Anda di halaman 1dari 2

Jangan Terlalu Mudah Menyimpulkan

Suatu masa ada seorang petani miskin yang mempunyai seekor kuda yang sangat
indah. Kuda putih nan gagah itu sanagt menarik perhatian, hingga sang raja
terpikat dan bermaksud untuk membelinya. Tapi si petani menolaknya.
Bagaimana mungkin aku bisa menjualnya ? kuda ini bukan sebagai hewan piaraan
bagiku. Dia lebih dari itu. Dia seperti sahabat bagiku. Bagaimanakah mungkin
aku bisa menjual sahabatku ?
Begitulah, si petani tidak bersedia menjual kuda tersebut, walaupun raja
sudah berkenan membayar dengan harga berapapun ! Tetangga sekitarnya sangat
menyesalkan sikap petani miskin itu. Mereka berpikir bahwa dengan menjual
kuda itu, petani tersebut bisa mengubah hidupnya. Dia akan bisa hidup
makmur.
Para tetangga itu mengatakan kepada petani tersebut akan kemungkinan
menerima musibah atau kutukan akibat menolak rejeki yang sedemikian besar.
Dan beberapa hari kemudian, kuda putih itu tidak ada di kandangnya. Para
tetangga si petani miskin sudah berkusak - kusuk. Mereka menyalahkan petani
miskin itu yang tidak mau menjual kudanya selagi bisa. Bagaimana mungkin
petani miskin itu bisa menjaga barang yang sedemikian berharga ?
Mereka mendatangi petani miskin itu dan mengatakan bahwa dia telah terkena
kutukan dengan adanya musibah itu. Dengan menghela nafas agak panjang, si
petani menjawab : Kalian jangan terlalu cepat menyimpulkan ! Anggaplah bahwa
kudaku itu keluar dari kandangnya. Itu saja ! Jangan engkau memvonis apakah
ini sebuah musibah atau malah berkah bagi saya. Sudahlah !
Para tetangga itupun bersungut - sungut.
Dan setengah bulan kemudian, tiba - tiba kuda itu muncul. Malah dengan
membawa sekitar 15 ekor temannya. kuda - kuda itu kemudian dilatih dan
setelah jinak kemudian dijual oleh petani tersebut hingga petani tersebut
bisa hidup cukup.
Para tetangga itupun menemui petani dan mengakui kesalahan mereka. Mereka
mengatakan bahwa memang hilangnya kuda putih setengah bulan lalu adalah
sebuah berkah. Si Petani kemudian berkata : Sudahlah jangan terlalu cepat
menyimpulkan. Anggaplah bahwa kuda putih telah kembali dengan membawa
teman-temannya. Itu saja ! Jangan engkau memvonis apakah ini sebuah musibah
atau malah berkah bagi saya. Sudahlah !
Para tetangga kembali ke rumah masing - masing sambil tetap berpendapat
bahwa petani itu begitu beruntung telah mendapatkan berkah atas kembalinya
kuda putih.
Si Petani ini mempunyai seorang putra yang berusia muda. Dia membantu
ayahnya untuk menjinakkan kuda - kuda liar dari sisa kuda yang ada. Dan
suatu saat, dia terjatuh ketika berusaha menjinakkan seekor kuda. Kakinya
patah.
Para tetangga-pun kembali berdatangan dan membenarkan apa yang dikatakan
oleh si petani. Mereka akhirnya mengakui bahwa kembalinya kuda-kuda itu
bukan berarti berkah. Namun si petani berkata : Mengapa kalian begitu bebal
? jangan terlalu cepat menyimpulkan ! Baiklah anggap saja bahwa putraku
telah jatuh dan kakinya patah.Itu saja ! Jangan engkau memvonis apakah ini
sebuah musibah atau malah berkah bagi saya. Sudahlah !

Para tetangga kembali ke rumah masing - masing sambil tetap berpendapat


bahwa petani itu mendapat musibah dengan patahnya kaki putranya.
Tidak lama kemudian, Raja mengumumkan wajib militer bagi semua rakyatnya
dari kalangan muda untuk bersiap menghadapi perang. Semua pemuda di desa itu
berangkat ke medan laga, kecuali anak petani yang masih patah kakinya. Tidak
lama kemudian tersiar kabar bahwa hampir semua pemuda dari tersebut telah
gugur di medan juang.
Sambil menangis terisak - isak, para tetangga yang kebetulan kehilangan
putranya mendatangi si petani dan mengakui kesalahan mereka. Mereka mengakui
bahwa patahnya kaki putra petani itu bukanlah sebuah bencana. Si petani
kembali berkata : Ah, percuma saya bicara dengan kalian. Bagaimana kalian
bisa tetap menyimpulkan ? Sudah saya katakan bahwa jangan terlalu berani
memvonis. Anggap saja bahwa apa yang diberikan kepadamu adalah apa yang kamu
butuhkan.
Hidup kita ini bagaikan lembaran-lembaran buku yang telah ditulis-Nya.
Dibalik lembar musibah bisa jadi tersimpan berkah yang tiada tara dan
sebaliknya. Ketika saat tertimpa musibah, bersabarlah dan berharap bahwa
lembar selanjutnya adalah lembar anugerah.
Sayapun tidak tahu, apakah saat ini adalah lembar terakhir anda atau tidak
...

Anda mungkin juga menyukai