DISUSUN OLEH:
1. ANISA FIRLANA (141.13.034)
2. ARINI MUTIA RAHMAH (141.13.035)
3. DIYANA (141.13.042)
4. NABILA SUCIANA (141.13.052)
JURUSAN AKUNTANSI
2014
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat rahmat dan karunia-Nya, karya ilmiah ini dapat terselesaikan
dengan baik serta tepat pada waktunya. Adapun tujuan penulisan karya
ilmiah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Perbankan Syariah
pada semester 3, dengan judul Riba dalam Persepsi Agama dan Sejarah.
Dengan membuat tugas ini kami diharapkan dapat lebih memahami materi
mengenai riba.
Dalam penyelesaian karya ilmiah ini, kami banyak mengalami
kesulitan, terutama disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan yang
menunjang. Namun, berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak,
akhirnya karya ilmiah ini dapat terselesaikan dengan cukup baik. Karena
itu, sudah sepantasnya jika kami mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu kami.
Harapan kami, semoga karya ilmiah yang sederhana ini, dapat
membantu orang lain untuk memahami tentang riba. Kami sadar, sebagai
mahasiswa yang masih dalam proses pembelajaran, penulisan karya ilmiah
ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif, guna
penulisan karya ilmiah yang lebih baik lagi di masa yang akan datang.
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................
i
DAFTAR ISI............................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
1.2.
1
Rumusan Masalah........................................................................................
1.3.
2
Metode Penulisan.........................................................................................
1.4.
2
Sistematika Penulisan..................................................................................
2
BAB II PEMBAHASAN
2.1.
Definisi dan Jenis-Jenis Riba.......................................................................
4
2.1.1. Definisi Riba....................................................................................
........................................................................................................4
2.1.2. Jenis-Jenis Riba................................................................................
2.2.
........................................................................................................6
Jenis-Jenis Barang Ribawi...........................................................................
2.3.
7....................................................................................................................
Konsep Riba dalam Perspektif Nonmuslim.................................................
8
2.4.
2.5.
2.6.
28
Perbedaan antara Investasi dan Membungakan Uang..................................
2.7.
35
Berbagai Fatwa Tentang Riba......................................................................
2.8.
36
Dampak Negatif Riba...................................................................................
45
2.8.1
Dampak Ekonomi............................................................................
......................................................................................................45
2.8.2 Sosial Kemasyarakatan....................................................................
......................................................................................................46
BAB III PENUTUP
3.1.
Kesimpulan..................................................................................................
3.2.
48
Saran.............................................................................................................
48
3
DAFTAR PUSTAKA
...............................................49
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Alam semesta ini adalah milik Allah SWT sedangkan manusia adalah
penerima kepercayaan dari Allah yang harus dipeliharanya. Dengan
berkembangnya peradaban manusia, manusia banyak melakukan kegiatan
ekonomi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Mulai dari
menabung, meminjam uang, dan sampai kepada yang menggunakan jasa
untuk mngirim uang dari berbagai kota dan negara. Dalam menjalankan
kegiatan ekonominya, Islam telah memberi ketetapan bahwa riba hukumnya
adalah haram.
Riba berarti menetapkan bunga atau melebihkan jumlah pinjaman saat
pengembalian berdasarkan presentase tertentu dari jumlah pinjaman pokok
yang telah dibebankan kepada peminjam. Secara umum, riba adalah
pengambilan tambahan baik dalam transaksi jual beli maupun pinjam
meminjam secara bathil atau bertentangan dengan prinsip muamalat dalam
Islam.
Mengenai riba, Islam bersikap keras dalam persoalan ini karena sematamata demi melindungi kemslahatan manusia baik dari segi akhlak,
masyarakat maupun perekonomiannya. Karena, pada hakekatnya riba
(kredit lunak berbunga besar), atau pinjaman yang salah penerapannya akan
berakibat meningkatnya harga barang yang normal menjadi sangat tinggi,
BAB II
PEMBAHASAN
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan
harta sesamamu dengan jalan bathil." (Q.S. An Nisa: 29)
Dalam kaitannya dengan pengertian al bathil dalam ayat
tersebut, Ibnu Al Arabi Al Maliki, dalam kitabnya Ahkam Al
Quran, menjelaskan:
Dalam kaitan dengan perbankan syariah implikasi ketentuan tukarmenukar antarbarang-barang ribawi dapat diuraikan sebagai berikut:
1.
jumlah dan kadar yang sama. Barang tersebut pun harus diserahkan
saat transaksi jual-beli. Misalnya rupiah dengan rupiah hendaklah Rp
5.000,00 dengan Rp 5.000,00 dan diserahkan ketika tukar-menukar.
2.
3.
Kedua, pemikiran kaum Yahudi dan Kristen perlu dikaji karena sangat
banyak tulisan mengenai bunga yang dibuat para pemuka agama tersebut.
Ketiga, pendapat orang-orang Yunani dan Romawi juga perlu di-perhatikan
karena mereka memberikan kontribusi yang besar pada peradaban manusia.
Pendapat mereka juga banyak mempengaruhi orang-orang Yahudi dan
Kristen serta Islam dalam memberikan argumentasi sehubungan dengan
riba.
1
Pinjaman biasa
6 % - 18, %
Pinjaman properti
6 % - 12 %
Pinjaman antarkota
7 % - 12 %
12 % - 18 %
10
8 12 %
4 12 %
6 100 %
Pada
masa
Meskipun demikian, praktik pengambilan bunga dicela oleh para ahli filsafat. Dua
orang ahli filsafat Yunani terkemuka, Plato (427 347 SM) dan Aristoteles
(384 322 SM), mengecam praktik bunga. Begitu juga dengan Cato (234
149 SM) dan Cicero (106 43 SM). Para ahli filsafat tersebut mengutuk orangorang Romawi yang mempraktekkan pengambilan bunga.
Plato mengecam sistem bunga berdasarkan dua alasan. Pertama, bunga
menyebabkan perpecahan dan perasaan tidak puas dalam masyarakat.
Kedua, bunga merupakan alat golongan kaya untuk mengeksploitasi
golongan
miskin.
Sedangkan
11
para
ahli
filsafat
Romawi
terhadap
praktik
12
13
orang
kaya.
Karena
dua-duanya
sama-sama
14
undang-undang (Canon):
melarang
para
pekerja
gereja
mem-praktekkan
Larangan
pemberlakuan
bunga
untuk
umum
baru
15
16
17
asalkan
bunga
tersebut
digunakan
untuk
2.4.1
"Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia
bertambah pada harta manusia. Maka riba itu tidak menambah pada
sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu
maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang berbuat
demikian) itulah orang-orang yang melipatgandakan (pahalanya)."
(Q.S. Ar Rum: 39).
Tahap kedua, riba digambarkan sebagai suatu yang buruk. Allah
mengancam memberi balasan yang keras kepada orang Yahudi
yang memakan riba.
19
"Maka
disebabkan
kezhaliman
orang-orang
Yahudi,
Kami
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba
dengan berlipat-ganda dan bertaqwalah kamu kepada Allah
supaya kamu mendapat keberuntungan." (Q.S. Ali Imran: 130).
Ayat ini turun pada tahun ke 3 hijriyah. Secara umum ayat ini harus
dipahami bahwa kriteria berlipat-ganda bukanlah merupakan syarat
dari terjadinya riba (jikalau bunga berlipat ganda maka riba tetapi
jikalau kecil bukan riba), tetapi ini merupakan sifat umum dari
praktek pembungaan uang pada saat itu.
20
{278}
{279}
"Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan
tinggalkan sisa-sisa (dari berbagai jenis) riba jika kamu orang-orang
yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa
riba) maka
ketahuilah,
bahwa Allah
dan
rasul-Nya akan
21
.
.) (
) :
( )
- :
Kaum Tsaqif, penduduk kota Thaif, telah membuat suatu
kesepakatan dengan Rasulullah SAW bahwa semua hutang
mereka, demikian juga piutang (tagihan) mereka yang berdasarkan riba agar dibekukan dan dikembalikan hanya
pokoknya saja. Setelah Fathul Makkah, Rasulullah menunjuk Itab bin
Usaid sebagai Gubernur Makkah yang juga meliputi kawasan Thaif
sebagai daerah administrasinya. Adalah Bani Amr bin Umair bin Auf
yang senantiasa meminjamkan uang secara riba kepada Bani
Mughirah dan sejak zaman jahiliyah Bani Mughirah senantiasa
membayarnya dengan tambahan riba. Setelah kedatangan Islam,
mereka tetap memiliki kekayaan dan asset yang banyak. Maka
datanglah Bani Amr untuk menagih hutang dengan tambahan
(riba) dari Bani Mughirah - seperti sediakala - tetapi Bani
Mughirah setelah memeluk Islam menolak untuk memberikan
tambahan (riba) tersebut. Maka dilaporkanlah masalah tersebut
kepada Gubernur Itab bin Usaid. Menanggapi masalah ini Gubernur
22
Itab langsung menulis surat kepada Rasulullah SAW dan turunlah ayat
di atas. Rasulullah SAW lantas menulis surat balasan kepada
Gubernur Itab jikalau mereka ridha dengan ketentuan Allah di atas
maka
itu
baik,
tetapi
jikalau
mereka
menolaknya
maka
23
Diriwayatkan oleh Aun bin Abi Juhaifa, Ayahku membeli
seorang budak yang pekerjaannya membekam (mengeluarkan darah
kotor dari kepala), ayahku kemudian memusnahkan peralatan
bekam si budak tersebut. Aku bertanya kepada ayah mengapa beliau
melakukannya. Ayahku
menjawab,
Diriwayatkan oleh Abu Said Al Khudri bahwa pada suatu ketika Bilal
membawa barni (sejenis kurma berkualitas baik) ke hadapan
Rasulullah SAW dan beliau bertanya kepadanya, "Dari mana engkau
mendapatkannya?" Bilal menjawab, "Saya mem-punyai sejumlah
24
tinggi),
juallah
kurma
Diriwayatkan oleh Abdurrahman bin Abu Bakr bahwa
ayahnya berkata, Rasulullah SAW melarang penjualan emas
dengan emas dan perak dengan perak kecuali sama beratnya, dan
membolehkan kita menjual emas dengan perak dan begitu juga
sebaliknya sesuai dengan keinginan kita." (H.R. Bukhari no. 2034,
kitab Al Buyu).
25
Diriwayatkan oleh Samurah bin Jundub bahwa Rasulullah SAW
bersabda, "Malam tadi aku bermimpi, telah datang dua orang dan
membawaku ke Tanah Suci. Dalam perjalanan, sampailah kami ke
suatu sungai darah, di mana di dalamnya berdiri seorang lakilaki. Di pinggir sungai tersebut berdiri seorang laki-laki lain
dengan batu di tangannya. Laki-laki yang di tengah sungai itu
26
Jabir berkata bahwa Rasulullah SAW mengutuk orang yang
menerima riba, orang yang membayarnya, dan orang yang
mencatatnya, dan dua orang saksinya, kemudian beliau
bersabda, "Mereka itu semuanya sama." (H.R. Muslim no. 2995,
kitab Al Masaqqah).
Diriwayatkan oleh Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW berkata,
"Pada malam perjalanan miraj, aku melihat orang-orang yang
perut mereka seperti rumah, di dalamnya dipenuhi oleh ular-ular
yang kelihatan dari luar. Aku bertanya kepada Jibril siapakah mereka
itu. Jibril menjawab bahwa mereka adalah orang-orang yang
memakan riba."
:
Al Hakim meriwayatkan dari Ibnu Mas`ud, bahwa Nabi SAW
bersabda: Riba itu mempunyai 73 pintu (tingkatan), yang paling
27
Darurat
Untuk lebih memahami pengertian, kita seharusnya melakukan
pembahasan yang komprehensif tentang pengertian darurat ini seperti yang
dinyatakan oleh syara (Allah dan rasul-Nya) bukan pengertian seharihari terhadap istilah ini.
28
mengaitkannya
dengan
ayat-ayat
riba
lainnya.
Secara
30
31
Adapun yang dimaksud dengan ayat 130 Surat Ali Imran,
termasuk redaksi berlipat-ganda dan pengguna-annya sebagai
dalil, sama sekali tidak bermakna bahwa riba harus sedemikian
banyak. Ayat ini menegaskan tentang karakteristik riba
secara umum bahwa ia mempunyai kecenderungan untuk
berkembang dan berlipat sesuai dengan berjalannya waktu.
Dengan demikian redaksi ini (berlipat-ganda) menjadi sifat
umum dari riba dalam terminologi syara (Allah dan rasulNya).
bint
labun
meminta
kembalian
haqqah
32
33
Diharamkan bagi kalian (memakan) bangkai, darah, daging
babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain
Allah.
Janganlah mendekati zina! Yang dilarang adalah mendekati,
berarti perbuatan zina sendiri tidak dilarang. Demikian juga
larangan memakan daging babi.
Janganlah memakan daging babi! Yang dilarang memakan
dagingnya, sementara tulang, lemak, dan kulitnya tidak disebutkan
secara eksplisit. Apakah berarti tulang, lemak, dan kulit babi
halal?
Pemahaman pesan-pesan Allah seperti ini jelas sangat
membahayakan karena seperti dikemukakan di atas, tidak
mengindahkan siyaqul kalam, kronologis penurunan wahyu,
konteks antarayat, sabda-sabda Rasulullah seputar subjek
pembahasan, demikian juga disiplin ilmu bayan () , badie (
), dan maanie () .
Di atas itu semua harus pula dipahami sekali lagi bahwa ayat 130
Surat Ali Imran diturunkan pada tahun ke 3 H. Ayat ini harus
dipahami bersama ayat 278-279 dari surat Al Baqarah yang turun
34
Dilihat dari sisi mudharat dan manfaat, perusahaan dapat melakukan mudharat
jauh lebih besar dari perseorangan. Kemampuan seorang pengedar narkotika
dibandingkan dengan sebuah lembaga mafia dalam memproduksi, mengekspor,
35
dengan
unsur
ketidakpastian.
Dengan
demikian,
Tarjih
telah
mengambil
keputusan
mengenai
hukum
37
ii Bank dengan sistem riba hukumnya haram dan bank tanpa riba
hukumnya halal.
iii Bunga yang diberikan oleh bank-bank milik negara kepada para
nasabahnya atau sebaliknya yang selama ini berlaku, termasuk perkara
musytabihat.
iv Menyarankan kepada PP Muhammadiyah untuk meng-usahakan
terwujudnya konsepsi sistem perekonomian, khususnya lembaga
perbankan, yang sesuai dengan kaidah Islam.
Penjelasan keputusan ini menyebutkan bahwa bank negara, secara
kepemilikan dan misi yang diemban sangat berbeda dengan bank
swasta. Tingkat suku bunga bank pemerintah (pada saat itu) relatif lebih
rendah dari suku bunga bank swasta nasional. Meskipun demikian,
kebolehan bunga bank negara ini masih tergolong musytabihat (dianggap
meragukan).
Majlis Tarjih Wiradesa, Pekalongan (1972):
i
38
keputusan
Malang
di
atas,
Majlis
Tarjih
PP
koperasi
simpan-pinjam
bukanlah
riba.
Namun,
dalam
ii Halal: Sebab tidak ada syarat pada waktu aqad, sementara adat yang
berlaku, tidak dapat begitu saja dijadikan syarat.
39
40
Bunga itu sama dengan riba dan hukumnya haram. Akan tetapi
boleh dipungut sementara sistem per-bankan yang islami atau
tanpa bunga belum ber-operasi.
Bunga yang diperoleh dari tabungan giro tidak sama dengan riba,
hukumnya halal.
Bunga bank tidak haram kalau bank itu menetapkan tarif bunganya
terlebih dahulu secara umum.
41
Perlu diatur :
1) Penghimpunan dana masyarakat dengan prinsip:
i
antara
lain
mudharabah,
muqaradhah,
42
44
Ahmad Zarqa, Dr. Yusuf Qardhawi, dan sekitar 300 ulama besar dunia
lainnya.
Dr. Yusuf Qardhawi, salah seorang peserta aktif dalam konferensi
tersebut mengutarakan langsung kepada penulis pada tanggal 14
Oktober 1999 di Institute Bankir Indonesia, Kemang, Jakarta selatan,
bahwa konferensi tersebut di samping dihadiri oleh para ulama juga
diikuti oleh para bankir dan ekonom dari Amerika, Eropa, dan dunia
Islam. Yang menarik, menurut beliau, bahwa para bankir dan ekonom
justru yang paling semangat menganalisa kemadharatan praktek pembungaan uang melebihi hammasah (semangat) para ustadz dan ahli syariah.
Mereka menyerukan bahwa harus dicari satu bentuk sistem perbankan
alternatif.
( Akademi
Dunia)
ii.
(Pimpinan Pusat Dakwah, Penyuluhan, Kajian Islam, dan Fatwa,
Kerajaan Saudi Arabia)
45
Satu hal yang perlu dicermati, keputusan dan fatwa dari lembagalembaga dunia di atas diambil pada saat bank Islam dan lembaga keuangan
syariah belum berkembang seperti saat ini. Atau dengan kata lain, para
ulama dunia tersebut sudah berani menetapkan hukum dengan tegas
sekalipun pilihan-pilihan alternatif belum tersedia. Alangkah malunya
kita di mata Allah dan Rasulullah SAW ketika saat ini sudah berdiri 2 bank
syariah secara penuh (Bank Muamalat dan Bank Syariah Mandiri), 78 Bank
Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS), Asuransi Takaful Keluarga, Asuransi
Takaful Umum, Reksa Dana Syariah dan ribuan Baitul Maal wat Tamwil
(dengan segala kekurangan dan kelebihannya) kita masih belum mem-buka
hati untuk bertanggung jawab terhadap ajaran agama kita.
46
hutang negara-negara
47
48
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian tentang riba yang telah dipaparkan dapat disimpulkan
bahwa:
Riba adalah pengambilan tambahan, baik dalam transaksi jual-beli
maupun pinjam-meminjam secara bathil atau bertentangan dengan prinsip
muamalat dalam Islam. Riba ada 4, yaitu: Riba Fadli, Riba Nasiah, Riba
Qardh dan Riba Jahiliyyah. Bahwasanya riba itu hukumnya haram dan tidak
diperbolehkan dan hukum bunga bank konvensional hukumnya sama
dengan riba dan bank Islam sistemnya bagi hasil yang diperbolehkan agama.
Banyak lembaga Islam yang mengeluarkan fatwa mengenai riba. Larangan
terhadap riba terdapat dalam Al-Quran dan Hadits. Riba mengakibatkan
dampak negatif, baik dari segi ekonomi maupun sosial kemasyarakatan.
3.2 Saran
Agar kita tetap menjadi muslim yang berpegang teguh pada syariat Islam,
kita sebaiknya dapat menahan diri dan menjauhi segala larangan Allah
SWT. Salah satu caranya adalah dengan menghindari riba. Dengan
memperkuat iman kita pada Allah swt, kita dapat hidup dengan tenang,
bahagia di dunia maupun di akhirat.
48
DAFTAR PUSTAKA
Antonio, Muhammad Syafii. Bank Syariah Dari Teori ke Praktek, Jakarta:Gema Insani,
2001
49