Anda di halaman 1dari 11

Bab III Geologi Daerah Penelitian

Foto 3.4 Satuan Geomorfologi Perbukitan Blok Patahan dilihat dari Desa Mappu ke arah utara.

Foto 3.5 Lembah Salu Malekko yang memperlihatkan bentuk V; foto menghadap ke tenggara.

Foto 3.6 Lembah Salu Makkamma yang memperlihatkan bentuk U; foto menghadap ke timurlaut.

Geologi Daerah Pabettengan dan Sekitarnya, Kecamatan Bonehau,


Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat
26

Bab III Geologi Daerah Penelitian

3.1.1.3 Satuan Dataran Aluvial


Satuan ini menempati porsi terkecil dari morfologi daerah penelitian
(15%), berwarna abu-abu dalam peta geomorfologi. Morfologinya sangat datar
(1 - 2). Satuan geomorfologi ini terkonsentrasi di sepanjang bantaran Bone Hau
dan Bone Karama. Bone Hau merupakan sungai utama yang ada di daerah
penelitian, mengalir dari Selatan ke Utara dengan lebar 10 20 m, merupakan
sungai tua. Dengan lantai sungai U dan kemiringan yang landai, daerah
sepanjang Bone Hau dan Bone Karama menjadi wadah material baru hasil
transportasi di sepanjang sungai berupa material lepas-lepas berukuran bongkahlempung yang terdiri dari fragmen granit, filit, batupasir, dan batulempung.

Foto 3.7 Satuan Geomorfologi Dataran Aluvial di Bone Hau, Desa Pabettengan yang memiliki
lembah berbentuk U; foto menghadap ke selatan.

3.1.2 Pola Aliran dan Tipe Genetik Sungai


Sungai-sungai di daerah penelitian pada umumnya memiliki karakteristik
pola aliran sungai rektangular. Hanya pada perbukitan bagian utara yang
merupakan sungai dendritik (Gambar 3.1).
Pola aliran sungai dendritik yang berarti pola ini memiliki karakteristik
pola pengaliran membentuk percabangan menyebar, sedangkan pola aliran sungai
rektangular penyebarannya lebih dikontrol oleh struktur. Struktur yang terdapat
Geologi Daerah Pabettengan dan Sekitarnya, Kecamatan Bonehau,
Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat
27

Bab III Geologi Daerah Penelitian

pada daerah penelitian berupa kekar dan sesar yang tercermin dari pembelokan
aliran sungai yang hampir tegak lurus dan keterdapatan air terjun di beberapa
sungai.
Sungai sungai yang memiliki pola rektangular antara lain Salu Kayang,
Salu Takewetu, Salu Malekko, Salu Paniki, Salu Makkamma, Salu Mao, Salu
Kona, Salu Tiwo, dan Salu Bitakan. Sedangkan sungai yang berpola dendritik
antara lain Salu Pure, Salu Liwayo, dan sungai-sungai lain yang berada pada
punggungan yang sama dengan kedua sungai tersebut.

Gambar 3.1 Tipe genetik dan pola aliran sungai di daerah penelitian.

Pada daerah penelitian terdapat dua sungai utama berorde 3, yaitu Bone
Hau dan Bone Karama, namun Bone Karama hanya terdapat pada bagian
timurlaut daerah penelitian. Arah aliran Bone Hau relatif baratdaya timurlaut
dengan aliran yang berbelok-belok. Pada alirannya dimulai dari bagian baratdaya
daerah penelitian kemudian mengalir ke arah utara. Arah alirannya berbelok ke
arah timur timurlaut untuk bertemu dengan Bone Karama yang mengalir dari
timur. Pembelokan tersebut kemungkinan dipengaruhi struktur. Anak-anak sungai
umumnya memiliki arah aliran relatif barat timur, baratdaya timurlaut, dan
baratlaut tenggara.
Geologi Daerah Pabettengan dan Sekitarnya, Kecamatan Bonehau,
Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat
28

Bab III Geologi Daerah Penelitian

Tipe genetik sungai pada daerah penelitian terdiri dari tiga tipe (Gambar
3.1), yaitu:
1.

Sungai Obsikuen
Merupakan sungai yang arah alirannya berlawanan dengan kemiringan
lapisan batuan. Sungai tipe ini terdapat di Salu Takewetu, Salu
Makkamma, Salu Kona, dan Salu Bitakan.

2.

Sungai Subsikuen
Merupakan sungai yang arah alirannya sejajar dengan jurus lapisan batuan.
Sungai tipe ini terdapat di Salu Makkamma dan Salu Malekko.

3.

Sungai Konsikuen
Merupakan sungai yang arah alirannya searah dengan arah kemiringan
lapisan batuan. Sungai tipe ini terdapat di Salu Paniki yang berarah utara
baratlaut selatan tenggara.

3.2

STRATIGRAFI DAERAH PENELITIAN


Di daerah penelitian tersingkap batuan dasar Pra-Tersier dan batuan

sedimen pengisi cekungan. Berdasarkan data lapangan daerah ini bisa dibagi
menjadi beberapa kelompok satuan batuan, yaitu:
1. Satuan Batuan Metamorf

4. Satuan Batugamping

2. Satuan Batupasir

5. Satuan Napal

3. Satuan Batupasir-

6. Satuan Lava Andesit-Basalt

Batulempung

7. Satuan Aluvial

Geologi Daerah Pabettengan dan Sekitarnya, Kecamatan Bonehau,


Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat
29

Bab III Geologi Daerah Penelitian

Gambar 3.2 Stratigrafi daerah penelitian.

Geologi Daerah Pabettengan dan Sekitarnya, Kecamatan Bonehau,


Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat
30

Bab III Geologi Daerah Penelitian

3.2.1 Satuan Batuan Metamorf


Penyebaran dan Ketebalan
Satuan ini adalah satuan tertua di daerah penelitian dan diperkirakan
merupakan batuan dasar yang tersingkap ke permukaan. Satuan batuan ini
terdistribusi di bagian tengah daerah penelitian (23%), yaitu di Desa
Pabettengan, Salu Malekko, Salu Takewetu, dan Salu Makkamma.
Berdasasarkan rekonstruksi penampang geologi, ketebalan dari satuan ini
diperkirakan adalah >750 m.
Ciri Litologi
Satuan batuan ini terdiri dari batupasir malih batulempung malih,
batusabak, batulempung malih, dan batuan kataklastik. Setempat terdapat lava
andesit dan bongkah kuarsit.
Batupasir malih berwarna abu gelap, berukuran pasir sangat halus
sedang, semen non karbonatan, porositas sedang. Analisis petrografi (Lampiran
A-1) menunjukkan batupasir malih ini adalah metagraywacke (Gilbert, 1982).
Batusabak berwarna hitam, pada umumnya foliasi tidak terlihat jelas di
singkapan dikarenakan terkekarkan, erosi dan kondisi singkapan yang lapuk.
Analisa petrografi batusabak dapat dilihat pada Lampiran A-2 .
Batuan kataklastik bertekstur klastik, berwarna abu kehijauan sampai
keunguan, berukuran butir pasir kasar sangat kasar, kemas terbuka, porositas
sedang, didominasi oleh kuarsa, terdapat fragmen kuarsa berukuran 10 - 30 cm.
Batulempung malih berwarna hijau gelap keabuan, mudah diremas karena
terkekarkan.

Geologi Daerah Pabettengan dan Sekitarnya, Kecamatan Bonehau,


Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat
31

Bab III Geologi Daerah Penelitian

Lingkungan Pengendapan
Berdasarkan Sukamto dan Simandjuntak (1981), satuan ini diendapkan
pada lingkungan laut dengan mekanisme flysch. Sedimen bertipe flysch ini
kemudian termetamorfosis

menjadi

batusabak,

kuarsit,

batupasir

malih,

batulempung malih, dan batuan kataklastik.


Satuan ini diinterpretasikan terendapkan pada cekungan forearc, di
sebelah barat dari zona subduksi yang menunjam ke barat (Hasan, 1991 dalam
Calvert dan Hall, 2003). Kemungkinan akibat subduksi ini menyebabkan batuan
sedimen flysch ini termetamorfkan dan membentuk Satuan Batuan Metamorf di
daerah penelitian.
Hubungan Stratigrafi
Satuan ini merupakan satuan tertua yang tersingkap di daerah penelitian,
dan merupakan batuan dasar. Satuan ini secara tidak selaras ditindih oleh Satuan
Batupasir di atasnya.
Umur
Berdasarkan ciri litologinya, satuan ini dapat disetarakan dengan Formasi
Latimojong yang berumur Kapur (Sukamto dan Simandjuntak, 1981; Ratman dan
Atmawinata, 1993).

Geologi Daerah Pabettengan dan Sekitarnya, Kecamatan Bonehau,


Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat
32

Bab III Geologi Daerah Penelitian

Foto 3.8

Singkapan metagraywacke.
(Lokasi : Salu Malekko)

Foto 3.9

Singkapan batulempung
malih.
(Lokasi : Salu Makkamma)

Foto 3.10

Singkapan batuan kataklastik


(Lokasi : Desa Pabettengan)

Geologi Daerah Pabettengan dan Sekitarnya, Kecamatan Bonehau,


Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat
33

Bab III Geologi Daerah Penelitian

Foto 3.11

Singkapan batusabak.
(Lokasi : Salu Makkamma)

3.2.2 Satuan Batupasir


Penyebaran dan Ketebalan
Satuan ini menempati 23% daerah penelitian. Satuan ini tersingkap dengan
baik di Salu Tiwo dan Salu Bitakan. Di tempat lain bisa ditemukan di Salu
Malekko, Salu Takewetu, dan Salu Makkamma.
Terdapat perbedaan kecenderungan arah kedudukan lapisan pada bagian
tengah dan utara dengan bagian selatan daerah penelitian. Pada bagian tengah
(Salu Makkamma) dan utara (Salu Malekko dan Salu Takewettu) kedudukan dari
satuan ini pada umumnya memiliki jurus berarah baratdaya-timurlaut dan barat
baratdaya-timur timurlaut, sedangkan pada bagian selatan berarah baratlauttenggara dengan kemiringan bervariasi dari 10 sampai 42 di bagian selatan
(Salu bitakan dan Salu Tiwo), 20 sampai 70 di Salu Makkamma dan sekitarnya,
dan dibagian utara (Salu Malekko dan Taekewetu antara 60o hingga 89o.
Berdasarkan rekonstruksi penampang geologi, ketebalan dari satuan ini
diperkirakan 1 km.
Geologi Daerah Pabettengan dan Sekitarnya, Kecamatan Bonehau,
Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat
34

Bab III Geologi Daerah Penelitian

Ciri Litologi
Satuan ini terdiri dari perselingan batupasir dan batulempung merah,
dengan sisipan batulempung abu-abu, dan konglomerat.
Batupasir berwarna putih kecoklatan-kemerahan, berukuran butir pasir
sedang sampai kasar, menyudut tanggung membundar tanggung, setempat
konglomeratan, non karbonatan, dengan struktur sedimen laminasi sejajar (paralel
lamination), silang siur (cross bedding), ketebalannya 13 cm 1,5 m, setempat
mencapai 2,4 m. Terdapat suksesi thinning upward di Salu Bitakan. Analisa
petrografi menunjukkan conglomeratic quartz arenite dan lithic arenite
(Lampiran A-4 dan A-5 ).
Batulempung merah hati-keunguan, non-karbonatan, kekompakan sedang,
ketebalan 37cm - 2m.
Sisipan konglomerat berada dibagian tengah satuan. Konglomerat

ini

berwarna kecoklatan, matriksnya berukuran butir sedang sampai kasar,


fragmennya berukuran 0,2 7 cm yang didominasi oleh silika, menyudut
tanggung membundar tanggung, non karbonatan, ketebalan 1,2 mm.
Sisipan batulempung abu-abu, karbonatan lemah, terdapat di bagian bawah
satuan. Analisis kalsimetri pada conto batulempung di Salu Makkamma (MK 154)
menunjukkan bahwa batulempung ini merupakan lempung napalan (Lampiran B).
Lingkungan Pengendapan
Berdasarkan deskripsi litologi yang memuat struktur sedimen laminasi
paralel, laminasi bergelombang dan laminasi silangsiur yang berkembang pada
satuan batuan ini menunjukkan mekanisme arus traksi.
Analisis lebih jauh menggunakan granulometri pada conto batupasir pada
lokasi BT 20 (Lampiran D-1), menyatakan bahwa conto batuan mempunyai

Geologi Daerah Pabettengan dan Sekitarnya, Kecamatan Bonehau,


Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat
35

Bab III Geologi Daerah Penelitian

karakteristik besar butir yang sesuai dengan endapan fluvial (Visher, 1969; dalam
Koesoemadinata, 1985).
Jadi dapat disimpulkan bahwa satuan ini diendapkan pada lingkungan
fluvial.
Hubungan Stratigrafi
Satuan Batupasir ini terletak tidak selaras di atas Satuan Batuan Metamorf
yang merupakan batuan dasar serta selaras di bawah Satuan BatupasirBatulempung dan Satuan Napal. Pada pengamatan lapangan kontak satuan ini
dengan satuan batuan di atas dan di bawahnya tidak terlihat. Kemiringan
perlapisan pada satuan ini relatif sama dengan satuan batupasir-batulempung,
yang menunjukkan kedua satuan tersebut selaras.
Umur
Berdasarkan ciri litologinya maka satuan ini masih termasuk di dalam
batuan - batuan sedimen dari Formasi Toraja dengan kisaran umur Miosen
Tengah - Akhir (Ratman dan Atmawinata, 1993).

Foto 3.12
Batupasir yang
memperlihatkan suksesi
thinning upward.
(Lokasi: Salu Bitakan)

Geologi Daerah Pabettengan dan Sekitarnya, Kecamatan Bonehau,


Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat
36

Anda mungkin juga menyukai