TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Kelapa
Kelapa adalah satu jenis tumbuhan dari suku aren-arenan atau Arecaceae .
sebagai bahan bakar, wadah minuman, bahan baku kerajinan dan arang aktif.
Endosperma buah kelapa yang berupa cairan serta endapannya yang melekat
didinding dalam batok (daging buah kelapa) adalah sumber penyegar yang
mengandung beraneka enzim dan memiliki khasiat penetral racun dan memberikan
efek penyegar (Palungkun,1992).
Air kelapa mengandung air 91,5 %, protein 0,14%, lemak 1,5 %, karbohidrat
4,6%, serta abu 1,06 %. Selain itu air kelapa mengandung berbagai nutrisi seperti
sukrosa, destrosa, fruktosa serta vitamin B kompleks yang terdiri dari asam nikotinat,
asam pantotenat, biotin, riboflafin dan asam folat.
Nilai
4,27 6,17
17,400
92,700
0,090
6,970
0,450
0,170
Kadar garam(%)
1,770
105,000
37,000
29,000
24,000
0,100
Tembaga (mg/100ml)
0,040
menurut Atih ( 1979 ) menyatakan bahwa air kelapa yang dihasilkan di Indonesia
mencapai 900 juta liter / tahun. Air kelapa tersebut dapat dimanfaatkan untuk dibuat
menjadi bahan makanan tambahan yang disebut dengan nata de coco. Kandungan
nutrisi yang terdapat didalam air kelapa seperti sukrosa, dekstrosa, fruktosa dan
vitamin B kompleks (Onifade, 2003) mendukung pertumbuhan baktkeri Acetobacter
xylinum pada saat berlangsungnya fermentasi (Rindit, 2004) untuk membentuk nata.
Gambar 1
(pemberian minyak)
: Plantae
Sub divisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledoneae
Ordo
: Laurales
Famili
: Lauraceae
Genus
: Persea
Spesies
anemia. Paduan antara vitamin C, vitamin E , Kalium dan Mangan menjadikan buah
Alpukat (Persea Americana Mill) baik untuk menjaga kesehatan rambut. Dan dengan
adanya Asam Folat dan vitamin B, buah Alpukat (Persea Americana Mill) berperan
dalam pembentukan tulang.
Buah Alpukat (Persea Americana Mill) kaya akan mineral kalium tetapi rendah
kandungan mineral natriumnya. Perbandingan ini mendorong suasana basa didalam
tubuh kita. Berkurangnya keasaman tubuh akan menekan munculnya penyakit akibat
kondisi tubuh terlalu asam seperti alergi, pusing, panik, gangguan pernafasan dan
gangguan pencernaan.
Tabel 2. Kandungan Gizi tiap 100 gr Buah Alpukat (Persea Americana Mill)
segar.
NO
Kandungan Gizi
Jumlah
Kalori
85,00 kal
Protein
0,90 gr
Lemak
6,50 gr
Karbohidrat
7,70 gr
Calsium
10,00 mgr
Pospor
20,00 mgr
Besi
0,90mgr
Vitamin A
180,00SI
Vitamin B1
0,05 mgr
10
Vitamin C
13,00 mgr
11
Air
84,30 mgr
12
61,00%
Buah Alpukat (Persea Americana Mill) memiliki senyawa fitokimia non gizi
yang berkhasiat yaitu glutation. Glutation merupakan
beragam penyakit kanker, khususnya penyakit kanker mulut dan tenggorokan serta
mencegah serangan jantung (Harry, 2002).
2.3 Selulosa
Selulosa merupakan material yang secara alamiah terdapat pada kayu, kapas,
rami serta tumbuhan lainnya. Selulosa pertama kali diisolasi dari kayu pada tahun
1885 oleh Charles F. Cross dan Edward Bevan di Jodrell Laboratory of Royal
Botanic Gardens, Kew, London. Tetapi pada tahun 1913, Dr Jacques Branenberger
yang mengembangkan film tipis selulosa transparan sebagai produk komersial di
pabrik La Cellophane SA, Bezons, Prancis (Hoenich,2006).
Selulosa merupakan polimer glukosa dengan ikatan 1,4- antara unit-unit
glukosa. Selulosa merupakan material penyusun jaringan tumbuhan dalam bentuk
campuran polimer homolog dan biasanya terdapat bersama-sama dengan polisakarida
lainnya serta lignin dalam jumlah bervariasi (Hart,1990).
Pemeriksaan selulosa dengan sinar X menunjukkan bahwa selulosa terdiri dari
rantai linear unit selobiosa yang oksigen cincinnya berselang-seling dengan posisi
kedepan dan kebelakang. Molekul linear ini mengandung rata-rata 5000 unit
glukosa, beragregasi menghasilkan fibril yang terikat bersama oleh ikatan hydrogen
diantara hidroksil-hidroksil pada rantai yang bersebelahan (Hart,1990).
Walaupun manusia dan hewan lain dapat mencerna pati dan glikogen, mereka
tidak dapat mencerna selulosa. Satu-satunya perbedaan kimia antara pati dan selulosa
adalah stereokimia tautan glikosidik, tepatnya stereokimia pada C 1 dari setiap unit
glukosa (Hart, dkk, 2003).
Sistem pencernaan manusia mengandung enzim
Gambar 2
Selulosa
Produk nata de coco aman dikonsumsi oleh siapa saja karena nata de coco tidak
akan menyebabkan kegemukan sehingga sangat dianjurkan bagi mereka yang sedang
diet rendah kalori untuk menurunkan berat badan. Keunggulan lain dari produk nata
de coco karena memiliki kandungan serat yang cukup tinggi. (hhtp// inacofood,
wordpress.com 2008).
Nata de coco yang diperlukan dari hasil permentasi mempunyai sifat fisik yang
unggul daripada selulosa yang diperoleh secara alami seperti poli fungsional,
hidrofilik dan biokompatibel (Yuniarti, 2010).
Pada proses permentasi ini bakteri Acetobacter xylinum mengubah glukosa
membentuk selulosa melalui jalur pentosa posfat seperti pada gambar 4 (Lehninger,
1975).
Glukosa
Glukosa heksokinase
Glukosa 6 pospat
Glukokinase
Glukosa 1 pospat
UDP Glukosa Pirofosforilase
UDP Glukosa
UDP
Nata de coco (Selulosa)
((S l l
Gambar 4 Jalur Pentosafosfat
Dari jalur diagram diatas dapat dilihat bahwa glukosa dimetabolisme oleh
berbagai inzim yang ada dalam struktur air kelapa membentuk polimer selulosa, UDP
glukosa pirofosforilase dan prekursor sintesis selulosa. Dan polimerisasi glukosa ini
terjadi dalam media ekstraseluler dari sentesis selulosa (Yuniarti, 2010).
2.5
Acetobacter Xylinum
2.5.1 Morfologi
Acetobacter xylinum merupakan bakteri berbentuk batang pendek atau kokus,
bersifat gram negative, aerob, mempunyai panjang 2 mikron dengan permukaan
dinding yang berlendir. (Moat, 1986 ; Forng et al 1989). Bakteri ini biasa membentuk
rantai pendek dengan 6 8 sel. Bakteri ini membentuk endospora maupun pigmen.
Pada kultur yang masih muda, individu sel sendiri-sendiri dan transparan. Koloni
yang sudah tua membentuk lapisan menyerupai gelatin yang kokoh menutupi sel
koloninya. Pertumbuhan koloni pada medium cair setelah 48 jam inokulasi akan
membentuk lapisan nata dan dapat dikembang biakkan dengan menggunakan jarum
oase (Pambayun, 2002).
2.5.2 Taksonomi
Kedudukan Acetobacter xylinum berdasarkan taksonomi adalah
Kingdom
: Bacteria
Phylum
: Proteobacteria
Class
: Alphaproteobacteria
Order
: Rhodospirilles
Family
: Acetobacteraceae
Genus
: Acetobacter
Subspecies
: Xylinum
Scientific name
2.5.3 Fisiologi
Bakteri
sehingga menjadi
adalah karbohidrat sebagai sumber energi dan untuk memperbanyak sel. Pada proses
metabolismenya, selaput selulosa ini terbentuk oleh aktivitas Acetobacter xylinum
terhadap Glukosa. Karbohidrat
pada permukaan
karbohidrat oleh Acetobacter xylinum terjadi proses Glikolisis yang dimulai dengan
perubahan Glukosa menjadi Glukosa 6 Pospat yang kemudian diakhiri dengan
terbentuknya Asam Piruvat. Glukosa 6 Pospat yang terbentuknya pada proses
glikolisis inilah yang digunakan oleh Acetobacter xylinum untuk menghasilkan nata
de coco.
Selama fermentasi terjadi penurunan pH dari 4 menjadi 3. Derajat keasaman
medium yang tinggi
medium yang asam sampai kondisi tertentu akan menyebabkan reproduksi dan
metabolisme sel menjadi lebih baik, sehingga dihasilkan produk yang lebih banyak.
Penurunan pH disebabkan karena terurainya gula menjadi etanol oleh Acetobacter
xylinum yang kemudian berubah menjadi asam asetat.
Bakteri Acetobacter xylinum mengalami pertumbuhan sel. Pertumbuhan sel
didefinisikan sebagai pertumbuhan secara teratur oleh komponen-komponen didalam
sel hidup. Bakteri Acetobacter xylinum mengalami beberapa fase pertumbuhan sel
yaitu fase adaptasi, fase pertumbuhan awal, fase pertumbuhan eksponensial, fase
pertumbuhan lambat, fase pertumbuhan tetap, fase menuju kematian dan fase
kematian.
Apabila bakteri dipindah ke media baru maka bakteri tidak langsung tumbuh
melainkan beradaptasi terlebih dahulu. Pada fase awal terjadi aktivitas metabolisme
dan pembesaran sel, meskipun belum mengalami pertumbuhan. Fase pertumbuhan
adaptasi dicapai pada 0 24 jam sejak inokulasi. Fase pertumbuhan awal dimulai
dengan pembelahan sel dengan kecepatan rendah. Fase ini berlangsung hanya
beberapa jam saja. Fase pertumbuhan eksponensial dicapai antara 1 15 hari . Pada
fase ini bakteri mengeluarkan enzim ekstraselulerpolimerase sebanyak-banyaknya
untuk menyusun polimer glukosa menjadi selulosa. Fase ini sangat menentukan
kecepatan suatu strain Acetobacter xylinum dalam membentuk nata.
Fase
pertumbuhan lambat terjadi karena nutrisi berkurang, dan terjadi racun yang
menghambat pertumbuhan
pertumbuhan sel tidak stabil, tetapi jumlah sel yang tumbuh masih lebih banyak
dibandingkan jumlah sel mati. Fase pertumbuhan tetap terjadi keseimbangan antara
sel yang tumbuh dan yang mati. Matriks nata lebih banyak diproduksi pada fase ini.
Fase menuju kematian terjadi akibat nutrient dalam media sudah hampir habis.
Setelah nutrisi habis, maka bakteri akan mengalami fase kematian. Pada fase
kematian sel dengan cepat mati dan bakteri dari fase ini tidak baik digunakan untuk
strain pembentuk nata.
2.5.4 Ekologi
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
Acetobacter
xylinum
mengalami
pertumbuhan adalah nutrisi, sumber karbon, sumber nitrogen, serta tingkat keasaman
media temperatur dan oksigen. Senyawa yang dibutuhkan dalam fermentasi nata
berasal dari monosakarida dan disakarida. Sumber karbon yang paling banyak
digunakan adalah gula. Sumber nitrogen yang dapat digunakan untuk mendukung
pertumbuhan aktivitas bakteri Acetobacter xylinum dapat berasal dari nitrogen
organik
amonium posphat, urea dan amonium sulfat. Suhu ideal bagi pertumbuhan bakteri
Acetobacter xylinum pada suhu 28 31 o C.
enzim yang mempolimerisasikan glukosa menjadi selulosa diluar sel. Prekusor dari
polisakarida tersebut adalah GDP glukosa. Pembentukan prekusor
dibantu oleh
katalisator Ca2+, Mg2+. Prekusor ini kemudian mengalami polimerisasi dan berikatan
dengan aseptor membentuk selulosa. Bakteri Acetobacter
xylinum
akan dapat
membentuk nata jika ditumbuhkan dalam air kelapa yang sudah diperkaya dengan
karbon dan nitrogen, melalui proses terkontrol. Dalam kondisi demikian, bakteri
tersebut akan menghasilkan enzim ekstraseluler yang dapat menyusun zat gula
menjadi ribuan rantai serat atau selulosa .
atau absorbans
suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Salah satu alat spektrofotometer
adalah spektroskopi infra merah.
Suatu molekul memiliki bermacam-macam tingkat energi. Ikatan dalam suatu
molekul dapat
terhadap bagian yang lain, hanya pada frekuensi tertentu. Getaran uluran dan tekukan
memerlukan jumlah energi yang berbeda, sehingga ikatan antar atom-atom yang
berbeda akan bergetar dengan frekuensi yang berbeda pula, sehingga spektroskopi
infra merah berguna untuk menetapkan jenis ikatan yang ada pada suatu molekul.
Frekuensi uluran dari suatu ikatan tertentu biasanya terletak pada selang
tertentu
ikatan kimia tertentu tergantung beberapa faktor antara lain pada massa atom. Ikatan
yang terbentuk antara atom yang berat dan yang ringan selalu bergetar pada frekuensi
yang lebih tinggi dibandingkan ikatan yang terbentuk antara dua atom yang berat
massanya hampir sama.
Energi ikatan pada ikatan ganda dua bergetar pada frekuensi yang
tinggi
dibandigkan dengan ikatan tunggal yang terbentuk diantara atom-atom yang sama.