1. Pendahuluan
1.1 Arsitektur Nusantara yang Mengkini
Arsitektur Nusantara memiliki keragaman yang
tinggi karena seluruh etnik memiliki corak
berbeda-beda.
Pengembangan
arsitektur
Nusantara yang mengkini dapat dilakukan pada
satu etnik dengan mengeksplorasi elemen yang
ada padanya. Penghadiran sesuatu yang baru
dapat dilakukan dengan mengambil semua atau
sebagian dari etnik tertentu (Prijotomo, 1988).
Dalam hal ini, unsur rinupa yang dimiliki
merupakan sesuatu yang paling mudah diamati
dan memiliki potensi yang besar untuk diolah.
Pengembangan arsitektur Nusantara berarti
membuat sebuah keterkaitan dengan referensi
yang diambilnya namun sekaligus melibatkan
transformasi pada hal-hal tertentu. Perubahan ini
masih dapat ditelusuri dari adanya kedekatan
visual (unsur rinupa) dari elemen-elemen
transformasinya. Menurut Prijotomo (1988),
setidaknya terdapat beberapa patokan yang dapat
diterapkan untuk melakukan pengembangan
seperti ini yaitu menghadirkan penaung,
penopang bangunan, ornamen dan dekorasi, serta
ruangan.
Pengamatan pada karakteristik yang ingin
dibangun pada arsitektur Nusantara dapat
dilakukan pada bentuk dengan lebih spesifik
menyebutkan bangun (shape) dan rupa
(appearance). Bentuk merupakan substansi
utama arsitektur selain ruang. Sementara
geometri merupakan unsur arsitektur yang
membantu memahami subtansi bentuk secara
tepat (Antoniades, 1990).
dengan
software
6. Pustaka
Antoniades, A.C., (1990). Poetics of Architecture
: Theory of Design. New York: Van
Nostrand Reinhold.
Burry, M., (2011). Scripting Cultures, John
Wiley & Sons Ltd, West Sussex.
Davis, D., Burry, J., Burry, M., (2011).
Understanding visual scripts: Improving
collaboration
through
modular
programming, The International Journal of
Architectural Computing.
Doubrawa, I dan Zmolyi, D.I.F.G. (2008).
Documenting the Past- Transformation and
Change in South Sulawesi Architecture.
Museum of Anthropology of Vienna,
Vienna.
Jabi, W. dan Johnson, B., (2013), Parametric
Design for Architecture, Laurence King
Publishing Ltd., London.
Mardanas, I. Abu, R. Maria (1985). Arsitektur
Tradisional Daerah Sulawesi Selatan, Dep.
P&K, Ujung Pandang.
Pelras, C. (2003). Bugis and Makassar Houses :
Variation and Evolution dalam Scefold, R,
Domenig, G , Nas, P, Indonesian Houses :
Tradition
and
Transformation
in
Vernacular Architecture, edisi ke-1,
Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en
Volkenkunde, Leiden.
Pelras, C. (2006). Manusia Bugis, edisi ke-1,
Nalar, Jakarta.
Prijotomo, J. (1988). Pasang Surut Arsitektur di
Indonesia, edisi ke-1,CV.Ardjun, Surabaya.
Prijotomo, J. (2004). Arsitektur Nusantara
Menuju Keniscayaan, edisi ke-1, Wastu
Lanas Grafika, Surabaya.
Terzidis, K. (2006). Algorithmic Architecture,
edisi ke-1, Architectural Press, Burlington,
USA.
Wojtowicz, J dan
Fawcett, W. (1986).
Architecture: Formal Approach, Academy
Editions, Michigan University.
Yuan, L. J. (1987). The Malay House Rediscovering
Malaysia's
Indigenous
Shelter System, Institut Masyarakat, Pulau
Pinang, Malaysia.