OLEH :
RAYUNI FIRANIKA
106104003493
OLEH :
RAYUNI FIRANIKA
106104003493
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul
DISUSUN OLEH
RAYUNI FIRANIKA
NIM 106104003493
Pembimbing I
Pembimbing II
Irma Nurbaeti, S.Kp, M.Kep, Sp.Mat Raihana Nadra Alkaff, SKM, MMA
NIP. 132146260
NIP. 197812162009012005
Penguji I
Penguji II
Penguji III
Mengetahui,
Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tien Gartinah, MN
SURAT PERNYATAAN
: Rayuni Firanika
NIM
: 106104003493
: 2006
Menyatakan bahwa saya tidak melakukan kegiatan plagiat dalam penulisan skripsi
saya yang berjudul:
ASPEK BUDAYA DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KELURAHAN
BUBULAK KOTA BOGOR TAHUN 2010
Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan tindakan plagiat, maka saya akan
menerima sangsi yang telah ditetapkan.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
Jakarta, 18 Desember 2010
Rayuni Firanika
Nama
: Rayuni Firanika
Tempat/Tgl Lahir
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Kewarganegaraan
: Indonesia
Alamat
(1994-2000)
(2000-2003)
(2003-2006)
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Dengan memanjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya dan shalawat serta salam kepada Nabi
Muhammad SAW, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul Aspek
Budaya dalam Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan Bubulak Kota Bogor Tahun
2010. Skripsi ini disusun sebagaimana untuk memenuhi salah satu syarat guna
mencapai gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) UIN Jakarta.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis telah mendapat banyak bantuan dari
berbagai pihak. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati, ucapan terima kasih yang
tak terhingga saya ucapkan kepada:
1. Prof. dr.Dr (hc) M.K Tadjudin, Sp.And selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Tien Gartinah, MN selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan dan
Pembimbing I yang telah membimbing dan memberikan motivasi.
3. Irma Nurbaeti, S.Kp, M.Kep, Sp.Mat selaku Sekretaris Program Studi Ilmu
Keperawatan dan Pembimbing I yang telah membimbing dan memberikan
motivasi.
4. Raihana Nadra Alkaff, SKM, MMA selaku Pembimbing II yang telah
membimbing dan memberikan motivasi.
5. Ibunda dan ayahanda tercinta serta kakak dan adik tersayang terimakasih atas
doa dan dukungannya yang senantiasa mengiringi langkahku. Bundaku
tersayang, terimakasih untuk selalu menyelipkan namaku dalam setiap doamu.
6. Segenap Dosen Ilmu Keperawatan yang telah memberikan masukan dan
motivasi.
7. Segenap staff bidang Akademik FKIK dan Program Studi Ilmu Keperawatan
8. Segenap staff Puskesmas Sindang Barang Kota Bogor.
9. Para informan dan ibu kader Kelurahan Bubulak yang telah membantu dalam
proses penelitian ini.
10. My anggels: redaksi harian Republika, dr.Erry & keluarga, para pembaca harian
Republika Agustus 2008, bapak Farid, staff BAZMA,
especially alm. H.
Penulis
DAFTAR ISI
ii
iv
ABSTRAK.........................................................................................................
vi
ABSTRACT ......................................................................................................
vii
viii
xi
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .....................................................................
D. Tujuan..................................................................................
BAB II
E. Manfaat ................................................................................
TINJAUAN PUSTAKA
A. ASI ......................................................................................
11
11
11
13
14
16
17
B. Kebudayaan .........................................................................
18
18
2. Ciri Kebudayaan............................................................
19
19
21
BAB III
BAB IV
BAB V
23
23
25
34
35
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian .................................................................
36
36
C. Instrumen Penelitian.............................................................
36
37
39
41
42
43
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Kelurahan Bubulak ..................................
44
46
47
48
49
49
50
52
53
a.
53
b.
54
c.
Dukungan Informasional..........................................
55
56
56
57
58
4. Mapas .............................................................................
59
60
63
64
65
66
BAB VI
PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian ........................................................
69
B. Pembahasan .........................................................................
69
69
a. Suku .........................................................................
69
70
71
72
72
75
BAB VII
78
82
PENUTUP
A. Kesimpulan .........................................................................
85
B. Saran ...................................................................................
86
87
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel
Halaman
Tabel 3.1
Definisi Istilah........
Tabel 4.1
Tabel 5.1
Tabel 5.3
38
Tabel 5.2
35
Karakteristik Informan..
Karakteristik Informan Pendukung...
DAFTAR BAGAN
38
48
49
Nomor
Halaman
Bagan
Bagan 2.3
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat izin melakukan penelitian di Kelurahan Bubulak
32
2. Penjelasan penelitian
3. Persetujuan menjadi informan
4. Data demografi informan
5. Pedoman Wawancara Mendalam
6. Lembar Observasi
7. Hasil Gambaran Aspek Budaya dalam Pemberian ASI Eksklusif di Kelurahan
Bubulak
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
ASI merupakan makanan yang paling sempurna bagi bayi (Depkes, 2005).
ASI mengandung semua zat gizi untuk membangun dan menyediakan energi
dalam segala suasana yang diperlukan (Solihin, 2000). Kandungan dalam ASI
terdapat zat pembangun (protein, mineral), zat pengatur (vitamin, mineral,
protein, air) dan zat tenaga (hidrat arang, lemak) (Sastroamidjojo, 1992).
ASI memberikan perlindungan dari berbagai macam penyakit. Penelitian yang
dilakukan oleh University of Minnesota Cancer Center tahun 2003 yang dikutip
oleh Handajani dan Suradi (2004), menyatakan bahwa resiko bayi yang mendapat
ASI untuk terkena Leukemia (kanker darah), turun sampai 30% bila dibandingkan
dengan bayi yang tidak mendapatkan ASI. Penelitian lain dari Filipina tahun 2002
menegaskan tentang manfaat pemberian ASI eksklusif serta dampak negatif
pemberian cairan tambahan tanpa nilai gizi terhadap timbulnya penyakit diare.
Seorang bayi berusia di bawah enam bulan yang diberi air putih, teh, atau
minuman herbal lainnya beresiko terkena diare dua sampai tiga kali lebih banyak
dibandingkan bayi yang diberi ASI eksklusif (Linkages, 2002).
ASI dapat menurunkan resiko bayi mengidap berbagai penyakit. Bayi yang
diberi ASI lebih sedikit kemungkinannya untuk mengidap penyakit-penyakit
seperti radang paru-paru, diare, infeksi telinga dan beberapa infeksi lainnya yang
disebabkan oleh kuman. Apabila bayi sakit akan lebih cepat sembuh bila
mendapatkan ASI. ASI juga membantu pertumbuhan otak bayi serta dapat
mengurangi timbulnya penyakit lainnya seperti asma, kanker, kencing manis dan
obesitas (Harmsway, 2002). Anak yang tidak diberi ASI eksklusif mempunyai
kemungkinan lebih besar menderita kekurangan gizi dan obesitas, serta ketika
dewasa lebih mudah terjangkit penyakit kronis seperti kanker, jantung, hipertensi,
dan diabetes (Amiruddin dan Rostia, 2006)
Berdasarkan penelitian akan pentingnya pemberian ASI eksklusif, World
Health Organization (WHO) (2001) mengubah rekomendasi mengenai lamanya
pemberian ASI eksklusif dari empat bulan pertama kelahiran bayi menjadi enam
bulan. Dalam Global Strategy for Infant and Young Child Feeding (IYCF) WHO
merekomendasikan pola pemberian makan terbaik bagi bayi dan anak sampai usia
dua tahun, yaitu: 1) Memberi kesempatan pada bayi untuk melakukan inisiasi
menyusui dini dalam satu jam setelah lahir, 2) Menyusui secara eksklusif sejak
lahir sampai umur enam bulan, 3) Mulai memberi makanan pendamping ASI
(MP-ASI) yang bergizi sejak bayi berusia enam bulan, dan 4) Meneruskan
menyusui sampai anak berusia 24 bulan atau lebih. Dalam agama Islam durasi
pemberian ASI disebutkan dalam Firman Allah SWT surat Al-Baqarah ayat 233:
(233)
Ditinjau dari manfaat keunggulan ASI, sangat disayangkan jika ibu yang baru
melahirkan tidak memberikan ASI secara eksklusif atau bahkan menghentikan
sama sekali pemberian ASI kepada bayinya. Meskipun menyusui sudah menjadi
budaya Indonesia, namun upaya meningkatkan perilaku ibu menyusui ASI
eksklusif masih diperlukan karena pada kenyataannya praktek pemberian ASI
eksklusif belum terlaksana sepenuhnya.
Cakupan ASI di Indonesia belum mencapai angka yang diharapkan yaitu
sebesar 80%. Berdasarkan SDKI tahun 2007, bayi berumur di bawah lima tahun
sebesar 32% yang mendapatkan ASI eksklusif selama enam bulan, dan angka ini
lebih rendah dibandingkan laporan pada SDKI 2002-2003 yaitu sebesar 40%.
Dengan adanya penurunan persentase pemberian ASI eksklusif pada SDKI tahun
2007 dibandingkan tahun 2002-2003, dapat berpengaruh terhadap kualitas sumber
daya manusia pada masa yang akan datang dan berdampak pada status kesehatan
masyarakat, yang mana dapat memungkinkan terjadinya peningkatan angka
kesakitan dan kematian pada bayi.
Menurut SDKI tahun 2007, di daerah Jawa Barat proporsi Anak yang diberi
ASI dalam satu jam setelah lahir adalah 46,9% dan yang diberi ASI dalam satu
hari pertama sejak lahir 60,2%. Mengenai median lamanya pemberian ASI
eksklusif di Jawa Barat adalah 1,2 bulan. Hal ini menunjukkan bahwa minuman
dan makanan pendamping ASI sudah mulai diberikan secara dini daripada yang
dianjurkan. Kota Bogor merupakan salah satu kota yang tingkat pencapaian
cakupan ASI eksklusif masih cukup rendah. Pada tahun 2007 angka cakupan ASI
di kota ini sebesar 16,28%. Kelurahan Bubulak merupakan salah satu kelurahan
dari wilayah UPTD Puskesmas Sindang Barang. Di tahun 2009, angka cakupan
ASI eksklusif di Puskesmas ini masih cukup rendah yaitu sebesar 25.8% (Dinkes
Kota Bogor, 2009).
Penyebab utama adalah faktor sosial budaya, kesadaran akan pentingnya ASI,
pelayanan kesehatan dan petugas kesehatan yang belum sepenuhnya mendukung
program peningkatan penggunaan ASI, gencarnya promosi susu formula, rasa
percaya diri ibu yang masih kurang, rendahnya pengetahuan ibu tentang manfaat
ASI bagi bayi dan dirinya (Depkes RI, 2005; Roesli, 2008).
Sistem sosial, budaya dan kebudayaan merupakan bagian dari kerangka
budaya. Budaya atau kebudayaan merupakan keseluruhan dari kekuatan dan hasil
kelakuan manusia, yang teratur oleh tata kelakuan, yang harus didapatnya dengan
belajar
dan
yang
semuanya
tersusun
dalam
kehidupan
masyarakat
Dilain pihak budaya juga dapat menjadi faktor keberhasilan dalam pemberian
ASI eksklusif. sebagaimana sifat budaya yang dapat memperburuk kesehatan dan
mendukung kesehatan. Seperti penelitian yang telah dilakukan di Skandinavia
oleh Perez-Escamilla et. Al (1993) melihat masyarakat secara tradisional dapat
memberikan pengaruh yang baik dalam pemberian ASI eksklusif. Dengan adanya
studi tersebut, peneliti ingin mengetahui bagaimana ibu menyusui dapat berhasil
dalam pemberian ASI secara eksklusif dan mengabaikan faktor budaya yang tidak
mendukung kesehatan.
B. Rumusan Masalah
Menyikapi pentingnya pemberian ASI bagi bayi, pemerintah Indonesia telah
menetapkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tentang Kesehatan
pasal 128 ayat 1 yaitu setiap bayi berhak mendapatkan air susu ibu eksklusif sejak
dilahirkan selama enam bulan, kecuali atas indikasi medis.
Ditinjau dari manfaat keunggulan ASI, sangat disayangkan jika ibu yang baru
melahirkan tidak memberikan ASI secara eksklusif atau bahkan menghentikan
sama sekali pemberian ASI kepada bayinya. Meskipun menyusui sudah menjadi
budaya Indonesia, namun upaya meningkatkan perilaku ibu menyusui ASI
eksklusif masih diperlukan karena pada kenyataannya praktek pemberian ASI
eksklusif belum terlaksana sepenuhnya. Seperti di Kelurahan Bubulak angka
cakupan ASI eksklusif sebesar 25,8 % yang belum mencapai angka yang
diharapkan sebesar 80%.
dan
C. Pertanyaan penelitian
a. Bagaimana faktor sosial dan keterikatan keluarga dalam pemberian ASI
eksklusif di Kelurahan Bubulak kota Bogor?
b. Bagaimana nilai budaya dan cara hidup dalam pemberian ASI eksklusif di
Kelurahan Bubulak kota Bogor?
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui aspek budaya dalam
pemberian ASI eksklusif di Kelurahan Bubulak Kota Bogor tahun 2010.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi gambaran faktor sosial dan keterikatan keluarga dalam
pemberian ASI eksklusif.
b. Mengidentifikasi gambaran nilai budaya dan cara hidup dalam pemberian
ASI eksklusif.
E. Manfaat Penelitian
1. Untuk peneliti
Penelitian ini dapat memberikan pengalaman yang berharga bagi peneliti
untuk melakukan penelitian lain pada masa yang akan datang.
2. Untuk profesi keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah dan wawasan
keilmuan keperawatan anak dalam mengembangkan program pembelajaran
keperawatan anak, khususnya dalam pemberian ASI eksklusif sebelum
melakukan intervensinya, perawat dapat mempertimbangkan aspek budaya
dari ibu menyusui.
3. Untuk penelitian selanjutnya
Hasil penelitian dapat dijadikan data dasar dalam pengembangan
penelitian lain dengan ruang lingkup yang sama.
4. Bagi Puskesmas
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan kontribusi dan manfaat pada
pihak puskesmas untuk meningkatkan program pemberian ASI eksklusif.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. ASI
1. Definisi ASI
Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik dan paling sempurna untuk
bayi karena didalamnya terkandung zat gizi yang sesuai dengan kebutuhan
untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi (Depkes, 2002; WHO, 2003).
Sedangkan, menurut Soetjiningsih (1997) Air Susu Ibu (ASI) adalah emulsi
lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam organik yang disekresi
oleh kedua belah kelanjar payudara ibu sebagai makanan utama bagi bayi.
ASI merupakan makanan pilihan utama untuk bayi, menyusui memberi
banyak keuntungan baik dalam hal nutrisi, imunologi dan psikologis (Bobak,
2005).
2. Definisi Pemberian ASI Eksklusif
Menurut Roesli (2004) ASI eksklusif atau lebih tepat pemberian ASI
secara eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja tanpa tambahan cairan lain
seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa tambahan
makanan padat seperti pisang, pepaya, bubuk susu, biskuit, bubur nasi dan
tim.
Menurut WHO (2006) pengertian pemberian ASI eksklusif adalah bayi
hanya diberikan ASI saja, baik secara langsung ataupun tak langsung
(diperah). Secara keseluruhan pemberian ASI eksklusif mencakup hal sebagai
berikut: yaitu hanya ASI saja sampai umur enam bulan dimana menyusui
dimulai tiga puluh menit begitu setelah bayi lahir dan tidak memberikan
makanan prelaktal seperti air gula atau air tajin kepada bayi baru lahir.
Menyusui sesuai kebutuhan bayi, memberikan kolostrum kepada bayi,
menyusui sesering mungkin (tanpa jadwal), termasuk pemberian ASI pada
malam hari dan cairan yang dibolehkan hanya vitamin/mineral dan obat dalam
bentuk drops atau sirup.
Berbagai definisi mengenai pola menyusui menurut WHO (2006) adalah
sebagai berikut:
Breastfeeding: the child has received breast milk direct from the breast
or exclusive breastfeeding: the infant has received only breastmilk direct
from the mother or a wet nurse, or expressed breast milk, no other liquids or
solids with the exception of drops or syrups consisting of vitamins, mineral
supplements, or medicines. Predominant breastfeeding: the infants
predominant source of nourishment has been breast milk. However, the infant
may also have received water and water based drinks (sweetened an flavored
water, teas, infusion, etc) fruit juice; oral rehydration salt solution (ORS),
DROPS and syrup froms of vitamins, minerals and medicines, and ritual
fluids (in limited quantities). With the exception of fruit juice and sugar water,
no food based fluid is allowed under this definition.
3. Alasan Pemberian ASI Eksklusif sampai Enam Bulan
ASI sangat cocok diberikan pada bayi karena (Linkages, 2002): (a) ASI
mengandung zat gizi yang ideal dan mencukupi untuk menjamin tumbuh
kembang sampai umur enam bulan. Bayi yang mendapat makanan lain,
misalnya makanan lumat atau pisang hanya akan mendapat banyak
karbohidrat, sehingga zat gizi yang masuk tidak seimbang dan anak lebih
mudah menderita kegemukan dengan segala akibatnya. (b) Bayi dibawah usia
enam bulan belum mempunyai enzim pencernaan yang sempurna, sehingga
belum mampu mencerna makanan dengan baik. ASI mengandung beberapa
enzim yang memudahkan pemecahan makanan. (c) Ginjal bayi yang masih
waktu berusia sekitar sembilan sampai dua belas bulan. Pada saat itu
zat kekebalan menurun, sedangkan yang dibentuk badan bayi belum
mencukupi maka akan terjadi kesenjangan zat kekebalan pada bayi.
Kesenjangan akan hilang atau berkurang apabila bayi diberi ASI,
karena ASI adalah cairan hidup yang mengandung zat kekebalan yang
akan melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi bakteri, virus,
parasit dan jamur (Roesli, 2004; Perinasia, 2003).
3) ASI meningkatkan kecerdasan karena ASI mengandung nutrien
khusus yang diperlukan otak bagi bayi agar tumbuh optimal, nutriennutrien khusus tersebut tidak terdapat atau hanya sedikit sekali
terdapat pada susu sapi, nutrien tersebut adalah: taurin, laktosa, asam
lemak ikatan panjang (AA, DHA, omega-3, omega-6). Mengingat hal
tersebut, pertumbuhan otak bayi yang diberi ASI secara eksklusif
selama enam bulan akan tumbuh optimal dengan kualitas yang optimal
pula (Roesli, 2000; Perinasia, 2003; Suradi, 2004).
4) ASI eksklusif meningkatkan jalinan kasih sayang. Bayi yang sering
berada dalam dekapan ibunya karena menyusu akan merasakan kasih
sayang ibunya. Ia akan merasa aman dan tenteram, terutama karena
masih dapat mendengar detak jantung ibunya yang telah ia kenal sejak
dalam kandungan. Perasan terlindungi dan disayang inilah yang
menjadi dasar perkembangan emosi bayi dan membentuk kepribadian
yang percaya diri dan dasar spiritual yang baik (Suharyono, 1992;
Roesli, 2004; Perinasia, 2003; Suradi, 2004).
5) ASI mengurangi kejadian karies dentis. Insiden karies dentis pada bayi
yang mendapat susu formula jauh lebih tinggi dibanding dengan yang
mendapat ASI, karena kebiasaan menyusui dengan botol dan dot
terutama pada waktu akan tidur menyebabkan gigi lebih lama kontak
dengan sisa susu formula dan menyebabkan asam yang terbentuk akan
merusak gigi. Kecuali itu ada anggapan bahwa kadar selenium yang
tinggi dalam ASI akan mencegah karies dentis (Perinasi, 2003).
berhenti,
mengurangi
perdarahan
sehingga
mengurangi
Perinasia,
2003).
B. KEBUDAYAAN
1. Definisi Kebudayaan
Koentjaraningrat (2002) mendefinisikan kebudayaan itu keseluruhan dari
kelakuan dan hasil kelakuan manusia, yang teratur oleh tata kelakuan, yang
harus didapatnya dengan belajar dan yang semuanya tersusun dalam
kehidupan masyarakat. Kata culture (bahasa Inggris) dari kata colore
(Yunani), berarti mengubah, mengerjakan, terutama dalam hal mengolah
tanah atau bertani, berkembang menjadi culture yang berarti segala daya dan
aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam.
Taylor (1987) dalam Widyosiswoyo, kebudayaan merupakan keseluruhan
yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan,
kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang
didapat seseorang sebagai anggota masyarakat. Sedangkan menurut Selo
Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya,
rasa, dan cipta masyarakat.
kebiasaan memberi roti, pisang, nasi yang sudah dilumatkan ataupun madu, teh
manis kepada bayi baru lahir sebelum ASI keluar (Maas, 2004).
Demikian pula halnya dengan pembuangan kolostrum (ASI yang pertama kali
keluar). Di beberapa masyarakat tradisional, kolostrum ini dianggap sebagai susu
yang sudah rusak dan tidak baik diberikan pada bayi karena warnanya yang
kekuning-kuningan. Selain itu, ada yang menganggap bahwa kolostrum dapat
menyebabkan diare, muntah dan masuk angin pada bayi. Sementara, kolostrum
sangat berperan dalam menambah daya kekebalan tubuh bayi. Walaupun pada
masyarakat tradisional pemberian ASI bukan merupakan permasalahan yang
besar karena pada umumnya ibu memberikan bayinya ASI, namun yang menjadi
permasalahan adalah pola pemberian ASI yang tidak sesuai dengan konsep medis
sehingga menimbulkan dampak negatif pada kesehatan dan pertumbuhan bayi.
Disamping pola pemberian yang salah, kualitas ASI juga kurang. Hal ini
disebabkan banyaknya pantangan terhadap makanan yang dikonsumsi si ibu baik
pada saat hamil maupun sesudah melahirkan. Sebagai contoh, pada masyarakat
Kerinci ibu yang sedang menyusui pantang untuk mengkonsumsi bayam, ikan
laut atau sayur nangka. Di beberapa daerah ada yang memantangkan ibu yang
menyusui untuk memakan telur. Adanya pantangan makanan ini merupakan
gejala yang hampir universal berkaitan dengan konsepsi "panas-dingin" yang
dapat mempengaruhi keseimbangan unsur-unsur dalam tubuh manusia -tanah,
udara, api dan air. Apabila unsur-unsur di dalam tubuh terlalu panas atau terlau
dingin maka akan menimbulkan penyakit. Untuk mengembalikan keseimbangan
unsur-unsur tersebut maka seseorang harus mengkonsumsi makanan atau
adalah perbedaan
macam-macam
manusia
didasarkan pada
cara
pandang,
keyakinan,
nilai-nilai,
konsep-konsep
dalam
b. Sehat
Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien dalam
mengisi kehidupannya, terletak pada rentang sehat sakit. Kesehatan
merupakan suatu keyakinan, nilai, pola kegiatan dalam konteks budaya
yang digunakan untuk menjaga dan memelihara keadaan seimbang/sehat
yang dapat diobservasi dalam aktivitas sehari-hari. Klien dan perawat
mempunyai tujuan yang sama yaitu ingin mempertahankan keadaan sehat
dalam rentang sehat-sakit yang adaptif.
c. Lingkungan
Lingkungan didefinisikan sebagai keseluruhan fenomena yang
mempengaruhi
perkembangan,
kepercayaan
dan
perilaku
klien.
sosial
adalah
keseluruhan
struktur
sosial
yang
keluarga/masyarakat
dengan
pemberian
ASI
eksklusif
lebih besar dalam pemberian ASI eksklusif dari pada responden yang
tidak mendapatkan dukungan keluarga/masyarakat.
d. Nilai-nilai budaya dan cara hidup (cultural values and lifeways)
Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan
oleh penganut budaya yang dianggap baik atau buruk. Norma-norma
budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat penerapan terbatas
pada penganut yang terkait. Hal yang dikaji meliputi: apakah klien punya
pantangan
makanan/minuman
yang
berkaitan
dengan
menyusui,
Bagan. 2.3 Leiningers Sunrise model to depict Theory of Cultural Care diversity
and Universality. (Leininger, 2001)
E. Penelitian terkait
1. Penelitian yang dilakukan oleh Hibah Osman, Lama El Zen dan Livia Wick
dengan judul Cultural Belief that may Discourage Breastfeeding amoung
keluarga
dan
budaya
yang
diwariskan
turun
temurun
BAB III
KERANGKA PIKIR DAN DEFINISI ISTILAH
A. Kerangka Pikir
Aspek budaya dalam perilaku menyusui ASI eksklusif dapat diketahui melalui
dimensi sosial budaya dalam teori yang dikemukakan oleh Leininger. Leininger
(2002) membagi dimensi sosial budaya menjadi 7 faktor, yaitu: 1) faktor
teknologi, 2) faktor religius dan falsafah hidup, 3) faktor sosial dan keterikatan
keluarga, 4) nilai budaya dan cara hidup, 5) faktor kebijakan dan peraturan yang
berlaku, 6) faktor ekonomi, dan faktor pendidikan. Dua dari ketujuh faktor diatas
yang akan diteliti dalam penelitian ini yaitu: faktor sosial dan keterikatan
keluarga, serta nilai budaya dan cara hidup. Berikut adalah kerangka pikir dalam
penelitian ini :
Bagan 3.1 Kerangka Pikir
Aspek Budaya dalam Pemberian ASI Eksklusif
Faktor
sosial dan
keterikatan
keluarga
Pemberian
ASI
eksklusif
Nilai
budaya
dan cara
hidup
B. Daftar Istilah
Tabel 3.1. Daftar Istilah
No
Nama
Definisi Istilah
Metode
Alat Ukur
Hasil Ukur
Variabel
1.
Sumber
Validasi
Informan
Faktor sosial
hal-hal yang
dan
dipengaruhi akibat
keterikatan
keluarga
keluarga dan
- Wawancara
mendalam
- Observasi
- Pedoman WM - Pengambil
- Lembar
observasi
keputusan
- Dukungan
keluarga
- Ibu
menyusui
- Anggota
keluarga
- Triangulasi
sumber
-Triangulasi
metode
masyarakat
- Dukungan non
keluarga
2.
Nilai-nilai
budaya dan
aturan kelompok
gaya hidup
dilakukan oleh
penganut budaya
- Wawancara
mendalam
- Sikap
- Perilaku
lainnya
- suami
- Ibu
menyusui
- Anggota
keluarga
lainnya
- Suami
- Kader
posyandu
- Triangulasi
sumber
-Triangulasi
metode
BAB IV
METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN
A. Desain penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif. Penelitian kualitatif yaitu penelitian yang dilakukan untuk memperoleh
jawaban atau informasi yang mendalam tentang pendapat atau perasaan seseorang
yang memungkinkan untuk mendapatkan hal-hal yang tersirat tentang sikap,
kepercayaan, motivasi, dan perilaku individu (Pollit, Beck & Hungler, 2001).
Pendekatan
kualitatif
merupakan
suatu
pradigma
penelitian
untuk
mendeskripsikan peristiwa, prilaku orang atau suatu keadaan pada tempat tertentu
secara rinci dan mendalam dalam bentuk narasi (Satori & Komariah, 2009 dalam
Saryono 2010).
C. Instrumen Penelitian
Instrumen yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :
1. Pedoman wawancara mendalam yang berbentuk pertanyaan dengan bantuan
alat pencatat (tape recorder).
2. Observasi
D. Informan Penelitian
Pemilihan informan penelitian ini ditetapkan secara langsung (purposive)
dengan prinsip kesesuaian (appropriateness) dan kecukupan (adequancy).
Mengacu pada prinsip tersebut, maka sumber informasi atau informan dalam
penelitian ini adalah:
1. Informan
Wawancara mendalam dilakukan untuk menggali data mengenai aspek
budaya dalam pemberian ASI eksklusif di wilayah Kelurahan Bubulak.
Informan informan ini terdiri dari ibu menyusui dengan kriteria:
a. Ibu menyusui dengan umur bayi 6-12 bulan yang telah berhasil ASI
eksklusif.
b. Dapat berkomunikasi dengan baik.
c. Tipe keluarga: keluarga besar (extended family)
2. Informan pendukung
a. Suami klien.
b. Anggota keluarga lainnya (ibu, bibi, mertua)
c. Kader Posyandu
Metode
Jumlah
Kriteria
Tempat
informasi
Ibu
menyusui Wawancara 1
mempunyai
12 bulan
Observasi
bayi informan
2. Dapat berkomunikasi
dengan baik
Sumber informasi
Metode
Jumlah
WM
Kriteria
Tempat
Informan utama:
1. Ibu menyusui
(extended family).
Informan pendukung:
1.Anggota
keluarga
lainnya
WM
(ibu/mertua/bibi)
1. Tinggal serumah
dengan Rumah
informan utama.
informan
2. Suami
WM
baik.
informan
1.Kader
3. Kader posyandu
WM
aktif
di Kelurahan
Bubulak.
Rumah kader
dengan
pihak-pihak
informan
terkait.
dan
Selanjutnya
informan
mengadakan
pendukung
untuk
mendapatkan
data
yang
dapat
menjelaskan
b). Observasi
Observasi dilakukan sebagai penguat data sebelumnya
serta untuk pengecekan data dan memperkaya informasi.
2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh melalui telaah dokumen yang terkait
dengan penelitian. Pengumpulan data ini dimaksudkan untuk
melengkapi hasil penelitian.
F. Validasi Data
Untuk menjaga validitas data, maka dilakukan triangulasi. Triangulasi yang
ada meliputi (Kresno dkk, 2006).
1. Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber dilakukan dengan cara cross-check data dari
sumber yang berupa informan berbeda-beda. Datanya harus memperkuat
atau tidak ada kontradiksi dengan yang lainnya.
2. Triangulasi metode
Dilakukan
dengan
menggunakan
beberapa
metode
dalam
Triangulasi Data
a. Analisa data dilakukan oleh lebih dari satu orang.
Analisa data bisa dilakukan oleh peneliti dan orang lain yang ahli
dalam analisa kualitatif. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar
interpretasi yang dilakukan hasilnya sama dengan yang dilakukan
oleh orang lain.
b. Minta umpan balik dari informan.
Umpan balik tersebut berguna bukan saja untuk alasan etik
atau memperbaiki kesempatan agar hasilnya akan dilaksanakan
tetapi juga untuk memperbaiki kualitas proposal, data dan
kesimpulan yang ditarik dari data tersebut.
Dalam penelitian ini hanya menggunakan triangulasi sumber
dan triangulasi metode karena triangulasi data sulit dilakukan,
biayanya mahal dan membutuhkan waktu yang lama.
Reduksi data adalah proses pemilahan data kasar, mencari hal-hal yang
pokok dan membuat transkrip data hasil wawancara seperti apa adanya.
Adapun tujuan dari tahap ini adalah memberikan gambaran yang lebih
jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data
selanjutnya.
2. Display Data
Display data adalah tekhnik penyajian data dalam bentuk uraian
singkat, grafik, dan matriks. Langkah ini didapatkan setelah peneliti
melakukan penyusunan data dalam bentuk transkrip data selanjutnya.
3. Analisis Isi
Analisis yaitu dengan membandingkan hasil penelitian dengan teoriteori yang ada pada tinjauan kepustakaan (content analysis).
4. Pengambilan Keputusan
Pengambilan Keputusan adalah menganalisis data yang dapat dicoba
dibuat suatu kesimpulan hal penelitian.
H. Etika penelitian
Penelitian yang dilakukan telah mendapat ijin dari puskesmas Sindang
Barang melalui surat pengantar dari kepala Dinkes Kota Bogor. Sebelum
melakukan pengumpulan data, peneliti melakukan pendekatan terhadap
informan berupa wawancara sesuai dengan kriteria dan aspek pedoman
wawancara. Peneliti melindungi hak-hak calon informan untuk mengambil
keputusan sendiri dalam hal berpartisipasi pada penelitian ini maupun tidak
persetujuan
penggunaannya.
dari
informan
dan
telah
dijelaskan
tujuan
BAB V
HASIL PENELITIAN
B. Karakteristik Informan
Pada penelitian ini informan yang digunakan terbagi menjadi dua yaitu
informan utama dan informan pendukung. Informan utama adalah ibu menyusui
dengan usia bayi 6-12 bulan yang telah berhasil ASI eksklusif. Karakteristik
informan yang diperoleh dalam penelitian ini adalah umur, pekerjaan, suku,
agama, pendidikan, penghasilan keluarga, usia bayi, dan banyak anak.
Sedangakan informan pendukung adalah suami, anggota keluarga lainnya yang
tinggal serumah dengan informan utama. Berikut akan dijelaskan karakteristik
informan di Kelurahan Bubulak:
1. Informan Utama
Informan utama dalam penelitian ini adalah ibu meyusui yang bayinya
berusia 6-12 bulan yang telah berhasil ASI eksklusif bertempat tinggal di
wilayah Kelurahan Bubulak yang terdiri dari 3 orang. Kisaran usia informan
termuda adalah 22 tahun dan tertua 25 tahun. Dua dari tiga informan bersuku
Sunda sedangkan sisanya bersuku Jawa. Ketiga informan beragama Islam.
Pendidikan terendah SMP, sedangkan yang tertinggi S1. Dua dari tiga
informan bekerja yaitu sebagai guru SD dan pedagang, sedangkan satunya
tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga. Penghasilan keluarga ketiga
informan beragam yaitu Rp 1.800.000,00 hingga tertinggi Rp. 5.000.000,00.
Ketiga informan tinggal bersama keluarga lainnya (extended family). Ada
yang tinggal bersama ibu, mertua ataupun bibi. Usia bayi informan paling
kecil 7 bulan dan paling besar 11 bulan. Ketiga informan merupakan ibu
muda dengan jumlah anak paling sedikit satu orang dan paling banyak dua
orang.
Tabel 5.1
Karakteristik Informan
Informan
No
Variabel
1
Ny. A
Ny. P
Ny.S
25
22
24
Nama
Umur (thn)
Suku
Sunda
Sunda
Jawa
Agama
Islam
Islam
Islam
Pendidikan
S1
SMP
SMA
Pekerjaan
Guru
Pedagang
IRT
Penghasilan
4.000.000
5.000.000
1.800.000
Ibu
Bibi
Mertua
keluarga
(perbulan)
8
Tinggal dekat
kandung
9
10
11
Jumlah anak
2. Informan Pendukung
Informan pendukung dalam penelitian ini adalah keluarga klien, yaitu
suami dan anggota keluarga lainnya yang tinggal satu rumah klien.
Wawancara dengan informan pendukung dilakukan untuk mendapatkan
Informan
No
Variabel
Nama
Usia (thn)
Agama
Pendidikan
Tn. A
Tn. P
Tn. S
Ny. T
Ny. R
Ny. B
31
24
25
50
57
52
Islam
Islam
Islam
Islam
Islam
Islam
S1
SMP
D III
SMP
SD
SD
terakhir
5
Suku
Minang
Sunda
Jawa
Sunda
Jawa
Sunda
Hubungan
Suami
Suami
Suami
Ibu
Bibi
Mertua
dengan
kandung
informan
1. Sumber Dukungan
Sumber dukungan yang didapatkan oleh ibu selama menyusi ASI
eksklusif melalui dukungan keluarga (dukungan suami, anggota keluarga
lainnya
seperti
ibu,
mertua
ataupun
bibi),
dukungan
nonkeluarga
(tetangga/teman).
a. Dukungan Keluarga
1) Dukungan suami
Tiga informan mengatakan bahwa mereka memperoleh dukungan
dari suami selama menyusui ASI eksklusif. Berikut kutipannya:
Suami saya tidak mempermasalahkan saya kasih ASI eksklusif
sama anak saya, malah dia mendukung saya buat kasi ASI secara
eksklusif. senang rasanya bila saling mendukung (Ny. A, 25th,
guru)
Suami mah dukung, saya disuruh untuk kasih ASI saja... (Ny. P,
22 th, pedagang)
Suami saya mendukung sekali dalam pemberian ASI eksklusif,
bersyukur punya suami dia. Nih buktinya banyak bacaan yang
dibelikan untuk saya (sambil memperlihatkan beberapa buku,
Tabloid, dan majalah ibu Anak). (Ny. S, 24 th, IRT)
Anggota keluarga seperti ibu, mertua dan bibi ikut berperan dalam
merawat bayi yang baru lahir. Kehamilan dan kelahiran merupakan
media pengajaran kepada anak mereka untuk mengajarkan bagaimana
mengurus anak dalam hal ini adalah mengurus cucu mereka masingmasing. Berikut kutipan ungkapannya:
Menyusui kan baik untuk kesehatan, apalagi saya juga sudah
tahu dari penyuluhan-penyuluhan gimana pentingnya ASI untuk
bayi, jelas saya mendukung apa yang dilakukan anak saya untuk
memberikan ASI eksklusif (Ny. T, 50 th)
Pasti mendukung yah .(Ny. R, 57 th)
Ngedukung banget kalau ASI eksklusif biar bayinya juga sehat
(sambil menganggukan kepala). (Ny. B, 52 th)
3. Dukungan nonkelurga
Interaksi sosial memberikan dampak pada pemberian ASI
eksklusif. Selain keluarga, teman ataupun tentangga sekitar rumah
juga dapat memberikan dukungan dalam pemberian ASI eksklusif.
Berikut ungkapan informan:
Iya kadang-kadang suka bilangin (Ny. A, 25 th, guru)
Suka juga dikasih tau sama tetangga. (Ny. B, 22 th, pedagang)
ibu
membantu
dalam
juga kasih tahu apa aja yang suka dialamin sama ibu yang mau
nyusuin misalnya teteknya suka bengkak. (NY. R, 57 th)
Semuanya dibantuin dulu. Apalagi pertama-tama sehabis ngelahirin
kan masih belum terbiasa mungkin. Waktu sehabis ngelahirin sampe
sebulan juga dibantu sama besan. (Ny. B, 52 th)
b. Dukungan emosional
Tiga informan memperoleh dukungan dari suami dalam bentuk sikap
penghargaan atau menghargai Istri yang sedang menyusui. Berikut
ungkapan informan:
Nggak apa-apa memberikan ASI (Ny. A, 25 th, guru)
Katanya bagus anak di kasih ASI. (Ny. P, 22 th, pedagang)
Waktu pertama-tama payudara saya bengkak, terus lecet putingnya.
Trus suka sakit kalo lagi menyusui, suami juga suka nanya kenapa dan
paling dia bilang sabar ya nanti juga terbiasa. (Ny. S, 24 th, IRT)
c. Dukungan informasional
Salah satu bentuk dukungan yang diberikan kepada ibu menyusui
adalah dengan memberikan informasi. Informasi ini sangat dibutuhkan
Namun ada juga anggota keluarga yang menjawab tidak tahu arti dari
ASI eksklusif. berikut kutipannya:
Nggak tahu. Saya tahunya menyusui aja. (Ny. B, 52 th)
2. Menyusui merupakan hal yang alami
Masyarakat Bubulak menganggap menyusui merupakan hal yang
alami setelah proses melahirkan. Adanya perubahan fisik dan psikologis
yang dialami merupakan hal yang wajar dalam melaksanakan tugas
sebagai ibu. Berikut kutipannya:
Menyusui proses alamiah yang wajar dialamai oleh seorang ibu.
Sudah kodrat wanita sebagai ibu untuk menyusui anaknya. (Ny. A,
25 th, guru)
Menyusui itu tugas kita sebagai ibu. (Ny. P, 22 th, pedagang)
Wajar saja jika seorang ibu setelah melahirkan terus menyusui
anaknya karena ini tugas kita sebagai ibu (Ny. S, 24 th, IRT)
Bubulak
mengatakan
pada
hari
pertama
setelah
melahirkan biasanya diberikan madu atau air gula pada bibir bayi, ini
berguna untuk memberikan tenaga pada bayi. Pemberian minuman lainnya
yaitu seperti kopi yang berguna untuk mencegah sakit step pada bayi,
pemberian air tumbukan daun pare yang diberikan untuk mengeluarkan
kotoran dari mulut bayi. Selain diberikan minuman juga diberikan
makanan seperti pisang. Pisang yang diberikan untuk bayi biasanya jenis
pisang mas. Pisang diberikan pada usia yang bervariasi. Ada yang
memberikan pada usia lima hari, usia satu bulan ataupun dua bulan.
Pemberian pisang ini ada yang mengatakan sebagai bekal untuk perut
bayi yang belum terisi makanan. Ada juga yang mengatakan supaya
anaknya nanti menjadi anak yang baik seperti filosofi pisang mas. Berikut
kutipannya:
Disini biasanya bayi yang baru lahir suka diberi madu biar kuat.
Madu diolesin kebibir bayi. (Ny. A, 25 th, Guru)
Iya dikasi madu atau air gula.., kadang suka kopi dikasi sasendok ku
si bayi... malahan eta tetangga saya dikasi air bejekan daun paria
(pare, daun parianya teh (pare) dibejek, terus airnya diminumin ke
bayinya. Katanya biar bayinya muntah dan kotorannya keluar suka
dikasi pisang mas juga pas abis lahir. (Ny. P, 22 th, pedagang)
Iya disini mah orang-orang suka dikasi pisang, madu, kopi biar
nggak step. (Ny. S, 25 th, IRT)
Setelah bayi puput pusar biasanya kalau disini ibu harus patang
makannya setelah puput pusar namanya mapas. Misalnya sebelum
bayi puput kita nggak pernah makan daging, terus pas mapas kita
nggak boleh makan daging. Intinya makanan yang belum pernah
dimakan waktu sebelum puput, nggak boleh dimakan saat mapas.
(Ny. A, 25 th, Guru)
Ari disini mah kalo udah puput puser anaknya, ibunya dibilang
mapas kitu. Katanya teh ari belum pernah dimakan sebelum mapas,
pas masa mapas nggak boleh dimakan..(Kalau disini jika sudah puput
pusar anaknya, ibunya dibilang mapas begitu. Katanya kalau belum
pernah dimakan sebelum mapas, ketika mapas nggak boleh
dimakan). (Ny. P, 22 th, pedagang)
yang berbau amis seperti telur, daging, dan ikan karena menurut mereka
akan memperlambat proses penyembuhan luka jahitan setelah melahirkan,
tidak boleh makan buah yang asam karena takut akan hamil lagi, serta
tidak boleh makan buah pisang karena akan menyebabkan rahim turun.
Berikut ungkapan informan:
Disini suka ada pantangan. kaya nggak boleh makan yang anyiranyir (berbau amis) misalnya ikan, telor biar darahnya dan luka
jahitannya cepet sembuh. Terus juga nggak boleh makan pisang.
Katanya licin. Nanti peranakannya turun. (Ny. A, 25 th, Guru)
Awalnya sebelum ngelahirin, mertua bilangin nggak boleh makan
yang anyir-anyir (baunya amis) biar darahnya nggak bau dan
jahitannya cepat kering, tapi setelah dibilangin bidan, saya kan
lahirnya di bidan,kata bidan kalau nggak ada pantangan dalam
makanan mertua juga ngebolehin makan apa saja.. (Ny. P, 22 th,
pedagang)
Pernyataan
ketiga
informan
didukung
oleh
ungkapan
ibu
Ada juga informan yang menyebutkan tidak ada pantangan dalam ibu
menyusui. Berikut kutipannya:
Saya nggak ada pantangan apa-apa. (Ny. S)
Selain pantangan, pada ibu menyusui juga dianjurkan mengkonsumsi
banyak sayuran untuk melancarkan ASI. Berikut kutipannya:
Paling disuruh makan sayur-sayuran. Bayem, katuk. supaya ASInya
lancer. (Ny. A, 25 th, Guru)
Makan sayur bening misalnya katuk, sop-sopan. Terus kacang ijo.
(Ny. P, 22 th, pedagang)
Iya mamah suka masakin sayur-sayuran. Katuk, bayam, kacang
merah. (Ny. S, 24 th, IRT)
dua puluh ibu menyusui bisa adalah yang memberikan ASI secara
eksklusif. faktor budaya di Kelurahan bubulak dapat memberikan dampak
ppositif dan negatif terhadap pemberian ASI eksklusif. Berikut
kutipannya:
Angka cakupan ASI dikelurahan ini cukup kecil, banyaknya bayi
yang diberikan makanan atau minuman sebelum umur enam bulan
menjadi faktor kegagalan dalam ASI eksklusif. Dan inilah budaya
yang ada di masyarakt Bubulak. (Ny. E, 48 th)
BAB VI
PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki keterbatasan antara lain:
1. Metode observasi yang dilakukan kurang optimal karena observasi dilakukan
selama wawancara.
2. Informan yang digunakan dalam penelitian ini merupakan kelompok kecil dari
budaya yang ada di masyarakat Bubulak. Bisa dikatakan dalam hal ini, ibu
yang menyusui ASI secara eksklusif hanyalah sebagian kecil dari masyarakat
Bubulak, sehingga informannya hanya sedikit.
B. Pembahasan
1. Karakteristik Informan
a. Suku
Hasil penelitian menunjukkan dua dari tiga informan berasal dari
suku Sunda yang merupakan suku terbesar di daerah Bubulak. Satu
informan lagi berasal dari suku Jawa. Menurut Harsojo (1976) baik
suku Sunda maupun suku Jawa mempunyai kekerabatan yang
dipengaruhi oleh adat istiadat yang diteruskan secara turun-temurun.
masyarakat.
Kebudayaan dapat
menopang
perilaku
c. Tinggal dekat
Kelompok yang paling dekat dengan manusia adalah keluarga
batih. Keluarga batih atau keluarga inti terdiri dari ayah, ibu, dan anakanak yang belum menikah atau belum membentuk keluarga batih
sendiri. Keluarga batih di Indonesia berkaitan erat dengan unit yang
lebih besar lagi, yang lazimnya disebut kelompok kekerabatan.
Menurut Soekanto (2004) keluarga yang merupakan penambahan dari
keluarga inti dapat disebut dengan keluarga besar (extended family)
dimana terdapat penambahan anggota seperti sepupu, bibi, mertua,
paman, nenek, kakek, dan lain-lain.
Di Indonesia fungsi kekerabatan masih sangat kuat terutama pada
masyarakat-masyarakat bersahaja-tradisonal. Kehidupan kelompok
kekerabatan tersebut berpusat pada tradisi kebudayaan yang telah
dipelihara
secara
turun-temurun
(Harsojo,
1983
dalam
dari
keluarga
selain
suami.
Hasil
penelitian
ini
pengaruh
dalam
pengambilan
dilakukan
Yulfira
keputusan
untuk
yang
dkk
(2007)
juga
of
Breastfeeding
Medicine
America
(2003)
mendapatkan
dukungan
keluarga
akan
mempunyai
memandikan bayi.
sangat
mempengaruhi
dalam pemberian
ASI
eksklusif.
3) Dukungan Informasional
Faktor yang mempengaruhi dalam pemberian ASI eksklusif salah
satunya adalah informasi mengenai ASI eksklusif. informasi ini
didapat dengan memberikan dukungan kepada ibu menyusui. Dalam
hasil
wawancara
mendalam
dengan
sejumlah
informan
ikan, daging, dan telur, buah yang masam seperi mangga, nanas pisang juga
tidak boleh dikonsumsi. menurut informan pantangan tersebut dianggap hal
yang ditaati apabila memberikan dampak yang positif dengan kesehatan ibu
dan bayi.
Namun sebagian besar masyarakat memantang makanan tersebut karena
ingin menaati adat istiadat walaupun yang menjalankannya tidak paham atau
yakin akan logika memantang. Mereka sekedar mematuhi orangtua dan
menganggap sudah menjalankan tradisi setempat.
Dimasyarakat Bubulak juga terdapat tradisi pada bayi yang baru lahir
yaitu memberikan madu atau air gula agar ASInya terasa manis, dan
memberikan kopi supaya anak tidak terkena step. Ada juga yang memberikan
air dari remasan daun pare untuk membersihkan kotoran bayi dari mulut.
Kebiasaan tersebut dilakukan turun-temurun dan masih diyakini oleh
masyarakat.
Hasil
penelitian
Widodo
(2001)
juga
mengungkapkan
jadi licin dan menjadi kambuh lagi sakitnya. Buah-buahan seperti pepaya,
mangga, pisang akan menyebabka perut menjadi bengkak dan cepat hamil
kembali.
Dari gambaran tersebut terlihat bahwa berbagai alasan yang dikemukakan
oleh ibu-ibu untuk tidak mengkonsumsi sejenis makanan tertentu bagi wanita
yang sedang menyusui dilandasi oleh pandangan budaya. Tentunya hal ini
memberikan kontribusi dalam kegagalan pemerian ASI eksklusif.
Selain terdapat pantang, ada anjuran bagi ibu menyusui. Ibu menyusui
dianjurkan mengkonsumsi sayur-mayur seperti bayam, katuk, dan kacangkacangan. Semua jenis makanan yang dianjurkan tersebut dianggap dapat
memberbanyak dan memperlancar ASI, sehingga bayi yang disusui menjadi
sehat. Hal yang tidak jauh berbeda juga diungkapkan Rina (1998) bahwa
makanan yang dianggap baik untuk ibu menyusui antara lain daun katuk, daun
bayam, kacang panjang dan daun pepaya. Daun-daunan ini dianggap dapat
menambah ASI.
Informan pada penelitian ini adalah ibu yang sudah berhasil menyusui ASI
secara kesklusif dan didapatkan bahwa sikap dan perilaku informan tidak
terlalu dipengaruhi oleh budaya. Dalam menyikapi budaya yang ada informan
terlah dapat membedakan pengaruh negatif dan positif terhadap kesehatan ibu
dan bayi. informan sudah dapat berfikir secara rasional karena telah
memperoleh pengetahuan dari keluarga, petugas kesehatan, media massa
(tabloid, buku, majalah).
adalah
melestarikan/mempertahankan
budaya,
a. Ny. A
Wawancara dilakukan pada tanggal 2-5 November 2010. Observasi
dilakukan selama berlangsungnya wawancara. Ny. A terlihat kooperatif
dan menerima kedatangan peneliti di rumah. Selama wawancara
berlangsung subyek antusias dalam menjawab pertanyaan dari peneliti.
Subyek menceritakan pengalamannya memberikan ASI eksklusif. subyek
tinggal bersama ibu kandung dan adik bungsunya yang masih kuliah. Dua
kali pertemuan rumah tampak sepi karena semua anggota keluarga sedang
beraktivitas diluar rumah, hanya kedua anaknya yang tampak sedang tidur
siang. Hari ketiga wawancara rumah tampak ramai ada ibu dan adik Ny.
A. Adik Ny. A sibuk dengan pekerjaan rumah dan ibu Ny.A terlihat
sedang memberi makan bayi Ny.A. dirumah Ny.A terdapat televisi, radio
dan dvd player. Ny. A juga menunjukkan beberapa tabloid dan majalah
ibu anak yang diletakkan dibawah meja ruang tamu.
b. Ny. P
Wawancara dilakukan pada tanggal 2-6 November 2010. Dua kali
wawancara dilakukan di rumah dan satu kali dilakukan di toko tempat Ny.
A berdagang. Dirumah Ny. P tinggal bersama bibi dan tiga orang
sepupunya. Selama wawancara subyek berbicara dengan logat sunda.
Subyek menceritakan tentang pengalamannya selama menyusui ASI
eksklusif. subyek juga memperkenalkan bibinya kepada peneliti. Aktivitas
dirumah terlihat ramai, tampak dua orang anak perempuan yang sedang
menunjukkan tabloid, majalah dan buku tentang anak yang disusun rapi
disatu rak buku.
BAB VII
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada penelitian ini dapat diambil beberapa kesimpulan yakni keberhasilan
pemberian ASI eksklusif dilatarbelakangi oleh:
1. Faktor sosial dan keterikatan keluarga dalam pemberian ASI eksklusif di
Kelurahan Bubulak kota Bogor mendukung ibu menyusui untuk
memberikan ASI secara Eksklusif. Adapun jenis dukungan yang diberikan
berupa dukungan fisik, dukungan emosional, dan dukungan informasional.
2. Terdapat Nilai budaya dan cara hidup dalam pemberian ASI eksklusif di
Kelurahan Bubulak kota Bogor yang mendukung dan tidak mendukung
kesehatan. Budaya yang mendukung pemberian ASI eksklusif adalah
adanya dukungan sosial dan keterikatan keluarga kepada ibu menyusui
untuk memberikan ASI secara eksklusif. Sedangkan yang tidak
mendukung kesehatan seperti adanya pantangan dalam makan dan adanya
tradisi mapas.
3. Perilaku yang diambil oleh ibu yang berhasil menyusui ASI eksklusif
mempertahankan pemberian ASI eksklusif tanpa mengikuti pantangan dan
mitos yang ada setelah mendapatkan evaluasi terhadap budaya yang tidak
mendukung kesehatan. Sehingga, untuk ibu yang tidak ASI eksklusif
B. Saran
1. Keluarga
Mempertahankan dukungan terhadap ibu menyusui agar memberikan
ASI eksklusif seperti dukungan fisik, dukungan emosional, maupun
dukungan informasional.
2. Puskesmas Sindangbarang
Memberikan pendekatan bukan hanya pada ibu menyusu tetapi juga
perlu dilakukan pada keluarga seperti orang tua, suami, mertua, dan bibi
misalnya melakukan penyuluhan pada suami sewaktu mengantar
pemeriksaan kehamilan, penyuluhan ke majlis taklim yang mana biasanya
terdapat ibu-ibu ataupun nenek, perpanjangan tokoh masyarakat seperti
penyuluhan pada ibu kader.
C. Peneliti Selanjutnya
Perlu dilakukan penelitian terhadap banyak informan dan dapat juga
dilakukan penelitian aspek budaya pada ibu menyusui tidak hanya yang berhasil
dalam pemberian ASI eksklusif.
DAFTAR PUSTAKA
journal
of
AMB.Diunduh
http://www.bfmed.org/media/files/documentsAMBjournal/pdf/2003.
dari
diakses
Djuantono, dkk. 1996. Situasi Pemberian ASI Terutama ASI Eksklusif Pada Wanita
Di Sekitar Pabrik Tekstil di Lima Kecamatan Wilayah Kab. Bandung
Tahun1995.Majalah Kedokteran Bandung edisi 28 Januari 2006.
Dinas Kesehatan Kota Bogor. 2009. Profil Kesehatan Kota Bogor Tahun 2009.
Bogor
Friedman, Marilyn. 1998. Keperawatan Keluarga. Teori dan Praktek. Edisi 3. Jkarta:
EGC
Foster George M. 1986. Antropologi Kesehatan. Terjemahan Priyanti Pakan &
Meutia Hatta S., Jakarta: UI Press, 1986
Harmsway. 2002. Why Breastfeeding is Still Best for Baby. Greater Boston
Physicians For Socila Responsibility (GBPSR). Diunduh dari http
://www.ise.org/psr/. Diakses tanggal 25 Juni 2010
Higgins, B. 2000. Puerto Rican cultural beliefs: Influence on infant feeding practices
in western New York. Journal of Transcultural Nursing, 11(1), 19-30.
Ibrahim, Tilaili. 2000. Analisis Pola Menyusui Bayi Di Kecamatan Beuran
Kabupaten Aceh Besar Provinsi D.I Aceh Tahun 2000. Tesis Depok: FKM UI
Kamalia, Dina. 2005.Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dengan Kejadian Diare
pada Bayi Usia 1-6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungwuni I Tahun
2004/2005.Skripsi, Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Semarang
Linkages. 2002. Pemberian ASI Eksklusif atau ASI Saja: Satu-Satunya Sumber
Cairan
yang
dibutuhkan
Bayi
Usia
Dini.
Diunduh
dari
http
N.
2000.
Psikologi
kesehatan
Pengantar
untuk
Perawat
dan
2,
2009.
Provide
by
PubMed.gov
diunduh
Diakses
Soeparmanto dan Rahayu, Catur. 2006. Hubungan Antara Pola Pemberian ASI
dengan Faktor Sosial, Ekonomi, Demografi, dan Perawatan Kesehatan .
Badan Penelitian dan Pengembangan, Surabaya: Puslitbang Pelayanan
Kesehatan,
Soetjiningsih. 1997. ASI Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan. Jakarta: EGC
Solihin, Pujiadi. 2000. Ilmu Gizi Klinis Pada Anak. Jakarta: Gramedia Pustaka
Sostroamidjoyo. A.S. 1992. Zat-Zat dalam ASI. Jakarta: Dian Rakyat
Suradi.2004. Ibu Berikan ASI Eksklusif Baru Dua Persen. Diunduh dari http:
//www.depkes.go.id diakses tanggal 3 Februari 2010
Swasono, Meutia Farida. 1998. Beberapa Aspek Sosial Budaya Kehamilan,
Kelahiran serta Perawatan Ibu, Jakarta: UI Press
WHO. 2003. Global Strategy for Infant and Young Child Feeding(IYCF) (A55/15 0f
16 April 2002) and as Endorsed by Fifty-Fifth World Helath Assembly. World
Health Organization..Geneva
----------,
2006.
Exclusive
Breastfeeding.
Diunduh
dari
http:
2006.
Nutrition
Infant
and
Young
Child.
Diunduh dari
http:
PENJELASAN PENELITIAN
: 106104003493
dan tempat
wawancara.
Selama
wawancara berlangsung,
partisipan
Peneliti
Lampiran
PERSETUJUAN MENJADI PARTISIPAN PENELITIAN
(consent)
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama (initial) :
Umur
Pekerjaan
(.)
Inisial informan
: ..
Umur
: ..
Suku
:..
Agama
:..
Pendidikan terakhir
:..
Pekerjaan
:..
Penghasilan perbulan
:..
:..
Jumlah anak
:..
:..*)
LEMBAR OBSERVASI
Subyek
: 1/2/3
Tanggal
Wawancara ke
Waktu
Tempat
s.d
Catatan lapangan
1. Proses atau kegiatan selama wawancara berlangsung
2. Kondisi rumah pasien atau tempat wawancara
3. Benda yang ada di sekitar subjek
4. Penampilan informan saat wawancara
5. Sikap, mimik,intonasi, respon nonverbal informan saat wawancara
6. Orang yang berada di sekitar informan
7. Gangguan khusus selama wawancara
8. Interaksi sosial informan pada lingkungan (keluarga, teman, tetangga)
1.
Informan
Ny. P
Ny. A
Hasil
Ny. S
Ya
Ya
Ya
Ibu kandung.
Karena ibu sering
mendapat
penyuluhan
Suami: membelikan
buku, majalah,
tabloid anak.
Ibu: membantu
memandikan bayi.
Suami:
Bibi: membantu
mengompres
Teman: memberi
informasi
Suami: membelikan
buku, tabloid,
majalah tentang anak.
Ibu: membantu
mengurus bayi
Teman: member
informaasi
Dukungan yyang
diberikan:
- Dukungan fisik:
membantu mengurus
bayi seperti
memandikan bayi.
mengompres payudra,
secara eksklusif?
2.
3.
suami, kelurga,
memijat setelah
melahirkan.
- Dukungan emosional:
memberikan pujian,
menghargai.
- Dukungan
informasional:
memberitahu
informasi tentang ASI
eksklusif, membelikan
tabloid, majalah dan
buku sebagai media
untuk menambah
pengetahuan
tetangga/teman untuk
mendukung ibu
dalam pemberian ASI
eksklusif?
4.
cara hidup
a. Bagaimana
pandangan
masyarakat disini
terhadap ibu yang
menyusui?
b. Apa saja yang ibu
ketahui mengenai
pantangan atau mitos
dalam pemberian ASI
eksklusif?
c. Bagaimana respon
ibu dengan adanya
budaya tersebut
dimasyarakat?
Menyusui proses
alamiah yang wajar
dialami dan sudah
kodrat wanita
sebagai ibu
Menyusui tugas
sebagai ibu
Suatu kewajajaran
sebagai untuk
menyusui sebagai
tugas ibu
Menjalankan mitos
dan pantangan yang
baik untuk kesehatan.
Untuk ASI eksklusif
tidak ada pantangan
yang dilaksanakan
Menyusui dipandang
suatu kewajaran, proses
alamiah, kodrat ibu, tugas
seorang ibu
dilaksanakan,
sebaliknya jika tidak
baik untuk kesehatan
tidak akan
dilaksanakan.
Perilaku: tetap
memberikan ASI
eksklusif. tidak
melaksanakan budaya
yang ada seperti
mapas,
memberikanan
makanan/minuman
pada bayi dibawah
umur 6 bulan.