Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN TERBAIK

PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK

Pemisahan dan Penentuan Kadar Ion Cu2+ dan Ion Zn2+ dalam Larutan
Campuran Kupri dan Seng Sulfat Secara Elektrogravimetri
Disusun Oleh:
KELOMPOK VIII
Putri Intan Pratiwi

24030112130068

Dea Paramita Alvionita

24030112140064

Nabila Yaman

24030112140067

Evan

24030112130107

Sri Rahayu

24030112140137

Rinaldy Christian

24030112130131

Tiara Agni Irawati

24030112130111

Ahmad Najihullah

24030112140114

Asisten
Puji Rahayu

24030110110027

Mei Viantikasari

24030110130055

Jurusan Kimia
Fakultas Sains dan Matematika
Universitas Diponegoro
Semarang
2013

ABSTRAK
Telah dilakukan percobaan yang berjudul pemisahan dan penentuan kadar
ion Cu2+ dan ion Zn2+ dalam larutan campuran kupri dan seng sulfat secara
elektrogravimetri bertujuan untuk memisahkan dan menentukan kadar ion Cu2+
dan Zn2+ dalam larutan kupri dan seng sulfat secara elektrogravimetri. Prinsip
percobaan ini adalah pengendapan suatu kation melalui reaksi redoks pada sistem
elektrolisis. Metode yang digunakan adalah metode elektrogravimetri. Kationkation diendapkan pada katoda dengan nilai tegangan sistem yang disesuiakan
dengan logam yang akan diendapkan. Elektroda yang digunakan adalah karbon.
Elektrolisis ion Cu2+ dilakukan selama 45 menit dengan voltase 1,8 V dan arus
yang terbaca sebesar 0,02A, sedangkan ion

Zn2+ dilakukan selama 45 menit

dengan voltase 2,7 V dan arus yang terukur sebesar 0,04A. Logam Cu yang
terendapkan dalam percobaan ini berwarna kuning pucat seberat 0,09 dengan
rendemen 529,4%. Sedangkan logam Zn yang terendapkan berwarna merah tua
seberat 0,01 gram dengan rendemennya 27,39 %.

Kata kunci : elektrolisis, elektrogravimetri, Cu2+, Zn2+

PERCOBAAN VII
PEMISAHAN DAN PENENTUAN KADAR ION Cu2+ DAN ION Zn2+
DALAM LARUTAN CAMPURAN KUPRI DAN SENG SULFAT SECARA
ELEKTROGRAVIMETRI
I. TUJUAN PERCOBAAN
I.1 Memisahkan ion Cu2+ dan Zn2+ dalam larutan kupri dan seng sulfat
secara elektrogravimetri
I.2 Menentukan kadar ion Cu2+ dan Zn2+ dalam larutan kupri dan seng sulfat
secara elektrogravimetri
II. TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Elektrokimia
Elektrokimia adalah bidang yang luas dalam aspek terluarnya mencakup
sel bahan bakar, pengubahan energi listrik, dan korosi. Dalam logam baterai,
suatu sel galvani, energi listrik diturunkan dari kecenderungan inheren atau
dari terjadinya suatu reaksi redoks. Sebaliknya dalam suatu sel elektrokimia,
suatu sumber luar dari energi listrik digunakan untuk memaksa reaksi kimia
agar berlangsung dengan arah yang berlawanan. Selain itu, aliran luar elektron
dalam kawat luar atau perpindahan ion dalam larutan sel terjadi pada jembatan
garam.
Dalam macam sel-sel apapun, katoda didefinisikan sebagai elektroda
dimana terjadi reduksi dan anoda adalah elektroda dimana terjadi oksidasi.
Katoda
Sel galvani
Sel elektrolisis

Anoda
+
-

+
(Underwood, 1999)

II.2 Elektrolisis

Elektrolisis adalah peristiwa terjadinya perubahan kimia karena


mengalirnya arus listrik melalui elektrolit. Penguraian elektrolit terjadi karena
atom atau ion melepaskan atau menerima elektron pada elektroda.
Elektroda positif disebut anoda, sedangkan elektroda negatif disebut
katoda. Ion positif (kation) dalam larutan bergerak menuju katoda, dan terjadi
reaksi reduksi. Ion negatif (anoda) menuju katoda dan terjadi oksidasi.
Ketentuan pada elektrolisa :
a. Pada katoda
- Ion positif dari logam sebelah kiri H pada deret volta akan tetap berada
dalam larutan, jika ada H+ yang berasal dari air akan mengalami reduksi
pada
-

katoda

menjadi

H2,

K-Na-Ba-............-Fe-........Hg-Ag-Pt-Au.

Kecuali Fe-Ni-Sn-Pb, logam diatas mengendap pada katoda.


Ion positif sebelah kanan deret volta akan mengendap pada katoda

meskipun ada H+ yang berasal dari H2O.


b. Pada anoda
Ion negatif yang tidak mengandung oksigen, akan dioksidasi pada anoda.
(Underwood, 1999)
II.3 Elektrogravimetri
Pada umumnya elektrogravimetri melibatkan pelapisan atau
pengendapan suatu logam pada katoda yang telah diketahui beratnya,
kemudian ditimbang kembali untuk mengetahui kuantitas logam yang
melapisinya.
(Underwood, 1999)
II.4 Hukum Faraday
2.4.1 Hukum Faraday I
Jumlah zat yang terjadi pada elektroda sebanding dengan jumlah
coulumb yang mengalir.
W =i. t
dimana,
W = massa zat (g)
I

= kuat arus (A)

T = waktu (detik)

(Hogness, 1954)
2.4.2

Hukum Faraday II
Apabila jumlah Coulumb yang mengalir sama maka berat zat
yang terjadi pada elektroda berbanding lurus dengan gram ekivalen
listrik. Jika i x t, maka W it (ekivalen listrik). Jika hukum I dan II
digabung maka
W e . i. t

W=

e .i .t e .i . t
=
gram
F
96500

W =e . F

dimana,
W = massa zat (g)
E

= BA/valensi

= kuat arus (A)

= waktu (detik)
(Hogness, 1954)

2.5 Potensial Dekomposisi


Memulai suatu elektrolisis harus melampaui ggl balik galvani atau
potensial dekomposisi (Ed). Nilai ini dinyatakan dengan persamaan Ed = E
anoda E katoda. Nilai ini akan berubah seiring berjalannya elektrolisis,
tetapi nilai tersebut dapat dihitung untuk semua kondisi dengan menggunakan
persamaan Nerst untuk E0 anoda dan E0 katoda.
Suatu tahap kimiawi dengan kinetika yang lambat pada proses elektroda
keseluruhan dapat juga menyebabkan potensial elektroda menyimpang dari
nilai Nerst. Sebagai contoh, dalam reduksi H + pada katoda, tahap awal transfer
elektron menghasilkan atom hidrogen.
H+ + e

Untuk membentuk produk akhir, atom-atom tersebut harus bergabung :


2H

H2

(Underwood, 1999)
2.6 Elektroda
Elektroda adalah konduktor yang digunakan untuk bersentuhan dengan
bagian atau media non logam dari sebuah sirkuit. Elektroda dalam sel
elektrokimia dapat disebut anoda dan katoda tergantung dari tegangan listrik
yang diberikan ke sel elektrokimia tersebut.
Elektroda dibagi menjadi dua macam, yaitu.

Elektroda inert (tidak mudah bereaksi) : Platina (Pt), emas (Au), dan

karbon (C).
Elektroda tak inert (mudah bereaksi) : zat lainnya selain Pt, Au, dan C.
(Faraday, 1834)

2.7 IR Drop
IR drop merupakan drop potensial karena adanya perbedaan resistansi
larutan dengan potensial yang dibutuhkan untuk memindahkan ion melalui
larutan efek utama dari penurunan valtametri siklis adalah pergeseran
potensial puncak, besarnya penurunan arus, peningkatan potensial puncak.
(Parsons, 1985)
2.8 Deret Volta
Deret volta adalah urutan logam-logam berdasarkan kenaikan potensial
elektroda standarnya. Pada deret volta unsur logam dengan potensial elektroda
lebih negatif ditempatkan di bagian kiri, sedangkan unsur dengan potensial
elektroda yang lebih positif ditempatkan di bagian kanan.
Reduktor kuat sampai lemah :
Li, K, Ba, Ca, Na, Mg, Al, Mn, H 2O2, Zn, Cr, Fe, Cd, Co, Ni, Sn, Pb, H +,
Sb, Br, Au, Hg, Ag, Pb, Au
(Rivai, 1995)

2.9 Analisis Gravimetri

Analisis gravimetri adalah suatu cara analisis kuantitatif yang bertujuan


untuk menentukan jumlah suatu zat atau komponen zat, dimana analit
direaksikan dan hasil reaksi ditimbang untuk menentukan jumlah zat atau
komponen zat yang dicari.Analisa gravimetri biasanya berdasarkan reaksi
kimia seperti :
aA

rR

AaRr

a adalah molekul analit A, bereaksi dengan satu molekul pereaksi R. Hasil


AaRr biasanya merupakan zat dengan kelarutan yang kecil yang dapat
ditimbang setelah dikeringkan atau yang dapat dibakar menjadi senyawa lain
dengan susunan yang diketahui dan kemudian ditimbang.
(Harjadi, 1993)
2.9.1

Stoikiometri Gravimetri
Dalam prosedur gravimetrik dilakukan penimbangan pada zat
yang terendapkan dan nilai analit yang didapat dari sampel kemudian

dihitung. Maka persentase analit A adalah :

A=

beratA
100
.
beratsampel
(Underwood, 1999)

2.10 Sel Elektrolisis

elektroanalizer

katoda

anoda

negatif
positif
( Potter, 1971)
Sel
elektrolisis
disusun secara seri

yang

berlawanan

dengan sumber tegangan luar. Pada sel elektrolisis, tegangan dapat


divariasikan melebihi potensial dekomposisi agar arus dapat mengalir. Selain

itu, dalam sel ini, sumber energi luar digunakan untuk mendorong terjadinya
reaksi kimia dalam arah yang berlawanan dengan reaksi yang berlangsung
spontan.
(Underwood, 1999)
o

2.11 Tabel nilai potensial reduksi pada 25 C


Setengah reaksi

Eo (V)

Li+(aq) + e- -----> Li(s)

-3.05

K+(aq) + e- -----> K(s)

-2.93

2+
(aq)

Ba

+ 2 e -----> Ba(s)

-2.9

Sr2+(aq) + 2 e- -----> Sr(s)

-2.89

Ca2+(aq) + 2 e- -----> Ca(s)

-2.87

+
(aq)

Na

+ e -----> Na(s)

-2.71

Mg2+(aq) + 2 e- -----> Mg(s)

-2.37

Be2+(aq) + 2 e- -----> Be(s)

-1.85

3+
(aq)

Al

Mn

+ 3 e -----> Al(s)

2+
(aq)

-1.66

+ 2 e -----> Mn(s)

-1.18

2 H2O + 2 e- -----> H2(g) + 2 OH-(aq)

-0.83

-0.76

+ 3 e -----> Cr(s)

-0.74

Fe2+(aq) + 2 e- -----> Fe(s)

-0.44

Zn
Cr

2+
(aq)

3+
(aq)

Cd

2+
(aq)

+ 2 e -----> Zn(s)

+ 2 e -----> Cd(s)

-0.4

PbSO4(s) + 2 e -----> Pb(s) + SO

24 (aq)

-0.31

Co2+(aq) + 2 e- -----> Co(s)

-0.28

Ni2+(aq) + 2 e- -----> Ni(s)

-0.25

2+
(aq)
2+

Sn
+ 2 e -----> Sn(s)
Pb (aq) + 2 e- -----> Pb(s)

-0.14
-0.13

2 H+(aq) + 2 e- -----> H2(g)

Sn

4+
(aq)

Cu

2+
(aq)

+ 2 e -----> Sn
-

+ e -----> Cu

2+
(aq)

0.13

+
(aq)

0.13

SO42-(aq) + 4 H+(aq) + 2 e- -----> SO2(g) + 2 H2O


-

(aq)

AgCl(s) + e -----> Ag(s) + Cl


Cu

2+
(aq)

+ 2 e -----> Cu(s)
-

O2(g) + 2 H2 + 4 e -----> 4 OH
I2(s) + 2 e- -----> 2 I-(aq)

0.2
0.22
0.34

(aq)

0.4
0.53

MnO4-(aq) + 2 H2O + 3 e- -----> MnO2(s) + 4 OH-(aq)


O2(g) + 2 H
3+
(aq)

Fe

+
(aq)

+ 2 e -----> H2O2(aq)

+ e -----> Fe

2+
(aq)

0.8

Hg22+(aq) + 2 e- -----> 2 Hg(l)


2 Hg

0.68
0.77

Ag+(aq) + e- -----> Ag(s)


2+
(aq)

0.59

+ 2 e -----> Hg

0.85

2+
2 (aq)

0.92

NO3-(aq) + 4 H+(aq) + 3 e- -----> NO(g) + 2 H2O

0.96

Br2(l) + 2 e- -----> 2 Br-(aq)

1.07

+
(aq)

+ 4 e -----> 2 H2O

1.23

MnO2(s) + 4 H+(aq) + 2 e- -----> Mn2+(aq) + 2 H2O

1.23

Cr2O72-(aq) + 14 H+(aq) + 6 e- -----> 2 Cr3+(aq) + 7 H2O

1.33

O2(g) + 4 H

Cl2(g) + 2 e -----> 2 Cl

(aq)

1.36

Au3+(aq) + 3 e- -----> Au(s)

1.5

MnO4-(aq) + 8 H+(aq) + 5 e- -----> Mn2+(aq) + 4 H2O

1.51

4+
(aq)

Ce

+ e -----> Ce

PbO2(s) + 4 H

+
(aq)

3+
(aq)

+ SO

24 (aq)

1.61
-

+ 2 e -----> PbSO4(s) + 2 H2O

H2O2(aq) + 2 H+(aq) + 2 e- -----> 2 H2O


Co

3+
(aq)

+ e -----> Co

O3(g) + 2 H

+
(aq)

2+
(aq)

+ 2 e -----> O2(g) + H2O

F2(g) + 2 e- -----> F-(aq)

1.7
1.77
1.82
2.07
2.87
(Chang, 2005)

2.12 Tembaga (Cu)


Tembaga adalah logam merah muda, lunak, dapat ditempa dan liat. Titik
lebur 10380C. Karena potensial standarnya positif (+0,34 V) untuk pasangan
Cu/Cu2+ logam tersebut tak larut dalam asam klorida dan asam sulfat encer,
sedangkan dengan adanya oksigen dapat sedikit terlarut. Tembaga (II) dalam
larutan akan berwarna kebiruan.
(Vogel, 1985)
2.13 Seng (Zn)
Seng (zink) adalah logam putih kebiruan, dapat ditempa, liat pada 1101500C. Melebur pada 4100C dan mendidih pada 9060C, logamnya yang murni,
melarut lambat sekali dalam suasana asam dan alkali. Adanya zat-zat

pencemar atau kontak dengan platinum atau tembaga yang dihasilkan oleh
beberapa tetes larutan garam dari logam-logam ini akan mempercepat reaksi.
(Vogel, 1985)
2.14 Pengaruh Arus Pada Potensial Sel
Apabila pada suatu sel elektrokimia arus listrik mengalir, potensial sel
tidak lagi merupakan selisih potensial elektrodanya. Dua fenomena kelistrikan
lagi, menyebabkan harga potensial aplikasi lebih tinggi daripada harga
potensial termodinamik untuk berlangsungnya elektrolisis.
(Widodo, 2002)
2.15 Kesetimbangan Oksidasi Reduksi
Reaksireaksi kimia yang melibatkan oksidasi reduksi lebih sering
dipergunakan dalam analisa titrimetrik daripada reaksi asam basa,
pembentukan kompleks atau pengendapan. Ionion dari berbagai unsur hadir
dalam wujud oksidasi yang berbedabeda, mengakibatkan timbulnya begitu
banyak kemungkinan reaksi oksidasi reduksi. Kebanyakan dari reaksireaksi
ini layak digunakan dalam analisa titrimetrik dan aplikasinya sangat
beranekaragam.
(Underwood, 1999)
2.16 Potensial Aplikasi
Tegangan galvani yang harus diatasi oleh sumber tegangan luar agar
elektrolisis dapat dimulai disebut dengan potensial dekomposisi (Ed). Untuk
memulai elektrolisis tegangan yang digunakan harus melampaui potensial
dekomposisinya. Nilai ini dinyatakan dengan persamaan
Ed = Eanoda - Ekatoda.
Sel elektrolisis memberikan sebuah hambatan, R, pada aliran arus
tersebut, dan untuk melewati sejumlah arus I. Dapat diketahui dari hukum
Ohm, dikatakan bahwa harus melewati Ed sebesar I x R.
Persamaannya yaitu :
Edigunakan = Eanoda Ekatoda + IR + Wkatoda +Wanoda

(Underwood, 1999)
2.17 Hukum Ohm
Hukum Ohm adalah suatu pernyataan bahwa besar arus listrik yang
mengalir melalui sebuah penghantar selalu berbanding lurus dengan beda
potensial yang diterapkan kepadanya. Sebuah benda penghantar dikatakan
mematuhi hukum Ohm apabila nilai resistansinya tidak bergantung terhadap
besar dan polaritas beda potensial yang dikenakan kepadanya.Walaupun
pernyataan ini tidak selalu berlaku untuk semua jenis penghantar, namun
istilah "hukum" tetap digunakan dengan alasan sejarah.
Secara matematis hukum Ohm diekspresikan dengan persamaan:
V=IxR
I adalah arus listrik yang mengalir pada suatu penghantar dalam
satuan Ampere. V adalah tegangan listrik yang terdapat pada kedua ujung
penghantar dalam satuan volt. R adalah nilai hambatan listrik (resistansi) yang
terdapat pada suatu penghantar dalam satuan ohm.
( Parsons, 1985 )

2.18 Analisa Bahan


2.18.1 Asam Sulfat (H2SO4)
Sifat fisik : cairan seperti minyak, titik didih 330 0C, tittik leleh
-470C, berat molekul 98,09 g.mol-1
Sifat Kimia: korosif, higroskopis, oksidator
(Pringgodigdo, 1990)
2.18.2 Natrium Hidroksida (NaOH) pekat
Sifat fisik : berwarna bening, TD 139,80C, TL 3780C
Sifat kimia : basa, elektrolit kuat, berdisosiasi sempurna dalam
larutan air
(Brady, 1994)
2.18.3 Aseton (CH3COCH3)

Sifat fisik : berat molekul 58,08g.mol-1, berat jenis 0,79kg/K,


TL -950C, TD 560C, titik nyala -200C, tekanan uap
(200C) 233 hPa
Sifat kimia : tercampur dengan air dalam segala perbandingan
(Budavari, 1989)
2.18.4 Seng Sulfat (ZnSO4.10H2O)
Sifat fisik : berwarna putih kebiruan, titik lebur 4100C, titik
9060C
Sifat kimia : termasuk golongan logam yang cukup mudah
untuk ditempa dan liat
(Vogel, 1985)
2.18.5 Kupri Sulfat (CuSO4)
Sifat fisik : berat molekul 159,61 g.mol-1
Sifat kimia : kristal rombik yang higroskopik, larut dalam air,
dapat

menyebabkan iritasi kulit


(Vogel, 1985)

2.18.6 Karbon (C)


Sifat fisik : berbentuk solid, titik sublimasi 3915K
Sifat kimia : isotop yang stabil, unsur kimia bersimbol C
(Basri, 1996)
2.18.7 Aquades (H2O)
Sifat fisik : cair, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa,
TD 1000C, titik beku 00C pada 1 atm.
Sifat kimia : elektrolit lemah, terionisasi menjadi H3O+ dan
OH-, sebagai bahan pelarut
(Basri, 1996)
2.18.8 Asam Nitrat (HNO3)
Sifat fisik : titik leleh -470C, titik didih 840C, panas pende -

komposisi 840C, tidak berwarna


Sifat kimia : korosif, oksidator kuat, larut dalam air
(Basri, 1996)

III METODE PERCOBAAN


3.1
Alat dan Bahan
3.1.1
Alat
- Elektroanalizer
- Elektroda karbon
- Gelas Bekker
- Pipet
- Pengaduk
- Neraca analitis
- Sterofoam
3.1.2

Bahan
- Cuplikan yang mengandung ion Cu2+ dan Zn2+
- H2SO4 pekat
- HNO3 pekat
- NaOH pekat
- Akuades
- Aseton
3.1.3

Skema Alat

neraca analitis

pengaduk

Gelas Beker

Elektroda Karbon

3.2 Skema Kerja


tetes
3.2.1Styrofoam
Pemisahan dan penentuan Pipet
kadar ion
Cu2+

Elektroanalizer

Elektroda
-Pembersihan elektroda dengan kertas ampelas
-Pencucian elektroda dengan H2O
-Pencucian elektroda dengan aseton
-Penimbangan elektroda
-Pemasangan elektroda pada larutan cuplikan Cu2+ dan Zn2+
Gelas bekker
100 ml cuplikan campuran Cu2+ dan Zn2+
Gelas bekker

-Penambahan H2SO4
-Penambahan HNO3
-Pemasangan pada elektroanalizer
-Pengelektrolisaan selama 45 menit pada 1,8 V
-Penghentian elektrolisis
-Pemasukan elektroda dalam aseton
-Pengeringan katoda yang terdapat endapan Cu
-Penimbangan katoda yang terdapat endapan Cu
-Pencatatan berat Cu
Hasil

3.2.2

Pemisahan dan penentuan kadar ion Zn2+


Elektroda
-Pembersihan elektroda dengan kertas ampelas
-Pencucian elektroda dengan H2O
-Pencucian elektroda dengan aseton
-Penimbangan elektroda
-Pemasangan elektroda pada larutan cuplikan Cu2+ dan Zn2+
Gelas bekker

Larutan hasil elektrolisis


Gelas bekker
-Penambahan NaOH pekat
-Pemasangan pada elektroanalizer
-Pengelektrolisaan selama 45 menit pada 2,7 V
-Penghentian elektrolisis
-Pemasukan elektroda dalam aseton
-Pengeringan katoda yang terdapat endapan Zn
-Penimbangan katoda yang terdapat endapan Zn
-Pencatatan berat Zn
Hasil

IV DATA PENGAMATAN
Ion yang

Arus listrik

Waktu elektrolisis

Berat katoda +

Berat logam

diendapka

(Aampere)

(menit)

(gram)

n
Cu2+
Zn2+

endapan
(gram)

0,02 A
0,04 A

45 menit
45 menit

4,9 gram
4,51 gram

0,09 gram
0,01 gram

V. HIPOTESA

Percobaan pemisahan dan penentuan kadar ion Cu2+ dan ion Zn2+ dalam
larutan campuran kupri dan seng sulfat secara elektrogravimetri bertujuan untuk
memisahkan dan menentukan kadar ion Cu2+ dan Zn2+ dalam larutan kupri dan
seng sulfat secara elektrogravimetri. Prinsip percobaan ini adalah pengendapan
suatu kation melalui reaksi redoks pada sistem elektrolisis. Metode yang
digunakan adalah elektrogravimetri. Kation-kation diendapkan pada katoda
dengan nilai tegangan sistem yang disesuaikan dengan logam yang akan
diendapkan. Elektroda yang digunakan adalah karbon. Hasil yang diperoleh yaitu
endapan Cu berwarna merah bata dan endapan Zn berwarna abu-abu. Penentuan

massa ditentukan dengan rumus : W =

e . i. t
=
F

e .i .t
96500

DAFTAR PUSTAKA
Basri, 1996, Kamus Kimia, Rineka Cipta, Jakarta
Brady, James, 1994, Kimia Universitas Asas dan Struktur, Erlangga, Jakarta
Budaveri, 1993, The Meck Inde, The Meeck Co, New York
Chang, Raymond, 2005, General Chemistry, Mc Graw Hill, New York
Daintith, 1994, Kamus Lengkap Kimia, Erlangga, Jakarta
Faraday, M., 1834, On Electrical Decomposition, Philosophical Transaction of
The Royal, USA
Harjadi, 1993, Ilmu Kimia Analitik Dasar, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Hogness, 1954, The Lancet, National Academy of Science, New York
Khopkar, 1990, Konsep Dasar Kimia Analitik, UI Press, Jakarta
Mulyono, 2005, Kamus Kimia, PT. Genesindo, Bandung
Parsons, R., 1985, Standart Potensials in Aqueous Solution, Marcel Pekler,
New York
Potter, E. C., 1971, Electrochemistry Principles and Application, cleaver
Hume Press LTD: London, vol IX: 355-356
Pringgodigdo, A.G ,1990, Ensiklopedi Umum, Yayasan Para Buku Franklin,
Jakarta
Rivai, Harizzul, 1995, Azaz Pemeriksaann Kimia, UI-Press, Jakarta
Underwood, 1999, Kimia Analisis Kuantitatif, Erlangga, Jakarta
Vogel, 1985, Buku teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro,
PT Kalman Media Pustaka, Jakarta
Widodo, D., R. Hastuti, Gunawan, 2002, Bahan Ajar Analisis Kuantitatif,
Undip, Semarang

VI. PEMBAHASAN
Percobaan pemisahan dan penentuan kadar ion Cu 2+ dan ion Zn2+ dalam
larutan campuran kupri dan seng sulfat secara elektrogravimetri bertujuan untuk
memisahkan dan menentukan kadar ion Cu2+ dan Zn2+ dalam larutan kupri dan
seng sulfat secara elektrogravimetri. Prinsip percobaan ini adalah pengendapan
suatu kation melalui reaksi redoks pada sistem elektrolisis. Metode yang
digunakan adalah Elektrogravimetri. Elektrogravimetri melibatkan pelapisan atau
pengendapan suatu logam pada katoda yang telah diketahui beratnya, kemudian
ditimbang kembali untuk mengetaui kuantitas logam yang melapisinya.
Elektrogravimetri adalah pemisahan ion logam dalam suatu larutan cuplikan
dengan cara mengendapkan ion-ion logam tersebut dengan elektroda yang sesuai
dan dalam suasana larutan tertentu tergantung jenis logam yang akan ditentukan.
Pada saat percobaan dilakukan pada tegangan tetap hal ini dikarenakan untuk
memaksimalkan pengendapan suatu kation pada nilai tegangan dekomposisi yang
khusus bagi kation tersebut yang mengendap. Pengendapan ion logam
berdasarkan deret volta yang dapat dilihat dari mudah dan sulitnya direduksi :
Li-K-Ba-Sr-Ca-Na-Mg-Al-Mn-Zn-Cr-Fe-Co-Ni-Sn-Pb-H2OOksidasi
Sb-Bi-Cu-Hg-Ag-Pt-C-AuReduksi
(Keenan, 1992)
Berdasarkan deret volta, Cu berada di sebelah kanan Zn, maka Cu2+ lebih
mudah untuk direduksi sehingga Cu2+ akan lebih dahulu mengendap dibandingkan
Zn2+ yang sukar untuk direduksi tetapi mudah mengalami oksidasi.
(Keenan, 1992)
Kation-kation diendapkan pada katoda dengan nilai tegangan sistem yang
disesuiakan dengan logam yang akan diendapkan. Elektroda yang digunakan
adalah karbon, dimana karbon merupakan elektroda yang inert sehingga tidak
akan bereaksi dengan komponen-komponen logam dalam sistem elektrokimia

tersebut,

melainkan

hanya

menyediakan

permukaannya

sebagai

tempat

berlangsungnya reaksi. Elektroda lain selain karbon dapat digunakan dalam


percobaan ini, namun harus bersifat inert seperti karbon. Apabila elektroda yang
digunakan tidak bersifat inert atau mudah bereaksi, maka elektroda tersebut
kemungkinan akan bereaksi sehingga menggangu hasil logam yang akan
diendapkan. Elektroda inert selain karbon adalah platina dan emas. Namun, kedua
elektroda tersebut sangatlah mahal sehingga digunakan karbon. Sistem
elektrokimia terdiri dari larutan elektrolit yang polar sedangkan karbon
merupakan unsur nonpolar yang tidak akan berinteraksi secara kimia dengan
senyawa polar (sesuai prinsip like dissolves like).
Pada proses elektrolisis akan terjadi perubahan energi listrik menjadi energi
kimia dan reaksi redoks dengan aliran listrik dari anoda (+) ke katoda (-), dimana
pada anoda terjadi oksidasi dan pada katoda terjadi reduksi. Dalam percobaan ini
digunakan alat elektroanalizer yaitu suatu alat untuk menetapkan voltase, variabel
resistor/kuat arus melalui metode elektrogravimetri. Batang katoda dalam
percobaan ini ditimbang beratnya terlebih dahulu sampai didapat berat yang tetap,
kemudian setelah terjadi reaksi pengendapan, batang katoda ditimbang lagi untuk
mengetahui pengendapan logam terjadi sempurna atau tidak. Faktor yang
mempengaruhi percobaan ini adalah potensial dekomposisi logam yang akan
diendapkan dan pengaruh hambatan pada kabel penghantar tegangan listrik
maupun pada elektroda karbon yang digunakan. Potensial dekomposisi (ED)
adalah selisih potensial minimum yang diperlukan agar reaksi elektrolisis dapat
berlangsung. Pada elektrolisis larutan garam, besarnya E D sangat bervariasi dan
ditentukan oleh jenis ion logam dan ion negatifnya. Pada elektrolisis ini ion
logamnya berupa Cu2+ dan Zn2+, sedangkan ion negatifnya berupa SO 42- dimana
ED Cu2+ sebesar -0,892V dan ED Zn2+ sebesar -1,989V.
6.1. Pemisahan dan Penentuan Kadar Ion Cu2+
Tujuan percobaan ini adalah memisahkan ion Cu2+ dari larutan cuplikan
yang mengandung ion Cu2+ dan Zn2+ dengan cara pengendapan pada katoda
serta menentukan kadar ion Cu2+ tersebut dengan cara menimbang katoda

yang terdapat endapan Cu hasil elektrolisis. Logam tembaga (Cu) diendapkan


dalam larutan yang bersuasana asam (dengan penambahan H 2SO4 dan HNO3)
pada potensial 1,8 V dengan arus 0,02 A selama 45 menit. Penambahan H 2SO4
dan HNO3 berfungsi untuk mengionkan CuSO4 yang merupakan salah satu
larutan dalam cuplikan sehingga terbentuk ion Cu2+ dan SO42-. Hal ini dapat
terjadi karena rata-rata logam dapat larut dalam asam. Selain itu penambahan
H2SO4 dan HNO3 berfungsi untuk memberikan suasana asam pada larutan dan
mempercepat reaksi dimana konduktivitas akan naik sehingga transfer ion
akan lebih cepat berlangsung. Adanya suasana asam juga dapat mengendapkan
logam Cu. Selain fungsi itu diatas medium asam nitrat juga sangat diperlukan,
yaitu dengan menurunkan konsentrasi Cu2+ oleh elektroreduksi, katoda
semakin negatif sampai tereduksinya nitrat.
Reaksinya adalah :
NO3 + 10H+ + 8e- NH4 + 3H2O
(Underwood, 1990)
Reaksi tersebut akan menstabilkan potensial katoda, di mana katoda
tidak menjadi cukup negatif untuk mereduksi logam-logam tertentu lainnya,
seperti nikel, yang mungkin ada di dalam sampel. Reaksi ini juga mencegah
reduksi H+, yang sangat tidak diinginkan pada kasus ini karena pembebasan
hidrogen yang terjadi bersamaan cenderung mengakibatkan endapan tembaga
yang berongga dan tidak menempel.
Asam lain seperti HCl tidak dapat digunakan karena adanya ion klorida
karena pada anoda nantinya akan dibebaskan gas klor hasil dari oksidasi Cl-.
HCl bukanlah asam oksi sehingga pada anoda yang tereduksi adalah Cl - dan
bukanlah H2O.
Batang karbon yang akan digunakan sebagai elektroda sebelumnya
diampelas terlebih dahulu sampai mengkilap. Tujuannya adalah untuk
menghilangkan zat pengotor seperti nikel, kobalt, dan lain-lain yang terdapat
pada batang karbon. Selanjutnya, dilakukan pencucian dengan aquades dan
aseton. Hal ini dilakukan agar pengotor-pengotor polar dapat larut bersama
aquades seperti nikel, kobalt, dan lain-lain yang terdapat pada batang karbon.

Sedangkan aseton digunakan sebagai pelarut non polar yaitu untuk melarutkan
pengotor yang bersifat non polar yaitu polimer yang berasal dari botol
penyimpan cuplikan. Selain itu, pencucian dengan aseton berfungsi untuk
mengeringkan batang karbon karena aseton bersifat mudah menguap (volatil)
sehingga tidak mempengaruhi berat elektroda pada saat penimbangan. Setelah
dicuci kemudian batang karbon yang digunakan sebagai katoda ditimbang
untuk

mengetahui

berat

katoda

tanpa

endapan

sebelum

proses

elektrogravimetri, sehingga dengan perlakuan ini bisa mengetahui berat


endapan Cu. Berat batang karbon sebelum terdapat endapan adalah 4,81 gram.
Pada percobaan ini, logam Cu diendapkan pada potensial 1,8 V selama
45 menit. Penggunaaan potensial sebesar 1,8V dimaksudkan agar melebihi
potensial dekomposisinya, yaitu selisih potensial minimum yang harus
diberikan kepada sel elektrolit untuk mengakibatkan proses elektrolisis
kontinu, yaitu sebesar -0,892V.
Proses reaksi yang terjadi adalah :
Katoda

: 2Cu2+ + 4e- 2Cu

E0 = +0,337 V

Anoda

: 2H2O O2 + 4H+ + 4e

E0 = -1,229 V
+

Reaksi Sel : 2Cu2+ + 2H2O O2 + 4H+ + 2Cu

E0 = -0,892 V
(Underwood, 2002)

Jika voltase yang digunakan lebih kecil dari 1,8V, maka endapan Cu
tidak akan terbentuk, karena tidak melewati potensial dekomposisinya. Jika
digunakan voltase lebih besar dari 1,8V, dikhawatirkan dalam endapan di
katoda akan bercampur dengan endapan Zn juga.
Pada katoda terjadi reduksi ion Cu2+ menjadi Cu (tembaga) yang ditandai
dengan warna merah bata pada katoda karbon dan dengan adanya penambahan
berat katoda setelah dielektrolisis. Dalam larutan tersebut ion SO 42- tidak
terendapkan, karena potensial reduksinya lebih kecil daripada potensial
reduksi Cu2+, sehingga dibutuhkan energi yang lebih besar untuk
mengendapkan asam oksi tersebut daripada mengendapkan Cu2+.

Pada anodanya terjadi reaksi H2O karena untuk reaksi elektrolisis pada
larutan, reaksi yang terjadi pada anoda tergantung pada elektrodanya. Jika
elektrodanya inert seperti Pt, C, Au maka kita perlu melihat anionnya, apakah
ia merupakan sisa asam oksi atau sisa asam nonoksi. Karena pada percobaan
menggunakan elektroda karbon yang merupakan elektroda inert dan pada
anionnya terdapat sisa asam oksi (SO42-) maka yang teroksidasi adalah H2O.
Hal ini terjadi karena dalam deret volta, SO42- berada disebelah kanan H2O,
dimana potensial reduksi standarnya bernilai positif yaitu sebesar +0,17V.
Potensial reduksi yang negatif (lebih kecil) akan lebih mudah teroksidasi
sedangkan potensial reduksi yang positif (lebih besar) akan mengalami
reduksi.
SO42- + 4H+ + 2 e SO2(aq) + 2H2O

E0 = +0,17V

2 H2O + 2 e- H2(g) + 2 OH-(aq)

E0 = - 0,83V
(Keenan, 1992)

Pada anoda terdapat gelembung gas. Hal terjadi karena pada katoda
berlangsung reaksi oksidasi H2O yang menghasilkan gas O2 sehingga
timbullah gelembung pada permukaan anoda yang merupakan gas oksigen.
Pada akhir elektrolisis didapatkan hasil pada katoda berupa endapan
merah bata tembaga dimana hal ini menunjukan Cu telah tereduksi namun
tidak seluruhnya, dibuktikan dari warna larutan cuplikan yang masih berwarna
biru muda yang menandakan masih adanya CuSO4 yang merupakan sumber
Cu2+. Setelah 45 menit, elektrolisis dihentikan dan katodanya dimasukkan ke
dalam aseton untuk mengeringkan katoda, sebab aseton sangat mudah
menguap, sehingga saat penimbangan tidak ada sisa larutan yang ikut dalam
katoda, melainkan berat yang ditimbang merupakan berat katoda dan endapan
Cu hasil elektrolisis saja. Hasil penimbangan katoda setelah elektrolisis adalah
4,9 gram. Maka dapat diketahui bahwa logam endapan Cu hasil elektrolisis
pada voltase 1,8 V, arus 0,02 A selama 45 menit diperoleh sebesar 0,09 gram
dengan rendemen prosentase (efisiensi arus) sebesar 529,4 %.
Rendemen prosentase yang didapatkan lebih dari 100% karena adanya
random error (galat acak) atau kesalahan acak yang terjadi diluar kendali

praktikan. Galat acak dapat terjadi walaupun secara sistematis maupun


instrumen yang dilakukan ataupun digunakan telah maksimal. Galat acak
terjadi tidak konstan dan tidak sistematis. Galat acak dapat diminimalisasi
dengan melakukan pengulangan pengukuran.
(Miller, 1988)
Galat acak atau galat tidak pasti tidak dapat ditentukan penyebab
pastinya dan tidak dapat dihindarkan. Galat ini jarang ada secara alami dan
mengarah ke hasil yang tinggi dan rendah dengan probabilitas yang sama.
Galat ini tidak dapat dieliminasi atau dikoreksi karena merupakan keterbatasan
final pada pengukuran tersebut. Galat ini dapat diolah secara statistik dan
pengukuran berulang kali dengan variabel yang sama dapat mengurangi
pengaruhnya.
(Underwood, 1990)
Pemisahan dan Penentuan kadar Ion Zn2+

6.2.

Tujuan percobaan ini adalah memisahkan ion Zn 2+ dari larutan cuplikan


Cu2+ dan Zn2+ dengan cara pengendapan pada katodanya serta menentukan
kadar ion Zn2+ tersebut dengan cara menimbang katoda yang terdapat endapan
Zn hasil elektrolisis. Pada pemisahan dan penentuan kadar ion Zn 2+, larutan
yang digunakan adalah larutan hasil elektrolisis pada pemisahan dan
penentuan kadar ion Cu2+ (hasil elektrolisis sebelumnya) yang kemudian
ditambahkan NaOH. Digunakan NaOH agar sebagai penyeimbang larutan
agar larutan tidak terlalu asam dan pengondisian larutan yang mana sisa dari
elektrolisis tersebut adalah ion Zn2+. Logam seng diendapkan dalam suasana
alkalis sehingga perlu penambahan NaOH. Penambahan basa lain dapat
dilakukan seperti Ba(OH)2 atau basa-basa lain yang merupakan basa alkali.
Sama seperti percobaan sebelumnya, batang karbon yang akan
digunakan sebagai elektroda sebelumnya diampelas terlebih dahulu sampai
mengkilap. Tujuannya adalah untuk menghilangkan zat pengotor seperti nikel,
kobalt, dan lain-lain yang terdapat pada batang karbon. Selanjutnya, dilakukan
pencucian dengan aquades dan aseton. Hal ini dilakukan agar pengotor-

pengotor polar dapat larut bersama aquades seperti nikel, kobalt, tembaga dan
lain-lain yang terdapat pada batang karbon. Sedangkan aseton digunakan
sebagai pelarut non polar yaitu untuk melarutkan pengotor yang bersifat non
polar yaitu polimer yang berasal dari botol penyimpan cuplikan. Selain itu,
pencucian dengan aseton berfungsi untuk mengeringkan

batang karbon

karena aseton bersifat mudah menguap (volatil) sehingga tidak mempengaruhi


berat elektroda pada saat penimbangan. Setelah dicuci kemudian batang
karbon yang digunakan sebagai katoda ditimbang untuk mengetahui berat
katoda tanpa endapan sebelum proses elektrogravimetri, sehingga dengan
perlakuan ini bisa mengetahui berat endapan Zn. Berat batang karbon sebelum
terdapat endapan adalah 4,5 gram.
Potensial yang digunakan adalah sebesar 2,7V dengan arus yang terbaca
pada elektroanalizer sebesar 0,04 A selama 45 menit. Potensial yang
digunakan sebesar 2,7V dimaksudkan agar dapat melebihi potensial
dekomposisinya yang sebesar -1,992 V, dengan reaksi sebagai berikut :
Katoda

: 2Zn2+ + 4e-

Anoda

: 2H2O

2Zn

O2 + 4H2+ + 4e

E0 = -0,763 V
E0 = -1,229 V
+

Reaksi Sel : 2Zn2+ + 2H2O O2 + 4H2+ + 2Zn

E0 = -1,992 V
(Underwood, 2002)

Jika voltase yang digunakan lebih kecil dari 2,7 V, maka yang tereduksi
adalah Cu2+, sebab 2,7 V melebihi potensial dekomposisi Cu2+ sebesar -0,892V
dan tidak diperoleh endapan Zn sebab tidak melebihi potensial dekomposisi
Zn2+ sebesar -1,989V.
Pada katoda dengan voltase 2,7 V diperoleh endapan Zn yang ditandai
dengan warna merah kehitaman pada katoda karbon serta adanya penambahan
berat katoda setelah dielektrolisis. Pada saat elektrolisis terdapat gelembung
gas pada anoda. Gas yang dihasilkan adalah O2 yang terjadi karena hidrolisis
air. Pada anodanya terjadi reaksi H2O karena untuk reaksi elektrolisis pada
larutan, reaksi yang terjadi pada anoda tergantung pada elektrodanya. Jika
elektrodanya inert seperti Pt, C, Au maka kita perlu melihat anionnya, apakah

ia merupakan sisa asam oksi atau sisa asam nonoksi. Karena pada percobaan
menggunakan elektroda karbon yang merupakan elektroda inert dan pada
anionnya terdapat sisa asam oksi (SO42-) maka yang teroksidasi adalah H2O.
Hal ini terjadi karena H2O lebih negatif (lebih kecil) potensial reduksinya
yaitu sebesar 0.8277V sehingga akan lebih mudah teroksidasi daripada SO42dengan potensial reduksi standar sebesar +0,17V.
2H2O + 2e H2(g) + 2OH

E0 = 0.8277V

SO42- + 4H+ + 2e SO2(aq) + 2H2OE0 = +0,17V


(Keenan, 1992)
Pada katoda terdapat endapan seng yang berwarna merah kehitaman
yang berarti seng telah terendapkan. Setelah 45 menit, elektrolisis dihentikan
dan katoda dimasukkan ke dalam aseton untuk mengeringkan katoda, sebab
aseton sangat mudah menguap, sehingga saat penimbangan tidak ada sisa
larutan yang ikut dalam katoda, melainkan berat yang ditimbang merupakan
berat katoda dan endapan Zn hasil elektrolisis saja. Setelah ditimbang, berat
katoda setelah pengendapan menjadi 4,51 gram. Maka dapat diketahui logam
Zn yang diperoleh dari proses elektrogravimetri pada voltase 2,7V dengan
arus yang terukur 0,04A selama 45 menit adalah sebesar 0,01 gram dengan
rendemen prosentase (efisiensi arus) sebesar 27.39 %. Hasil rendemen
prosentase tidak 100% dikarenakan waktu elektrolisis yang kurang lama dan
di dalam larutan masih terdapat ion Zn2+ yang belum terendapkan.

III. PENUTUP
7.1.
Kesimpulan
7.1.1. Pemisahan ion Cu2+ dan ion Zn2+ dilakukan menggunakan
metode elektrogravimetri pada potensial 1,8V untuk ion Cu2+ dan
2,7V untuk ion Zn2+.
7.1.2. Diperoleh endapan Cu sebesar 0,09 gram yang berwarna merah
bata, sedangkan endapan Zn yang diperoleh sebesar 0,01 gram
yang berwarna merah kehitaman. Rendemen prosentase Cu
sebesar 529,4 %, sedangkan rendemen prosentase Zn sebesar
27.39 %.
7.2.
Saran
7.2.1. Kenali bahan-bahan yang akan digunakan
7.2.2. Sebelum pelaksanaan praktikum, sebaiknya terlebih dahulu
mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan percobaan

DAFTAR PUSTAKA

Basri, S., 1996, Kamus Kimia, Rineka Cipta, Jakarta


Brady, J., 1994, Kimia Universitas Asas dan Struktur, Erlangga, Jakarta
Budavari, S., 1989, The Meck Index, The Merck Co, New York
Chang, R., 2005, Kimia Dasar, Erlangga, Jakarta
Crow, D.R., 1988, Principles and Application of Electrochemistry, Chapman and
Hall Inc: London, vol IX: 200-201
Faraday, M., 1834, On Electrical Decomposition, Philosophical Transaction of
The Royal, USA
Harjadi, 1993, Ilmu Kimia Analitik Dasar, Gramedia, Jakarta
Hogness, 1954, The Lancet, National Academy of Science, New York
Keenan, C., 1992, Kimia untuk Universitas, Erlangga, Jakarta
Miller, J., 1988, Statistics for Analytical Chemistry, John Wiley & Sons, New
York
Parsons, R., 1985, Standart Potensials in Aqueous Solution, Marcel Pekler, New
York
Potter, E. C., 1971, Electrochemistry Principles and Application, cleaver Hume
Press LTD: London, vol IX: 355-356
Pringgodigdo, 1990, Ensiklopedia Umum, Yayasan Para Buku Franklin, Jakarta
Rivai, H., 1995, Asas Pemeriksaan Kimia, Erlangga, Jakarta
Vogel, 1985, Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro,
Kalman Media Pustaka, Jakarta
Underwood, 1999, Kimia Analisis Kuantitatif, Erlangga, Jakarta
Widodo, D., R. Hastuti, Gunawan, 2002, Bahan Ajar Analisis Kuantitatif, Undip,
Semarang

LAMPIRAN

Perhitungan
1. Penentuan kadar Cu2+
( massa katoda+ endapan )massa katoda

Massa Cu nyata

4.9 g4.81 g

0,09 g
Massa Cu teoritis

W=

e . i. t
96500

BA
. i. t
n

96500
63,54 g
.0,02 A .2700 s
2

96500
0.017 g

Rendemen prosentase

massa Cu nyata
100
massaCu teoritis

0,09 g
100
0,017 g

529,4

2. Penentuan kadar Zn2+


Massa Zn nyata

( massa katoda+ endapan )massa katoda


4.51 g4.5 g
0,01 g

Massa Zn teoritis

e .i .t
96500

BA
. i. t
n

96500
65,37 g/mol
.0.04 A .2700 s
2

96500
0,0365 g
Rendemen prosentase

massa Znnyata
100
massa Znteoritis

0,01 g
100
0,0365 g

27,39

LEMBAR PENGESAHAN
Semarang, 25 November 2013
Praktikan 1,

Praktikan 7,

Tiara Agni Irawati


Putri Intan Pratiwi

Evan

24030112130068

24030112130107

2403012130111
Praktikan 5,

Praktikan 4,

Nabila Yaman
Dea Paramita .A

Puji Rahayu

24030112140064

24030110110027
Praktikan 2,

24030112140067
Praktikan 8

Ahmad Najihullah

Sri Rahayu

24030112140114

24030112140137

Mengetahui,

Praktikan 6,

Asisten,

Rinaldy Christian
24030112130131
Praktikan 3,

Mei Viantikasari
24030110130055

Anda mungkin juga menyukai