Disusun oleh :
Azhim Rosyed Ibrahim
13520241005
Dalam sebuah perusahaan terdapat sebuah server yang memberikan layanan DHCP
dan DNS server yang disimulasikan seperti gambar di atas. Terdapat 1 buah server yang
berfungsi untuk DHCP dan DNS server, 2 buah PC client yang mensimulasikan sebagai
jaringan LAN, 2 buah access point mensimulasikan 2 buah perangkat wireless, 2 buah
laptopmensimulasikan pengguna dari jaringan wireless yang dibangun.
C. DASAR TEORI
1. DNS
Awalnya sistem penamaan alamat IP menggunakan system host table. Di dalam
system ini, setiap computer memiliki file host.txt yang berisi daftar-daftar alamat IP dan
nama host yang terhubung k internet. Karena internet semakin berkembang, system host
table tidak efektif mengatasi permasalahan tersebut. Akhirnya pada tahun 1984 Paul
Mockapetris mengusulkan system database terdistribusi dengan nama Domain Name
System (DNS) yang dideskripsikan dalam RFC 882 dan 883. Sistem ini digunakan sampai
sekarang pada jaringan khususnya internet
.
a. Pengertian DNS
Domain Name System (DNS) adalah distribute database system yang digunakan
untuk pencarian nama komputer (name resolution) di jaringan yang mengunakan
TCP/IP (Transmission Control Protocol/Internet Protocol). DNS biasa digunakan pada
aplikasi yang terhubung ke Internet seperti web browser atau e-mail, dimana DNS
membantu memetakan host name sebuah komputer ke IP address. Selain digunakan di
Internet, DNS juga dapat di implementasikan ke private network atau intranet
b. Cara Kerja DNS
DNS menggunakan relasi client server untuk resolusi nama. Pada saat client
mencari satu host, maka ia akan mengirimkan query ke server DNS. Query adalah
satu permintaan untuk resolusi nama yang dikirimkan ke server DNS.
1. Pada komputer Client, sebuah program aplikasi misalnya http, meminta pemetaan
IP Address (forward lookup query). Sebuah program aplikasi pada host yang
mengakses domain system disebut sebagai resolver, resolver menghubungi DNS
server, yang biasa disebut name server.
2. Name server meng-cek ke local database, jika ditemukan, name server
mengembalikan IP Address ke resolver jika tidak ditemukan akan meneruskan
query tersebut ke name server root server.
3. Terakhir barulah si client bisa secara langsung menghubungi sebuah website /
server yang diminta dengan menggunakan IP Address yang diberikan oleh DNS
server.
Jika permintaan tidak ada pada database, name server akan menghubungi server root
dan server lainnya dengan cara sebagai berikut :
1. Saat
kita
mengetikkan
sebuah
nama
domain
misalnya
http://www.neon.cs.virginia.edu pada web browser, maka aplikasi http (resolver)
2.
3.
4.
5.
6.
7.
akan mengirimkan query ke Name Server DNS Server local atau DNS Server
Internet Service Provider.
Awalnya name server akan menghubungi server root. Server root tidak
mengetahui IP Address domain tersebut, ia hanya akan memberikan IP Address
server edu.
Selanjutnya name server akan bertanya lagi pada server edu berpa IP Address
domain neon.cs.virginia.edu. Server edu tidak mengetahui IP Address domain
tersebut, ia hanya akan memberikan IP Address server virginia.edu.
Selanjutnya name server akan bertanya ke server virginia.edu tentang IP Address
neon.cs.virginia.edu. Dan server virginia.edu hanya mengetahui dan memberikan
jawaban berupa IP Address server cs.virginia.edu.
Selanjutnya name server akan bertanya ke server cs.virginia.edu tentang IP
Address neon.cs.virginia.edu. Dan barulah cs.virginia.edu mengetahui dan
menjawab berapa IP Address domain neon.cs.virginia.edu.
Terakhir barulah computer client bisa secara langsung menghubungi domain
neon.cs.virginia.edu dengan menggunakan IP Address yang diberikan oleh server
cs.virginia.edu.
IP Address milik neon.cs.virginia.edu kemudian akan disimpan sementara oleh
DNS server Anda untuk keperluan nanti. Proses ini disebut caching, yang berguna
untuk mempercepat pencarian nama domain yang telah dikenalnya.
2. DHCP
DHCP (Dynamic Host Configuration Protocol) adalah protokol yang berbasis
arsitektur client/server yang dipakai untuk memudahkan pengalokasian alamat IP dalam
satu jaringan. Sebuah jaringan lokal yang tidak menggunakan DHCP harus memberikan
alamat IP kepada semua komputer secara manual. Jika DHCP dipasang di jaringan lokal,
maka semua komputer yang tersambung di jaringan akan mendapatkan alamat IP secara
otomatis dari server DHCP. Selain alamat IP, banyak parameter jaringan yang dapat
diberikan oleh DHCP, seperti default gateway dan DNS server.
Karena DHCP merupakan sebuah protokol yang menggunakan arsitektur client/server,
maka dalam DHCP terdapat dua pihak yang terlibat, yakni DHCP Server dan DHCP
Client.
a. DHCP Server
DHCP Server merupakan sebuah mesin yang menjalankan layanan yang dapat
menyewakan alamat IP dan informasi TCP/IP lainnya kepada semua klien yang
memintanya. Beberapa sistem operasi jaringan seperti Windows NT Server, Windows
2000 Server, Windows Server 2003, atau GNU/Linux memiliki layanan seperti ini.
DHCP server umumnya memiliki sekumpulan alamat yang diizinkan untuk
didistribusikan kepada klien, yang disebut sebagai DHCP Pool. Setiap klien kemudian
akan menyewa alamat IP dari DHCP Pool ini untuk waktu yang ditentukan oleh
DHCP, biasanya hingga beberapa hari. Manakala waktu penyewaan alamat IP tersebut
habis masanya, klien akan meminta kepada server untuk memberikan alamat IP yang
baru atau memperpanjangnya.
b. DHCP Client
DHCP Client akan mencoba untuk mendapatkan penyewaan alamat IP dari sebuah
DHCP server dalam proses empat langkah berikut:
1. DHCPDISCOVER: DHCP client akan menyebarkan request secara broadcast
untuk mencari DHCP Server yang aktif.
2. DHCPOFFER: Setelah DHCP Server mendengar broadcast dari DHCP Client,
DHCP server kemudian menawarkan sebuah alamat kepada DHCP client.
3. DHCPREQUEST: Client meminta DCHP server untuk menyewakan alamat IP
dari salah satu alamat yang tersedia dalam DHCP Pool pada DHCP Server yang
bersangkutan.
4. DHCPACK: DHCP server akan merespons permintaan dari klien dengan
mengirimkan paket acknowledgment. Kemudian, DHCP Server akan menetapkan
sebuah alamat (dan konfigurasi TCP/IP lainnya) kepada klien, dan memperbarui
basis data database miliknya. Klien selanjutnya akan memulai proses binding
dengan tumpukan protokol TCP/IP dan karena telah memiliki alamat IP, klien pun
dapat memulai komunikasi jaringan.
Empat tahap di atas hanya berlaku bagi klien yang belum memiliki alamat. Untuk
klien yang sebelumnya pernah meminta alamat kepada DHCP server yang sama,
hanya tahap 3 dan tahap 4 yang dilakukan, yakni tahap pembaruan alamat (address
renewal), yang jelas lebih cepat prosesnya.
Berbeda dengan sistem DNS yang terdistribusi, DHCP bersifat stand-alone,
sehingga jika dalam sebuah jaringan terdapat beberapa DHCP server, basis data
alamat IP dalam sebuah DHCP Server tidak akan direplikasi ke DHCP server lainnya.
Hal ini dapat menjadi masalah jika konfigurasi antara dua DHCP server tersebut
berbenturan, karena protokol IP tidak mengizinkan dua host memiliki alamat yang
sama.
Selain dapat menyediakan alamat dinamis kepada klien, DHCP Server juga dapat
menetapkan sebuah alamat statik kepada klien, sehingga alamat klien akan tetap dari
waktu ke waktu.
Catatan: DHCP server harus memiliki alamat IP yang statis.
c. DHCP Scope
DHCP Scope adalah alamat-alamat IP yang dapat disewakan kepada DHCP client. Ini
juga dapat dikonfigurasikan oleh seorang administrator dengan menggunakan
peralatan konfigurasi DHCP server. Biasanya, sebuah alamat IP disewakan dalam
jangka waktu tertentu, yang disebut sebagai DHCP Lease, yang umumnya bernilai
tiga hari. Informasi mengenai DHCP Scope dan alamat IP yang telah disewakan
kemudian disimpan di dalam basis data DHCP dalam DHCP server. Nilai alamatalamat IP yang dapat disewakan harus diambil dari DHCP Pool yang tersedia yang
dialokasikan dalam jaringan. Kesalahan yang sering terjadi dalam konfigurasi DHCP
Server adalah kesalahan dalam konfigurasi DHCP Scope.
d. DHCP Lease
DHCP Lease adalah batas waktu penyewaan alamat IP yang diberikan kepada DHCP
client oleh DHCP Server. Umumnya, hal ini dapat dikonfigurasikan sedemikian rupa
oleh seorang administrator dengan menggunakan beberapa peralatan konfigurasi
(dalam Windows NT Server dapat menggunakan DHCP Manager atau dalam
Windows 2000 ke atas dapat menggunakan Microsoft Management Console [MMC]).
DHCP Lease juga sering disebut sebagai Reservation.
e. DHCP Option
DHCP Options adalah tambahan pengaturan alamat IP yang diberikan oleh DHCP ke
DHCP client. Ketika sebuah klien meminta alamat IP kepada server, server akan
memberikan paling tidak sebuah alamat IP dan alamat subnet jaringan. DHCP server
juga dapat dikonfigurasikan sedemikian rupa agar memberikan tambahan informasi
kepada klien, yang tentunya dapat dilakukan oleh seorang administrator. DHCP
Options ini dapat diaplikasikan kepada semua klien, DHCP Scope tertentu, atau
kepada sebuah host tertentu dalam jaringan.
f.
Kelebihan DHCP
1. Memudahkan dalam transfer data kepada PC client lain atau PC server.
2. DHCP menyediakan alamat-alamat IP secara dinamis dan konfigurasi lain. DHCP
ini didesain untuk melayani network yang besar dan konfigurasi TCP/IP yang
kompleks.
3. DHCP memungkinkan suatu client menggunakan alamat IP yang reusable, artinya
alamat IP tersebut bisa dipakai oleh client yang lain jika client tersebut tidak
sedang menggunakannya (off).
4. DHCP memungkinkan suatu client menggunakan satu alamat IP untuk jangka
waktu tertentu dari server.
5. DHCP akan memberikan satu alamat IP dan parameter-parameter kofigurasi
lainnya kepada client.
b. SSID
SSID adalah sebuah nama network yang dipakai oleh wireless LAN dan
merupakan karakter yang unik, case sensitive dan menggunakan alpha numeric
dengan nilai karakter 2-32 karakter. SSID dikirimkan dalam beacon, probe request,
probe response dan tipe-tipe frame yang lain. Client station harus dikonfigurasikan
dengan SSID yang cocok untuk bisa tergabung dengan sebuah jaringan.
Administrator akan mengkonfigurasikan SSID pada setiap access point. Point yang
terpenting adalah SSID harus benar-benar cocok antara Access point dengan Client.
Untuk mengatur ke jaringan mana kita ingin bergabung. Jadi, saat ada
komputer ingin mengakses Jaringan Wireless, komputer tersebut harus memilih
Wireless LAN mana yang ingin dikoneksikan. SSID dibutuhkan karena sering terjadi
di suatu lokasi terdapat beberapa HotSpot Wireless yang tumpang tindih
c. Channel
Standar wireless kini tidak hanya 802.11a, 11b dan 11g. Standar-standar baru
berupa 802.11e dan 11i sedang digarap dan akan muncul dalam bentuk produk pada
akhir tahun depan. Standar-standar wireless terbaru ini ditujukan untuk meningkatkan
keamanan dan dukungan terhadap aplikasi-aplikasi yang membutuhkan bandwidth
yang tinggi. Standar 802.11e dirancang untuk meningkatkan kualitas layanan untuk
suara (voice calls), video beresolusi tinggi dan aplikasi-aplikasi lain yang banyak
dibutuhkan, dengan tujuan untuk menghasilkan kualitas gambar dan suara yang sama
baiknya dengan yang tampak pada jaringan berkabel. Sementara standar 802.11i
difokuskan dalam hal sekuriti dengan menggunakan spesifikasi sekuriti yang
didasarkan pada Advanced Encryption Standard, dengan tujuan menjadi solusi bagi
kelemahan dari Wireless Encryption Protocol yang digunakan pada spesifikasi asli
dari 802.11a, 11b dan 11g.
Kedua standar tersebut akan diselesaikan dan dipublikasikan pada musim
panas (sekitar Juni atau Juli) mendatang, demikian disampaikan IEEE dan Wi-Fi
Alliance pada konferensi Wi-Fi Planet Conference and Expo yang berlangsung
minggu ini di San Jose, Kalifornia, Amerika Serikat.
802.11a
Standard 802.11a, adalah model awal yang dibuat untuk umum. Mengunakan
kecepatan 54Mbps dan dapat mentranfer data double dari tipe g dengan
kemampuan bandwidth 72Mbps atau 108Mbps. Sayangnya sistem ini tidak terlalu
standard, karena masing masing vendor atau pabrikan memberikan standard
tersendiri. 802.11a mengunakan frekuensi tinggi pada 5Ghz sebenarnya sangat
baik untuk kemampuan tranfer data besar. Tetapi 802.11a memiliki kendala pada
harga komponen lebih mahal ketika perangkat ini dibuat untuk publik dan
jaraknya dengan frekuensi 5GHz konon lebih sulit menembus ruang untuk kantor.
Pemilihan 5Ghz cukup beralasan, karena membuat pancaran signal frekuensi
802.11a jauh dari gangguan seperti oven microwave atau cordless phone pada
2GHz, tetapi frekuensi tinggi juga memberikan dampak pada daya jangkau relatif
lebih pendek
802.11b
Sempat menjadi dominasi pemakaian tipe b. Standard 802.11b mengunakan
frekuensi 2.4GHz. Standard ini sempat diterima oleh pemakai didunia dan masih
bertahan sampai saat ini. Tetapi sistem b bekerja pada band yang cukup kacau,
seperti gangguan pada Cordless dan frekuensi Microwave dapat saling
menganggu bagi daya jangkaunya. Standard 802.11b hanya memiliki kemampuan
tranmisi standard dengan 11Mbps atau rata rata 5MBbit/s yang dirasakan lambat,
mendouble (turbo mode) kemampuan wireless selain lebih mahal tetapi tetap
tidak mampu menandingi kemampuan tipe a dan g.
802.11g
Standard yang cukup kompatibel dengan tipe 802.11b dan memiliki kombinasi
kemampuan tipe a dan b. Mengunakan frekuensi 2.4GHz mampu mentransmisi
54Mbps bahkan dapat mencapai 108Mbps bila terdapat inisial G atau turbo.
Untuk hardware pendukung, 802.11g paling banyak dibuat oleh vendor. Secara
teoritis mampu mentranfer data kurang lebih 20Mbit/s atau 4 kali lebih baik dari
tipe b dan sedikit lebih lambat dari tipe a.Karena mengunakan carrier seperti tipe
b dengan 2.4Ghz, untuk menghadapi gangguan frekuensi maka ditempatkan
sistem OFDM
Secara teoritis perbandingan dapat dilihat pada tabel dibawah ini
(sumber homenethelp.com)
Technology
Ethernet 10/100
802.11b
802.11a
PhoneLine 2.0
Gigabit Ethernet
Kecepatan
100Mbs
11Mbps
52/72 Mbps
10Mbps
1000Mbps
802.11g/turbo
Firewire
Bluetooth
HomeRF 2.0
PowerLine
22/54/108Mbps
400Mbps
1.5Mbps
10Mbps
14Mbps
Karena sistem WIFI mengunakan transmisi frekuensi secara bebas, maka pancaran
signal yang ditransmit pada unit WIFI dapat ditangkap oleh computer lain sesama
pemakai Wifi. Tentu kita tidak seseorang masuk kedalam jaringan Network tanpa ijin.
Pada teknologi WIFI ditambahkan juga sistem pengaman misalnya WEP (Wired
Equivalent Privacy) untuk pengaman sehingga antar computer yang telah memiliki
otorisasi dapat saling berbicara.
D. ALAT DAN BAHAN
1. Komputer/PC
2. Software Cisco Paket Tracert
E. LANGKAH KERJA
Skenario 1
2. Pilih config > FastEthernet > kemudian isikan Ip address dan subnet Mask-nya seperti
pada gambar dibawah ini.
3. Kemudian untuk mengatur server pilih config > DNS > isikan nama domain yang
diinginkan pada kolom Name > kemudian isikan IP address server tersebut dalam kolom
Address seperti terlihat pada gambar dibawah ini > kemudian klik tombol Add untuk
menambahkan konfigurasi DNS-nya. Jika sudah tersimpan akan muncul pada kolom
dibawahnya.
c. Klik menu Connect > pilih access point > klik Connect
8. Pengecekan
Tes dilakukan dengan cara membuka web browser dengan cara masuk ke Laptop >
Desktop > Web browser. Ketikkan uny.ac.id dan klik Go.
Skenario 2
b. DHCP
c. DNS
3. Setting laptop sama seperti setting yang dilakukan pada laptop skenario 1.
4. Pengecekan sama dengan skenario 1.
Sedangkan server yang berada di ujung berfungsi sebagai server DNS untuk domain
uny.ac.id. Sehingga nantinya semua client yang ada di network 192.168.11.0 bisa mengakses
situs uny.ac.id dari web browsernya.
Jawab :
1. Setting server DNS
a. Double klik server DNS kemudian pilih Config > FastEthernet lalu isikan IP address
dan Subnet Mask-nya.
c. Pada global setting isi gateway dengan IP address 192.168.11.253 dan DNS server
dengan 192.168.9.2
3. Setting router
a. Router0
Fa0/0 192.168.9.254
Fa0/1 192.168.10.253
Network Tujuan
192.168.9.0
192.168.10.0
192.168.11.0
Netmask
/24
/24
/24
Gateway
*
*
192.168.10.254
Netmask
Gateway
b. Router1
Fa0/0 192.168.10.254
Fa0/1 192.168.11.253
Network Tujuan
192.168.9.0
192.168.10.0
192.168.11.0
/24
/24
/24
192.168.10.253
*
*
b. Agar tidak terjadi gangguan antar access point maka channel tidak boleh terlalu dekat.
Disini AP 1 = channel 1, AP 2 = channel 6 dan AP 3 = channel 3.
G. TROUBLESHOOTING
1. Setelah melakukan konfigurasi server DHCP, PC gagal mengambil IP dari server.
Troubleshooting :
Periksa kembali default gateway harus sama dengan setting di FastEthernet.
2. Tidak bisa melakukan ping kepada uny.ac.id
Troubleshooting :
Periksa kembali konfigurasi server DNS.
H. KESIMPULAN
Dari percobaan di atas dapat ditarik kesimpulan :
1. DNS berfungsi sebagai penerjemah alamat website menjadi alamat ip pada komputer
server yang bersangkutan.
2. DHCP memungkinkan user terkoneksi dalam suatu jaringan DHCP tanpa harus
mensetting ip address, subnetmask, DNS server, maupun gateway karena informasi setting
tersebut dapat diminta dari DHCP server. Informasi tersebut bias langsung ada tanpa perlu
mensetting PC.
3. Teknologi Wireless memungkinkan host terkoneksi ke jaringan tanpa menggunakan kabel,
namun diiringi dengan kelemahan yaitu keterbatasan jarak, interferensi, dan kecepatan
transfer data dibandingkan dengan komunikasi kabel.
DAFTAR PUSTAKA
Lukman R.A. dan Arwan N.R.. 2012. Labsheet DNS, DHCP dan Wireless.
Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Zikri, Aulia. 2009.Media Transmisi Wireless.
http://sudoapt-getcold.blogspot.com/2011/10/media-transmisi-wireless.html
Diakses pada tanggal 28 April 2014.
Munah, Siti May. 2012. Pengertian dan Cara Kerja Wireless Line.
http://siti-tkj01.blogspot.com/2012/12/pengertian-dan-cara-kerja-wireless-lan.html
Diakses pada tanggal 28 April 2014.