Anda di halaman 1dari 5

PROFIL PERUSAHAAN DAN PRODUK Big Cola

AJE GROUP adalah perusahaan yang memproduksi, mendistribusikan dan memasarkan beberapa produk
minuman. Perusahaan ini beroperasi di Peru, Ekuador, Colombia, Brazil, Venezuela, Amerika Tengah, Mexico,
Thailand, Vietnam, India, dan Indonesia. Perusahaan ini berbasis di Lima, Peru dan dijalankan oleh Keluarga
Aaos-Jerdari Ayacucho, Peru.
Aje Group yang bermula pada akhir 1980 adalah perusahaan multinasional yang telah mempunyai perwakilan di
20 negara di seluruh dunia dengan 22 pabrik serta karyawan yang berjumlah lebih dari 20.000 orang. Aje Group
berkomitmen untuk memproduksi serta memasarkan produk-produk dengan standar kualitas internasional
dengan harga yang bersaing untuk memenuhi permintaan konsumen di seluruh dunia.
Dengan besarnya pasar global saat ini, Aje Group akan terus mengembangkan diri. Sebagai perusahaan yang
mempunyai tagline "Think Big", AJEGROUP mempunyai keinginan untuk menggebrak pasar dunia dengan
menjaga etos kerja keras untuk mencapai tujuan perusahaan, yaitu menjadi salah satu dari 20 perusahaan
multinasional terpenting pada tahun 2020.
Sebagai perusahaan yang besar, Aje Group memiliki konsep bisnis, visi, dan misi yang terarah. Konsep
bisnis,visi, dan misi Aje Group sebagai berikut:
1. Konsep bisnis
Aje mendasarkan model bisnisnya dengan memadukan inovasi produk terinci dengan standar kualitas
internasional pada harga yang sangat kompetitif sesuai dengan permintaan konsumen yang menggambarkan
sebagian besar penduduk di dunia saat ini.
2. Visi
Menjadi salah satu dari 20 perusahaan multinasional terpenting pada tahun 2020.
3. Misi
Berkontribusi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sebagai produk unggul yang dipilih dan dicari.
Dengan adanya konsep, visi, dan misi perusahaan yang telah diterapkannya, Aje Group berusaha meenjalankan
bisnis sesuai dengan apa yang ditetapkan untuk mencapai apa yang ditetapkan.
Aje memproduksi minuman ringan yang dikategorikan menjadi tujuh kelompok, yaitu:
1. Karbonasi
- Oro
- Big Fresh
- KR
- Big Cola
2. Water
- Cielo
- Big Aqua Vital
3. Juice
- Pulp
- Big Frutale
- Cifrut
- Big Citrus
4. Beer
- Franca
- TresCructs
5. Tea
- Free Tea
- Cool Tea
6. Sports Drinks
- Sporade
7. Energy Drink
- Volt

AJE Indonesia merupakan perusahaan yang memproduksi Big Cola di Indonesia yang merupakan salah satu
dari anak perusahaan AJE Group. Sebagai pendatang baru di industri minuman ringan, AJE Indonesia memiliki
komitmen yang tinggi terhadap Indonesia, antara lain:
1. Membuka pabrik baru dengan menggunakan pekerja, supplier, hingga materi produksi dari Indonesia.
2. Memberikan alternatif pilihan minuman ringan yang terbaik dengan harga yang terjangkau.
3. Berkomitmen untuk berkembang besar bersama konsumen Indonesia.
BIG cola merupakan salah satu minuman karbonasi baru di Indonesia yang di produksi oleh AJE Indonesia.
Harga yang murah dan rasa yang dapat dibandingkan dengan minuman karbonasi lainnya menjadi daya tarik
tersendiri bagi konsumen. Distribusi produk tersebut dapat dikatakan cukup pesat diimbangi dengan permintaan
yang cukup tinggi. BIG cola merupakan produk Market Challengger bagi produk-produk sejenis yang sudah ada
sebelumnya.
PROBLEM PERUSAHAAN BERKAITAN DENGAN JUDUL
Strategi dapat dikatakan sebagai hal pertama yang mengawali langkah suatu perusahaan dalam menjalankan
bisnisnya. Seperti telah disampaikan dalam latar belakang, strategi perusahaan terdapat dalam dua tingkatan,
yaitu strategi pada tingkat korporat dan strategi pada tingkat unit bisnis. Dalam perumusan strategi pada tingkat
koporat, akan membahas dua masalah yaitu definisi di mana perusahaan akan berpartisipasi dan penugasan
sumber daya antarbisnis-bisnis tersebut. Sedangkan pada tingkat unit bisnis berkaitan dengan bagaimana
menciptakan dan memelihara keunggulan kompetitif dalam masing-masing industri yang telah dipilih oleh suatu
perusahaan untuk berpartisipasi.
Pada tahun 2008, Indonesia diperkenalkan dengan produk minuman karbonasi yang diproduksi oleh Aje, yaitu
Big Cola yang merupakan produk unit bisnis minuman karbonasi. Big Cola mendapatkan perhatian masyarakat
karena iklan yang menarik melalui televisi. Namun yang terpenting adalah low-cost strategy yang diterapkan oleh
Aje untuk produk Big Cola di Indonesia sehingga harga jualnya lebih rendah dibandingkan produk sejenis yang
sudah lebih dahulu menguasai pasar di Indonesia. Hal ini juga menjadikan Big Cola sebagai produk market
challenger bagi produk sejenisnya. Produk sejenis yang sangat terkenal yaitu Coca Cola dan Pepsi.
Meskipun strategi biaya rendah menjadikan produk Big Cola memiliki harga penjualan yang lebih rendah
daripada produk sejenis seperti Coca Cola dan Pepsi dan menjadi produk market challenger, tetapi seperti
halnya bisnis lain, tentu ada kelemahan dan ancaman yang dihadapi. Oleh karena itu suatu perusahaan harus
melakukan analisis apa yang menjadi keunggulan dan peluang serta apa yang menjadi kelemahan dan ancaman
yang akan dihadapi selama menjalankan bisnisnya.
Dalam pembahasan ini, kami akan membahas bagaimana low-cost strategy diterapkan pada produk Big Cola
dan peran Big Cola sebagai market challenger. Selain itu, kami juga akan menyampaikan kelebihan dan
kelemahan produk Big Cola dan rekomendasi untuk kelemahan dan ancaman yang dihadapi.
D. RUMUSAN MASALAH
a. Apakah yang dimaksud dengan Low-cost Strategy dan Market Challenger?
b. Bagaimana Low-cost strategy diterapkan pada produk Big Cola?
c. Bagaimana Market Challenger diterapkan pada produk Big Cola?
ANALISIS DAN EVALUASI
Pengertian Low-cost Strategy dan Market Challenger
Strategi biaya rendah (low-cost strategy) atau strategi kepemimpinan biaya (cost leadership) menekankan pada
upaya memproduksi produk standar dengan biaya per unit yang rendah. Barang atau jasa biasanya ditujukan
kepada konsumen yang relatif mudah terpengaruh oleh pergeseran harga (price sensitive) atau menggunakan
harga sebagai faktor penentu keputusan. Dari sisi perilaku pelanggan, strategi jenis ini amat sesuai dengan
kebutuhan pelanggan yang termasuk dalam kategori perilaku low-involvement, ketika konsumen tidak terlalu
peduli terhadap perbedaan merek, relatif tidak membutuhkan pembedaan produk, atau jika terdapat sejumlah
besar konsumen memiliki kekuatan tawar-menawar yang signifikan.
Terutama dalam pasar komoditi, strategi ini tidak hanya membuat perusahaan mampu bertahan terhadap
persaingan harga yang terjadi tetapi kemungkinan juga dapat menjadi pemimpin pasar (market leader) dalam
menentukan harga dan memastikan tingkat keuntungan pasar yang tinggi (di atas rata-rata) dan stabil melalui
cara-cara yang agresif dalam efisiensi dan kefektifan biaya atau sebagai penantang pasar (market challenger)
yang akan memperngaruhi kestabilan bisnis pesaingnya.
Sumber dari keefektifan biaya ini bervariasi. Termasuk di dalamnya adalah pemanfaatan skala ekonomi
(economies of scale), investasi dalam teknologi yang terbaik, sharing biaya dan pengetahuan dalam internal
organisasi, dampak kurva pembelajaran dan pengalaman (learning and experience curve), optimasi kapasitas

utilitas, dan akses yang baik terhadap bahan baku atau saluran distribusi. Pada prinsipnya, alasan utama
pelaksanaan strategi integrasi ke hulu (backward integration), ke hilir (forward integration), maupun ke samping
(horizontal integration) adalah untuk memperoleh berbagai keuntungan dari strategi biaya rendah ini. Biasanya
strategi ini dijalankan beriringan dengan strategi diferensiasi yang akan memberikan hasil terbaik. (Lihat David,
1998; Fournier dan Deighton, 1997; Pass dan Lowes, 1997; Porter, 1980 dan 1985).
Strategi Penantang Pasar (market challenger) adalah strategi yang biasanya dilakukan oleh perusahaanperusahaan yang terletak pada posisi ke dua atau ke tiga, dimana perusahaan-perusahaan ini menyerang
pemuka dan pesaing-pesaing lain dengan tawaran yang agresif untuk memperoleh lebih banyak market share.
Pada dasarnya perusahaan penantang pasar dapat memilih cara-cara berikut dalam melakukan penyerangan,
yaitu:
1. Perusahaan menyerang pemimpin pasar
Pilihan ini membawa risiko tinggi tetapi dapat merupakan strategi yang akan banyak menghasilkan dan menang
bila di pemimpin pasar bukanlah merupakan pemimpin sejati dan ternyata tidak memenuhi kebutuhan pasar
dengan sempurna.
2. Perusahaan menyerang perusahaan-perusahaan yang besarnya sama, yang kurang berhasil, dan kekurangan
dana
Baik kepuasan konsumen maupun potensi perusahaan perlu diteliti dengan mendalam. Bahkan serangan frontal
bisa berhasil bila memang sumber daya perusahaan lain terbatas.
3. Perusahaan menyerang perusahaan-perusahaan regional yang lebih kecil, kurang berhasil, dan yang
kekurangan dana
Beberapa perusahaan tumbuh menjadi kuat tidak hanya dengan merebut konsumen dari pesaing namun lebihlebih dengan melahap perusahaan-perusahaan kecil.
Penerapan Low-cost Strategy pada Produk Big Cola
Salah satu penyebab minat masyarakat tertuju pada Big cola adalah harganya yang lebih rendah dibandingkan
produk sejenis dan isinya lebih banyak. Meskipun rasa belum dapat menyamai Coca cola sebagai Market
Leader, tetapi harga yang lebih rendah akan menjadi pertimbangan tersendiri bagi masyarakat.
Harga jual yang ditawarkan Big cola berkaitan dengan komitmen yang dimiliki perusahaan AJE, yaitu:
- Membuka pabrik baru dengan menggunakan pekerja, supplier, hingga materi produksi lokal, bukan hasil import
dari luar negeri.
- Memberikan alternatif pilihan minuman ringan yang terbaik dengan harga yang terjangkau.
- Berkomitmen untuk berkembang besar bersama konsumen di negara-negara berkembang termasuk Asia
Tenggara. Jangan heran jika Big Cola jauh lebih ekonomis dibanding kompetitor- kompetitor lainnya yang
merupakan senjata utama untuk merebut pasar di negara-negara berkembang yang tingkat perekonomiannya
belum mapan,yang rakyatnya lebih cenderung membeli bahan-bahan pokok ketimbang membeli sekaleng
minuman soda berkarbonasi.
Harga yang lebih rendah ini, didapat AJE dengan minimimalisasi segala biaya produksi, utamanya biaya
kemasan produk. Di Indonesia, saat ini Big Cola baru diproduksi dalam kemasan botol plastik dan menggunakan
packaging.
Peran Big cola sebagai Market Challenger
Hampir setiap hari masyarakat disuguhi iklan melalui berbagai media, khususnya televisi. Setiap produk
berusaha untuk mengenalkan diri menjadi yang terbaik. Berbagai trik diselipkan dalam iklan tersebut. Market
share menjadi faktor penentu hidup atau matinya sebuah produk. Jika tidak berhati-hati, pesaing akan merebut
pangsa pasar, bahkan menyingkirkan kita dari arena persaingan.
Berbicara tentang minuman bersoda, yang langsung ada di benak konsumen sudah pasti Coca Cola. Sejak
puluhan tahun yang lalu, Coca Cola telah merajai dunia, termasuk Indonesia. Karena telah merajai pasar
minuman bersoda hampir di seluruh dunia, kini Coca Cola sudah dikategorikan sebagai produk mature.
Kemampuannya menguasai pasar hampir diseluruh negara, maka Coca cola masuk dalam Market Leader.
Big Cola adalah produk yang relatif baru di Indonesia, namun sudah mulai dikenal orang. Kehadiran Big Cola
yang langsung merebut tak kurang dari 9% market share, menjadi ancaman tersendiri bagi Coca Cola. Big cola
yang sedang berada pada tahap growth bahkan bisa jauh lebih unggul daripada Pepsi, produk yang sudah lama
dijual di Indonesia. Selain itu, nama Big cola juga hampir sama dengan Coca Cola, tetapi harga jual Big Cola
sedikit di bawah Coca Cola. Ini semakin menguatkan aroma persaingan terbuka dari Big Cola yang menantang
Coca Cola sebagai market leader di kategori minuman bersoda Top Brand Index 2013. Namun, dari segi rasa,
Big cola masih berada di bawah Coca Cola.
Berikut langkah-langkah yang ditempuh Big Cola dalam strategi pemasaran sebagai Market Challenger di

Indonesia:
1. Variasi Produk
Dengan perbandingan kemasan, rasa yang hampir sama dengan Coca Cola, Big Cola menawarkan varian
produk yang lebih komplit, dari cola, lemon, strawberry, hingga orange. Semua rasa yang ada berkompetisi
langsung dengan Coca Cola dengan variannya sprite dan fanta. Baru-baru ini Big Cola Indonesia juga
meluncurkan dua varian rasa baru yang sangat sensasional yaitu Big Cola Melon dan Big Cola Grape. Dua
varian rasa baru ini tersedia dalam kemasan botol PET 535ml.
2. Fokus Distribusi
Big Cola telah menjangkau 4.000 lebih toko ritel Indomaret dan Alfa Mart di Jawa dan Sumatera sejak awal
diluncurkan. Kelemahan jangkauan distribusi dibalik menjadi kekuatan untuk menarik konsumen dan ternyata
sukses. Karena itu, strategi distribusi di Indonesia berbeda dengan yang diterapkan AJE Group di Thailand,
Vietnam atau negara-negara di Amerika Selatan yang menjadi sasaran pemasaran Big Cola. Di negara-negara
tersebut distribusi mengandalkan modern channel, sedangkan di Indonesia mengandalkan traditional channel.
3. Push Marketing
Big Cola mengerahkan tim sales untuk berjualan langsung dengan membuka tenda di pinggir jalan. Mereka
mendirikan tenda di lokasi strategis, lengkap dengan memasang poster untuk edukasi Big Cola kepada
konsumen. Selain itu, tim sales disebar untuk menawarkan produk kepada para pedagang atau pemilik warung
di wilayah pemukiman. Sasaran awal pemasaran adalah Jakarta, Tangerang, dan Bekasi. Untuk menggaet
pedagang, Big Cola menerapkan sistem konsinyasi dan pembayaran di belakang. Artinya, pedagang yang
bersedia menjadi agen Big Cola diberi keringanan dengan hanya membayar produk yang laku. Ini pun dibayar di
belakang hari (jatuh tempo). Big Cola juga menggunakan warung dan agen sebagai channel komunikasi. Di
tempat-tempat tersebut Big Cola memasang besar-besar poster. Strategi push marketing ini dirancang dengan
tujuan agar pengecer mempromosikan Big Cola kepada pengguna akhir. Bahkan yang terjadi dalam beberapa
tahun terakhir adalah pengecer itu juga menjadi pemasar Big Cola karena merekomendasikan kepada pengecer
lainnya untuk menjual Big Cola karena benefit yang diperoleh cukup besar.
4. Promosi
Promosi melalui tayangan iklan bertajuk Big Cola be England di TVC. Iklan menyajikan cuplikan pertandingan
sepakbola FA Cup. Konsep iklan ini merupakan hasil elaborasi consumer insight yang menunjukkan kecintaan
masyarakat Indonesia terhadap sepakbola yang sangat tinggi. Ini terlihat dari sangat antusiasnya konsumen
Indonesia mengikuti pertandingan yang digelar klub-klub di Inggris melalui televisi. Brand awareness Big Cola
dapat terbentuk dari antusias masyarakat terhadap pertandingan sepak bola di Inggris.
Kelebihan dan Kelemahan Produk Big Cola
Kelebihan produk Big cola:
- Harga kompetitif
Sesuai dengan strategi yang diterapkan, harga jual Big Cola lebih rendah dibandingkan produk-produk sejenis.
Hal ini menjadi daya tarik atas daya beli dan minat untuk mengonsumsi Big Cola.
- Isi lebih banyak
Selain harga yang lebih rendah, Big Cola juga menawarkan isi yang lebih banyak yang manjadi daya tarik
konsumen.
- Tidak mengandung kafein
Beberapa sumber menuliskan bahwa Big Cola tidak megandung kafein.
- Terjamin Halal
Pada kemasan produk Big Cola sudah terdapat label halal.
- Rasa yang tidak jauh berbeda dengan produk sejenis yang sudah ada sebelumnya
- Iklan yang menarik
Kelemahan produk Big cola
- Pada kemasan Big cola tidak terdapat informasi nilai gizi
- Kemasan terlalu tipis untuk minuman bersoda
- Dari segi rasa Big Cola memang tidak terlalu jauh dibanding Coca-cola ataupun Pepsi. Namun untuk ukuran
minuman karbonasi, rasanya kurang kuat. Oleh karena itu Big Cola harus memperbaiki resepnya supaya
memiliki rasa yang lebih nikmat daripada sebelumnya.
- Masalah positioning, di mana Big Cola masih dibayang-bayangi produk minuman soda unggulan, yaitu Coca
cola.
Kelemahan-kelemahan tersebut harus segera di atasi agar produk Big Cola dapat mempertahankan dan

meningkatkan bisnisnya.
e. Rekomendasi untuk Produk Big Cola
Berikut ini rekomendasi yang kami berikan untuk meningkatkan bisnis prosuk Big Cola:
1. Keselarasan tujuan harus dipertahankan.
Pengendalian manajemen yang memiliki tujuan untuk menjaga keselarasan tujuan individu dan tujuan
perusahaan harus berfokus pada strategi perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan tersebut.
2. Dalam kemasan big cola sebaiknya dicantumkan informasi nilai nilai gizi dari, karena di Indonesia sendiri telah
diatur dalam UU No. 7 tahun 1996 yang perlu dicantumkan dalam label suatu produk antara lain:
a. Nama Produk
b. Daftar bahan yang digunakan
c. Berat bersih atau isi bersih
d. Nama dan alamat pihak yang memproduksi atau memasukan pangan ke dalam wilayah Indonesia
e. Keterangan tentang halal
f. Tanggal, bulan, dan tahun kadaluarsa
Peraturan ini sebaiknya ditaati oleh pihak aje group agar kedepannya tidak dipermasalahkan oleh pihak-pihak
yang berkepentingan. Selain dari UU, konsumen juga akan merasa lebih merasa aman dan nyaman dengan
adanya informasi nilai gizi yang terdapat pada produk big cola. Para konsumen yang memiliki kondisi medis
tertentu perlu melihat nilai gizi yang terdapat dalam produk.
3. Melakukan perluasan pangsa pasar.
Dalam usaha perluasan pangsa pasar, hal pertama yang dilakukan adalah re-branding. Big COla perlu
mendesain ulang kemasan dan warna label kemasan. Hal ini agar Big Cola dapat keluar dari bayang-bayang
Coca Cola sebagai bukti bahwa Big Cola mampu menjadi penantang pasar dengan image yang menjadi ciri
khasnya.
4. Mempertahankan komitmen yang mendukung penerapan strategi biaya rendah produk Big Cola.
Seperti telah disampaikan, beberapa komitmen yang dipegang Aje Group untuk menerapkan strategi biaya
rendah produk yaitu membuka produk dengan menggunakan pekerja, bahan, dan supplier lokal. Dalam hal
mempekerjakan karyawan lokal, perusahaan harus tetap melakukan seleksi dan perekrutan yang baik agar
memperoleh tenaga kerja yang berkualitas dengan upah yang lebih rendah. Untuk supplier dan bahan lokal,
perusahaan juga harus tepat dalam memilih supplier agar proses produksi tidak terganggu. Proses produksi ini
terkait dengan ketersediaan bahan tepat waktu dan kualitas bahan yang sesuai dengan standar.

Anda mungkin juga menyukai