PRAKTIKUM
ILMU UKUR TANAH
1.2 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan praktikum Ilmu Ukur Tanah ini yaitu
1. Agar mahasiswa mengetahui dan mampu mengoperasikan theodolit
manual ataupun digital (Total Station).
2. Mengetahui hasil pengukuran pada suatu poligon.
3. Dapat mengetahui bentuk permukaan suatu daerah.
4. Agar mahasiswa dapat menyatakan definisi Ilmu Ukur Tanah dan
penggambarannya serta dapat menerangkan prinsip dan penggunaanya.
5. Untuk memudahkan membuat peta situasi.
1.3 Waktu dan Tempat Praktikum
Adapun praktikum Ilmu Ukur Tanah dilaksanakan pada
hari
: Senin, Kamis, dan Kamis
tanggal
: 15 April 2013, 30 May 2013, dan 6 Juni 2013
waktu
: Pukul 10.00 Selesai WIB
lokasi
: Taman Firdaus, GOR Soemantri, Jl. HR. Rasuna Said,
Kuningan, Jakarta Selatan
1.4 Alat dan Perlengkapan
a. Total Station (Theodolit Digital)
Total station adalah alat ukur sudut dan jarak yang terintegrasi dalam
satu unit alat. Total station juga sudah dilengkapi dengan processor
sehingga dapat menghitung jarak datar, koordinat, dan beda tinggi secara
langsung tanpa perlu kalkulator lagi.
PRAKTIKUM
ILMU UKUR TANAH
Prism Pole (Prisma Terget) adalat yang menjadi taget bidikan oleh total
station untuk memastikan keberadaan dan kebenaran posisi titik target
yang dimaskud. Biasanya dipadukan dengan Statif atau pun Jaloon.
PRAKTIKUM
ILMU UKUR TANAH
ini dapat diatur tinggi rendahnya sesuai dengan keadaan tanah tempat
alat itu berdiri. Seperti tampak pada gambar dibawah ini :
Gambar 1.6.
g. Jaloon
Jaloon adalah salah satu alat penyangga selain statif, yakni alat berdiri
untuk prisma agar sasaran ke prisma oleh total station tepat.
PRAKTIKUM
ILMU UKUR TANAH
BAB II
KAJIAN TEORI
PRAKTIKUM
ILMU UKUR TANAH
Poligon adalah serangkaian garis lurus yang menghubungkan titik-titik
yang terletak di permukaan bumi. Garis-garis lurus membentuk sudut-sudut pada
titik-titik perpotongannya. Dengan menggunakan poligon dapat ditentukan
secara sekaligus koordinat beberapa titik yang letaknya berurutan dan
memanjang.
Pada ujung awal poligon diperlukan satu titik yang telah diketahui
koordinat dan sudut jurusannya. Karena untuk menentukan koordinat titik yang
lain diperlukan sudut mendatar dan jarak mendatar, maka pada pengukuran di
lapangan data yang diambil adalah data sudut mendatar dan jarak mendatar di
samping itu diperlukan juga penentuan sudut jurusan dan satu titik yang telah
diketahui koordinatnya.
Berikut merupakan syarat-syarat pengukuran poligon yang harus dipenuhi
terlebih dahulu. Di antaranya adalah :
1. Mempunyai koordinat awal dan akhir
2. Mempunyai azimuthawal dan akhir
Untuk mencapai ketelitian tertentu (yang dikehendaki) pada suatu poligon,
perlu ditetapkan hal-hal berikut ini :
1. Jarak antara titik-titik poligon
2. Alat ukur sudut dan jarak yang digunakan
3. Jumlah seri pengukuran sudut
4. Ketelitian pengukuran jarak
5. Salah penutup sudut antara 2 pengamat matahari
6. Salah penutup koordinat
2.1.2. Pengukuran Poligon
A. Pengukuran Jarak Mendatar
Pengukuran jarak mendatar pada poligon dapat ditentukan dengan cara :
mekanis (dengan menggunakan pita ukur) dan optis (seperti pada pengukuran
sipat datar). pada bagian ini dijelaskan metode pengukuran jarak dengan
menggunakan pita ukur. Pengukuran jarak dengan menggunakan pita ukur
harus memperhatikanpermukaan tanah yang akan diukur.
PRAKTIKUM
ILMU UKUR TANAH
Gambar 2.1
Pengukuran Jarak
Caranya :
Skala nol pita ukur diletakkan tepat berimpit di atas pusat anda titik A
Pita ukur ditarik dengan kuat agar keadaannya benar-benar lurus, tidak
melengkung
Himpitkan skala pita ukur lainnya di atas pusat tanda titik B, maka bacaan
skala inilah yang merupakan jarak antara titik A dan titik B
B. Pengukuran jarak pada tanah miring, seperti pada gambar
Gambar 2.2
Pengukuran Jarak pada Tanah Miring
Caranya :
Jika permukaan tanahnya relatif miring, maka pengukuran jarak dibagi
dalam beberapa selang (pada gambar di atas bagi dua selang)
Skala nol diimpitkan di atas titik A (biasa dengan menggunakan bantuan
unting-unting), tarik agar pita dalam keadaan datar sampai berimpit dengan
titik 1, maka diperoleh d1
Dengan cara yang sama, jarak diukur dari titik 1 sampai titik B, hingga
didapat d2
Maka :
dAB = d1 + d2
C. Pengukuran Sudut Mendatar
Sudut adalah selisih antara dua arah yang berlainan. Yang dimaksud
dengan arah atau jurusan adalah besarnya bacaan lingkaran horisontal alat ukur
PRAKTIKUM
ILMU UKUR TANAH
sudut pada waktu teropong diarahkan ke jurusan tertentu. Seperti pada gambar
Gambar 2.3
Pengukuran Sudut Mendatar
Caranya :
Alat dirikan di titik P alalu diatur sesuai ketentuan
Target dipasang di titik A dan di tiik B
Alat dalam kedudukan biasa diarahkan ke target di titik A (arah pertama)
Atur tabung okuler dengamemutar sekrup yang ad pada okuler sehingga
dapat melihat garis-garis diafragma (benang silang) denga jelas
Atur sekrup penjelas bayangan sehingga dapat melihat bayangan target di
tiik A dengan terang dan jelas
Tepatkan benang silang diafragma pada target dengan memutar sekrup
penggerak halus horisontal dan vertikal, baca dan catat skala lingkaran
horisontalnya. Ulangi pembacaan tersebut minimal 3 kali, kemudian hitung
rata-rata harga hasil bacaannya, catat sebagai L1 (B)
Teropong diputar searah jarum jam dan diarahkan ke target di titik B,
dengancara yang sama seperti di atas, catat sebagai L2 (B)
Teropong dibalikkan dalam kedudukan luar biasa an diputar seearah
jarum jam, dengan kedudukan tetap mengarah ke titikk B. dnegan cara yang
sama seperti di atas, baca skala lingkarannya dan catat sebagai L2 (LB)
Putarlah teropong searah jarum jam ke titik A (tetap dalam kedudukan
luar biasa), dengan menggunakan cara yang sam seperti di atas, bacalah skala
lingkran horisontalnya dan catat sebagai L1 (LB)
Urutan pengukuran sudut seperti yang dijelaskan di atas adalah
pengukuran sudut 1 seri.
PRAKTIKUM
ILMU UKUR TANAH
jurusan awal ini, maka jaring titik-titik kerangka dasar harus
disambungkan ke titik-titik triangulasi tersebut.
Bila tidak terdapt titik-titik triangulasi, sudut jurusan awal dapat
ditentukan dari pengamatan astronomi (pengamatan matahari atau
bintang) dari pengukuran menggunakan giro-theodolit yang berorientasi
terhadap utara geografi atau dari pengukuran menggunakan theodolit
kompas atau ditentukan sembarang.
2.
PRAKTIKUM
ILMU UKUR TANAH
jarak datar dA1
sudut mendatar 1
dihitung :
koordinat titik 1 (X1, Y1)
koordinat titik 2 (X2, Y2)
Tahapan hitungan :
Menghitung koordinat titik 1 :
X1 = XA + XA1
X1 = XA + dA1 Sin A1
Y1 = YA + YA1
Y1 = YA + dA1 Cos A1
Y2 = Y1 + Y12
Y2 = Y2 + d12 Cos 12
PRAKTIKUM
ILMU UKUR TANAH
C- Ymn = ( Y ) / d dmn
Keterangan :
C- Xmn
(X)
d
dmn
C- Ymn
(Y)
= Koreksi absis
= Jumlah jarak ditinjau dari sumbu X (Departure)
= Jumlah jarak
= Panjang satu sisi
= Koreksi ordinat
= Jumlah jarak ditinjau dari sumbu Y (Departure)
C. Toleransi
Toleransi pengukuran dalam polygon adalah:
T = i n
Dimana :
i = skala terkecil bacaan pada alat thedolit (ketelitiannya)
n = jumlah titik yang diukur
2.3.3.
Rumus Mencari Azimuth
BC = AB + sudut B 180 , atau
BC = AB sudut B + 180
NB : Dalam penggunaannya tergantung keadaan
D. Rumus Mencari Titik Koordinat
XB = XA + X AB
YB = YA + Y AB
Keterangan :
Xm
= Absis titik m
X AB
= Jarak A ke B ditinjau dari sumbu X (Departure)
Ym
= Latitude
YAB
=Jarak A ke B ditinjau dari sumbu Y (Latitude)
11
PRAKTIKUM
ILMU UKUR TANAH
Poligon lepas adalah poligon yang hanya mempunyai satu titik ikat yaitu
di awal dan untuk orientasi sudut jurusan awalnya sudah diketahui. Bentuk
poligon lepas dapat dilihat pada gambar 2.8 di bawah ini.
Gambar 2.5
Bentuk Poligon Lepas
Poligon lepas memungkinkan terjadinya perambatan kesalahan yang
disebabkan oleh pengukuran sudut mendatar dan jarak. Contoh : titik 1 telah
mempunyai kesalahan akibat adanya pengukuran jarak, titik 2 akan mempunyai
kesalahan juga yang lebih besardari titik 1 dan begitu seterusnya. Semakin
panjang poligonnya, ketelitiannya akan semakin turun.
B. Poligon terikat
Pada poligon terikat diberikan satu titik ikat awal berikut jurusan awal dan
juga titik ikat akhir atau sudut jurusan akhir.
a). Poligon dikontrol dengan sudut jurusan akhir
Titik awal diikatkan ke titik A dan untuk orientasi diberikan sudut jurusan awal,
sedangkan titik terakhir diberikan sudut jurusan akhir. Akibat adanya sudut
jurusan awal awal dan akhir, maka semua ukuran sudut yang sehadap dapat
dikontrol.
12
PRAKTIKUM
ILMU UKUR TANAH
Gambar 2.6
Poligon Terikat dan Dikontrol pada Sudut Jurusan Akhir
Diukur dilapangan :
Jarak datar d1, d2, d3, d4, dan d5
Sudut datar 1, 2, 3, 4
Setelah koordinat titik 1 dihitung dari koordinat titik A, untuk menghitung titik
2 diperlukan 12 dimana :
12
= {( 0+ 180) + 1 } 360
= 0 + 1 - 180
Untuk menghitung titik 3 diperlukan 23 dimana :
23
a 0
= 1 + 2 + 3 + 4 720
1 + 2 + 3 + 4
sudut diukur
= ( a 0 ) + 720
= ( a 0 ) + n. 180
13
PRAKTIKUM
ILMU UKUR TANAH
Telah disebutkan sebelumnya bahwa sudut jurusan akhir ( 45 = a ) dan
sudut jurusan awa (0) sudah diketahui. namun setiap pengukuran sudut
biasanya mengandung kesalahan, sehingga dapat dibentuk suatu persamaan
dengan memberikan koreksi :
sudut diukur + f()
= ( a 0 ) + n. 180
Dimana f() adalah besarnya koreksi yang diberikan untuk pengukuran sudut.
b)
14
PRAKTIKUM
ILMU UKUR TANAH
Gambar 2.7
Prinsip Pengukuran Beda Tinggi dengan Sipat Datar
2.2.2 Jenis Peralatan Sipat Datar
Berdasarkan Konstruksinya alat ukuyr penyipat datar dapat di bagi dalam
empat macam utama :
a. Alat ukur penyipat datar dengan semua bagiannya tetap. Nivo tetap
ditempatkan diatas teropong, sedang teropong hanya dapat diputar dengan
sumbu ke satu sebagai sumber putar.
b. Alat ukur Penyipat datar yang mempunyai nivo reversi, dan ditempatkan pada
teropong. Dengan demikian, teropong selain dapat diputar dengan sumbu ke
satu sebagai sumbu putar, dapat pula diputar dengan suatu sumbu yang letak
searah dengan garis bidik. Sumbu putar ini dinamakan sumbu mekanis
teropong. Teropong dapat diangkat dari bagian bawah alat ukur penyipat
datar.
c. Alat ukur penyipat datar dengan teropong yang mempunyai sumbu mekanis,
tetapi nivo tidak diletakan pada teropong, melainkan ditempatkan di bawah,
lepas dari teropong. Teropong dapat diangkat dari bagian bawah alat ukur
penyipat datar.
d. Alat ukur penyipat datar dengan teropong yang dapat diangkat dari bagian
bawah alat ukur penyipat datar dan dapat diletakkan di bagian bawah dengan
landasan yang berbentuk persegi, sedang nivo ditempatkan di teropong.
2.2.3 Kesalahan-kesalahan dalam Levelling
A. Kesalahan Perorangan dan Alat
Adapun kesalahan dalam levelling karena human error yaitu
1. Kekeliruan dalam membaca angka pada rambu ukur dapat di atasi dengan
membaca ketiga benang diafragma.
2. Kekeliruan penulis dalam mencatat data ukur.
3. Kesalahan pemegang rambu ketika menempatkan rambu di atas titik
sasaran.
Sedangkan kesalahan dari alat meliputi :
1. Garis bidik tidak sejajar dengan garis nivo. Hal ini dapat dihindarkan
dengan menempatkan alat di tengah-tengah rambu belakang dan rambu
15
PRAKTIKUM
ILMU UKUR TANAH
2.
B.
1.
2.
3.
4.
muka (dp=dm) atau usahakan jumlah jarak rambu belakang = jumlah jarak
muka.
Kesalahan karena garis nol skala dan kemiringan rambu. Misalnya letak
garis nol sakal pada rambu A dan B tidak benar, maka hasil pembacaan
pada rambu A harus dikoreksi Ka dan pada rambu B sebesar Kb. Misalnya
dalam keadaan rambu tegak pembacaan akan menunjukkan angka a,
sedangkan pembacaan pada waktu rambu miring sebesar . Dari penelitian
pengaruhmiringnya rambu tidak dapat dihilangkan sehingga untuk
mendapatkan hasil beda tinggi yang lebih baik haruslah digunakan nivo
rambu yang baik.
Kesalahan yang Bersumber pada Alam
Adapun beberapa kesalahan yang bersumber dari alam yaitu
Kesalahan karena melengkungnya sinar (refraksi). Dalam hal ini, sinar
cahaya yang datang dari rambu ke alat penyipat datar karean melalui
lapisan-lapisan udara yang berbeda baik kepadatan, tekanan maupun
suhunya, maka sinar yang datang bukanlah lurus melainkan melengkung.
Kesalahan karena melengkungnya bumi.
Kesalahan karena masuknya Statif alat penyipat datar ke dalam tanah. Hal
ini dapat memberi pengaruh pada hasil pengukuran. Pengaruh masuknya
statif penyipat datar ke dalam tanah dapat dihilangkan dengan cara
pengkuran sebagai berikut
- Baca rambu belakang, kemudian rambu muka,
- Alat penyipat datar dipindah
- Baca rambu muka, kemudian rambu belakang.
Kesalahan karena panasnya sinar matahai dan geratan udara. Hal ini akan
menimbulkan perubahan pada gelembung nivo sehingga akan
mengakibatkana kesalahan pada hasil pengukuran. Oleh karena itu, untuk
menghindari hal tersebut pada waktu pengukuran alat penyipat datar haris
dilindungi dengan payung atau pengkuran dilakukan pada saat lapisan
udara tenang yaitu waktu pagi dan sore.
16
PRAKTIKUM
ILMU UKUR TANAH
2. Garis kontur berharga lebih rendah mengelilingi garis kontur yang lebih
tinggi.
3. Garis kontur tidak berpotongan dan tidak bercabang
4. Kontur mempunyai interval tertentu (misalnya 1 m, 5 m, 25 m, dst.)
5. Rangkaian garis kontur yang rapat menandakan permukaan bumi yang
curam/terjal, sebaliknya yang renggang menandakan permukaan bumi yang
landai.
6. Rangkain garis kontur yang berbentuk huruf U menandakan punggungan
gunung.
7. Rangkaian garis kontur yang berbentuk huruf V terbalik menandakan
suatu lembah/jurang.
8. Kontur dapat mempunyai nilai positif (+), nol (0), atau pun negatif (-).
9. Pada jalan yang lurus dan menurun, maka kontur cembung ke arah turun.
10. Pasa sungai yang lurus dan menurun, maka kontur cekung ke arah turun.
11. Kontur tidak memotong bangunan atau melewati tungan di dalam bangunan.
2.3.2 Interval Kontur
Dalam penarikan antara kontur yang satu dengan kontur yang lain
didasarkan pada besarnya perbedaan ketinggian antara ke dua buah kontur
yang berdekatan dan perbedaan ketinggian tersebut disebut dengan interval
kontur (contour interval). Untuk menentukan besarnya interval kontur tersebut
ada rumus umum yang digunakan yaitu :
Interval Kontur = 1/2000 x penyebut skala (dalam meter).
Contoh : Peta kontur yang dikehendaki skalanya 1 : 5.000, berarti interval
konturnya : 1/2000 x 5.000 (m) = 2,5 m.
Dengan demikian kontur yang dibuat antara kontur yang satu dengan kontur
yang lain yang berdekatan selisihnya 2,5 m. Sedangkan untuk menentukan
17
PRAKTIKUM
ILMU UKUR TANAH
besaran angka kontur disesuaikan dengan ketinggian yang ada dan diambil
angka yang utuh atau bulat, misalnya angka puluhan atau ratusan tergantung
dari besarnya interval kontur yang dikehendaki. Misalnya interval kontur 2,5 m
atau 5 m atau 25 m dan penyebaran titik ketinggian yang ada 74,35 sampai
dengan 253,62 m, maka besarnya angka kontur untuk interval kontur 2,5 m
maka besarnya garis kontur yang dibuat adalah : 75 m, 77,50 m, 80 m, 82,5 m,
85m, 87,5 m, 90 m dan seterusnya, sedangkan untuk interval konturnya 5 m,
maka besarnya kontur yang dibuat adalah : 75 m, 80 m, 85 m, 90 m , 95 m, 100
m dan seterusnya, sedangkan untuk interval konturnya 25 m, maka besarnya
kontur yang dibuat adalah : 75 m, 100 m, 125 m, 150 m, 175 m, 200 m dan
seterusnya.
Cara penarikan kontur dilakukan dengan cara perkiraan (interpolasi) antara
besarnya nilai titik-titik ketinggian yang ada dengan besarnya nilai kontur yang
ditarik, artinya antara dua titik ketinggian dapat dilewati beberapa kontur,
tetapi dapat juga tidak ada kontur yang melewati dua titik ketinggian atau
lebih. Jadi semakin besar perbedaan angka ketinggian antara dua buah titik
ketinggian tersebut, maka semakin banyak dan rapat kontur yang melalui
kedua titik tersebut, yang berarti daerah tersebut lerengnya terjal, sebaliknya
semakin kecil perbedaan angka ketinggian antara dua buah titik ketinggian
tersebut, maka semakin sedikit dan jarang kontur yang ada, berarti daerah
tersebut lerengnya landai atau datar. Dengan demikian, dari peta kontur
tersebut, kita dapat membaca bentuk medan (relief) dari daerah yang
digambarkan dari kontur tersebut, apakah daerah tersebut berlereng terjal
(berbukit, bergunung), bergelombang, landai atau datar.
2.3.3. Penggunaan Kontur
Adapun kegunaan utama dari peta kontur yaitu
a. Memberikan profil permukaan (tinggi sampai dengan rendah) tanah.
b. Menggambarkan potongan vertikal
c. Menempatkan proyek dan menggambarkan perpotongan dari
permukaan-permukaan.
d. Membuat trase jalan raya/kereta api
e. Membuat allignment saluran irigasi
PRAKTIKUM
ILMU UKUR TANAH
penanda. Kemudian hitung elevasi total station terhadap permukaan
tanah.
2) Apabila total station telah di set dan siap untuk mengukur, siapkan 2
buah target yang masing-masing menempati daerah tertentu yang ingin
diketahui bentuk kontur dan menjadikan variasi dalam data.
Contohnya adalah pada samping jalan, gedung, tiang listrik, lampu,
dan lain-lain
3) Setelah target berdiri tegak sempurna, arahkan total station ke target
tersebut untuk menghitung jarak, sudut dan elevasinya. Sebelumnya,
pada total station beri keterangan terlebih dahulu dimana target
tersebut berada. Misalkan target berada di pinggiran jalan, untuk itu
pada total station harus diberi keterangan JLN baru kemudian diukur
jaraknya.
4) Data tersebut akan tersimpan pada memori yang terdapat di dalam total
station yang telah di-setting sebelumnya.
5) Ulangi langkah ke-3 dan ke-4 pada setiap tempat di sekitar lokasi
pengambilan data, contohnya adalah jalan, pohon, tembok, pagar, dan
lain-lain.
6) Setelah pengukuran dengan total station selesai dilakukan, masukkan
data yang telah didapatkan tersebut ke dalam komputer. Caranya
adalah dengan menggunakan aplikasi Topcon Link yang merupakan
Operating System dari Total Station yang akan mentransfer data dari
Total Station ke komputer. Kemudian masukkan data tersebut ke dalam
microsoft excel.
7) Setelah data dimasukkan ke microsoft excel, perbaiki data sedemikian
rupa, seperti merubah notasi sudutnya, dan lain-lain. Kemudian save
data yang telah diolah dengan format .csv
8) Setelah di save, close microsoft excel. Kemudian buka aplikasi
Autocad Civil Design dan import data microsoft excel yang telah di
save dalam format .csv, maka akan muncul point-point pada layar di
aplikasi Autocad Civil Design tersebut. Point-point yang terdapat
pada layar tersebut, sesuai dengan data yang telah diperoleh saat
pengambilan data kontur.
9) Point-point yang ada pada layar dihubungkan dengan layer yang
berbeda-beda sesuai dengan keterangan yang terdapat pada point.
Misalnya point-point jalan, maka buatlah layer dengan nama Jalan
dan dengan warna layer, misalnya merah. Setelah itu hubungkan tiap
point-point jalan tersebut dengan menggunakan polyline. Cara seperti
ini juga digunakan untuk point-point bangunan dan pagar.
10) Untuk mempermudah mengidentifikasi point, misalnya keterangan
pohon, maka pada point-point pohon dapat diberikan simbol. Cara
untuk memberikan simbol pohon misalnya dengan memilih menu
utilities kemudian pilih submenu simbol manager , maka akan tersedia
19
PRAKTIKUM
ILMU UKUR TANAH
jendela simbol manager, pilih plant untuk memberikan simbol pohon,
pilihlah model simbol yang diinginkan.
11) Setelah setiap point dihubungkan dan diberi simbol, kita masukkan
3D-Line pada layar cara Terrain > Edit Surface > Import 3D-Line.
Setelah 3D-Line muncul pada layar, kita gunakan flip face untuk
menyesuaikan 3D-Line dengan polyline.
12) Setelah itu, kita bisa memasukkan kontur pada layar dengan cara
Terrain > Create Contour > Klik OK.
BAB III
DATA DAN PENGOLAHAN DATA
4.1 Data Hasil Pengukuran
4.1.1 Data Hasil Pengukuran Poligon
Berikut ini data hasil pengukuran poligon :
20
PRAKTIKUM
ILMU UKUR TANAH
Tabel 4.1. Data Hasil Pengukuran Poligon
Point
Occ Obs
P1
P5
P2
P2
P5
P2
P1
P3
P3
P1
P3
P2
P4
P4
P2
P4
P3
P5
P5
P3
P5
P4
P1
P1
P4
Horizontal Angle
D
R
00 00 00 180 00 03
270 5616 90 56 16
00 00 00 180 00 06
89 03 51 269 03 52
00 00 00 179 59 59
235 3510 55 35 12
00 00 00 180 00 00
124 2434 304 24 44
00 00 00 180 00 25
300 0112 120 01 14
00 00 00 180 00 02
59 58 58 239 59 06
00 00 00 179 59 59
153 0844 333 08 48
00 00 00 179 59 56
266 5055 26 51 03
00 00 00
180 00 03
300 19 09 120 19 13
00 00 00
180 00 10
59 40 46
239 40 57
Vertical Angel
D
R
96 21 58 263 3838
90 28 59 269 3128
Slope
89 33 46
93 32 01
270 2636
266 2816
62.321
11.630
86 27 02
88 54 43
273 3311
221 0540
11.632
55. 274
91 05 45
98 12 00
268 5505
261 4802
55.277
15.857
81 47 22
83 38 12
278 13 03
276 22 05
15.858
22.097
Keterangan :
A = P1
B = P2
C = P3
D = P4
E = P5
E
A
21
22.093
62.323
PRAKTIKUM
ILMU UKUR TANAH
CROSS HAIR
STAND I
MIDDLE
TOP
BOTTOM
1299
1405
1190
1433
1525
1340
1181
P2
1568
P2
1538
P3
2166
P3
2341
1275
1143
P5
3365
P5
3383
P1
1075
STAND II
MIDDLE
1300
1437
1313
1049
1592
1547
1167
1566
1508
2198
2135
1520
2490
2191
1399
1152
2314
1178
1108
3420
3308
1185
3438
3327
1150
1000
3360
1556
2148
1248
3405
1052
22
TOP
BOTTOM
PRAKTIKUM
ILMU UKUR TANAH
4.1.3. Data Hasil Pengukuran Kontur (Terlampir)
4.2 Pengolahan Data Hasil Praktikum
4.2.1 Pengolahan Data Hasil Praktikum Poligon
A. Koreksi Sudut Horisontal
Contoh Perhitungan:
- Sudut Horisontal P1 ke P5 dan P2
Diketahui sudut hasil pengukuran ke P5 : Biasa = 00 00 00, Luar Biasa
= 180 00 03, sehingga untuk mengetahui rata-rata sudut biasa dan luar
biasanya, maka
Mean
= (00 00 00 + 00 00 03)/2
= 00 00 03/2 = 00 00 1.5
(Cukup Second-nya yang diperhitungakan)
Diketahui sudut hasil pengukuran ke P2 : Biasa= 270 56 16, Luar
Biasa= 90 56 16, sehingga untuk mengetahui rata-rata sudut
Mean
= (00 00 16 + 00 00 16)/2
= 00 00 32/2 = 00 00 16
Selisih mean dari P5 dan P2
= 00 00 16-00 00 1.5
= 00 00 14.5
(Diselisihkan karena sudut Luar Biasa P5 lebih dari 180, jika kurang
dari 180 maka dijumlahkan)
Sehingga didapatkan,
Sudut P5-P1-P2 = 270 56 00 + 00 00 14.5
= 270 56 14.5
- Sudut Horisontal P1 ke P2 dan P5(Backside)
Diketahui sudut hasil pengukuran ke P2 : Biasa = 00 00 00, Luar Biasa
= 180 00 06, sehingga untuk mengetahui rata-rata sudut biasa dan luar
biasanya, maka
Mean
= (00 00 00 + 00 00 06)/2
= 00 00 06/2 = 00 00 03
Diketahui sudut hasil pengukuran ke P5 : Biasa = 89 03 51, Luar Biasa
= 269 03 52, sehingga untuk mengetahui rata-rata sudut biasa dan luar
biasa, maka
Mean
= (00 00 51 + 00 00 52)/2
= 00 00 103/2 = 00 00 51.5
Selisih mean dari P2 dan P5
= 00 00 51.5-00 00 03
= 00 00 48.5
Sehingga didapatkan,
Sudut P2-P1-P5 = 89 03 00 + 00 00 48.5
= 89 03 48.5
Pengukuran Backside dilakukan agar memperoleh hasil koreksi sudut
yang tepat untuk P5-P1-P2. Sehingga didapatkan,
Sudut P5-P1-P2 = 270 56 14.5
Sudut P2-P1-P2 = 89 03 48.5
_________ +
Jumlah
360 00 03
23
PRAKTIKUM
ILMU UKUR TANAH
Maka, Total eror = 360 00 03- 360 00 00
= 00 00 03
Eror
= 00 00 03/2
= 00 00 1.5
Sehingga didapatkan sudut sebenarnya yaitu
Sudut P5-P1-P2 = 270 00 14.5 00 00 1.5
= 270 00 13
Catatan : Apabila jumlah sudut (awal dan backside) kurang dari 360
maka hasil selisih dijumlahkan.
B. Koreksi Sudut Vertikal
Contoh perhitungan :
- Sudut Vertikal P1 ke P5 dan P2
Diketahui sudut vertikal hasil pengukuran ke P5 : Biasa = 96 21 58,
Luar Biasa = 263 38 38, sehingga untuk mengetahui rata-rata sudut
biasa dan luar biasanya, maka
Mean
= (00 00 58 00 00 38)/2
= 00 00 20/2 = 00 00 10
(Diselisihkan second-nya karena lebih dari 360, jika kurang
dijumlahkan)
Sehingga didapatkan,
Sudut vertikal ke P5
= 96 21 00 + 00 00 10 = 96 21 10
Catatan : Jika jumlah sudut biasa dan luar biasa vertikal kurang dari
360, maka second-nya dijumlahkan dan hasil koreksinya tidak dibuat
00 lagi bagian second-nya, tetapi diselisihkan dengan second sudut
biasa).
Diketahui sudut vertikal hasil pengukuran ke P2 : Biasa = 90 28 59,
Luar Biasa = 269 31 28, sehingga untuk mengetahui rata-rata sudut
biasa dan luar biasanya, maka
Mean
= (00 00 59 00 00 28)/2
= 00 00 31/2 = 00 0015.5
Sehingga didapatkan,
Sudut Vertikal ke P2
= 90 28 00 00 00 15.5
= 90 28 15.5
C. Perhitungan Jarak Horisontal
Contoh Perhitungan :
- Jarak Horisontal P1 ke P5 dan P2
Diketahui sudut vertikal P1 ke P5 yaitu 96 21 10 dan kemiringannya
(slope) adalah 22.093 m, maka
Jarak Horisontal P1-P5 = 22.093 x Sin 96 21 10
= 21.957 m
Diketahui sudut vertikal P1 ke P5 yaitu 90 28 15.5 dan kemiringannya
(slope) adalah 62.323 m, maka
Jarak horisontal P1-P2 = 62.323 x Sin 90 28 15.5
= 62.323 m
24
PRAKTIKUM
ILMU UKUR TANAH
D. Perhitungan Jarak Vertikal (Beda tinggi)
Contoh Perhitungan
- Jarak Vertikal P1 ke P5 dan P2
Diketahui sudut vertikal P1 ke P5 yaitu 96 21 10 dan kemiringannya
(slope) adalah 22.093 m, tinggi P1 = 1.486 m, tinggi P5 = 1.343 m,
maka
Jarak Vertikal P1-P5
= 22.093 x Cos 96 21 10 + (1.486-1.343)
= -2.302 m
Diketahui sudut vertikal P1 ke P2 yaitu 90 28 15.5 dan kemiringannya
(slope) adalah 62.323 m, tinggi P1 = 1.486 m, tinggi P2 = 1.486 m,
maka
Jarak Vertikal P1-P2
= 62.323 x Cos 90 28 15.5 + (1.486-1.486)
= -0.512
Corrected
Slope
Horizonta
Differential
Vertical
Distanc
l Distance
Elevation Y
Angle
P2 P1
89 33 35
62,321
62,319
0.490
30.54
P3 P2
86 26 55.5
11,632
11,610
0,640
7.430
P4 P3
91 05 20
55,277
55,267
-0,990
P5 P4
81 47 9.5
15,858
15,695
2,144
P1 P5
96 21 10
22,093
21,957
-2,302
Total
Area (+)
54,71
33,65
50.55
71.62
Area (-)
105.26
PRAKTIKUM
ILMU UKUR TANAH
Height On the Pag = total diff elevation 2
= (134 + 137) / 2
= 135.5
= -0.1355 (disebabkan nilai elevasinya negatif)
2. Untuk titik 1 dan titik P2
Distance = distance titik awal+distance titik selanjutnya
= 264 + 45
= 309 dm
= 30.9 m
Height On the Pag = total diff elevation 2
= (390 + 389) / 2
= 389.5
= -0.388 (disebabkan nilai elevasinya negatif)
26
PRAKTIKUM
ILMU UKUR TANAH
Height On the Pag = total diff elevation 2
= (2222 + 2220) / 2
= 2221
= -2.221 (disebabkan nilai elevasinya negatif)
6. Untuk titik P5 dan titik P1
Distance = distance titik awal+distance titik selanjutnya
= 111 + 150
= 261 dm
= 26.1 m
Height On the Pag = total diff elevation 2
= (2308 + 2308) / 2
= 2308
= +2.308 (disebabkan nilai elevasinya positif)
CROSS HAIR
STAND 1
STAND 2
K
FOR
MIDDL
TOP
BOTTO
DISTANCE
(dm)
MIDDL
27
DIFF
HEIGHT
ELEVATION
+
-
ON THE
PAG
PRAKTIKUM
ILMU UKUR TANAH
E
P1
E
1299
1433
1405
1190
1525
1340
E
1300
215
134
1437
185
137
-0.1355
400
1
1181
P2
1568
1313
1049
1592
1547
1167
264
390
1556
45
389
-0.3895
309
P2
1538
P3
2166
1566
1508
2198
2135
1520
58
628
2148
63
628
-0.628
121
P3
2341
1275
2490
2191
1399
1152
2314
299
1066
1248
247
1066
+1.066
546
4
1143
P5
3365
1178
1108
3420
3308
1185
70
2222
3405
112
2220
-2.221
182
P5
3383
P1
1075
3438
3327
1150
1000
3360
111
2308
1052
150
2308
261
Keterangan :
28
+2.308
PRAKTIKUM
ILMU UKUR TANAH
BAB VI
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum Ilmu Ukur Tanah secara keseluruhan
yaitu
Dalam Praktikum Poligon, jenis poligon yang diukur yaitu poligon
tertutup. Adapun luas area poligon yatitu sekita 70 meter persegi
Levelling bertujuan untuk menghitung perbedaan ketinggian (elevasi) dari
satu titik ke titik yang lain.
Data yang didapat mendekati presisi dikarenakan kesalahan relatif kurang
dari 10%.
Kesalahan diakibatkan karena keadaan alam (cuaca yag panas) dan human
error (kurang tepat membaca sumbu ukur).
Besarnya kesalahan relatif bergantung pada perbedaan ketinggian titik-titik
tersebut dan tandanya (yang menunjukkan kedua titik tersebut naik atau
turun).
Benang atas dan bawah dibutuhkan untuk membuktikan nilai dari
besarnya ketinggian titik tersebut presisi atau mendekati benar yakni
dengan merata-ratakan kedua nilai tersebut kemudian menyamakannya
dengan nilai benang tengah.
Adanya data kontur yang sengaja disalahkan menyebabkan terjadinya
kekacauan bentuk kontur
4.2 Saran
Adapun Saran oleh penulis agar data hasil praktikum bisa lebih baik sebagai
berikut:
Sebaiknya alat yang akan digunakan harus dalam keadaan baik dan
lengkap. Untuk itu, para praktikan harus memastikan alat dalam kondisi
yang baik dan terkalibrasi secara benar untuk menghindari atu mengurang
kesalahan yang bisa dibuat.
29
PRAKTIKUM
ILMU UKUR TANAH
Alat ukur harus selalu dijaga agar alat ukur tetap aman dan terkendali.
DAFTAR PUSTAKA
30
PRAKTIKUM
ILMU UKUR TANAH
Sumber Buku :
Wongsotjiro, Soetomo. 2007. ILMU UKUR TANAH. Jakarta : KANISIUS.
Sumber Internet :
http://zulzulaidy.blogspot.com/2012/10/bab-i-pendahuluan-1.html
http://lisabowo73.blogspot.com/2012/05/laporan-praktikum-ilmu-ukur-tanahii.html
http://geojati.wordpress.com/2012/10/22/pemetaan-terestris-laporan/
http://download.spmabanjarbaru.sch.id/files/Alat%20Penyipat%20Datar.pdf
http://squidybaflowbskey.blogspot.com/2011/06/total-station-20-judul-to-3-tgb2.html#.UcwqdMif2xY
http://learnmine.blogspot.com/2013/04/ilmu-ukur-tanah.html#axzz2XPwwh47I
http://malemosau.blogspot.com/2011/03/ilmu-ukur-tanah-teknik-sipil.html
* Diakses tanggal 19 Juni 2013
31