Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tiap-tiap makhluk hidup itu keselamatannya sangat tergantung kepada keadaan
sekitarnya, terlebih-lebih mikroorganisme. Makhluk- makhluk halus ini tidak dapat
menguasai faktor-faktor luar sepenuhnya, sehingga hidupnya sama sekali
tergantung kepada keadaan sekelilingnya. Satu-satunya jalan untuk menyelamatkan
diri (adaptasi) kepada pengaruh faktor-faktor luar. Penyesuaian diri dapat terjadi
secara cepat serta bersifat sementara waktu, akan tetapi dapat pula perubahan itu
bersifat permanen sehingga mempengaruhi bentuk morfologi serta sifat-sifat
fisiologik yang turun-temurun (Dwidjoseputro, 2005).
Kehidupan bakteri tidak hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan. Misal,
bakteri termogenesis menimbulkan panas di dalam media tempat ia tumbuh. Bakteri
dapat pula mengubah pH dari medium tempat ia hidup, perubahan ini disebut
perubahan secara kimia. Adapun faktor-faktor lingkungan dapat di bagi atas faktorfaktor biotik dan faktor-faktor abiotik. Faktor-faktor biotik terdiri atas makhlukmakhluk hidup, sedang faktor-faktor abiotik terdiri atas faktor-faktor alam (fisika)
dan faktor-faktor kimia (Dwidjoseputro, 2005). Untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh lingkungan terhadap pertumbuhan bakteri, terutama pengendaliannya,
dibutuhkan pengetahuan mengenai teknik-teknik khusus dalam penerapannya.
1.2 Tujuan
-

Mahasiswa

mengetahui

metode-metode

yang

biasa

dilakukan

dalam

pengendalian/kontrol mikroorganisme.
-

Mahasiswa mengetahui bagaimana pengaruh lingkungan (faktor fisik dan kimia)


dapat pula mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme.

90

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
FAKTOR-FAKTOR KIMIA
Di dalam alam yang sewajarnya, jarang-jarang bakteri menemui zat-zat kimia
yang menyebabkan ia sampai mati karenanya. Hanya manusia di dalam usahanya
untuk membebaskan diri dari kegiatan bakteri meramu zat-zat yang dapat meracuni
diri sendiri atau meracuni zat makanan yang diperlukannya. Zat-zat yang hanya
menghambat pembiakan bakteri dengan tiada membunuhnya disebut zat antiseptik
atau zat bakteriostatik. Zat yang dapat membunuh bakteri disebut desinfektan,
germisida atau bakterisida. Untuk menentukan batas-batas antar kedua pengertian
bakteriostatik dan bakterisida itu sangatlah sukar, dan kedua pengertian itu tidak
berlaku bagi spora-spora dan bagi bakteri tahan asam seperti Mycobacterium
tuberculosis (Dwidjoseputro, 2005).
Apakah suatu zat kimia itu merupakan suatu antiseptik ataukah suatu germisida,
hal ini kebanyakan kali bergantung kepada persenan konsentrasi dan lamanya kena
zat tersebut. Sebagai misal kita ambil fenol; suatu larutan fenol 5% merupakan
desinfektan, larutan yang lebih encer daripada itu merupakan suatu antiseptik,
sedang larutan yang lebih encer lagi malahan menjadi sumber tenaga alias
makanan bagi genus Pseudomonas. Bagaimana sifat kerusakan yang diderita
bakteri sebagai akibat dari pekerjaan suatu desinfektan, hal ini belum dapat
diketahui seluruhnya. Ada desinfektan yang membunuh bakteri dengan tidak
merusaknya sama sekali, tetapi zat-zat kimia seperti basa dan asamorganik
menyebabkan hancurnya bakteri; mungkin sekali kehancuran ini akibat dari suatu
hidrolisis. Pengaruh zat-zat kimia yang lain lagi belumlah diketahui. Pada umumnya
kerusakan bakteri itu dapat dibagi atas 3 golongan, yaitu oksidasi, koagulasi,
depresi dan ketegangan permukaan (Dwidjoseputro, 2005).
Mikrobiologi Pangan Dan Lingkungan
Setiap bahan pangan selalu mengandung mikroba yang jumlah dan jenisnya
berbeda. Beberapa jenis mikroba yang terdapat pada bahan pangan adalah bakteri,
kapang dan khamir .

91

Pencemaran mikroba pada bahan pangan merupakan hasil kontaminasi


langsung atau tidak langsungdengan sumbersumber pencemaran mikroba, seperti
tanah, udara, air, debu, saluran pencernaan, dan pernafasan manusia dan hewan.
Namun demikian, hanya sebagian saja dari berbagai sumber pencemar yang
berperan sebagai sumber mikroba awal yang selanjutnya akan berkembang biak
pada bahan pangan sampai jumlah tertentu. Dalam batasbatas tertentu kandungan
mikroba dalam bahan pangan tidak banyak berpengaruh terhadap ketahanan bahan
pangan tesebut. Akan tetapi, apabila kondisi lingkungan memungkinkan mikroba
untuk tumbuh dan berkembang lebih cepat, maha bahan pangan akan rusak
karenanya (Sardjono dan Wibowo, 1988).
Menurut Sardjono dan Wibowo (1988), faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan mikroba dalam bahan pangan dapat bersifat fisik dan kimia atau
biologis. Faktor-faktor tersebut meliputi :
a. Faktor intrinsik, merupakan sifat-sifat fisik, kimia, dan struktur yang dimiliki oleh
bahan pangan itu sendiri.
b. Faktor ekstrinsik yaitu kondisi lingkungan pada penanganan dan penyimpanan
bahan pangan, seperti suhu kelembaban, susunan gas di atmosfir.
c. Faktor implisit yang merupakan sifat-sifat yang dimiliki oleh mikroba itu sendiri.
Faktor ini sangat dipengaruhi oleh susunan biotik mikroba dalam bahan pangan.
d. Faktor pengolahan, karena perubahan mikroba awal sebagai akibat pengolahan
bahan pangan (misalnya pemanasan, pendinginan, irradiasi, penambahan
bahan pengawet).
Faktor Intrinsik
Menurut Anonim (2007), faktor intrinsik dalam bahan pangan berupa kandungan
nutrisi, pH pangan, potensial reduksi oksidasi, senyawa antimikroba alamiah dalam
pangan , dan stuktur biologi.
a. Kandungan Nutrisi
Fungsi utama nutrisi adalah sebagai sumber energi, bahan pembentuk sel, dan
aseptor elektron di dalam aksi yang menghasilkan energi. Nutrisi yang diperlukan

92

oleh mikroba meliputi air, sumber energi, sumber karbon, sumber nitrogen, sumber
aseptor elektron, sumber mineral dan faktor tumbuh.
b. Nilai pH
Hampir semua mikroba tumbuh pada tingkat pH yang berbeda. Sebagian Bakteri
tumbuh pada pH mendekati netral (pH 6,5 7,5). Pada pH dibawah 5,0 dan diatas
8,0 bakteri tidak dapat tumbuh dengan baik, kecuali bakteri asam asetat (misalnya:
Acetobakter suboxydans) yang mampu tumbuh pada pH rendah dan bakteri Vibrio
sp yang dapat tumbuh pada pH tinggi (basa). Sebaliknya, khamir menyukai pH 4,0
5,0 dan dapat tumbuh pada kisaran pH 2,5 8,5. Oleh karena itu khamir dapat
tumbuh pada pH rendah di mana pertumbuhan bakteri terhambat. Untuk
pertumbuhan kapang memerlukan pH optimum antara 5,0 7,0 tetapi seperti halnya
khamir, kapang masih dapat hidup pada kisaran pH yang luas, yaitu antara pH 3,0
8,5.
c. Aktifitas Air
Aktifitas air (water activity = aw) merupakan parameter yang lebih tepat untuk
mengukur aktivitas makroba pada bahan pangan. Untuk meramalkan populasi
mikroba yang berperan dalam kerusakan bahan pangan sehingga tipe dan bentuk
kerusakan yang terjadi diketahui. Selain itu aw dapat digunakan sebagai indikator
dalam usaha pengawetan bahan pangan.
d. Potensial Reduksi Oksidasi ( Redoks )
Elektron (reduksi). Potensial reduksi oksidasi sangat berpengaruh terhadap
Potensial reduksi oksidasi menunjukan kemampuan substrat untuk melepaskan
elektron (oksidasi) atau menerima kehidupan mikroba. Pada mikroba aerob
memerlukan potensial redoks positif (teroksidasi) sedangkan pada mikroba anaerob
memerlukan potensial redoks negatif (tereduksi).

93

e. Senyawa Antimikroba
Beberapa bahan pangan memeiliki senyawa antimikroba alamiah yang dapat
menghambat

pertumbuhan

mikroba.

Misalnya,

laktinin,

anticoliform,

dan

laktoperoksidase yang terdapat dalam susu. Putih telur mengandung lisosim yang
merupakan senyawa antimikroba. Rempah-rempah umumnya mengandung eugenol
(antimikroba), kayu manis mengandung aldehid siamat yang dapat menghambat
kapang dan bakteri .
f.

Struktur Biologi
Stuktur biologi seperti lapisan kulit dan kulit pada kacang kacangan , dan kulit

buah, berperan mencegah masuknya mikroba kedalam bahan pangan tersebut.


Faktor Intrinsik
Menurut Nurwanto (1997), faktorfaktor ekstrinsik yang berpengaruh terhadap
kehidupan mikroba antara lain suhu, kelembaban, dan susunan gas di atmosfir.
a. Suhu
Suhu merupakan faktor fisika yang sangat penting pengaruhnya terhadap
pertumbuhan dan kegiatan mikroba. Suhu dapat mempengaruhi lamanya fase lag,
kecepatan pertumbuhan, konsentrasi sel, kebutuhan nutrisi, kegiatan enzimatis dan
komposisi sel.
Berdasarkan pada kisaran suhu pertumbuhannya, mikroba dapat dikelompokan
menjadi 4 (empat) yaitu thermofil, mesofil, psikhofil, dan psikhotrof.
Mikroba thermofil ditemukan pada lingkungan yang bersuhu tinggi, misalnya
pada kompos, susu, tanah, dan air laut. Mikroba thermofil hanya dapat pada suhu
tinggi, sebab enzim-enzim dan protein-proteinnya lebih resisten terhadap panas.
Membran sel pada bakteri thermofil banyak mengandung asamasam lemak jenuh
yang mempunyai sifat stabil pada suhu tinggi.
Semua mikroba patogen dan sebagian besar mikroba penyebab kerusakan
pangan tergolong dalam kelompok mikroba mesofil. Mikroba yang dapat tumbuh
pada suhu 00C termasuk kelompok psikhrofil. Kelompok mikroba ini dibedakan
menjadi 2 (dua), yaitu obligat psikhofil yang memiliki suhu pertumbuhan optimum

94

kurang dari 200C dan fakultatif psikhrofil yang memiliki suhu pertumbuhan optimum
lebih dari 20 0C.
Mikroba yang dapat tumbuh pada suhu 00C tetapi memiliki suhu pertumbuhan
optimum dan maksimum berbeda dengan mikroba psikhrofil disebut mikroba
psikhtrof.
b. Kelembaban Udara Relatif
Kelembaban udara relatif berhubungan dengan aktifitas air (aw). Pangan yang
mempunyai nilai aw rendah apabila ditempatkan pada lingkungan yang mempunyai
kelembaban udara relatif tinggi akan mudah menyerap air. Semakin banyak air yang
terserap akan meningkatkan nilai aw sehingga pangan tersebut mudah dirusak oleh
bakteri .
c. Susunan Gas di Atmosfir
Berdasarkan kebutuhan oksigen sebagai aseptor elektron, mikroba dapat
dibedakan menjadi 2 (dua) golongan, yaitu mikroba aerob dan mikroba anaerob.
Mikroba aerob adalah mikroba yang dapat menggunakan oksigen sebagai sumber
aseptor elektron terakhir bioenerginya .
Ada 2 (dua) golongan mikroba aerob, yaitu obligat aerob dan mikroaerofilik.
Obligat aerob adalah mikroba yang mutlak membuthkan oksigen, sementara
mikroaefilik adalah mikroba yang mutlak membutuhkan oksigen, sementara
mikroaerofilik adalah mikroba yang memerlukan oksigen dalam jumlah sedikit .

Faktor Implisit
Menurut Nurwanto (1997), faktor-faktor impilisit yang terpengaruh terhadap
pertumbuhan mikroba adalah sinergisme dan antagonisme.
a. Sinergisme
Sinergisme adalah kemampuan dua atau lebih organisme untuk melakukan
perubahan (biasanya perubahan kimia) dimana tanpa adanya kerja sama
diantaranya. Faktor faktor yang berkaitan dengan sinegisme adalah nutrisi

95

perubahan nilai pH, pertumbuhan potensial redoks, perubahan aktivitas air.


Penghilangan zat anti mikroba dan kerusakan stuktur biologis.
b. Antagonisme
Kematian atau terhambatnya pertumbuhanya suatu organisme yang disebabkan
oleh organisme lain yang mempengaruhi lingkungan pertumbuhan organisme
pertama disebut antagonisme. Faktor-faktor yang mempengaruhi antagonisme
antara lain penggunan nutrisi, perubahan nilai pH, perubahan potensial redoks,
pembentukan zat-zat antimikroba, dan bakteriofag.

Faktor Pengolahan
Mikrobiologi spesifik yang terdapat didalam bahan-bahan pangan dapat
dikurangi jumlahnya oleh berbagai jenis metode pengolahan dan pengawetan
pangan. Jenis-jenis pengolahan atau pengawetan pangan yang berpengaruh
terhadap kehidupan mikroba, antara lain suhu tinggi, suhu rendah penambahan
bahan pengawet dan irridiasi (Nurwanto, 1997).

96

BAB III
METODE KERJA
3.1 Waktu dan tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 8 Desember 2009 pukul
08.00.00 10.30 WITA di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam (F-MIPA) Universitas Mulawarman, Samarinda.
3.2 Alat dan bahan
3.2.1 Alat-alat :

Jarum Ose

Tabung reaksi

Cawan petri

Lampu bunsen

Cotton bud steril

Botol selai

Aluminium foil

Kapas

Pinset

Kertas cakram

Beker glass

Kertas label

Rak tabung

3.2.2 Bahan-bahan :

Ditergen

Alkohol 95 %

Bayclin

NaCl (5 ml) 0,9%

Media NA

97

Biakan bakteri

3.3 Cara Kerja


3.3.1 Daya Kerja Desinfektan

Jarum ose disterilkan menggunakan lampu bunsen

Diambil 1 ose bakteri pada biakan bakteri

Bakteri

yang

telah

diambil

menggunakan

jarum

ose

dimasukkan kedalam larutan NaCl. Lalu dihomogenkan.

Menggunakan cotton bud yang telah disterilkan, dicelupkan


cotton bud tersebut kedalam campuran larutan NaCl dan bakteri.

Diswapkan cotton bud tersebut secara merata pada media


NA.

Kertas cakram diambil menggunakan pinset yang telah steril.

Kertas cakram yang telah diambil dicelupkan kedalam cairan


D.

Kertas cakram tersebut diletakkan pada media NA yang telah


diswap.

Dilakukan hal yang sama pada cairan Alkohol 95% dan


Bayclin pada jarak yang telah ditentukan.

Diberi keterangan dengan menggunakan kertas label pada


setiap kertas cakram.

3.3.2 Radiasi Ultraviolet Terhadap Pertumbuhan Mikroorganisme

Jarum ose disterilkan menggunakan lampu bunsen

Diambil 1 ose bakteri pada biakan bakteri

Bakteri yang telah diambil menggunakan jarum ose dimasukkan kedalam larutan
NaCl. Lalu dihomogenkan.

Menggunakan cotton bud yang telah disterilkan, dicelupkan cotton bud tersebut
kedalam campuran larutan NaCl dan bakteri.

Diswapkan cotton bud tersebut secara merata pada media NA.


Dilakukan hal yang sama pada ketiga cawan petri yang berisi media NA.

98

Kemudian masing-masing setengah bagian cawan petri yang telah diswap


ditutup menggunakan aluminium foil.

Dilakukan penyinaran menggunakan sinar ultraviolet pada cawan petri 1 dan


2. Cawan petri 1 dilakukan penyinaran selama 30 menit. Cawan petri 2 dilakukan
penyinaran selama 60 menit. Cawan petri 3 digunakan sebagai kontrol.

Kemudian ketiga cawan petri tersebut diinkubasi selama 48 jam.

Diamati pola pertumbuhan bakteri yang ada.

99

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


4.1.1 Daya Kerja Desinfektan
Tabel Pengamatan
Gambar sebelum diinkubasi

Gambar setelah diinkubasi

Keterangan :
a : Alkohol 95 %
b : Bayclin
c : Deterjen
4.1.2 Radiasi Ultraviolet Terhadap Petumbuhan Mikroorganisme
Menit
0

koloni
TBUD

100

30
TBUD
60
TBUD
Ket : TBUD = tidak dapat dihitung

No.

Waktu

1.

2.

30

3.

60

Gambar sebelum

Gambar sesudah

diinkubasi

diinkubasi

4.2 Pembahasan
Desinfektan merupakan suatu bahan, biasanya zat kimia, yang mematikan sel
vegetatif tetapi belum tentu mematikan bentuk-bentuk spora mikroorganisme
penyebab penyakit, disebut disinfektan. Istilah ini pada umumnya dipakai untuk
substansi yang digunakan terhadap benda mati. Disinfeksi ialah proses yang

101

menghancurkan sel-sel vegetatif penyebab infeksi namun tidak selalu mematikan


sporanya (Pelczar & Chan, 1986).
Dalam percobaan kali ini hasil yang didapat dari 3 daya hambat desinfektan yaitu
Detergen, bayclin, dan alkohol tidak terjadi pertumbuhan bakteri dikarenakan
kesalahan pengikubasian yang mengakibatkan banyak cairan didalam media dan
tidak adanya bakteri yang muncul. Namun sebenaarnya bakteri yang akan muncul
akan banyak dan tidak dapat dihitung.
TBUD pada akohol 95% dikarenakan daya hambat pada alkohol sangat kecil
sehingga

bakteri

tidak

mudah

terhambat

pertumbuhannya.

TBUD

adalah

kepanjangan dari Terlalu Banyak Untuk Dihitung. Karena terlalu banyaknya bakteri
yang tumbuh pada sekitar kertas cakram dengan jenis desinfektan alkohol 95%
sehingga tidak dapat dihitung.
Pemakaian desinfektan ini mengakibatkan bakteri terhambat pertumbuhannya
karena bakteri sulit atau tidak bisa tumbuh pada kondisi asam kuat.

Jenis

desinfektan bayclin lebih rendah daya hambatnya di banding dengan desinfektan


ditergen. Sedangkan jenis desinfektan alcohol 95% tidak dapat menghambat
pertumbuhan mikroba yang ada di media NA tersebut.
Zona bening adalah luas daerah terang menjadi ukuran kekuatan daya kerja
desinfektan. Zona bening terdapat pada sekitar kertas cakram yang diberi
desinfektan yang telah diinkubasi.
Radiasi ultraungu (sering disingkat UV, dari bahasa Inggris: ultraviolet) adalah
radiasi elektromagnetis terhadap panjang gelombang yang lebih pendek dari daerah
dengan sinar tampak, namun lebih panjang dari sinar-X yang kecil. Radiasi UV
dapat dibagi menjadi hampir UV (panjang gelombang: 380200 nm) dan UV vakum
(20010 nm). Ketika mempertimbangkan pengaruh radiasi UV terhadap kesehatan
manusia dan lingkungan, jarak panjang gelombang sering dibagi lagi kepada UVA
(380315 nm), yang juga disebut "Gelombang Panjang" atau "blacklight"; UVB (315
280 nm), yang juga disebut "Gelombang Medium" (Medium Wave); dan UVC (28010 nm), juga disebut "Gelombang Pendek" (Short Wave). Istilah ultraviolet berarti
"melebihi ungu" (dari bahasa Latin ultra, "melebihi"), sedangkan kata ungu
merupakan warna panjang gelombang paling pendek dari cahaya dari sinar tampak.

102

Beberapa hewan, termasuk burung, reptil, dan serangga seperti lebah dapat melihat
hingga mencapai "hampir UV". Banyak buah-buahan, bunga dan benih terlihat lebih
jelas di latar belakang dalam panjang gelombang UV dibandingkan dengan
penglihatan warna manusia (Sardjono, 1988).
Sinar ultraviolet dalam sinar matahari bersifat germicida, dapat membunuh
bakteri bentuk vegetatif maupun bentuk spora, walaupun untuk membunuh bentuk
spora waktunya harus lebih lama. Karena itu, menjemur pakaian, tempat tidur, alatalat makan ataupun benda-benda lainnya, penting untuk membunuh mikroba
pathogen. Sinar ultraviolet juga digunakan untuk desinfeksi air.
Sinar ultraviolet digunakan untuk sterilisasi ruang bedah, ruang industri farmasi
di mana obat-obat steril dimasukkan ke dalam vial atau ampul, juga ruangan industri
makanan di mana bahan-bahan makanan dimasukkan kedalam kaleng. Walaupun
sinar ultraviolet sngar ganas terhadap mikroba, tetapi daya tembusnya kurang,
sehingga hanya dapat mematikan mikroba-mikroba yang terdapat pada permukaan
saja (Entjang, 2003).
Ultraviolet adalah sinar radiasi dari matahari dampak buruknya yang bisa terjadi
pencairan es di kutub utara & selatan, volume suhu air menjadi naik ,daratan
berkurang karena akibat gersangnya tanah,mempercepat penuaan kulit, dan
menyebabkan

kanker

kulit.

Tumbuhan

mati

akibat

suhu

volume

panas

tinggi,kehidupan makhluk hidup menjdi terganggu. Satu lagi menyebabkan


kemusnahan bagi makhluk hidup yang ada di bumi (Sardjono, 1988).
Ketajaman sinar ultra violet yang mengenai mata bisa mengakibatkan beberapa
masalah pada mata, seperti katarak, petrigium, fotokeratitis, dan perubahan
degeneratif pada kornea mata. Kondisi tersebut bisa menyebabkan pandangan
menjadi buram, iritasi, mata merah, mata berair, kehilangan pandangan sejenak, dan
pada kasus tertentu mengalami kebutaan. Seperti halnya kulit yang bisa terbakar
oleh radiasi sinar UV, mata juga bisa mengalami kerusakan (Anonim,2008).
Pada mikroba yang mendapat penyinaran 60 menit lebih sedikit pertumbuhan
bakterinya daripada mikroba yang mendapat penyinaran 30 menit dan yang
digunakan sebagai kontrol. Hal ini dikarenakan sinar UV merupakan faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan mikroba, yaitu menghambat pertumbuhan mikroba

103

TBUD adalah singkatan dari Terlalu Banyak Untuk Dihitung. Istilah ini biasanya
digunakan jika pertumbuhan mikroba terlalu banyak sehingga tidak dapat dihitung.
Pertumbuhan mikroba pada media yang ditutup menggunakan aluminium foil
lebih banyak pertumbuhannya dikarenakan sinar UV yang didapat tidak langsung
terkena pada mikrobanya.
Banyaknya mikroba yang tumbuh didalam media dikarena terlalu tebal ketika
melakukan swap. Dan terlalu kuat saat melakukan swap sehingga media tercungkil.
Faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba yaitu penyinaran yang di
berikan secara berbeda setiap cawan petri sehingga pertumbuhannya pun berbedabeda. Ditaruhnya aluminium foil untuk menutupi sebagian cawan petri dapat juga
mempengaruhi pertumbuhan bakteri yang tertutup aluminium foil dengan yang tidak
tertutup aluminium foil.
Terlalu banyak kesalahan yang terjadi saat praktikum berlangsung. Seperti
tercungkilnya media saat dilakukan swap. Letak aluminium foil selalu bergeser
sehingga menyulitkan ketika pengamatan.
Saat melakukan percobaan digunakan NaCl 0,9%. Ini dikarenakan NaCl 0,9%
merupakan larutan isotonik. Yaitu larutan yang seimbang antara konsentrasi larutan
dengan cairan yang ada didalam bakteri tersebut. Hal ini dilakukan untuk
menghindari rusaknya bakteri.

104

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Bisa melakukan metode dengan menggunakan daya kerja desinfektan dan


belum terlalu sempurna saat melakukan metode penyinaran UV.

Pengaruh lingkungan yaitu faktor fisik bisa mempengaruhi pertumbuhan


mikroorganisme dengan melakukan penyinaran UV terhadap pertumbuhan
mikroorganisme dan faktor kimia pun bisa mempengaruhi pertumbuhan
mikroorganisme dengan diberinya 3 macam desinfektan (Detergen, alkohol 95%,
dan bayclin) dapat menghambat pertumbuhan bakteri di sekitar desinfektan.

5.2 Saran
Sebaiknya praktikan dapat berhati-hati dalam melakukan swab, jangan
sampai media tercungkil karena dapat merusak media.

105

DAFTAR PUSTAKA

Dwidjeseputro. 2005. Dasar-dasar Mikrobiologi. Yogyakart: Kanisius


Entjang, Indah.2001. Mikrobiologi dan Parasitologi. PT Citra Aditya Bakti: Bandung
Nurwatoro dan Siregar Abbas. 1997. Mikrobiologi Pangan Hewan dan Nabati .
Yogyakarta: Kanisius.
Pelczar, J. Michael dan Chan, E.C.S. 1986. Dasar-dasar Mikrobiologi 2. Universitas
Indonesia (UI-Press): Jakarta
Sardjono, D. Wiyono dan D Wibowo. 1988. Mikrobiologi Pengolahan, PAU
Pangan dan Gizi. Yogyakarta : UGM Press

106

Anda mungkin juga menyukai