karena rhitung < rtabel yaitu 0,304 <
0,344, maka H0 diterima, sehingga dapat ditarik kesimpulan
bahwa tidak ada hubungan antara prestasi belajar matematika
(Y) dengan motivasi belajar (X1) jika sikap disiplin (X2)
dianggap tetap.

86
b). Koefisien korelasi parsil antara prestasi belajar matematika
(Y) dengan motivasi belajar (X1) jika sikap ilmiah (X3)
dianggap tetap diperoleh ry1.3 = 0,585
Dengan taraf signifikan

= 0,05 dan dk = 33

diperoleh rtabel = 0,344. Karena rhitung > rtabel yaitu 0,585 >
0,344, maka H0 ditolak, sehingga dapat ditarik kesimpulan
bahwa ada hubungan antara prestasi belajar matematika (Y)
dengan motivasi belajar (X1) jika sikap ilmiah (X3) dianggap
tetap.
2). Menentukan koefisien korelasi parsil antara prestasi belajar
matematika (Y) dengan sikap disiplin (X2).
a). Koefisien korelasi parsil antara prestasi belajar matematika
(Y) dengan sikap disiplin (X2) jika motivasi belajar (X1)
dianggap tetap.
ry2.1 =

ry2.1 =

ry2.1 =

ry2 ry1 r1.2

(1 r )(1 r )
2
y1

2
1.2

0,96 (0,95x0,967 )

{1 (0,95) }{1 (0,967) }


2

0,04135
0,07955

ry2.1 = 0,52
Dengan taraf signifikan

= 0,05 dan dk = 33

diperoleh rtabel = 0,344. Karena rhitung > rtabel yaitu 0,52 >
0,344, maka H0 ditolak, sehingga dapat ditarik kesimpulan
bahwa ada hubungan antara prestasi belajar matematika (Y)

87
dengan sikap disiplin (X2) jika motivasi belajar (X1) dianggap
tetap.
b). Koefisien korelasi parsil antara prestasi belajar matematika
(Y) dengan sikap disiplin (X2) jika sikap ilmiah (X3)
dianggap tetap diperoleh ry2.3 = 0,581
Dengan taraf signifikan

= 0,05 dan dk = 33

diperoleh rtabel = 0,344. Karena rhitung > rtabel yaitu 0,581 >
0,344, maka H0 ditolak, sehingga dapat ditarik kesimpulan
bahwa ada hubungan antara prestasi belajar matematika (Y)
dengan sikap disiplin (X2) jika sikap ilmiah (X3) dianggap
tetap.
3). Menentukan koefisien korelasi parsil antara prestasi belajar
matematika (Y) dengan sikap ilmiah (X3).
a). Koefisien korelasi parsil antara prestasi belajar matematika
(Y) dengan sikap ilmiah (X3) jika motivasi belajar (X1)
dianggap tetap.
ry3.1 =

ry3.1 =

ry3.1 =

ry3 ry1 r1.3

(1 r )(1 r )
2
y1

2
1.3

0,97 (0,95x0,923)

{1 (0,95) }{1 (0,923) }


2

0,09315
0,12015

ry3.1 = 0,775
Dengan taraf signifikan

= 0,05 dan dk = 33

diperoleh rtabel = 0,344. Karena rhitung > rtabel yaitu 0,775 >
0,344, maka H0 ditolak, sehingga dapat ditarik kesimpulan

88
bahwa ada hubungan antara prestasi belajar matematika (Y)
dengan sikap ilmiah (X3) jika motivasi belajar (X1) dianggap
tetap.
b). Koefisien korelasi parsil antara prestasi belajar matematika
(Y) dengan sikap ilmiah (X3) jika sikap disiplin (X2)
dianggap tetap diperoleh ry3.2 = 0,708 .
Dengan taraf signifikan

= 0,05 dan dk = 33

diperoleh rtabel = 0,344. Karena rhitung > rtabel yaitu 0,708 >
0,344, maka H0 ditolak, sehingga dapat ditarik kesimpulan
bahwa ada hubungan antara prestasi belajar matematika (Y)
dengan sikap ilmiah (X3) jika sikap disiplin (X2) dianggap
tetap.
Untuk menghitung kefisien korelasi parsil antara masing
masing variabel bebas (motivasi belajar, sikap disiplin dan sikap
ilmiah) dengan prestasi belajar matematika jika dua variabel bebas
lain dianggap tetap terlebih dahulu perlu dihitung koefisien korelasi
parsil antara motivasi belajar (X1) dengan sikap ilmiah (X3) jika sikap
disiplin (X2) dianggap tetap yaitu r13.2, koefisien korelasi antara sikap
disiplin (X2) dengan sikap ilmiah (X3) jika motivasi belajar (X1)
dianggap tetap yaitu r23.1 dan koefisien korelasi antara sikap ilmiah
(X3) dengan sikap disiplin (X2) jika motivasi belajar (X1) dianggap
tetap yaitu r32.1. Adapun perhitungannya sebagai berikut :
1). Koefisien korelasi parsil antara motivasi belajar (X1) dengan sikap
ilmiah (X3) jika sikap disiplin (X2) dianggap tetap yaitu r13.2

89

r13.2 =

r13.2 =

r13.2 =

r1.3 r1.2 r2.3

(1 r )(1 r )
2
1.2

2
2..3

0,923 (0,967x0,94 )

{1 (0,967) }{1 (0,94) }


2

0,01402
0,08692

r13.2 = 0,161
Dengan taraf signifikan

= 0,05 dan dk = 33 diperoleh

rtabel = 0,344. Karena rhitung < rtabel yaitu 0,161 < 0,344, maka H0
diterima, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak ada
hubungan antara motivasi belajar (X1) dengan sikap ilmiah (X3)
jika sikap disiplin (X2) dianggap tetap.
2). Koefisien korelasi antara sikap disiplin (X2) dengan sikap ilmiah
(X3) jika motivasi belajar (X1) dianggap tetap yaitu r23.1 dapat
diperoleh r23.1 = 0,484
Dengan taraf signifikan

= 0,05 dan dk = 33 diperoleh

rtabel = 0,344. Karena rhitung > rtabel yaitu 0,484 > 0,344, maka H0
diterima, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan
antara sikap disiplin (X2) dengan sikap ilmiah (X3) jika motivasi
belajar (X1) dianggap tetap.
3). Koefisien korelasi antara sikap ilmiah (X3) dengan sikap disiplin
(X2) jika motivasi belajar (X1) dianggap tetap yaitu r32.1 dapat
diperoleh r32.1 = 0,484
Dengan taraf signifikan

= 0,05 dan dk = 33 diperoleh

rtabel = 0,344. Karena rhitung > rtabel yaitu 0,484 > 0,344, maka H0

90
diterima, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan
antara sikap ilmiah (X3) dengan sikap disiplin (X1) jika motivasi
belajar (X1) dianggap tetap.
Koefisien korelasi parsil antara masing masing variabel
bebas (motivasi belajar, sikap disiplin dan sikap ilmiah) dengan
prestasi belajar matematika jika dua variabel bebas lain dianggap tetap
adalah sebagai berikut :
1). Koefisien korelasi parsil antara prestasi belajar matematika (Y)
dengan motivasi belajar (X1), jika sikap disiplin (X2) dan sikap
ilmiah (X3) tetap.
ry1.23 =

ry1.23 =

ry1.23 =

ry1.2 ry3.2 r13.2

(1 r )(1 r )
2
y3.2

2
13.2

0,304 (0,708x0,161)

{1 (0,708) }{1 (0,161) }


2

0,190012
0,697

ry1.23 = 0,273
Dengan taraf signifikan

= 0,05 dan dk = 33 diperoleh

rtabel = 0,344. Karena rhitung < rtabel yaitu 0,273 < 0,344, maka H0
diterima, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak ada
hubungan antara prestasi belajar matematika (Y) dengan motivasi
belajar (X1) jika sikap disiplin (X1) dan sikap ilmiah (X3)
dianggap tetap.

91
2). Koefisien korelasi parsil antara prestasi belajar matematika (Y)
dengan sikap disiplin (X2), jika motivasi belajar (X1) dan sikap
ilmiah (X3) tetap dapat diperoleh ry2.13 = 0,262 .
Dengan taraf signifikan

= 0,05 dan dk = 33 diperoleh

rtabel = 0,344. Karena rhitung < rtabel yaitu 0,262 < 0,344, maka H0
diterima, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak ada
hubungan antara prestasi belajar matematika (Y) dengan sikap
disiplin (X1) jika motivasi belajar (X1) dan sikap ilmiah (X3)
dianggap tetap.
3). Koefisien korelasi parsil antara prestasi belajar matematika (Y)
dengan sikap ilmiah (X3), jika motivasi belajar (X1) dan sikap
disiplin (X2) tetap dapat diperoleh ry3.12 = 0,7 .
Dengan taraf signifikan

= 0,05 dan dk = 33 diperoleh

rtabel = 0,344. Karena rhitung > rtabel yaitu 0,7 > 0,344, maka H0
ditolak, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan
antara prestasi belajar matematika (Y) dengan sikap ilmiah (X3)
jika motivasi belajar (X1) dan sikap disiplin (X1) dan dianggap
tetap.
Untuk perhitungan koefisien korelasi kelas VIIIF dengan
Statistical Product and Service Solutions (SPSS) 13.0 diperoleh :

92
Correlations

Pearson Correlation prestasi belajar


motivasi belajar
sikap disiplin
sikap ilmiah
Sig. (1-tailed)
prestasi belajar
motivasi belajar
sikap disiplin
sikap ilmiah
N
prestasi belajar
motivasi belajar
sikap disiplin
sikap ilmiah

prestasi
belajar
1,000
,950
,960
,970
.
,000
,000
,000
34
34
34
34

motivasi
belajar
,950
1,000
,967
,923
,000
.
,000
,000
34
34
34
34

sikap disiplin
,960
,967
1,000
,940
,000
,000
.
,000
34
34
34
34

sikap ilmiah
,970
,923
,940
1,000
,000
,000
,000
.
34
34
34
34

Dari tabel Correlations tersebut dapat diperoleh :


1). Koefisien korelasi antara motivasi belajar (X1) dengan prestasi
belajar matematika (Y) adalah 0,950 dengan nilai signifikasi 0,00.
Karena nilai signifikasi < 0,05, maka ada dapat disimpulkan
bahwa ada hubungan antara variabel motivasi belajar (X1) dengan
variabel prestasi belajar matematika (Y).
2). Koefisien korelasi antara sikap disiplin (X2) dengan prestasi
belajar matematika (Y) adalah 0,960 dengan nilai signifikasi 0,00.
Karena nilai signifikasi < 0,05, maka ada dapat disimpulkan
bahwa ada hubungan antara variabel sikap disiplin (X2) dengan
variabel prestasi belajar matematika (Y).
3). Koefisien korelasi antara sikap ilmiah (X3) dengan prestasi belajar
matematika (Y) adalah 0,970 dengan nilai signifikasi 0,00.
Karena nilai signifikasi < 0,05, maka ada dapat disimpulkan
bahwa ada hubungan antara variabel sikap ilmiah (X3) dengan
variabel prestasi belajar matematika (Y)

93
4). Koefisien korelasi antara motivasi belajar (X1) dengan sikap
disiplin (X2) adalah 0,967 dengan nilai signifikasi 0,00. Karena
nilai signifikasi < 0,05, maka ada dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan antara variabel motivasi belajar (X1) dengan variabel
sikap disiplin (X2).
5). Koefisien korelasi antara motivasi belajar (X1) dengan sikap
ilmiah (X3) adalah 0,923 dengan nilai signifikasi 0,00. Karena
nilai signifikasi < 0,05, maka ada dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan antara variabel motivasi belajar (X1) dengan variabel
sikap ilmiah (X3).
6). Koefisien korelasi antara sikap disiplin (X2) dengan sikap ilmiah
(X3) adalah 0,940 dengan nilai signifikasi 0,00. Karena nilai
signifikasi < 0,05, maka ada dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan antara variabel sikap disiplin (X2) dengan variabel
sikap ilmiah (X3).
Antara koefisien korelasi, koefisien korelasi ganda, dan
koefisien korelasi parsil terdapat hubungan tertentu. Sehingga untuk
variabel prestasi belajar matematika (Y), motivasi belajar (X1), sikap
disiplin siswa (X2) , dan sikap ilmiah (X3) diperoleh hubungan :

(1 R

2
y.123

) = (1 r )(1 r )(1 r )
2
y1

2
y2.1

2
y3.12

(1 R ) = {1 (0,95) }{1 (0,52) }{1 (0,7) }


2
y.123

R y.123 = 0,982

Dengan taraf signifikan

= 0,05 dan dk = 35 diperoleh rtabel =

0,344. Karena rhitung > rtabel yaitu 0,982 > 0,344, maka H0 ditolak,

94
sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan antara
prestasi belajar matematika (Y) dengan motivasi belajar (X1), sikap
disiplin (X2) dan sikap ilmiah (X3).
Untuk perhitungan koefisien korelasi antara motivasi belajar
(X1), sikap disiplin (X2) dan sikap ilmiah (X3) secara bersama sama
dengan prestasi belajar matematika (Y) kelas VIIIF dengan Statistical
Product and Service Solutions (SPSS) 13.0 diperoleh :
b
Model Summary

Change Statistics
DurbinAdjustedStd. Error of
R Square
df2 Sig. F Change Watson
Model R R SquareR Square
the EstimateChangeF Change df1
1
,982a ,963
,960 1,49378
,963 262,848
3
30
,000
1,736
a.Predictors: (Constant), sikap ilmiah, motivasi belajar, sikap disiplin
b.Dependent Variable: prestasi belajar

Dari tabel Model Summaryb tersebut dapat diperoleh :


1). R = 0,982, yaitu koefisien korelasi antara motivasi belajar (X1),
sikap disiplin (X2) dan sikap ilmiah (X3) secara bersama sama
dengan prestasi belajar matematika (Y).
2). Berdasarkan perbandingan Ftabel dengan Fhitung
Diperoleh Fhitung = 262,848. Dari daftar distribusi F dengan dk
pembilang 3, dk penyebut = 30 dan

= 0,05 diperoleh Ftabel =

2,92. Karena Fhitung > Ftabel, yaitu 262,848 > 2,92 sehingga H0
ditolak. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa ada
terjadi hubungan antara prestasi belajar matematika (Y) dengan
motivasi belajar (X1), sikap disiplin (X2) dan sikap ilmiah (X3).
3). Berdasarkan nilai signifikasi
Diperoleh nilai signifikasi 0,000. Karena nilai signifikasi< 0,05

95

yaitu 0,00 < 0,05 sehingga H0 ditolak. Dengan demikian dapat


ditarik kesimpulan bahwa ada terjadi hubungan antara prestasi
belajar matematika (Y) dengan motivasi belajar (X1), sikap
disiplin (X2) dan sikap ilmiah (X3).
d. Prosentase Koefisien Determinasi
Untuk mengetahui besarnya prosentase hubungan variabel
prestasi belajar matematika (Y) dengan variabel motivasi belajar (X1),
sikap disiplin (X2) dan sikap ilmiah (X3) kelas VIIIF digunakan rumus
prosentase koefisien determinasi yaitu : R2 x 100 % (lampiran 17).
Sehingga besar prosentase antara variabel prestasi belajar matematika
(Y) dengan variabel motivasi belajar (X1), sikap disiplin (X2) dan
sikap ilmiah (X3) yaitu sebagai berikut :
1). Antara prestasi belajar matematika (Y) dengan motivasi belajar
(X1) diperoleh 90,25 %
2). Antara prestasi belajar matematika (Y) dengan sikap disiplin (X2)
diperoleh 92,16 %
3). Antara prestasi belajar matematika (Y) dengan sikap ilmiah (X3)
diperoleh 94,09 %
4). Antara prestasi belajar matematika (Y) dengan motivasi belajar
(X1), sikap disiplin (X2) dan sikap ilmiah (X3) diperoleh 96,43 %
e. Uji Regresi Linier dan Uji Koefisien Regresi
Pengujian regresi linier dilakukan untuk mengetahui hubungan
antara variabel terikat (Y) dengan satu atau lebih variabel bebas,
sedangkan pengujian koefisien regresi digunakan untuk mengetahui

96
keberartian hubungan koefisien - koefisien regresi. Dalam hal ini
hipotesis yang akan diuji untuk regresi linier adalah :
H0 : Model regresi tidak signifikan
H1 : Model regresi signifikan
Sedangkan untuk koefisien regresi adalah :
H0 : Koefisien regresi tidak signifikan
H1 : Koefisien regresi signifikan
Untuk pengujian regresi linier sejalan dengan data Y sekitar
garis regresi Y atas X kelas VIIIF, maka akan ditentukan pula
kekeliruan baku taksiran Sy1,2,.k dengan rumus :

(Y Y )

y1,2,...,k

n k 1

(Y Y )

= 66,941

n = 34
k=3
Kekeliruan Baku Taksiran (Sy1,2,.k ) :

(Y Y )

y1,2,..., k

S 2 y1,2,...,k =

n k 1

66,941
34 3 1

S 2 y1,2,...,k = 2,231
a1 = 0,297, a2 = 0,27 dan a3 = 0,563
x1iyi

= 1258,676

x2iyi = 1510,294

Jumlah Kuadrat Regresi (JKreg) = 1759,488


Jumlah Kuadrat Residu (JKres) =66,941

x3iyi = 1736,912

97
Statistika F = 262,84
Dari daftar distribusi F dengan dk pembilang 3, dk penyebut =
30 dan

= 0,05 diperoleh Ftabel = 2,92. Melihat Fhitung = 262,84, maka

Fhitung > Ftabel sehingga H0 ditolak. Dengan demikian model regresi


linier ganda signifikan, berarti terjadi hubungan yang nyata antara
prestasi belajar matematika (Y) dengan motivasi belajar (X1), sikap
disiplin (X2) dan sikap ilmiah (X3). Untuk penghitungan lengkap dapat
dilihat pada lampiran 18.
Untuk perhitungan Statistika F kelas VIIIF dengan Statistical
Product and Service Solutions (SPSS) 13.0 diperoleh :
ANOVAb
Sum of
Model
Squares
1
Regression 1759,530
Residual
66,941
Total
1826,471

df
3
30
33

Mean Square
586,510
2,231

F
262,848

Sig.
,000a

a. Predictors: (Constant), sikap ilmiah, motivasi belajar, sikap disiplin


b. Dependent Variable: prestasi belajar

Dari tabel ANOVA diperoleh Statistika F kelas kelas VIIIF


sebagai berikut :
1). Berdasarkan perbandingan Fhitung dengan Ftabel
Diperoleh Fhitung = 262,848. Dari daftar distribusi F dengan dk
pembilang 3, dk penyebut = 32 dan

= 0,05 diperoleh Ftabel =

2,90. Karena Fhitung > Ftabel, yaitu 262,848 > 2,90 sehingga H0
ditolak. Dengan demikian model regresi linier ganda signifikan,
berarti terjadi hubungan yang nyata antara prestasi belajar
matematika (Y) dengan motivasi belajar (X1), sikap disiplin (X2)
dan sikap ilmiah (X3).

98
2). Berdasarkan nilai signifikasi
Nilai signifikasi 0,00. Karena nilai signifikasi < 0,05 yaitu 0,00 <
0,05 sehingga H0 ditolak. Dengan demikian model regresi linier
ganda signifikan, berarti terjadi hubungan yang nyata antara
prestasi belajar matematika (Y) dengan motivasi belajar (X1),
sikap disiplin (X2) dan sikap ilmiah (X3).
Untuk pengujian koefisien regresi kelas VIIIF ditunjukkan
sebagai berikut :

= 17,889 + 0,297X1+ 0,27X2+ 0,563X3


Y
S 2 y1,2,...,k = 2,231
x21j = 960,941

x22j = 1355,559

x23j = 1756,735

R1 = r13.2 = 0,161 R 12 = 0,026x


R2 = r23.1 = 0,484 R 22 = 0,234
R3 = r32.1 = 0,484 R 32 = 0,234
Untuk pengujian koefisien regresi menggunakan perhitungan
statistik dapat dilihat pada lampiran 19 :
1). Koefisien regresi motivasi belajar (X1)

s a1 =

s a1 =

s 2y1,2...,k

2,231
(960,941)(1 0,026)

s a1 = 0,049

t1 =

)(

x ij2 1 R 12

a1
s a1

t 1 = 6,083

99
Dari daftar distribusi t dengan dk = 30 dan
diperoleh ttabel = 1,7. Karena t1

ttabel yaitu 6,083

= 0,05

1,7 maka H0

ditolak, yang artinya koefisien regresi motivasi belajar (X1)


signifikan.
2). Koefisien regresi sikap disiplin (X2) diperoleh s a2 = 0,046 dan t2 =
5,825.
Dari daftar distribusi t dengan dk = 30 dan
diperoleh ttabel = 1,7. Karena t2

ttabel yaitu 5,825

= 0,05

1,7 maka H0

ditolak, yang artinya koefisien regresi sikap disiplin (X2)


signifikan.
3). Koefisien regresi sikap ilmiah (X3) diperoleh s a3 = 0,04 dan t3=
13,827.
Dari daftar distribusi t dengan dk = 30 dan
diperoleh ttabel = 1,7. Karena t3

ttabel yaitu 13,827

= 0,05

1,7 maka H0

ditolak, yang artinya koefisien regresi sikap ilmiah (X3)


signifikan.
Untuk pengujian koefisien regresi kelas VIIIF dengan
Statistical Product and Service Solutions (SPSS) 13.0 diperoleh :
a
Coefficients

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta
Model
1
(Constant) 17,889 2,393
motivasi belajar,297
,191
,216
sikap disiplin ,270
,181
,233
sikap ilmiah
,563
,106
,552

t
7,475
1,558
1,495
5,315

a.Dependent Variable: prestasi belajar

Dari tabel Coefficients tersebut dapat diperoleh :

Correlations
Sig. Zero-order Partial
,000
,130
,950
,274
,145
,960
,263
,000
,970
,696

Part
,054
,052
,186

100
1). Koefisien regresi motivasi belajar (X1)
a). Berdasarkan perbandingan ttabel dengan thitung
Diperoleh ttabel = 1,558. Dari daftar distribusi t dengan dk =
30 dan

= 0,05 diperoleh ttabel = 1,7. Karena thitung < ttabel

yaitu 1,558 < 1,7 maka H0 diterima, yang artinya koefisien


regresi motivasi belajar (X1) tidak signifikan.
b). Berdasarkan nilai signifikasi
Diperoleh nilai signifikasi = 0,13. Karena nilai signifikasi >
0,05 yaitu 0,13 > 0,05 maka H0 diterima, yang artinya
koefisien regresi motivasi belajar (X1) tidak signifikan.
2). Koefisien regresi sikap disiplin (X2)
a). Berdasarkan perbandingan ttabel dengan thitung
Diperoleh thitung = 1,495. Dari daftar distribusi t dengan dk =
30 dan

= 0,05 diperoleh ttabel = 1,7. Karena thitung < ttabel

yaitu 1,495 < 1,7 maka H0 diterima, yang artinya koefisien


regresi sikap disiplin (X2) tidak signifikan.
b). Berdasarkan nilai signifikasi
Diperoleh nilai signifikasi = 0,145. Karena nilai signifikasi
> 0,05 yaitu 0,145 > 0,05 maka H0 diterima, yang artinya
koefisien regresi sikap disiplin (X2) tidak signifikan.
3). Koefisien regresi sikap ilmiah (X3)
a). Berdasarkan perbandingan ttabel dengan thitung
Diperoleh thitung = 5,315. Dari daftar distribusi t dengan dk =
30 dan

= 0,05 diperoleh ttabel = 1,7. Karena thitung

ttabel

101
yaitu 2,101

1,696 maka H0 ditolak, yang artinya koefisien

regresi sikap ilmiah (X3) signifikan.


b). Berdasarkan nilai signifikasi
Diperoleh nilai signifikasi = 0,00. Karena nilai signifikasi <
0,05 yaitu 0,00 < 0,05 maka H0 diterima, yang artinya
koefisien regresi sikap ilmiah (X3) signifikan.

E. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Dari serangkaian analisis perhitungan yang telah dilakukan, dapat


dilakukan pengambilan keputusan dari beberapa hipotesis yang telah
diajukan. Adapun pengambilan keputusan untuk kelas penelitian VIIIF
meliputi :
1. Hipotesis pertama, yaitu :
H01

: Tidak ada pengaruh antara motivasi belajar dengan prestasi


belajar matematika pada siswa Kelas VIIIF SMP Negeri 4
Salatiga Semester Tahun Ajaran 2010/2011.

H11

: Ada pengaruh antara motivasi belajar dengan prestasi belajar


matematika pada siswa Kelas VIIIF SMP Negeri 4 Salatiga
Semester 1 Tahun Ajaran 2010/2011.
Dari analisis koefisien korelasi antara motivasi belajar (X1)

dengan prestasi belajar matematika (Y) diperoleh rhitung = 0,95.


Sedangkan analisis dengan Statistical Product and Service Solutions
(SPSS) 13.0 diperoleh rhitung = 0,95. Dengan taraf signifikan

= 0,05 dan

dk = 35 diperoleh rtabel = 0,344. Karena rhitung > rtabel maka H01 ditolak.
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan antara

102
motivasi belajar dengan prestasi belajar matematika pada siswa Kelas
VIIIF SMP Negeri 4 Salatiga Semester 1 Tahun Ajaran 2010/2011.
Dari

hasil analisis regresi linier diperoleh hubungan antara

motivasi belajar (X1) dengan prestasi belajar matematika (Y) memenuhi


= Y
= 13,68 + 1,31X1. Dari analisis pengujian regresi linier
persamaan Y
diperoleh thitung = 6,083. Sedangkan analisis dengan Statistical Product
and Service Solutions (SPSS) 13.0 diperoleh thitung = 1,558. Dari daftar
distribusi t dengan dk = 32 dan
thitung

= 0,05 diperoleh ttabel = 1,7. Karena

ttabel maka H0 ditolak, yang artinya koefisien regresi motivasi

belajar (X1) signifikan. Dengan demikian dapat diperoleh kesimpulan


bahwa motivasi belajar memberikan pengaruh pada perubahan prestasi
belajar matematika siswa secara signiifikan.
2. Hipotesis kedua, yaitu :
H02

: Tidak ada pengaruh antara sikap disiplin dengan prestasi belajar


matematika pada siswa Kelas VIIIF SMP Negeri 4 Salatiga
Semester 1 Tahun Ajaran 2010/2011.

H12

: Ada pengaruh antara sikap disiplin dengan prestasi belajar


matematika pada siswa Kelas VIIIF SMP Negeri 4 Salatiga
Semester 1 Tahun Ajaran 2010/2011.
Dari analisis koefisien korelasi antara sikap disiplin (X2) dengan

prestasi belajar matematika (Y) diperoleh rhitung = 0,96. Sedangkan


analisis dengan Statistical Product and Service Solutions (SPSS) 13.0
diperoleh rhitung = 0,96. Dengan taraf signifikan

= 0,05 dan dk = 35

diperoleh rtabel = 0,344. Karena rhitung > rtabel maka H02 ditolak. Dengan
demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan antara sikap

103
disiplin dengan prestasi belajar matematika pada siswa Kelas VIIIF SMP
Negeri 4 Salatiga Semester 1 Tahun Ajaran 2010/2011.
Dari

hasil analisis regresi linier diperoleh hubungan antara

sikap disiplin (X2) dengan prestasi belajar matematika (Y) memenuhi


= 23,52 + 1,14X2. Dari analisis pengujian regresi linier
persamaan Y
diperoleh thitung = 5,825. Sedangkan analisis dengan Statistical Product
and Service Solutions (SPSS) 13.0 diperoleh thitung = 1,495. Dari daftar
distribusi t dengan dk = 32 dan
thitung

= 0,05 diperoleh ttabel = 1,7. Karena

ttabel maka H0 ditolak, yang artinya koefisien regresi sikap disiplin

(X2) signifikan. Dengan demikian dapat diperoleh kesimpulan bahwa


sikap disiplin memberikan pengaruh pada perubahan prestasi belajar
matematika siswa secara signifikan.
3. Hipotesis ketiga, yaitu :
H0

: Tidak ada pengaruh antara sikap ilmiah dengan prestasi belajar


matematika pada siswa Kelas VIIIF SMP Negeri4 Salatiga
Semester 1 Tahun Ajaran 2010/2011.

H13

: Ada pengaruh antara sikap ilmiah dengan prestasi belajar


matematika pada siswa Kelas VIIIF SMP Negeri 4 Salatiga
Semester 1 Tahun Ajaran 2010/2011.
Dari analisis koefisien korelasi antara sikap ilmiah (X3) dengan

prestasi belajar matematika (Y) diperoleh rhitung = 0,97. Sedangkan


analisis dengan Statistical Product and Service Solutions (SPSS) 13.0
diperoleh rhitung = 0,97. Dengan taraf signifikan

= 0,05 dan dk = 35

diperoleh rtabel = 0,344. Karena rhitung > rtabel maka H02 ditolak. Dengan
demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan antara sikap

104
ilmiah dengan prestasi belajar matematika pada siswa Kelas VIIIF SMP
Negeri 4 Salatiga Semester 1 Tahun Ajaran 2010/2011.
Dari

hasil analisis regresi linier diperoleh hubungan antara

sikap ilmiah (X3) dengan prestasi belajar matematika (Y) memenuhi


= 20,61 + 0,989X3. Dari analisis pengujian regresi linier
persamaan Y
diperoleh thitung = 13,827. Sedangkan analisis dengan Statistical Product
and Service Solutions (SPSS) 13.0 diperoleh thitung = 5,315. Dari daftar
distribusi t dengan dk = 32 dan
thitung

= 0,05 diperoleh ttabel = 1,7. Karena

ttabel maka H0 ditolak, yang artinya koefisien regresi sikap ilmiah

(X3) signifikan. Dengan demikian dapat diperoleh kesimpulan bahwa


sikap ilmiah memberikan pengaruh pada perubahan prestasi belajar
matematika siswa secara signifikan.
4. Hipotesis keempat, yaitu :
H04

: Tidak ada pengaruh antara motivasi belajar, sikap disiplin dan


sikap ilmiah dengan prestasi belajar matematika pada siswa
Kelas VIIIF SMP Negeri 4 Salatiga Semester 1 Tahun Ajaran
2010/2011.

H14

: Ada pengaruh antara motivasi belajar, sikap disiplin dan sikap


ilmiah dengan prestasi belajar matematika pada siswa Kelas
VIIIF SMP Negeri 4 Salatiga Semester 1 Tahun Ajaran
2010/2011.
Dari analisis koefisien korelasi antara motivasi belajar (X1),

sikap disiplin (X2) dan sikap ilmiah (X3) dengan prestasi belajar
matematika (Y) diperoleh rhitung = 0,982. Sedangkan analisis dengan
Statistical Product and Service Solutions (SPSS) 13.0 diperoleh rhitung =

105
0,982. Dengan taraf signifikan

= 0,05 dan dk = 35 diperoleh rtabel =

0,344. Karena rhitung > rtabel maka H04 ditolak. Dengan demikian dapat
ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan antara motivasi belajar, sikap
disiplin dan sikap ilmiah secara bersama - sama dengan prestasi belajar
matematika pada siswa Kelas VIIIF SMP Negeri 4 Salatiga Semester 1
Tahun Ajaran 2010/2011.
Tabel. Uji Regresi Linier Ganda
n
k

n = 34 (jumlah siswa)
k = 3 (derajat kebebasan)

JK reg = (0,297x1258,676 ) + (0,27x1510,294 ) + (0,563x1736,912 )


JK reg = 373,827 + 407,779 + 977,881
JK reg = 1759,488

(Y Y )

JKres =

JKres = 66,941

1759,488
3
F=
66,941
34 3 1
586,496
F=
66,941
30
586,496
F=
2,231
F = 262,84
Ftabel = 2,92
Fhitung > Ftabel

Sehingga H0 ditolak. Dengan demikian model regresi linier ganda signifikan, berarti terjadi
hubungan (pengaruh) yang nyata antara prestasi belajar matematika (Y) dengan motivasi belajar
(X1), sikap disiplin (X2) dan sikap ilmiah (X3).

Dari

hasil analisis regresi linier ganda diperoleh hubungan

(pengaruh) antara motivasi belajar, sikap disiplin dan sikap ilmiah (X3)
=
dengan prestasi belajar matematika (Y) memenuhi persamaan Y
17,889 + 0,297X1+ 0,27X2+ 0,563X3. Dari analisis pengujian model

106
regresi diperoleh Fhitung = 262,84. Sedangkan analisis dengan Statistical
Product and Service Solutions (SPSS) 13.0 diperoleh Fhitung = 262,848.
Dari daftar distribusi F dengan dk pembilang 3, dk penyebut = 32 dan

0,05 diperoleh Ftabel = 2,92. Karena Fhitung > Ftabel maka H04 ditolak.
= 17,889 + 0,297X1+
Dengan demikian model regresi linier ganda Y
0,27X2+ 0,563X3 signifikan, berarti terjadi hubungan yang nyata antara
motivasi belajar (X1), sikap disiplin (X2) dan sikap ilmiah (X3) secara
bersama - sama dengan prestasi belajar matematika (Y) pada siswa Kelas
VIIIF SMP Negeri 4 Salatiga Semester 1 Tahun Ajaran 2010/2011.

BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data pada kelas VIIIF maka dapat diperoleh
kesimpulan sebagai berikut :
1. Karena thitung

ttabel maka H0 ditolak, yang artinya koefisien regresi

motivasi belajar (X1) signifikan. Dengan demikian dapat diperoleh


kesimpulan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara motivasi belajar
siswa dengan Prestasi belajar matematika pada siswa kelas VIIIF SMP

107
Negeri 4 Salatiga Semester 1 Bab Bentuk Aljabar Tahun Ajaran
2010/2011.
2. Karena thitung

ttabel maka H0 ditolak, yang artinya koefisien regresi sikap

disiplin (X2) signifikan. Dengan demikian dapat diperoleh kesimpulan


bahwa ada pengaruh yang signifikan antara sikap disiplin siswa dengan
prestasi belajar matematika pada siswa kelas VIIIF SMP Negeri 4 Salatiga
Semester 1 Bab Bentuk Aljabar Tahun Ajaran 2010/2011.
3. Karena thitung

ttabel maka H0 ditolak, yang artinya koefisien regresi sikap

ilmiah (X3) signifikan. Dengan demikian dapat diperoleh kesimpulan


bahwa ada pengaruh yang signifikan antara sikap ilmiah dengan prestasi
belajar matematika pada siswa kelas VIIIF SMP Negeri 4 Salatiga
Semester 1 Bab Bentuk Aljabar Tahun Ajaran 2010/2011.
4. Ada pengaruh yang signifikan antara motivasi belajar siswa, sikap disiplin
siswa dan sikap ilmiah secara bersama sama dengan prestasi belajar
matematika pada siswa kelas VIIIF SMP Negeri 4 Salatiga Semester 1 Bab
Bentuk Aljabar Tahun Ajaran 2010/2011.
5. Variabel sikap ilmiah merupakan variabel yang paling berpengaruh
terhadap prestasi belajar.

B. SARAN
Berdasarkan penelitian dan analisis yang telah dilakukan maka guna
meningkatkan prestasi belajar matematika siswa ada beberapa hal yang
sebaiknya dilakukan, yaitu :
1. Meningkatkan motivasi belajar siswa terhadap mata pelajaran matematika
sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa.

108
2. Melengkapi sikap disiplin siswa baik di rumah maupun di sekolah
sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa.
3. Dalam belajar matematika siswa harus berusaha lebih mengembangkan
sikap ilmiah yang dimilikinya sehingga hasil belajar yang diperoleh siswa
lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai