Chapter II
Chapter II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Defenisi
Karsinoma sel skuamosa merupakan tumur ganas yang berasal dari sel-sel
epitel skuamosa yang cenderung menginfiltrasi jaringan sekitarnya dan biasanya
menimbulkan metastase.9,10
2.2 Etiologi dan faktor predisposisi
Penyebab Karsinoma sel skuamosa yang pasti belum diketahui. Penyebabnya
diduga berhubungan dengan bahan karsinogen dan faktor predisposisi.4 Insiden
kanker mulut berhubungan dengan umur yang dapat mencerminkan waktu
penumpukan, perubahan genetik dan lamanya terpapar inisiator dan promotor
( seperti: bahan kimia, iritasi fisik, virus, dan pengaruh hormonal ), aging selular dan
menurunnya imunologik akibat aging. Faktor predisposisi yang dapat memicu
berkembangnya kanker mulut antara lain adalah tembakau, menyirih, alkohol, dan
faktor pendukung lain seperti penyakit kronis, faktor gigi dan mulut, defisiensi nutrisi,
jamur, virus, serta faktor lingkungan.6,11,12
2.2.1 Tembakau
Tembakau berisi bahan karsinogen seperti : nitrosamine, polycyclic aromatic,
2.2.3 Alkohol
Beberapa penelitian telah menunjukkan hubungan antara konsumsi alkohol
yang tinggi terhadap terjadinya karsinoma sel skuamosa. Minuman alkohol
mengandung bahan karsinogen seperti etanol, nitrosamine, urethane contaminant.9
Alkohol dapat bekerja sebagai suatu solvent (pelarut) dan menimbulkan penetrasi
karsinogen kedalam jaringan epitel. Acelylaldehyd yang merupakan alkohol
metabolit telah diidentifikasi sebagai promotor tumor.11 Alkohol merupakan salah
satu faktor yang memudahkan terjadinya leukoplakia, karena pemakaian alkohol
dapat menimbulkan iritasi pada mukosa.14,16
Kombinasi Kebiasaan merokok dan minum alkohol menyebabkan efek
sinergis sehingga mempunyai resiko yang lebih besar untuk terjadinya kanker
mulut.6,11,17,18 Asap rokok mengandung bahan karsinogen dan alkohol menyebabkan
dehidrasi dan rasa panas yang mempengaruhi selaput lendir mulut. Meningkatnya
premiabilitas mukosa ini akan menimbulkan rangsangan menahun dimana timbul
proses kerusakan dan pemulihan jaringan yang berulang-ulang sehingga mengganggu
keseimbangan sel dan sel mengalami displasia.6
2.2.4 Faktor pendukung lain
2.2.4.1 Penyakit Kronis
sifilis
glositis, peranan sifilis juga makin berkurang, oleh karena itu adanya sifilis harus
tetap diperiksa pada setiap keadaan karsinoma.15
2.2.4.2 Faktor Gigi dan Mulut
Keadaan rongga mulut yang tidak terjaga ikut ambil peranan memicu
timbulnya kanker rongga mulut. Iritasi kronis yang terus menerus berlanjut dan dalam
jangka waktu lama dari restorasi yang kasar, gigi-gigi karies/akar gigi, dan gigi palsu
yang letaknya tidak pas akan dapat memicu terjadinya karsinoma.6,19
2.2.4.3 Diet dan nutrisi
Diet dan nutrisi yang penting pada neoplasma mulut diindikasikan pada
beberapa study populasi dimana defisiensi dikaitkan pada resiko karsinoma sel
skuamosa. Buah-buahan dan sayur-sayuran (vitamin A dan C) yang tinggi merupakan
proteksi terhadap neoplasma, sedangkan daging dan cabe merah powder didiagnosa
sebagai faktor resiko.6,8,11
Zat besi berperan dalam melindungi pemeliharaan epitel. Defisiensi zat besi,
menyebabkan atropi epitel mulut dan Plummer Vinson Syndrome yang berhubungan
dengan terjadinya kanker mulut.11
2.2.4.4 Jamur
karsinogen dari
berulserasi.
Infeksi
dapat
menimbulkan
pembengkakan
pipi
dan
dan karsinoma tanpa diferensiasi. Pada umumnya pertumbuhan karsinoma pada bibir
relatife lambat.19
Pada awal pertumbuhan yang paling umum adalah ulser. Kanker pada bibir
mempunyai gambaran klinis yang bervariasi dari kanker eksofitik yang besar diatas
proses ulserasi yang dalam sampai pembengkakan ringan dari tepi vermilion, atau lesi
berkerak yang tidak mencurigakan.3,21
Klasifikasi
Sistem yang dipakai untuk klasifikasi karsinoma sel skuamous adalah
Klasifikasi TMN dari America joint Committe for Cancer and End Result Reporting
(AJCSS).3,5,6
T
- Tumor Primer:
T2
- Metastase kelenjar :
NO : Secara klinis pada palpasi kelenjar limfe tidak teraba dan subjek tidak ada
metestase.
N1 : Secara klinis pada palpasi teraba kelenjar limfe servikal homo-lateral dan tidak
melekat, saspek terjadi metastase.
N2 : Secara klinis pada palpasi kelenjar limfe servikal kontra- lateral atau bilateral
dapat teraba dan tidak melekat, subjek terjadi metastase.
N3 : Secara klinis limf nod teraba dan melekat, suspek terjadi metastase.
M
Stadium l : T1 N0 M0
Stadium 2 : T2 N0 M0
Stadium 3 : T3 N0 M0
: T1 N1 M0
: T2 N1 M0
: T3 N1 M0
Stadium 4 : T1 N2 M0 T1 N3 M0
T2 N2 M0 T2 N3 M0
T3 N2 M0 T3 N3 M0
Atau setiap T atau N dengan M1
2.5 Histopatologi
Karsinoma sel skuamous secara histologis menunjukkan proliferasi sel-sel
epitel skuamosa. Terlihat sel-sel yang atipia disertai perubahan bentuk rete peg
processus, pembentukan keratin yang abnormal, pertambahan proliferasi basaloid
sel, susunan sel menjadi tidak teratur, dan membentuk tumor nest (anak tumor) yang
berinfiltrasi ke jaringan sekitarnya atau membentuk anak sebar ke organ lain
(metastase).22
WHO mengklasifikasikan SCC secara histologis menjadi:
l. Well differentiated (Grade I) : yaitu proliferasi sel-sel tumor di mana sel-sel
basaloid tersebut masih berdiferensiasi dengan baik membentuk keratin
(keratin pearl) (Gambar 7)
2. Moderate diffirentiated (Grade II) : yaitu proliferasi sel-sel tumor di mana
pemeriksaan patologi,
merupakan metode yang dapat mendukung diagnose dini kanker di rongga mulut.6
2.6.1 Pemeriksaan klinis
Pemeriksaan klinis adalah pemeriksaan dengan cara anamnesa dan pemeriksaan
fisik. Pemeriksaan klinik merupakan pemeriksaan yang paling penting, karena hasil
pemeriksaaan inilah ditentukan apakah ada atau tidak dugaan penderita menderita
kanker dan apakah perlu pemeriksaan lebih lanjut.
Anamnesa dilakukan dengan cara kuisioner kepada penderita dan keluarganya
tentang identitas pasien, keluhan utama, riwayat penyakit yang diderita, riwayat
penyakit gigi dan mulut masa lalu, riwayat medik, riwayat keluarga dan sosial.24
Sedangkan pemeriksaan fisik dilakukan pemeriksaan umun, pemeriksaan lokal, dan
status regional. Pemeriksaan umum meliputi pemeriksaan penampilan, keadaan
umum, dan metastase jauh serta pemeriksaan lokal dengan cara inspeksi dan palpasi
bimanual.7
Kelainan dalam rongga mulut diperiksa dengan cara inspeksi dan palpasi
dengan bantuan spatel lidah dan penerangan. Seluruh rongga mulut dilihat mulai dari
bibir sampai orofaring posterior. Perabaan lesi rongga mulut dilakukan dengan
memasukkan 1-2 jari ke dalam rongga mulut. Untuk menentukan dalamnya lesi
dilakukan dengan perabaan bimanual.7
Perawatan kanker rongga mulut tergantung pada tipe sel, derajat differensiasi,
tempat, ukuran dan lokasi lesi primer, status kelenjar getah bening, keterlibatan
tulang untuk mencapai tepi bedah yang adekuat, kemampuan untuk melindungi
fungsi penelanan, berbicara, status fisik dan mental pasien, pemeriksaan keseluruhan
dari komplikasi yang potensial dari setiap terapi, pengalaman ahli bedah,
radiotherapist dan keinginan serta kooperatifan pasien.6
Kemoterapi dan pembedahan digunakan dalam pengobatan kanker mulut.
Pembedahan atau Kemoterapi dapat digunakan untuk lesi T1 dan T2, sedangkan
kanker stadium lanjut dilakukan dengan gabungan kemoterapi dan pembedaha
BAB 3
LAPORAN KASUS