Anda di halaman 1dari 11

HIV/AIDS

A. Definisi
Human Imunodeficiency Virus (HIV) adalah sejenis retrovirus yang memiliki
kemampuan menggunakan RNA-nya dan DNA penjamu untuk membentuk virus DNA dan
dikenali selama masa inkubasi yang panjang. HIV menyebabkan beberapa kerusakan sistem
imun

dan

menghancurkannya.

(Nursalam 2007).

HIV adalah

penyebab acquired

immunodeficiency syndrome (AIDS). Virus HIV diklasifikasikan ke dalam golongan


lentivirus atau retroviridae. Virus ini secara material genetik adalah virus RNA yang
tergantung pada enzim reverse transcriptase untuk dapat menginfeksi sel mamalia, termasuk
manusia, dan menimbulkan kelainan patologi secara lambat (Zein, 2006).
AIDS adalah singkatan dari Acquired Immuno Deficiency Syndrome, yang berarti
kumpulan gejala atau sindroma akibat menurunnya kekebalan tubuh yang disebabkan infeksi
virus HIV. Tubuh manusia mempunyai kekebalan untuk melindungi diri dari serangan luar
seperti kuman, virus, dan penyakit. AIDS melemahkan atau merusak sistem pertahanan tubuh
ini, sehingga akhirnya berdatanganlah berbagai jenis penyakit lain (Yatim, 2006). AIDS
adalah sindrom yang menunjukkan defisiensi imun seluler pada seseorang tanpa adanya
penyebab yang diketahui untuk dapat menerangkan tejadinya defisiensi, tersebut seperti
keganasan,

obat-obat

supresi

imun,

penyakit

infeksi

yang

sudah

dikenal

dan

sebagainya (Laurentz, 2005).


B. Etiologi
Human Immunodeficiency Virus (HIV) dianggap sebagai virus penyebab AIDS. Virus
ini termaksuk dalam retrovirus anggota subfamili lentivirinae. Ciri khas morfologi yang unik
dari HIV adalah adanya nukleoid yang berbentuk silindris dalam virion matur. Virus ini
mengandung 3 gen yang dibutuhkan untuk replikasi retrovirus yaitu gag, pol, env. Terdapat
lebih dari 6 gen tambahan pengatur ekspresi virus yang penting dalam patogenesis penyakit.
Satu protein replikasi fase awal yaitu protein Tat, berfungsi dalam transaktivasi dimana
produk gen virus terlibat dalam aktivasi transkripsional dari gen virus lainnya. Transaktivasi
pada HIV sangat efisien untuk menentukan virulensi dari infeksi HIV. Protein
Rev dibutuhkan untuk ekspresi protein struktural virus. Rev membantu keluarnya transkrip
virus yang terlepas dari nukleus. Protein Nef menginduksi produksi khemokin oleh
makrofag, yang dapat menginfeksi sel yang lain (Brooks, 2005).

C. Patofisiologi
Virus HIV dengan suatu enzim, reverse transkriptase, yang akan melakukan
pemograman ulang materi genetik dari sel T4 yang terinfeksi untuk membuat double-

stranded DNA. DNA ini akan disatukan kedalam nukleus sel T4 sebagai sebuah provirus dan
kemudian terjadi infeksi yang permanen. Enzim inilah yang membuat sel T4 helper tidak
dapat mengenali virus HIV sebagai antigen. Sehingga keberadaan virus HIV didalam tubuh
tidak dihancurkan oleh sel T4 helper. Kebalikannya, virus HIV yang menghancurkan sel T4
helper. Fungsi dari sel T4 helper adalah mengenali antigen yang asing, mengaktifkan limfosit
B yang memproduksi antibodi, menstimulasi limfosit T sitotoksit, memproduksi limfokin,
dan mempertahankan tubuh terhadap infeksi parasit. Kalau fungsi sel T4 helper terganggu,
mikroorganisme yang biasanya tidak menimbulkan penyakit akan memiliki kesempatan
untuk menginvasi dan menyebabkan penyakit yang serius.
Dengan menurunnya jumlah sel T4, maka system imun seluler makin lemah secara
progresif. Diikuti berkurangnya fungsi sel B dan makrofag dan menurunnya fungsi sel T
penolong. Seseorang yang terinfeksi HIV dapat tetap tidak memperlihatkan gejala
(asimptomatik) selama bertahun-tahun. Selama waktu ini, jumlah sel T4 dapat berkurang dari
sekitar 1000 sel perml darah sebelum infeksi mencapai sekitar 200-300 per ml darah, 2-3
tahun setelah infeksi. Sewaktu sel T4 mencapai kadar ini, gejala-gejala infeksi (herpes zoster
dan jamur oportunistik) muncul, Jumlah T4 kemudian menurun akibat timbulnya penyakit
baru akan menyebabkan virus berproliferasi. Akhirnya terjadi infeksi yang parah. Seorang
didiagnosis mengidap AIDS apabila jumlah sel T4 jatuh dibawah 200 sel per ml darah, atau
apabila terjadi infeksi oportunistik, kanker atau dimensia AIDS.
D. Tanda Gejala
Menurut Komunitas AIDS Indonesia (2010), gejala klinis terdiri dari 2 gejala yaitu
gejala mayor (umum terjadi) dan gejala minor (tidak umum terjadi) :
1. Gejala mayor :
a. Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan
b. Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan
c. Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan
d. Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis
e. Demensia/ HIV ensefalopati
2. Gejala minor :
a. Batuk menetap lebih dari 1 bulan
b. Dermatitis generalisata
c. Adanya herpes zoster multisegmental dan herpes zoster berulang
d. Kandidias orofaringeal
e. Herpes simpleks kronis progresif
f. Limfadenopati generalisata
g. Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita
h. Retinitis virus Sitomegalo
Menurut Mayo Foundation for Medical Education and Research (MFMER) (2008),
gejala klinis dari HIV/AIDS dibagi atas beberapa fase, yaitu :
a. Fase awal
Pada awal infeksi, mungkin tidak akan ditemukan gejala dan tanda-tanda infeksi. Tapi
kadang-kadang ditemukan gejala mirip flu seperti demam, sakit kepala, sakit

tenggorokan, ruam dan pembengkakan kelenjar getah bening. Walaupun tidak


mempunyai gejala infeksi, penderita HIV/AIDS dapat menularkan virus kepada orang
lain.
b. Fase lanjut
Penderita akan tetap bebas dari gejala infeksi selama 8 atau 9 tahun atau lebih. Tetapi
seiring dengan perkembangan virus dan penghancuran sel imun tubuh, penderita
HIV/AIDS akan mulai memperlihatkan gejala yang kronis seperti pembesaran kelenjar
getah bening (sering merupakan gejala yang khas), diare, berat badan menurun, demam,
batuk dan pernafasan pendek.
c. Fase akhir
Selama fase akhir dari HIV, yang terjadi sekitar 10 tahun atau lebih setelah terinfeksi,
gejala yang lebih berat mulai timbul dan infeksi tersebut akan berakhir pada penyakit
yang disebut AIDS. Gejala Minor
E. Cara Penularan
Penularan HIV dapat terjadi melalui berbagai cara, yaitu :
1. Seksual : Penularan melalui hubungan heteroseksual adalah yang paling dominan dari
semua cara penularan. Penularan melalui hubungan seksual dapat terjadi selama
senggama laki-laki dengan perempuan atau laki-laki dengan laki-laki. Senggama berarti
kontak seksual dengan penetrasi vaginal, anal (anus), oral (mulut) antara dua individu.
2. Melalui transfusi darah atau produk darah yang sudah tercemar dengan virus HIV.
3. Melalui jarum suntik atau alat kesehatan lain yang ditusukkan atau tertusuk ke dalam
tubuh yang terkontaminasi dengan virus HIV, seperti jarum tato atau pada pengguna
narkotik suntik secara bergantian. Bisa juga terjadi ketika melakukan prosedur tindakan
medik ataupun terjadi sebagai kecelakaan kerja bagi petugas kesehatan.
4. Melalui silet atau pisau, pencukur jenggot secara bergantian hendaknya dihindarkan
karena dapat menularkan virus HIV kecuali benda-benda tersebut disterilkan sepenuhnya
sebelum digunakan.
5. Melalui transplantasi organ pengidap HIV
6. Penularan dari ibu ke anak : Kebanyakan infeksi HIV pada anak didapat dari ibunya saat
ia dikandung, dilahirkan dan sesudah lahir melalui ASI.
7. Penularan HIV melalui pekerjaan: Pekerja kesehatan dan petugas laboratorium. Terdapat
resiko penularan melalui pekerjaaan yang kecil namun defenitif, yaitu pekerja kesehatan,
petugas laboratorium, dan orang lain yang bekerja dengan spesimen/bahan terinfeksi
HIV, terutama bila menggunakan benda tajam (Fauci, 2000).
F. Pemeriksaan Penunjang
Menurut University

of

California

San

Francisco (2011),

Enzyme

Linked

Immunosorbent Assay (ELISA) adalah salah satu tes yang paling umum dilakukan untuk
menentukan apakah seseorang terinfeksi HIV. ELISA sensitif pada infeksi HIV kronis, tetapi
karena antibodi tidak diproduksi segera setelah infeksi, maka hasil tes mungkin negatif

selama beberapa minggu setelah infeksi. Jika hasil tes positif, akan dilakukan tes Western
blot sebagai konfirmasi. Tes Western blot adalah diagnosa definitif dalam mendiagnosa HIV.
Hasil tes ini dapat diperoleh dalam masa 20 menit (MacCann, 2008). Tes ELISA
dan Western blot dapat mendeteksi antibodi terhadap virus. Tes ini dapat mendeteksi HIV
bahkan pada orang yang saat ini tidak memproduksi antibodi terhadap virus. HIV terdiri dari
bahan genetik yang dikenal RNA.Proviral DNA adalah salinan DNA dari RNA virus
(Swierzewski, 2010).
G. Komplikasi
a. MCMD : Minor Cognitive Motor Disorder
b. Neurobiologi : meningitis, mylopati, neuropati
c. Infeksi : toxoplasmosis, ensefalitis, cytomegalovirus/CMV
d. Leikoencepalopati multifoksl progresif : neoplasma dan delirium
H. Pencegahan
Menurut The National Womens Health Information Center (2009), tiga cara untuk
pencegahan HIV/AIDS secara seksual adalah abstinence (A), artinya tidak melakukan
hubungan seks, be faithful (B), artinya dalam hubungan seksual setia pada satu pasang yang
juga setia padanya, penggunaan kondom (C) pada setiap melakukan hubungan seks. Ketiga
cara tersebut sering disingkat dengan ABC.
Bagi pengguna narkoba harus mengambil langkah-langkah tertentu untuk mengurangi
risiko tertular HIV, yaitu beralih dari NAPZA yang harus disuntikkan ke yang dapat diminum
secara oral, jangan gunakan atau secara bergantian menggunakan semprit, air atau alat untuk
menyiapkan NAPZA, selalu gunakan jarum suntik atau semprit baru yang sekali pakai atau
jarum yang secara tepat disterilkan sebelum digunakan kembali, ketika mempersiapkan
NAPZA, gunakan air yang steril atau air bersih dan gunakan kapas pembersih beralkohol
untuk bersihkan tempat suntik sebelum disuntik (Watters dan Guydish, 1994).
Bagi seorang ibu yang terinfeksi HIV bisa menularkan virus tersebut kepada bayinya
ketika masih dalam kandungan, melahirkan atau menyusui. Seorang ibu dapat mengambil
pengobatan antiviral ketika trimester III yang dapat menghambat transmisi virus dari ibu ke
bayi. Seterusnya ketika melahirkan, obat antiviral diberi kepada ibu dan anak untuk
mengurangkan risiko transmisi HIV yang bisa berlaku ketika proses partus. Selain itu,
seorang ibu dengan HIV akan direkomendasikan untuk memberi susu formula karena virus
ini dapat ditransmisi melalui ASI ( The Nemours Foundation, 1995).
Para pekerja kesehatan hendaknya mengikuti Universal Precaution yang meliputi,
cara penanganan dan pembuangan barang-barang tajam , mencuci tangan dengan sabun dan
air sebelum dan sesudah dilakukannya semua prosedur, menggunakan alat pelindung seperti
sarung tangan, celemek, jubah, masker dan kacamata pelindung saat harus bersentuhan
langsung dengan darah dan cairan tubuh lainnya, melakukan desinfeksi instrumen kerja dan

peralatan yang terkontaminasi dan penanganan seprei kotor/bernoda secara tepat.Selain itu,
darah dan cairan tubuh lain dari semua orang harus dianggap telah terinfeksi dengan HIV,
tanpa memandang apakah status orang tersebut baru diduga atau sudah diketahui status HIVnya (Komisi Penanggulangan AIDS, 2010-2011).
I. Penatalaksaan
1. Obatobatan Antiretroviral (ARV) bukanlah suatu pengobatan untuk HIV/AIDS tetapi
cukup memperpanjang hidup dari mereka yang mengidap HIV. Pada tempat yang kurang
baik pengaturannya permulaan dari pengobatan ARV biasanya secara medis
direkomendasikan ketika jumlah sel CD4 dari orangyang mengidap HIV/AIDS adalah
200 atau lebih rendah. Untuk lebih efektif, maka suatu kombinasi dari tiga atau lebih
ARV dikonsumsi, secara umum ini adalah mengenai terapi Antiretroviral yang sangat
aktif (HAART). Kombinasi dari ARV berikut ini dapat mengunakan :
a. Nucleoside Analogue Reverse Transcriptase Inhibitors (NRTI), mentargetkan
pencegahan protein reverse transcriptase HIV dalam mencegah perpindahan dari viral
RNA menjadi viral DNA.
b. Nonnucleoside Reverse

Transcriptase

Inhibitors

(NNRTI's)

memperlambat

reproduksi dari HIV dengan bercampur dengan reverse transcriptase, suatu enzim
viral yang penting. Enzim tersebut sangat esensial untuk HIV dalam memasukan
materi turunan kedalam selsel. Obatobatan NNRTI termasuk: Nevirapine,
delavirdine (Rescripta), efavirenza (Sustiva).
c. Protease Inhibitors (PI) mengtargetkan protein protease HIV dan menahannya
sehingga suatu virus baru tidak dapat berkumpul pada sel tuan rumah dan dilepaskan.
2. Pencegahan perpindahan dari ibu ke anak (PMTCT): seorang wanita yang mengidap
HIV(+) dapatmenularkan HIV kepada bayinya selama masa kehamilan, persalinan dan
masa menyusui. Dalam ketidakhadiran dari intervensi pencegahan, kemungkinan bahwa
bayi dari seorang wanita yang mengidap HIV(+) akan terinfeksi kirakira 25%35%.
Dua pilihan pengobatan tersedia untuk mengurangi penularan HIV/AIDS dari ibu ke
anak. Obatobatan tersebut adalah :
a. Ziduvidine (AZT) dapat diberikan sebagai suatu rangkaian panjang dari 1428
minggu selama masa kehamilan. Studi menunjukkan bahwa hal ini menurunkan
angka penularan mendekati 67%. Suatu rangkaian pendek dimulai pada kehamilan
terlambat sekitar 36 minggu menjadi 50% penurunan. Suatu rangkaian pendek
dimulai pada masa persalinan sekitas 38%. Beberapa studi telah menyelidiki
pengunaan dari Ziduvidine (AZT) dalam kombinasi dengan Lamivudine (3TC)
b. Nevirapine : diberikan dalam dosis tunggal kepada ibu dalam masa persalinan dan
satu dosis tunggal kepada bayi pada sekitar 23 hari. Diperkirakan bahwa dosis
tersebut dapat menurunkan penularan HIV sekitar 47%. Nevirapine hanya digunakan

pada ibu dengan membawa satu tablet kerumah ketika masa persalinan tiba,
sementara bayi tersebut harus diberikan satu dosis dalam 3 hari.
3. Postexposure prophylaxis (PEP) adalah sebuah program dari beberapa obat antiviral,
yang dikonsumsi beberapa kali setiap harinya, paling kurang 30 hari, untuk mencegah
seseorang menjadi terinfeksi dengan HIV sesudah terinfeksi, baik melalui serangan
seksual maupun terinfeksi occupational. Dihubungankan dengan permulaan pengunaan
dari PEP, maka suatu pengujian HIV harus dijalani untuk menetapkan status orang yang
bersangkutan. Informasi dan bimbingan perlu diberikan untuk memungkinkan orang
tersebut

mengerti

obatobatan,

keperluan

untuk

mentaati,

kebutuhan

untuk

mempraktekan hubungan seks yang aman dan memperbaharui pengujian HIV.


Antiretrovirals direkomendasikan untuk PEP termasuk AZT dan 3TC yang digunakan
dalam kombinasi. CDC telah memperingatkan mengenai pengunaan dari Nevirapine
sebagai bagian dari PEP yang berhutang pada bahaya akan kerusakan pada hati. Sesudah
terkena infeksi yang potensial ke HIV, pengobatan PEP perlu dimulai sekurangnya
selama 72 jam, sekalipun terdapat bukti untuk mengusulkan bahwa lebih awal seseorang
memulai pengobatan, maka keuntungannya pun akan menjadi lebih besar. PEP tidak
merekomendasikan proses terinfeksi secara biasa ke HIV/AIDS sebagaimana hal ini tidak
efektif 100%; hal tersebut dapat memberikan efek samping yang hebat dan mendorong
perilaku seksual yang tidak aman.
4. Pengendalian Infeksi Opurtunistik. Bertujuan menghilangkan, mengendalikan, dan
pemulihan infeksi opurtunistik,nosokomial, atau sepsis. Tindakan pengendalian infeksi
yang aman untuk mencegah kontaminasi bakteri dan komplikasi penyebab sepsis harus
dipertahankan bagi pasien di lingkungan perawatan kritis.
J. Pengkajian
1. Riwayat : Tes HIV positif, riwayat perilaku beresiko tinggi, menggunakan obat-obat.
2. Penampilan umum : pucat dan kelaparan
3. Gejala Subyektif : demam kronik, dengan atau tanpa menggigil, keringat malam hari
berulang kali, lemah, lelah, anoreksia, BB menurun, nyeri, dan sulit tidur.
4. Kepala : Sakit kepala, edem muka, ulser pada bibir atau mulut, mulut kering, suara
berubah, epsitaksis.
5. Neurologis : gangguan refleks pupil, nystagmus, vertigo, ketidakseimbangan , kaku
kuduk, kejang, paraplegia.
6. Muskuloskletal : focal motor deifisit, lemah, tidak mampu melakukan ADL.
7. Kardiovaskuler ; takikardi, sianosis, hipotensi.
8. Pernapasan : dyspnea, takipnea, sianosis, menggunakan otot bantu pernapasan, batuk
produktif atau non produktif.
9. Gastrointestinal : intake makan dan minum menurun, mual, muntah, BB menurun, diare,
inkontinensia, perut kram, hepatosplenomegali, kuning.
10. Genital : lesi atau eksudat pada genital.
11. Integumen : kering, gatal, rash atau lesi, turgor jelek, petekie positif.

K. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif b/d obstruksi jalan nafas : spasme jalan nafas, sekresi
2.
3.
4.
5.

tertahan, banyaknya mucus


Pola napas tidak efektif b/d penurunan energi, kelelahan, nyeri, kecemasan
Hipertermia b/d proses penyakit, peningkatan metabolisme, dehidrasi
Nyeri b/d agen injury biologis
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidakmampuan pemasukan
atau mencerna makanan atau mengabsorpsi zat-zat gizi berhubungan dengan faktor

6.
7.
8.
9.

biologis, psikologis
Kurang Pengetahuan b/d kurangnya paparan atau informasi
Defisit volume cairan b/d kegagalan mekanisme pengaturan
Kerusakan integritas kulit b/d perubahan status metabolik
Resiko infeksi dengan faktor resiko prosedur Infasif, malnutrisi, imonusupresi ,
ketidakadekuatan imun buatan , tidak adekuat pertahanan sekunder (penurunan Hb,
Leukopenia, penekanan respon inflamasi), tidak adekuat pertahanan tubuh primer

L. Intervensi
N
o
1.

Diagnosa Keperawatan

Tujuan

Intervensi

Bersihan Jalan Nafas tidak Efektif

NOC :

NIC :

- Respiratory status : Ventilation - Lakukan suction bila perlu


- Respiratory status : Airway
- Buka jalan nafas
Definisi : Ketidakmampuan untuk
- Posisikan
pasien
untuk
patency
membersihkan
sekresi
atau
- Aspiration Control
memaksimalkan ventilasi
obstruksi dari saluran pernafasan
- Identifikasi
perlunya
untuk mempertahankan kebersihan
jalan nafas.

KH :
- Mendemonstrasikan batuk
efektif dan suara nafas yang

Batasan Karakteristik :
- Dispneu, Penurunan suara nafas
- Orthopneu, Cyanosis
- Kelainan suara nafas
- Kesulitan berbicara

bersih, tidak ada sianosis dan


dyspneu (mampu
mengeluarkan sputum, mampu
bernafas dengan mudah)
- Menunjukkan jalan nafas yang

- Batuk, tidak efektif / tidak ada

paten (klien tidak merasa

- Produksi sputum, Gelisah

tercekik, irama nafas,

- Perubahan frekuensi dan irama

frekuensi pernafasan dalam

nafas

rentang normal, tidak ada


suara nafas abnormal)
- Mampu mengidentifikasikan
dan mencegah factor yang

pemasangan alat jalan nafas


buatan
- Pasang mayo bila perlu
- Lakukan fisioterapi dada jika
perlu
- Auskultasi suara nafas, catat
adanya suara tambahan
- Berikan bronkodilator bila
perlu
- Monitor respirasi dan status
O2

dapat menghambat jalan nafas

2.

Pola Nafas tidak efektif

NOC :

NIC :

- Respiratory status : Ventilation - Lakukan suction bila perlu


- Respiratory status : Airway
- Buka jalan nafas
Definisi : Pertukaran udara
- Posisikan pasien untuk
patency
inspirasi dan/atau ekspirasi tidak
- Vital sign Status
memaksimalkan ventilasi
adekuat
- Identifikasi perlunya
KH :
Batasan karakteristik :
- Penurunan

- Mendemonstrasikan batuk
tekanan

inspirasi/ekspirasi
- Penurunan pertukaran udara per
menit
- Menggunakan

efektif dan suara nafas yang


bersih, tidak ada sianosis dan
dyspneu (mampu

otot

pernafasan

mengeluarkan sputum, mampu

tambahan
bernafas dengan mudah, tidak
- Dyspnea
ada pursed lips)
- Nafas pendek
- Menunjukkan jalan nafas yang
- Tahap ekspirasi berlangsung sangat
paten (klien tidak merasa
lama
- Pernafasan rata-rata/minimal
tercekik, irama nafas,
Bayi : < 25 atau > 60
frekuensi pernafasan dalam
Usia 1-4 : < 20 atau > 30
Usia 5-14 : < 14 atau > 25
rentang normal, tidak ada
Usia > 14 : < 11 atau > 24
suara nafas abnormal)
- Tanda Tanda vital dalam
rentang normal (tekanan
darah, nadi, pernafasan)

pemasangan alat jalan nafas


buatan
- Berikan oksigen tambahan
- Monitor TTV

3.

Ketidakseimbangan nutrisi kurang NOC :

NIC :

dari kebutuhan tubuh

Kolaborasi

Fluid Intake
- Nutritional Status : nutrient

gizi
Monitor jumlah nutrisi dan

Intake
- Weight control

kandungan kalori
Berikan informasi tentang

kebutuhan nutrisi
Monitor adanya penurunan

berat badan
Monitor tipe dan jumlah

- Nutritional Status : food and

Definisi : Intake nutrisi tidak cukup


untuk

keperluan

metabolisme

tubuh.
KH :
Batasan karakteristik :

- Adanya peningkatan berat

- Berat badan 20 % atau lebih di


bawah ideal
- Membran mukosa dan konjungtiva
pucat
- Kelemahan otot yang digunakan
untuk menelan/mengunyah
- Luka, inflamasi pada rongga mulut
- Mudah merasa kenyang, sesaat
setelah mengunyah makanan
- Dilaporkan adanya perubahan

badan sesuai dengan tujuan


- Berat badan ideal sesuai dengan
tinggi badan
- Mampu mengidentifikasi

berminat

malnutrisi
- Menunjukkan peningkatan
fungsi pengecapan dari

yang

dilakukan
Jadwalkan

ahli

biasa

pengobatan

dan tindakan tidak selama


-

jam makan
Monitor kulit kering dan

perubahan pigmentasi
Monitor turgor kulit
Monitor
kekeringan,
rambut kusam, dan mudah

patah
Monitor mual dan muntah
Monitor kadar albumin,
total

terhadap

makanan
- Diare dan atau steatorrhea
- Kehilangan rambut yang cukup
banyak (rontok)

kebutuhan nutrisi
- Tidak ada tanda tanda

menelan
sensasi rasa
- Tidak terjadi penurunan berat
- Kram pada abdomen
- Tonus otot jelek
badan yang berarti
- Nyeri abdominal dengan atau tanpa
patologi
- Kurang

aktivitas

dengan

protein,

Hb,

dan

kadar Ht
Monitor pertumbuhan dan

perkembangan
Monitor pucat, kemerahan,
dan kekeringan jaringan

konjungtiva
Monitor kalori dan intake

nutrisi
Catat

adanya

hiperemik,

edema,
hipertonik

papila lidah dan cavitas


oral.

DAFTAR PUSTAKA

Nurarif, A. H., Kusuma, H. (2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosis


Medis dan Nanda NIC-NOC. Jakarta : Mediaction Publishing.
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah., edisi 8. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Price & Wilson. 2003. Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit, edisi 6. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.

PENGESAHAN LAPORAN

Pembimbing

Singkawang, ........................ 2015


Mahasiswa

(..........................................)

(...................................................)

Anda mungkin juga menyukai

  • Skema
    Skema
    Dokumen2 halaman
    Skema
    Priska Septri WePe
    Belum ada peringkat
  • Pathways Stroke
    Pathways Stroke
    Dokumen1 halaman
    Pathways Stroke
    Luthfiadew Luthfiana
    50% (2)
  • UP
    UP
    Dokumen6 halaman
    UP
    Priska Septri WePe
    Belum ada peringkat
  • Skema
    Skema
    Dokumen2 halaman
    Skema
    Priska Septri WePe
    Belum ada peringkat
  • SOP Huknah
    SOP Huknah
    Dokumen5 halaman
    SOP Huknah
    Priska Septri WePe
    Belum ada peringkat
  • 6 LP BPH
    6 LP BPH
    Dokumen10 halaman
    6 LP BPH
    Priska Septri WePe
    Belum ada peringkat
  • PJK Omi
    PJK Omi
    Dokumen3 halaman
    PJK Omi
    Priska Septri WePe
    Belum ada peringkat
  • 2 LP Steven Johnson Syndrome
    2 LP Steven Johnson Syndrome
    Dokumen11 halaman
    2 LP Steven Johnson Syndrome
    Priska Septri WePe
    Belum ada peringkat
  • Format Konsultasi Pospindu
    Format Konsultasi Pospindu
    Dokumen1 halaman
    Format Konsultasi Pospindu
    Priska Septri WePe
    Belum ada peringkat
  • LP Tubercolosis
    LP Tubercolosis
    Dokumen10 halaman
    LP Tubercolosis
    Priska Septri WePe
    Belum ada peringkat
  • STROKE-CVD
    STROKE-CVD
    Dokumen28 halaman
    STROKE-CVD
    Luthfiadew Luthfiana
    Belum ada peringkat
  • 1 Angina Pectoris
    1 Angina Pectoris
    Dokumen11 halaman
    1 Angina Pectoris
    Priska Septri WePe
    Belum ada peringkat
  • SP Halusinasi
    SP Halusinasi
    Dokumen8 halaman
    SP Halusinasi
    Priska Septri WePe
    100% (1)
  • 2 LP Steven Johnson Syndrome
    2 LP Steven Johnson Syndrome
    Dokumen11 halaman
    2 LP Steven Johnson Syndrome
    Priska Septri WePe
    Belum ada peringkat
  • LP DM Ii
    LP DM Ii
    Dokumen5 halaman
    LP DM Ii
    Priska Septri WePe
    Belum ada peringkat
  • 2 Jiwa Analisa Proses Interaksi
    2 Jiwa Analisa Proses Interaksi
    Dokumen7 halaman
    2 Jiwa Analisa Proses Interaksi
    Priska Septri WePe
    Belum ada peringkat
  • 5 Askep Abses Uretra
    5 Askep Abses Uretra
    Dokumen11 halaman
    5 Askep Abses Uretra
    Priska Septri WePe
    Belum ada peringkat
  • 1 LP HD
    1 LP HD
    Dokumen12 halaman
    1 LP HD
    Priska Septri WePe
    Belum ada peringkat
  • LP DM Ii
    LP DM Ii
    Dokumen5 halaman
    LP DM Ii
    Priska Septri WePe
    Belum ada peringkat
  • LP Tubercolosis
    LP Tubercolosis
    Dokumen10 halaman
    LP Tubercolosis
    Priska Septri WePe
    Belum ada peringkat
  • Pneumonia
    Pneumonia
    Dokumen15 halaman
    Pneumonia
    Priska Septri WePe
    Belum ada peringkat
  • BBLR
    BBLR
    Dokumen8 halaman
    BBLR
    Priska Septri WePe
    Belum ada peringkat
  • FORMAT PENILAIAN TAK
    FORMAT PENILAIAN TAK
    Dokumen4 halaman
    FORMAT PENILAIAN TAK
    Priska Septri WePe
    Belum ada peringkat
  • Contoh Proposal TAK
    Contoh Proposal TAK
    Dokumen8 halaman
    Contoh Proposal TAK
    Priska Septri WePe
    Belum ada peringkat
  • Cedera Kepala
    Cedera Kepala
    Dokumen10 halaman
    Cedera Kepala
    Priska Septri WePe
    100% (1)
  • Leaflet
    Leaflet
    Dokumen2 halaman
    Leaflet
    Priska Septri WePe
    Belum ada peringkat
  • Leaflet Halusinasi
    Leaflet Halusinasi
    Dokumen3 halaman
    Leaflet Halusinasi
    Priska Septri WePe
    100% (4)
  • MENGONTROL
    MENGONTROL
    Dokumen6 halaman
    MENGONTROL
    Priska Septri WePe
    Belum ada peringkat
  • Another Silly Story 01
    Another Silly Story 01
    Dokumen5 halaman
    Another Silly Story 01
    Priska Septri WePe
    Belum ada peringkat