Anda di halaman 1dari 5

H.

Prosedur Pemberian Kredit


Sebelum seorang debitur memperoleh kredit dari pihak bank, debitur tersebut harus
melalui tahapan tahapan penilaian mulai dari awal sampai akhir dimana membutuhkan
beberapa ketentuan dan syarat yang harus dipenuhi. Tahapan tahapan tersebut biasa disebut
prosedur pemberian kredit. Di dalam prosedur tersebut, setiap langkahnya harus diperiksa
secara mendalam agar dapat menguntungkan kedua belah pihak, bila dalam penilaian di
prosedur ada kekurangan atau kesalahan, pihak bank bisa memanggil kembali atau langsung
menolaknya.
Prosedur pemberian kredit ini mempunyai tujuan untuk menilai layak atau tidaknya
pemberiann kredit terhadap debitur. Setelah meinilai layak atau tidak akhirnya kredit diterima
atau ditolak.
Prosedur pemberian kredit antar bank pada umumnya tidak jauh berbeda yang
membedakan mungkin dari persyaratan yang diajukan dan ukuran penilaian kelayakan suatu
bank serta konsekuensi yang diterima oleh nasabah juga berbeda. Contohnya saja pada Bank
X persyaratannya lebih susah memberikan kredit dibandingkan dengan Bank Z, namun
ternyata bunga yang diberikan bank X jauh lebih kecil dibandingkan dengan Bank Z yang
mempunyai bunga tinggi.
Pemberian kredit pun dapat dibedakan, berdasarkan yang mengajukan yakni :
a. Pinjaman perseorangan
b. Pinjaman badan hukum
Selain itu, berdasarkan tujuan yakni :
a. Konsumtif
b. Produktif
Berikut adalah prosedur pemberian kredit secara umum yakni :
1. Pengajuan Proposal
Pada awal pemohon kredit mengajakuan surat tertulis berupa proposal. Proposal
tersebut juga sudah termasuk persyaratan persyaratan yang diajukan oleh bank
terkait. Pada umumnya pengajuan proposal berisi keterangan mengenai :
a) Riwayat Perusahaaan
Didalamnya terdapat riwayat hidup perusahaan, jenis bidang usaha, nama
pengurus, latar belakang pendirian, perkembangan perusahaan, dan wilayah
pemasaran produknya.
b) Tujuan Pengambilan Kredit
Pemohon kredit harus melampirkan dengan jelas tujuan pengambilan kredit serta
kegunaannya untuk modal kerja atau investasi.

c) Besarnya kredit dan jangka waktu


Pemohon kredit mencantumkan besarnya jumlah kredit yang diinginkan dan
jangka waktu kreditnya.
d) Cara pemohon mengembalikan kredit
Pemohon kredit harus mencantumkan dengan jelas cara mengembalikan
kreditnya, bisa berasal dari hasil penjualan, gaji, ataupun yang lainnya.
e) Jaminan kredit
Pemohon kredit melampirkan jaminan yang bisa berupa surat atau sertifikat dan
biasanya terlampir dengan suatu asuransi. Dalam menilai jaminan harus sangat
teliti agar tidak ada jaminan yang palsu, yang terlibat sengketa, dan yang terlibat
masalah lainnya.
Selanjutnya pemohon kredit juga wajib melampirkan berkas berkas sebagai berikut :
a) Akta Pendirian Perusahaan
Biasanya bila pemohon kredit berupa perusahaan yang berbentuk Perseroan
Terbatas (PT) atau yayasan yang dikeluarkan oleh notaris dan disahkan oleh
departemen kehakiman.
b) Bukti Diri (KTP) para pengurus dan pemohon kredit
c) Tanda Daftar Perusahaan (TDP)
Merupakan selembar sertifikat yang dikeluarkan Departemen Perindustrian dan
Perdagangan dan mempunyai masa berlaku selama lima tahun, bila habis dapat
diperpanjang kembali.
d) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
e) Neraca dan Laporan Rugi Laba tiga tahun terakhir
f) Fotokopi sertifikat yang dijadikan jaminan
g) Daftar penghasilan bagi perseorangan
h) Kartu Keluarga (KK) bagi perseorangan
2. Penyelidikan Berkas Pinjaman
Tahap kedua adalah penyelidikan proposal yang telah diajukan oleh pemohon kredit.
Tujuan dari tahap ini adalah untuk memeriksa kelengkapan berkas berkas sesuai
yang sudah disyaratkan oleh pihak bank. Bila belum lengkap, maka pemohon kredit
diminta untuk melengkapi dalam kurun waktu tertentu. Dan bila sampai kurun waktu
tertentu belum terlengkapi maka pihak bank bisa membatalkan kredit tersebut.
Dalam penyelidikan ini juga perlu dilihat kebenaran dan keaslian dari berkas berkas
yang ada. Bila sudah dinilai kebenaran dan keasliannya maka selanjutnya pihak bank
mengkalkulasi apakah jumlah kredit yang diminta relevan dan sesuai dengan
kemampuan nasabah serta bisa untuk mengembalikannya.
3. Penilaian Kelayakan Kredit
Penilaian kelayakan kredit atau tahap ketiga ini untuk menilai layak atau tidak
diberikannya suatu kredit. Penilaiannya dapat dilakukan dengan menggunakan 5C

atau7P. Dan bila kredit dalam jumlah yang besar menggunakan studi kelayakan agar
hasilnya bisa lebih tepat dan tidak ada pihak yang dirugikan.
Aspek aspek yang dinilai, antara lain :
a) Aspek Hukum
Dalam aspek hukum menilai keaslian dan keabsahan dokumen dokumen agar
nantinya tidak terjadi masalah. Penilaian aspek hukum meliputi :
Akta Notaris
KTP
TDP
Izin Usaha
IMB
NPWP
Sertifikat-sertifikat yang dimiliki
BPKB
Dan lain lain.
b) Aspek Pasar dan Pemasaran
Aspek ini menilai kredit yang akan dinilai bisa laku di pasar dan stratrgi
pemasaran yang dilakukan. Prospek yang dinilai untuk masa sekarang dan masa
mendatang.
c) Aspek Keuangan
Laporan keuangan yang disertakan adalah tiga tahun terakhir. Analisis
keuangannya meliputu rasio rasio keuangan seperti rasio likuiditas, rasio
leverage, rasio aktivitas, rasio profitabilitas, dan analisi pulang pokok.
d) Aspek Teknis atau Operasi
Aspek ini menilai lokasi usaha, kelengkapan sarana, dan prasarana dari pemohon
kredit.
e) Aspek Manajemen
Aspek ini menilai pengalaman pemohon kredit dalam mengelola usahanya dan
juga sumberdaya yang dimilikinya.
f) Aspek Ekonomi Sosial
Aspek ini menilai dampak usaha yang dimiliki pemohon kredit terutama bagi
masyarakat luas baik sisi ekonomi ataupun sisi sosial.
g) Aspek AMDAL
Aspek ini menilai apakah usaha pemohon kredit sudah memenuhi analisis
dampak lingkungan terhadap lingkungan sekitarnya.
4. Wawancara Pertama
Pada tahap ini menilai pemohon kredit dengan bertemu langsung. Tujuan tahap ini
adalah mendapat keyakinan mengenai berkas berkas sudah sesuai apa belum.
Dalam wawancara ini juga untuk mengetahui keinginan dan kebutuhan nasabah yang
sebenarnya. Wawancara pertama ini harus dibuat serileks mungkin. Pertanyaan
pertanyaan yang dilakukan dalam wawancara pertama ini bisa berupa :
o Terstruktur

o Tidak terstruktur
o Wawancara setres, dan lain sebagainya.
5. Peninjauan ke Lokasi
Aspek ini melakukan peninjauan ke lokasi sebagai obyek kredit. Lalu mencocokkan
dengan aspek ke empat. Tujuan dari aspek ini adalah memastikan dan meyakinkan
bahwa obyek kredit benar benar ada dan sesuai dengan apa yang tertulis di proposal.
Agar tujuan dapat tercapai sebaiknya saat melakukan peninjauan ke lokasi tidak
melakukan pemberitahuan kepada pemohon kredit.
6. Wawancara Kedua
Pada tahap ini dilakukan perbaikan perbaikan berkas dan akan melengkapi bila
terjadi kekurangan. Dengan aspek aspek sebelumnya dilakukan kecocokan dan
dinilai kesusaiannya.
7. Keputusan Kredit
Setelah melalui tahap satu sampai dengan tahap enam maka tahap selanjutnya adalah
keputusan kredit. Apakah keputusannya diberikan atau ditolak. Keputusan ini dibuat
biasanya berdasarkan keputusan tim. Keputusan kredit meliputi :
a) Akad kredit yang akan ditandatangani
b) Jumlah uang yang diterima
c) Jangka waktu kredit
d) Biaya biaya yang harus dibayar.
8. Penandatanganan Akad Kredit atau perjanjian lainnya
Tahap ini merupakan kelanjutan dari tahap ketujuh. Di tahap ini calon nasabah
menandatanagni akad kredit lalu mengikat jaminan kredit dengan hipotek atau surat
perjanjian. Penandatangan ini dilaksanakan antara bank dengan debitur secara
langsung ataupun melalui notaris.
9. Realisasi Kredit
Realisasi kredit diberikan setelah menandatangani dengan membuka rekening giro
atau tabungzn di bank yang bersangkutan. Pencairan kredit sesuai realisasi kredit
tergantung dari kesepakatan kedua belah pihak bisa dilakukan secara langsung
ataupun bertahap.
I. Kualitas Kredit
Usaha perbankan dipengaruhi oleh jumlah kredit yang disalurkan dalam suatu periode.
Semakin banyak kredit yang disalurkan maka semakin besar laba yang diperoleh bank
tersebut. Pada saat ini hampr semua bank mengandalkan pendapatan utama dan terbesarnya
dari jumlah penyaluran kredit (spread based). Selain itu bank tentunya juga mengandalkan
biaya biaya yang dibebankan ke nasabah (fee based). Dalam prakteknya, kredit yang
diberikan kepada nasabah harus diimbangi dengan kualitas kredit tersebut. Karena semakin
berkualitas suatu kredit maka resiko kredit bermasalah akan semakin kecil. Dalam

menyalurkan kredit, perbankan harus berhati hati agar tidak ada masalah dan kerugian yang
akan ditimbulkan.
Dalam menyalurkan kredit agar kredit tersebut berkualitas perlu memperhatikan beberapa
hal, antara lain :
a. Tingkat Perolehan Laba (Return)
Jumlah laba yang akan diperoleh dari kredit yang diberikan harus baik.
b. Tingkat Resiko (Risk)
Tingkat resiko atas kerugoan atau kemungkinan masalah yang akan dihadapi oleh
pihak bank terkait kredit yang diberikan.
Kemudian pihak bank juga harus memperhatikan beberapa faktor, antara lain :
a.
b.
c.
d.

Tingkat Return on Assets (ROA)


Return On Equity (ROE)
Timing of Return (Waktu Perolehan Laba)
Future Prospect (Prospek Masa Depan)

Selain itu dalam memberikan kredit yang berkualitas juga pihak perbankan perlu
menganalisis resiko resiko, antara lain :
a.
b.
c.
d.

Resiko Lingkungan
Resiko Manajemen
Resiko Penyerahan
Resiko Keuangan

Anda mungkin juga menyukai