Pemisahan dan Penentuan Kadar Ion Cu2+ dan Ion Zn2+ dalam Larutan
Campuran Kupri dan Seng Sulfat Secara Elektrogravimetri
Disusun Oleh:
KELOMPOK VIII
Putri Intan Pratiwi
24030112130068
24030112140064
Nabila Yaman
24030112140067
Evan
24030112130107
Sri Rahayu
24030112140137
Rinaldy Christian
24030112130131
24030112130111
Ahmad Najihullah
24030112140114
Asisten
Puji Rahayu
24030110110027
Mei Viantikasari
24030110130055
Jurusan Kimia
Fakultas Sains dan Matematika
Universitas Diponegoro
Semarang
2013
ABSTRAK
Telah dilakukan percobaan yang berjudul pemisahan dan penentuan kadar
ion Cu2+ dan ion Zn2+ dalam larutan campuran kupri dan seng sulfat secara
elektrogravimetri bertujuan untuk memisahkan dan menentukan kadar ion Cu2+
dan Zn2+ dalam larutan kupri dan seng sulfat secara elektrogravimetri. Prinsip
percobaan ini adalah pengendapan suatu kation melalui reaksi redoks pada sistem
elektrolisis. Metode yang digunakan adalah metode elektrogravimetri. Kationkation diendapkan pada katoda dengan nilai tegangan sistem yang disesuiakan
dengan logam yang akan diendapkan. Elektroda yang digunakan adalah karbon.
Elektrolisis ion Cu2+ dilakukan selama 45 menit dengan voltase 1,8 V dan arus
yang terbaca sebesar 0,02A, sedangkan ion
dengan voltase 2,7 V dan arus yang terukur sebesar 0,04A. Logam Cu yang
terendapkan dalam percobaan ini berwarna kuning pucat seberat 0,09 dengan
rendemen 529,4%. Sedangkan logam Zn yang terendapkan berwarna merah tua
seberat 0,01 gram dengan rendemennya 27,39 %.
PERCOBAAN VII
PEMISAHAN DAN PENENTUAN KADAR ION Cu2+ DAN ION Zn2+
DALAM LARUTAN CAMPURAN KUPRI DAN SENG SULFAT SECARA
ELEKTROGRAVIMETRI
I. TUJUAN PERCOBAAN
I.1 Memisahkan ion Cu2+ dan Zn2+ dalam larutan kupri dan seng sulfat
secara elektrogravimetri
I.2 Menentukan kadar ion Cu2+ dan Zn2+ dalam larutan kupri dan seng sulfat
secara elektrogravimetri
II. TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Elektrokimia
Elektrokimia adalah bidang yang luas dalam aspek terluarnya mencakup
sel bahan bakar, pengubahan energi listrik, dan korosi. Dalam logam baterai,
suatu sel galvani, energi listrik diturunkan dari kecenderungan inheren atau
dari terjadinya suatu reaksi redoks. Sebaliknya dalam suatu sel elektrokimia,
suatu sumber luar dari energi listrik digunakan untuk memaksa reaksi kimia
agar berlangsung dengan arah yang berlawanan. Selain itu, aliran luar elektron
dalam kawat luar atau perpindahan ion dalam larutan sel terjadi pada jembatan
garam.
Dalam macam sel-sel apapun, katoda didefinisikan sebagai elektroda
dimana terjadi reduksi dan anoda adalah elektroda dimana terjadi oksidasi.
Katoda
Sel galvani
Sel elektrolisis
Anoda
+
-
+
(Underwood, 1999)
II.2 Elektrolisis
katoda
menjadi
H2,
K-Na-Ba-............-Fe-........Hg-Ag-Pt-Au.
T = waktu (detik)
(Hogness, 1954)
2.4.2
Hukum Faraday II
Apabila jumlah Coulumb yang mengalir sama maka berat zat
yang terjadi pada elektroda berbanding lurus dengan gram ekivalen
listrik. Jika i x t, maka W it (ekivalen listrik). Jika hukum I dan II
digabung maka
W e . i. t
W=
e .i .t e .i . t
=
gram
F
96500
W =e . F
dimana,
W = massa zat (g)
E
= BA/valensi
= waktu (detik)
(Hogness, 1954)
H2
(Underwood, 1999)
2.6 Elektroda
Elektroda adalah konduktor yang digunakan untuk bersentuhan dengan
bagian atau media non logam dari sebuah sirkuit. Elektroda dalam sel
elektrokimia dapat disebut anoda dan katoda tergantung dari tegangan listrik
yang diberikan ke sel elektrokimia tersebut.
Elektroda dibagi menjadi dua macam, yaitu.
Elektroda inert (tidak mudah bereaksi) : Platina (Pt), emas (Au), dan
karbon (C).
Elektroda tak inert (mudah bereaksi) : zat lainnya selain Pt, Au, dan C.
(Faraday, 1834)
2.7 IR Drop
IR drop merupakan drop potensial karena adanya perbedaan resistansi
larutan dengan potensial yang dibutuhkan untuk memindahkan ion melalui
larutan efek utama dari penurunan valtametri siklis adalah pergeseran
potensial puncak, besarnya penurunan arus, peningkatan potensial puncak.
(Parsons, 1985)
2.8 Deret Volta
Deret volta adalah urutan logam-logam berdasarkan kenaikan potensial
elektroda standarnya. Pada deret volta unsur logam dengan potensial elektroda
lebih negatif ditempatkan di bagian kiri, sedangkan unsur dengan potensial
elektroda yang lebih positif ditempatkan di bagian kanan.
Reduktor kuat sampai lemah :
Li, K, Ba, Ca, Na, Mg, Al, Mn, H 2O2, Zn, Cr, Fe, Cd, Co, Ni, Sn, Pb, H +,
Sb, Br, Au, Hg, Ag, Pb, Au
(Rivai, 1995)
rR
AaRr
Stoikiometri Gravimetri
Dalam prosedur gravimetrik dilakukan penimbangan pada zat
yang terendapkan dan nilai analit yang didapat dari sampel kemudian
A=
beratA
100
.
beratsampel
(Underwood, 1999)
elektroanalizer
katoda
anoda
negatif
positif
( Potter, 1971)
Sel
elektrolisis
disusun secara seri
yang
berlawanan
itu, dalam sel ini, sumber energi luar digunakan untuk mendorong terjadinya
reaksi kimia dalam arah yang berlawanan dengan reaksi yang berlangsung
spontan.
(Underwood, 1999)
o
Eo (V)
-3.05
-2.93
2+
(aq)
Ba
+ 2 e -----> Ba(s)
-2.9
-2.89
-2.87
+
(aq)
Na
+ e -----> Na(s)
-2.71
-2.37
-1.85
3+
(aq)
Al
Mn
+ 3 e -----> Al(s)
2+
(aq)
-1.66
+ 2 e -----> Mn(s)
-1.18
-0.83
-0.76
+ 3 e -----> Cr(s)
-0.74
-0.44
Zn
Cr
2+
(aq)
3+
(aq)
Cd
2+
(aq)
+ 2 e -----> Zn(s)
+ 2 e -----> Cd(s)
-0.4
24 (aq)
-0.31
-0.28
-0.25
2+
(aq)
2+
Sn
+ 2 e -----> Sn(s)
Pb (aq) + 2 e- -----> Pb(s)
-0.14
-0.13
Sn
4+
(aq)
Cu
2+
(aq)
+ 2 e -----> Sn
-
+ e -----> Cu
2+
(aq)
0.13
+
(aq)
0.13
(aq)
2+
(aq)
+ 2 e -----> Cu(s)
-
O2(g) + 2 H2 + 4 e -----> 4 OH
I2(s) + 2 e- -----> 2 I-(aq)
0.2
0.22
0.34
(aq)
0.4
0.53
Fe
+
(aq)
+ 2 e -----> H2O2(aq)
+ e -----> Fe
2+
(aq)
0.8
0.68
0.77
0.59
+ 2 e -----> Hg
0.85
2+
2 (aq)
0.92
0.96
1.07
+
(aq)
+ 4 e -----> 2 H2O
1.23
1.23
1.33
O2(g) + 4 H
Cl2(g) + 2 e -----> 2 Cl
(aq)
1.36
1.5
1.51
4+
(aq)
Ce
+ e -----> Ce
PbO2(s) + 4 H
+
(aq)
3+
(aq)
+ SO
24 (aq)
1.61
-
3+
(aq)
+ e -----> Co
O3(g) + 2 H
+
(aq)
2+
(aq)
1.7
1.77
1.82
2.07
2.87
(Chang, 2005)
pencemar atau kontak dengan platinum atau tembaga yang dihasilkan oleh
beberapa tetes larutan garam dari logam-logam ini akan mempercepat reaksi.
(Vogel, 1985)
2.14 Pengaruh Arus Pada Potensial Sel
Apabila pada suatu sel elektrokimia arus listrik mengalir, potensial sel
tidak lagi merupakan selisih potensial elektrodanya. Dua fenomena kelistrikan
lagi, menyebabkan harga potensial aplikasi lebih tinggi daripada harga
potensial termodinamik untuk berlangsungnya elektrolisis.
(Widodo, 2002)
2.15 Kesetimbangan Oksidasi Reduksi
Reaksireaksi kimia yang melibatkan oksidasi reduksi lebih sering
dipergunakan dalam analisa titrimetrik daripada reaksi asam basa,
pembentukan kompleks atau pengendapan. Ionion dari berbagai unsur hadir
dalam wujud oksidasi yang berbedabeda, mengakibatkan timbulnya begitu
banyak kemungkinan reaksi oksidasi reduksi. Kebanyakan dari reaksireaksi
ini layak digunakan dalam analisa titrimetrik dan aplikasinya sangat
beranekaragam.
(Underwood, 1999)
2.16 Potensial Aplikasi
Tegangan galvani yang harus diatasi oleh sumber tegangan luar agar
elektrolisis dapat dimulai disebut dengan potensial dekomposisi (Ed). Untuk
memulai elektrolisis tegangan yang digunakan harus melampaui potensial
dekomposisinya. Nilai ini dinyatakan dengan persamaan
Ed = Eanoda - Ekatoda.
Sel elektrolisis memberikan sebuah hambatan, R, pada aliran arus
tersebut, dan untuk melewati sejumlah arus I. Dapat diketahui dari hukum
Ohm, dikatakan bahwa harus melewati Ed sebesar I x R.
Persamaannya yaitu :
Edigunakan = Eanoda Ekatoda + IR + Wkatoda +Wanoda
(Underwood, 1999)
2.17 Hukum Ohm
Hukum Ohm adalah suatu pernyataan bahwa besar arus listrik yang
mengalir melalui sebuah penghantar selalu berbanding lurus dengan beda
potensial yang diterapkan kepadanya. Sebuah benda penghantar dikatakan
mematuhi hukum Ohm apabila nilai resistansinya tidak bergantung terhadap
besar dan polaritas beda potensial yang dikenakan kepadanya.Walaupun
pernyataan ini tidak selalu berlaku untuk semua jenis penghantar, namun
istilah "hukum" tetap digunakan dengan alasan sejarah.
Secara matematis hukum Ohm diekspresikan dengan persamaan:
V=IxR
I adalah arus listrik yang mengalir pada suatu penghantar dalam
satuan Ampere. V adalah tegangan listrik yang terdapat pada kedua ujung
penghantar dalam satuan volt. R adalah nilai hambatan listrik (resistansi) yang
terdapat pada suatu penghantar dalam satuan ohm.
( Parsons, 1985 )
Bahan
- Cuplikan yang mengandung ion Cu2+ dan Zn2+
- H2SO4 pekat
- HNO3 pekat
- NaOH pekat
- Akuades
- Aseton
3.1.3
Skema Alat
neraca analitis
pengaduk
Gelas Beker
Elektroda Karbon
Elektroanalizer
Elektroda
-Pembersihan elektroda dengan kertas ampelas
-Pencucian elektroda dengan H2O
-Pencucian elektroda dengan aseton
-Penimbangan elektroda
-Pemasangan elektroda pada larutan cuplikan Cu2+ dan Zn2+
Gelas bekker
100 ml cuplikan campuran Cu2+ dan Zn2+
Gelas bekker
-Penambahan H2SO4
-Penambahan HNO3
-Pemasangan pada elektroanalizer
-Pengelektrolisaan selama 45 menit pada 1,8 V
-Penghentian elektrolisis
-Pemasukan elektroda dalam aseton
-Pengeringan katoda yang terdapat endapan Cu
-Penimbangan katoda yang terdapat endapan Cu
-Pencatatan berat Cu
Hasil
3.2.2
IV DATA PENGAMATAN
Ion yang
Arus listrik
Waktu elektrolisis
Berat katoda +
Berat logam
diendapka
(Aampere)
(menit)
(gram)
n
Cu2+
Zn2+
endapan
(gram)
0,02 A
0,04 A
45 menit
45 menit
4,9 gram
4,51 gram
0,09 gram
0,01 gram
V. HIPOTESA
Percobaan pemisahan dan penentuan kadar ion Cu2+ dan ion Zn2+ dalam
larutan campuran kupri dan seng sulfat secara elektrogravimetri bertujuan untuk
memisahkan dan menentukan kadar ion Cu2+ dan Zn2+ dalam larutan kupri dan
seng sulfat secara elektrogravimetri. Prinsip percobaan ini adalah pengendapan
suatu kation melalui reaksi redoks pada sistem elektrolisis. Metode yang
digunakan adalah elektrogravimetri. Kation-kation diendapkan pada katoda
dengan nilai tegangan sistem yang disesuaikan dengan logam yang akan
diendapkan. Elektroda yang digunakan adalah karbon. Hasil yang diperoleh yaitu
endapan Cu berwarna merah bata dan endapan Zn berwarna abu-abu. Penentuan
e . i. t
=
F
e .i .t
96500
DAFTAR PUSTAKA
Basri, 1996, Kamus Kimia, Rineka Cipta, Jakarta
Brady, James, 1994, Kimia Universitas Asas dan Struktur, Erlangga, Jakarta
Budaveri, 1993, The Meck Inde, The Meeck Co, New York
Chang, Raymond, 2005, General Chemistry, Mc Graw Hill, New York
Daintith, 1994, Kamus Lengkap Kimia, Erlangga, Jakarta
Faraday, M., 1834, On Electrical Decomposition, Philosophical Transaction of
The Royal, USA
Harjadi, 1993, Ilmu Kimia Analitik Dasar, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Hogness, 1954, The Lancet, National Academy of Science, New York
Khopkar, 1990, Konsep Dasar Kimia Analitik, UI Press, Jakarta
Mulyono, 2005, Kamus Kimia, PT. Genesindo, Bandung
Parsons, R., 1985, Standart Potensials in Aqueous Solution, Marcel Pekler,
New York
Potter, E. C., 1971, Electrochemistry Principles and Application, cleaver
Hume Press LTD: London, vol IX: 355-356
Pringgodigdo, A.G ,1990, Ensiklopedi Umum, Yayasan Para Buku Franklin,
Jakarta
Rivai, Harizzul, 1995, Azaz Pemeriksaann Kimia, UI-Press, Jakarta
Underwood, 1999, Kimia Analisis Kuantitatif, Erlangga, Jakarta
Vogel, 1985, Buku teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro,
PT Kalman Media Pustaka, Jakarta
Widodo, D., R. Hastuti, Gunawan, 2002, Bahan Ajar Analisis Kuantitatif,
Undip, Semarang
VI. PEMBAHASAN
Percobaan pemisahan dan penentuan kadar ion Cu 2+ dan ion Zn2+ dalam
larutan campuran kupri dan seng sulfat secara elektrogravimetri bertujuan untuk
memisahkan dan menentukan kadar ion Cu2+ dan Zn2+ dalam larutan kupri dan
seng sulfat secara elektrogravimetri. Prinsip percobaan ini adalah pengendapan
suatu kation melalui reaksi redoks pada sistem elektrolisis. Metode yang
digunakan adalah Elektrogravimetri. Elektrogravimetri melibatkan pelapisan atau
pengendapan suatu logam pada katoda yang telah diketahui beratnya, kemudian
ditimbang kembali untuk mengetaui kuantitas logam yang melapisinya.
Elektrogravimetri adalah pemisahan ion logam dalam suatu larutan cuplikan
dengan cara mengendapkan ion-ion logam tersebut dengan elektroda yang sesuai
dan dalam suasana larutan tertentu tergantung jenis logam yang akan ditentukan.
Pada saat percobaan dilakukan pada tegangan tetap hal ini dikarenakan untuk
memaksimalkan pengendapan suatu kation pada nilai tegangan dekomposisi yang
khusus bagi kation tersebut yang mengendap. Pengendapan ion logam
berdasarkan deret volta yang dapat dilihat dari mudah dan sulitnya direduksi :
Li-K-Ba-Sr-Ca-Na-Mg-Al-Mn-Zn-Cr-Fe-Co-Ni-Sn-Pb-H2OOksidasi
Sb-Bi-Cu-Hg-Ag-Pt-C-AuReduksi
(Keenan, 1992)
Berdasarkan deret volta, Cu berada di sebelah kanan Zn, maka Cu2+ lebih
mudah untuk direduksi sehingga Cu2+ akan lebih dahulu mengendap dibandingkan
Zn2+ yang sukar untuk direduksi tetapi mudah mengalami oksidasi.
(Keenan, 1992)
Kation-kation diendapkan pada katoda dengan nilai tegangan sistem yang
disesuiakan dengan logam yang akan diendapkan. Elektroda yang digunakan
adalah karbon, dimana karbon merupakan elektroda yang inert sehingga tidak
akan bereaksi dengan komponen-komponen logam dalam sistem elektrokimia
tersebut,
melainkan
hanya
menyediakan
permukaannya
sebagai
tempat
Sedangkan aseton digunakan sebagai pelarut non polar yaitu untuk melarutkan
pengotor yang bersifat non polar yaitu polimer yang berasal dari botol
penyimpan cuplikan. Selain itu, pencucian dengan aseton berfungsi untuk
mengeringkan batang karbon karena aseton bersifat mudah menguap (volatil)
sehingga tidak mempengaruhi berat elektroda pada saat penimbangan. Setelah
dicuci kemudian batang karbon yang digunakan sebagai katoda ditimbang
untuk
mengetahui
berat
katoda
tanpa
endapan
sebelum
proses
E0 = +0,337 V
Anoda
: 2H2O O2 + 4H+ + 4e
E0 = -1,229 V
+
E0 = -0,892 V
(Underwood, 2002)
Jika voltase yang digunakan lebih kecil dari 1,8V, maka endapan Cu
tidak akan terbentuk, karena tidak melewati potensial dekomposisinya. Jika
digunakan voltase lebih besar dari 1,8V, dikhawatirkan dalam endapan di
katoda akan bercampur dengan endapan Zn juga.
Pada katoda terjadi reduksi ion Cu2+ menjadi Cu (tembaga) yang ditandai
dengan warna merah bata pada katoda karbon dan dengan adanya penambahan
berat katoda setelah dielektrolisis. Dalam larutan tersebut ion SO 42- tidak
terendapkan, karena potensial reduksinya lebih kecil daripada potensial
reduksi Cu2+, sehingga dibutuhkan energi yang lebih besar untuk
mengendapkan asam oksi tersebut daripada mengendapkan Cu2+.
Pada anodanya terjadi reaksi H2O karena untuk reaksi elektrolisis pada
larutan, reaksi yang terjadi pada anoda tergantung pada elektrodanya. Jika
elektrodanya inert seperti Pt, C, Au maka kita perlu melihat anionnya, apakah
ia merupakan sisa asam oksi atau sisa asam nonoksi. Karena pada percobaan
menggunakan elektroda karbon yang merupakan elektroda inert dan pada
anionnya terdapat sisa asam oksi (SO42-) maka yang teroksidasi adalah H2O.
Hal ini terjadi karena dalam deret volta, SO42- berada disebelah kanan H2O,
dimana potensial reduksi standarnya bernilai positif yaitu sebesar +0,17V.
Potensial reduksi yang negatif (lebih kecil) akan lebih mudah teroksidasi
sedangkan potensial reduksi yang positif (lebih besar) akan mengalami
reduksi.
SO42- + 4H+ + 2 e SO2(aq) + 2H2O
E0 = +0,17V
E0 = - 0,83V
(Keenan, 1992)
Pada anoda terdapat gelembung gas. Hal terjadi karena pada katoda
berlangsung reaksi oksidasi H2O yang menghasilkan gas O2 sehingga
timbullah gelembung pada permukaan anoda yang merupakan gas oksigen.
Pada akhir elektrolisis didapatkan hasil pada katoda berupa endapan
merah bata tembaga dimana hal ini menunjukan Cu telah tereduksi namun
tidak seluruhnya, dibuktikan dari warna larutan cuplikan yang masih berwarna
biru muda yang menandakan masih adanya CuSO4 yang merupakan sumber
Cu2+. Setelah 45 menit, elektrolisis dihentikan dan katodanya dimasukkan ke
dalam aseton untuk mengeringkan katoda, sebab aseton sangat mudah
menguap, sehingga saat penimbangan tidak ada sisa larutan yang ikut dalam
katoda, melainkan berat yang ditimbang merupakan berat katoda dan endapan
Cu hasil elektrolisis saja. Hasil penimbangan katoda setelah elektrolisis adalah
4,9 gram. Maka dapat diketahui bahwa logam endapan Cu hasil elektrolisis
pada voltase 1,8 V, arus 0,02 A selama 45 menit diperoleh sebesar 0,09 gram
dengan rendemen prosentase (efisiensi arus) sebesar 529,4 %.
Rendemen prosentase yang didapatkan lebih dari 100% karena adanya
random error (galat acak) atau kesalahan acak yang terjadi diluar kendali
6.2.
pengotor polar dapat larut bersama aquades seperti nikel, kobalt, tembaga dan
lain-lain yang terdapat pada batang karbon. Sedangkan aseton digunakan
sebagai pelarut non polar yaitu untuk melarutkan pengotor yang bersifat non
polar yaitu polimer yang berasal dari botol penyimpan cuplikan. Selain itu,
pencucian dengan aseton berfungsi untuk mengeringkan
batang karbon
: 2Zn2+ + 4e-
Anoda
: 2H2O
2Zn
O2 + 4H2+ + 4e
E0 = -0,763 V
E0 = -1,229 V
+
E0 = -1,992 V
(Underwood, 2002)
Jika voltase yang digunakan lebih kecil dari 2,7 V, maka yang tereduksi
adalah Cu2+, sebab 2,7 V melebihi potensial dekomposisi Cu2+ sebesar -0,892V
dan tidak diperoleh endapan Zn sebab tidak melebihi potensial dekomposisi
Zn2+ sebesar -1,989V.
Pada katoda dengan voltase 2,7 V diperoleh endapan Zn yang ditandai
dengan warna merah kehitaman pada katoda karbon serta adanya penambahan
berat katoda setelah dielektrolisis. Pada saat elektrolisis terdapat gelembung
gas pada anoda. Gas yang dihasilkan adalah O2 yang terjadi karena hidrolisis
air. Pada anodanya terjadi reaksi H2O karena untuk reaksi elektrolisis pada
larutan, reaksi yang terjadi pada anoda tergantung pada elektrodanya. Jika
elektrodanya inert seperti Pt, C, Au maka kita perlu melihat anionnya, apakah
ia merupakan sisa asam oksi atau sisa asam nonoksi. Karena pada percobaan
menggunakan elektroda karbon yang merupakan elektroda inert dan pada
anionnya terdapat sisa asam oksi (SO42-) maka yang teroksidasi adalah H2O.
Hal ini terjadi karena H2O lebih negatif (lebih kecil) potensial reduksinya
yaitu sebesar 0.8277V sehingga akan lebih mudah teroksidasi daripada SO42dengan potensial reduksi standar sebesar +0,17V.
2H2O + 2e H2(g) + 2OH
E0 = 0.8277V
III. PENUTUP
7.1.
Kesimpulan
7.1.1. Pemisahan ion Cu2+ dan ion Zn2+ dilakukan menggunakan
metode elektrogravimetri pada potensial 1,8V untuk ion Cu2+ dan
2,7V untuk ion Zn2+.
7.1.2. Diperoleh endapan Cu sebesar 0,09 gram yang berwarna merah
bata, sedangkan endapan Zn yang diperoleh sebesar 0,01 gram
yang berwarna merah kehitaman. Rendemen prosentase Cu
sebesar 529,4 %, sedangkan rendemen prosentase Zn sebesar
27.39 %.
7.2.
Saran
7.2.1. Kenali bahan-bahan yang akan digunakan
7.2.2. Sebelum pelaksanaan praktikum, sebaiknya terlebih dahulu
mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan percobaan
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Perhitungan
1. Penentuan kadar Cu2+
( massa katoda+ endapan )massa katoda
Massa Cu nyata
4.9 g4.81 g
0,09 g
Massa Cu teoritis
W=
e . i. t
96500
BA
. i. t
n
96500
63,54 g
.0,02 A .2700 s
2
96500
0.017 g
Rendemen prosentase
massa Cu nyata
100
massaCu teoritis
0,09 g
100
0,017 g
529,4
Massa Zn teoritis
e .i .t
96500
BA
. i. t
n
96500
65,37 g/mol
.0.04 A .2700 s
2
96500
0,0365 g
Rendemen prosentase
massa Znnyata
100
massa Znteoritis
0,01 g
100
0,0365 g
27,39
LEMBAR PENGESAHAN
Semarang, 25 November 2013
Praktikan 1,
Praktikan 7,
Evan
24030112130068
24030112130107
2403012130111
Praktikan 5,
Praktikan 4,
Nabila Yaman
Dea Paramita .A
Puji Rahayu
24030112140064
24030110110027
Praktikan 2,
24030112140067
Praktikan 8
Ahmad Najihullah
Sri Rahayu
24030112140114
24030112140137
Mengetahui,
Praktikan 6,
Asisten,
Rinaldy Christian
24030112130131
Praktikan 3,
Mei Viantikasari
24030110130055