PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tiap-tiap makhluk hidup itu keselamatannya sangat tergantung kepada keadaan
sekitarnya, terlebih-lebih mikroorganisme. Makhluk- makhluk halus ini tidak dapat
menguasai faktor-faktor luar sepenuhnya, sehingga hidupnya sama sekali
tergantung kepada keadaan sekelilingnya. Satu-satunya jalan untuk menyelamatkan
diri (adaptasi) kepada pengaruh faktor-faktor luar. Penyesuaian diri dapat terjadi
secara cepat serta bersifat sementara waktu, akan tetapi dapat pula perubahan itu
bersifat permanen sehingga mempengaruhi bentuk morfologi serta sifat-sifat
fisiologik yang turun-temurun (Dwidjoseputro, 2005).
Kehidupan bakteri tidak hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan. Misal,
bakteri termogenesis menimbulkan panas di dalam media tempat ia tumbuh. Bakteri
dapat pula mengubah pH dari medium tempat ia hidup, perubahan ini disebut
perubahan secara kimia. Adapun faktor-faktor lingkungan dapat di bagi atas faktorfaktor biotik dan faktor-faktor abiotik. Faktor-faktor biotik terdiri atas makhlukmakhluk hidup, sedang faktor-faktor abiotik terdiri atas faktor-faktor alam (fisika)
dan faktor-faktor kimia (Dwidjoseputro, 2005). Untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh lingkungan terhadap pertumbuhan bakteri, terutama pengendaliannya,
dibutuhkan pengetahuan mengenai teknik-teknik khusus dalam penerapannya.
1.2 Tujuan
-
Mahasiswa
mengetahui
metode-metode
yang
biasa
dilakukan
dalam
pengendalian/kontrol mikroorganisme.
-
90
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
FAKTOR-FAKTOR KIMIA
Di dalam alam yang sewajarnya, jarang-jarang bakteri menemui zat-zat kimia
yang menyebabkan ia sampai mati karenanya. Hanya manusia di dalam usahanya
untuk membebaskan diri dari kegiatan bakteri meramu zat-zat yang dapat meracuni
diri sendiri atau meracuni zat makanan yang diperlukannya. Zat-zat yang hanya
menghambat pembiakan bakteri dengan tiada membunuhnya disebut zat antiseptik
atau zat bakteriostatik. Zat yang dapat membunuh bakteri disebut desinfektan,
germisida atau bakterisida. Untuk menentukan batas-batas antar kedua pengertian
bakteriostatik dan bakterisida itu sangatlah sukar, dan kedua pengertian itu tidak
berlaku bagi spora-spora dan bagi bakteri tahan asam seperti Mycobacterium
tuberculosis (Dwidjoseputro, 2005).
Apakah suatu zat kimia itu merupakan suatu antiseptik ataukah suatu germisida,
hal ini kebanyakan kali bergantung kepada persenan konsentrasi dan lamanya kena
zat tersebut. Sebagai misal kita ambil fenol; suatu larutan fenol 5% merupakan
desinfektan, larutan yang lebih encer daripada itu merupakan suatu antiseptik,
sedang larutan yang lebih encer lagi malahan menjadi sumber tenaga alias
makanan bagi genus Pseudomonas. Bagaimana sifat kerusakan yang diderita
bakteri sebagai akibat dari pekerjaan suatu desinfektan, hal ini belum dapat
diketahui seluruhnya. Ada desinfektan yang membunuh bakteri dengan tidak
merusaknya sama sekali, tetapi zat-zat kimia seperti basa dan asamorganik
menyebabkan hancurnya bakteri; mungkin sekali kehancuran ini akibat dari suatu
hidrolisis. Pengaruh zat-zat kimia yang lain lagi belumlah diketahui. Pada umumnya
kerusakan bakteri itu dapat dibagi atas 3 golongan, yaitu oksidasi, koagulasi,
depresi dan ketegangan permukaan (Dwidjoseputro, 2005).
Mikrobiologi Pangan Dan Lingkungan
Setiap bahan pangan selalu mengandung mikroba yang jumlah dan jenisnya
berbeda. Beberapa jenis mikroba yang terdapat pada bahan pangan adalah bakteri,
kapang dan khamir .
91
92
oleh mikroba meliputi air, sumber energi, sumber karbon, sumber nitrogen, sumber
aseptor elektron, sumber mineral dan faktor tumbuh.
b. Nilai pH
Hampir semua mikroba tumbuh pada tingkat pH yang berbeda. Sebagian Bakteri
tumbuh pada pH mendekati netral (pH 6,5 7,5). Pada pH dibawah 5,0 dan diatas
8,0 bakteri tidak dapat tumbuh dengan baik, kecuali bakteri asam asetat (misalnya:
Acetobakter suboxydans) yang mampu tumbuh pada pH rendah dan bakteri Vibrio
sp yang dapat tumbuh pada pH tinggi (basa). Sebaliknya, khamir menyukai pH 4,0
5,0 dan dapat tumbuh pada kisaran pH 2,5 8,5. Oleh karena itu khamir dapat
tumbuh pada pH rendah di mana pertumbuhan bakteri terhambat. Untuk
pertumbuhan kapang memerlukan pH optimum antara 5,0 7,0 tetapi seperti halnya
khamir, kapang masih dapat hidup pada kisaran pH yang luas, yaitu antara pH 3,0
8,5.
c. Aktifitas Air
Aktifitas air (water activity = aw) merupakan parameter yang lebih tepat untuk
mengukur aktivitas makroba pada bahan pangan. Untuk meramalkan populasi
mikroba yang berperan dalam kerusakan bahan pangan sehingga tipe dan bentuk
kerusakan yang terjadi diketahui. Selain itu aw dapat digunakan sebagai indikator
dalam usaha pengawetan bahan pangan.
d. Potensial Reduksi Oksidasi ( Redoks )
Elektron (reduksi). Potensial reduksi oksidasi sangat berpengaruh terhadap
Potensial reduksi oksidasi menunjukan kemampuan substrat untuk melepaskan
elektron (oksidasi) atau menerima kehidupan mikroba. Pada mikroba aerob
memerlukan potensial redoks positif (teroksidasi) sedangkan pada mikroba anaerob
memerlukan potensial redoks negatif (tereduksi).
93
e. Senyawa Antimikroba
Beberapa bahan pangan memeiliki senyawa antimikroba alamiah yang dapat
menghambat
pertumbuhan
mikroba.
Misalnya,
laktinin,
anticoliform,
dan
laktoperoksidase yang terdapat dalam susu. Putih telur mengandung lisosim yang
merupakan senyawa antimikroba. Rempah-rempah umumnya mengandung eugenol
(antimikroba), kayu manis mengandung aldehid siamat yang dapat menghambat
kapang dan bakteri .
f.
Struktur Biologi
Stuktur biologi seperti lapisan kulit dan kulit pada kacang kacangan , dan kulit
94
kurang dari 200C dan fakultatif psikhrofil yang memiliki suhu pertumbuhan optimum
lebih dari 20 0C.
Mikroba yang dapat tumbuh pada suhu 00C tetapi memiliki suhu pertumbuhan
optimum dan maksimum berbeda dengan mikroba psikhrofil disebut mikroba
psikhtrof.
b. Kelembaban Udara Relatif
Kelembaban udara relatif berhubungan dengan aktifitas air (aw). Pangan yang
mempunyai nilai aw rendah apabila ditempatkan pada lingkungan yang mempunyai
kelembaban udara relatif tinggi akan mudah menyerap air. Semakin banyak air yang
terserap akan meningkatkan nilai aw sehingga pangan tersebut mudah dirusak oleh
bakteri .
c. Susunan Gas di Atmosfir
Berdasarkan kebutuhan oksigen sebagai aseptor elektron, mikroba dapat
dibedakan menjadi 2 (dua) golongan, yaitu mikroba aerob dan mikroba anaerob.
Mikroba aerob adalah mikroba yang dapat menggunakan oksigen sebagai sumber
aseptor elektron terakhir bioenerginya .
Ada 2 (dua) golongan mikroba aerob, yaitu obligat aerob dan mikroaerofilik.
Obligat aerob adalah mikroba yang mutlak membuthkan oksigen, sementara
mikroaefilik adalah mikroba yang mutlak membutuhkan oksigen, sementara
mikroaerofilik adalah mikroba yang memerlukan oksigen dalam jumlah sedikit .
Faktor Implisit
Menurut Nurwanto (1997), faktor-faktor impilisit yang terpengaruh terhadap
pertumbuhan mikroba adalah sinergisme dan antagonisme.
a. Sinergisme
Sinergisme adalah kemampuan dua atau lebih organisme untuk melakukan
perubahan (biasanya perubahan kimia) dimana tanpa adanya kerja sama
diantaranya. Faktor faktor yang berkaitan dengan sinegisme adalah nutrisi
95
Faktor Pengolahan
Mikrobiologi spesifik yang terdapat didalam bahan-bahan pangan dapat
dikurangi jumlahnya oleh berbagai jenis metode pengolahan dan pengawetan
pangan. Jenis-jenis pengolahan atau pengawetan pangan yang berpengaruh
terhadap kehidupan mikroba, antara lain suhu tinggi, suhu rendah penambahan
bahan pengawet dan irridiasi (Nurwanto, 1997).
96
BAB III
METODE KERJA
3.1 Waktu dan tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 8 Desember 2009 pukul
08.00.00 10.30 WITA di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam (F-MIPA) Universitas Mulawarman, Samarinda.
3.2 Alat dan bahan
3.2.1 Alat-alat :
Jarum Ose
Tabung reaksi
Cawan petri
Lampu bunsen
Botol selai
Aluminium foil
Kapas
Pinset
Kertas cakram
Beker glass
Kertas label
Rak tabung
3.2.2 Bahan-bahan :
Ditergen
Alkohol 95 %
Bayclin
Media NA
97
Biakan bakteri
Bakteri
yang
telah
diambil
menggunakan
jarum
ose
Bakteri yang telah diambil menggunakan jarum ose dimasukkan kedalam larutan
NaCl. Lalu dihomogenkan.
Menggunakan cotton bud yang telah disterilkan, dicelupkan cotton bud tersebut
kedalam campuran larutan NaCl dan bakteri.
98
99
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keterangan :
a : Alkohol 95 %
b : Bayclin
c : Deterjen
4.1.2 Radiasi Ultraviolet Terhadap Petumbuhan Mikroorganisme
Menit
0
koloni
TBUD
100
30
TBUD
60
TBUD
Ket : TBUD = tidak dapat dihitung
No.
Waktu
1.
2.
30
3.
60
Gambar sebelum
Gambar sesudah
diinkubasi
diinkubasi
4.2 Pembahasan
Desinfektan merupakan suatu bahan, biasanya zat kimia, yang mematikan sel
vegetatif tetapi belum tentu mematikan bentuk-bentuk spora mikroorganisme
penyebab penyakit, disebut disinfektan. Istilah ini pada umumnya dipakai untuk
substansi yang digunakan terhadap benda mati. Disinfeksi ialah proses yang
101
bakteri
tidak
mudah
terhambat
pertumbuhannya.
TBUD
adalah
kepanjangan dari Terlalu Banyak Untuk Dihitung. Karena terlalu banyaknya bakteri
yang tumbuh pada sekitar kertas cakram dengan jenis desinfektan alkohol 95%
sehingga tidak dapat dihitung.
Pemakaian desinfektan ini mengakibatkan bakteri terhambat pertumbuhannya
karena bakteri sulit atau tidak bisa tumbuh pada kondisi asam kuat.
Jenis
102
Beberapa hewan, termasuk burung, reptil, dan serangga seperti lebah dapat melihat
hingga mencapai "hampir UV". Banyak buah-buahan, bunga dan benih terlihat lebih
jelas di latar belakang dalam panjang gelombang UV dibandingkan dengan
penglihatan warna manusia (Sardjono, 1988).
Sinar ultraviolet dalam sinar matahari bersifat germicida, dapat membunuh
bakteri bentuk vegetatif maupun bentuk spora, walaupun untuk membunuh bentuk
spora waktunya harus lebih lama. Karena itu, menjemur pakaian, tempat tidur, alatalat makan ataupun benda-benda lainnya, penting untuk membunuh mikroba
pathogen. Sinar ultraviolet juga digunakan untuk desinfeksi air.
Sinar ultraviolet digunakan untuk sterilisasi ruang bedah, ruang industri farmasi
di mana obat-obat steril dimasukkan ke dalam vial atau ampul, juga ruangan industri
makanan di mana bahan-bahan makanan dimasukkan kedalam kaleng. Walaupun
sinar ultraviolet sngar ganas terhadap mikroba, tetapi daya tembusnya kurang,
sehingga hanya dapat mematikan mikroba-mikroba yang terdapat pada permukaan
saja (Entjang, 2003).
Ultraviolet adalah sinar radiasi dari matahari dampak buruknya yang bisa terjadi
pencairan es di kutub utara & selatan, volume suhu air menjadi naik ,daratan
berkurang karena akibat gersangnya tanah,mempercepat penuaan kulit, dan
menyebabkan
kanker
kulit.
Tumbuhan
mati
akibat
suhu
volume
panas
103
TBUD adalah singkatan dari Terlalu Banyak Untuk Dihitung. Istilah ini biasanya
digunakan jika pertumbuhan mikroba terlalu banyak sehingga tidak dapat dihitung.
Pertumbuhan mikroba pada media yang ditutup menggunakan aluminium foil
lebih banyak pertumbuhannya dikarenakan sinar UV yang didapat tidak langsung
terkena pada mikrobanya.
Banyaknya mikroba yang tumbuh didalam media dikarena terlalu tebal ketika
melakukan swap. Dan terlalu kuat saat melakukan swap sehingga media tercungkil.
Faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba yaitu penyinaran yang di
berikan secara berbeda setiap cawan petri sehingga pertumbuhannya pun berbedabeda. Ditaruhnya aluminium foil untuk menutupi sebagian cawan petri dapat juga
mempengaruhi pertumbuhan bakteri yang tertutup aluminium foil dengan yang tidak
tertutup aluminium foil.
Terlalu banyak kesalahan yang terjadi saat praktikum berlangsung. Seperti
tercungkilnya media saat dilakukan swap. Letak aluminium foil selalu bergeser
sehingga menyulitkan ketika pengamatan.
Saat melakukan percobaan digunakan NaCl 0,9%. Ini dikarenakan NaCl 0,9%
merupakan larutan isotonik. Yaitu larutan yang seimbang antara konsentrasi larutan
dengan cairan yang ada didalam bakteri tersebut. Hal ini dilakukan untuk
menghindari rusaknya bakteri.
104
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Sebaiknya praktikan dapat berhati-hati dalam melakukan swab, jangan
sampai media tercungkil karena dapat merusak media.
105
DAFTAR PUSTAKA
106