Indonesia. Selain sebagai sumber lapangan kerja bagi sekitar 1,4 juta kepala
keluarga, komoditas ini juga memberikan kontribusi yang signifikan sebagai salah
satu sumber devisa non-migas. Sampai tahun 1998 komoditas karet masih
merupakan penghasil devisa terbesar dari subsektor perkebunan dengan nilai US$
1,1 miliar, namun pada tahun 2003 turun menjadi nomor dua setelah kelapa sawit
dengan nilai US$ 1,4 miliar. Pada tahun 2005 pendapatan devisa dari komoditas
karet ini mencapai US$ 2,6 miliar atau sekitar 5% dari pendapatan devisa non-
karet (lateks). Pohon karet normal disadap pada tahun ke-5. Produk dari
(sheet), karet bongkah (block rubber), atau karet remah (crumb rubber) yang
merupakan bahan baku industri karet. Ekspor karet dari Indonesia dalam berbagai
bentuk, yaitu dalam bentuk bahan baku industri (sheet, crumb rubber, Standard
Indonesian Rubber (SIR)) dan produk turunannya seperti ban dan komponen
kendaraan.
mencapai lebih dari 3,5 juta ha, diantaranya 85,03% merupakan perkebunan karet
1
2
milik rakyat, 7% perkebunan besar negara dan 7,96% perkebunan besar milik
Areal perkebunan yang luas saat ini belum menjadikan Indonesia sebagai
negara dengan produksi karet terbesar di dunia. Indonesia masih dikalahkan oleh
Malaysia dan Thailand yang memiliki luas lahan lebih sedikit terutama dalam
tanaman yang dilakukan secara intensif. Selain itu peremajaan tanaman dengan
klon baru jarang dilakukan, bahkan klon baru yang dapat menghasilkan produksi
lebih banyak jarang dikenal oleh petani (Tim Penulis Penebar Swadaya, 2007).
dimulai dengan pemilihan klon yang unggul, penggunaan bibit yang berkualitas
sebagai batang bawah dan batang atas serta pemeliharaan yang baik.
Pemilihan klon karet yang unggul tidak pernah terlepas dari penggunaan
batang bawah yang berguna untuk memperbaiki sifat bahan tanaman karet agar
dapat berproduksi secara optimal dan tahan terhadap jamur akar putih yang
perbanyakan tanaman karet dengan cara okulasi biasanya berasal dari biji. Biji
yang baik dapat diperoleh dari pemilihan klon unggul agar pertumbuhan tanaman
karet optimal. Secara umum batang bawah yang baik adalah klon Landbouw
Caoutchuc Bedrijf 1320 (LCB 1320), Gondang Tapen 1 (GT 1), Proefstation
3
Rubber 300 (PR 300), PR 228 dan Algemene Vereniging van Rubberplanters ter
Ooskust van Sumatera 2037 (AVROS 2037) (Didit Heru Setiawan dan Agus
Andoko, 2007), selain klon-klon di atas PTPN VIII Kebun Cikumpay juga
Tanaman karet dapat tumbuh meski di lahan marjinal dan tidak diberi pupuk
sekalipun, tetapi pada kondisi itu produksi tanaman karet tidak optimal. Apabila
tanaman karet ditanam sebagai tanaman komersial, tanah perlu diberi pupuk.
bibit unggul yang bermutu. Jika tanaman dikelola dengan teknik budidaya yang
tepat, maka potensi produksi klon unggul akan terealisasi. Pertumbuhan bibit
karet yang sehat diperoleh melalui pemeliharaan yang baik terutama melalui
pemberian pupuk yang optimal. Selain pemupukan sifat media tanam khususnya
pada lahan marjinal dengan kandungan unsur hara yang sedikit tersedia.
Pemupukan di pembibitan karet merupakan salah satu hal yang penting karena
Unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah yang besar oleh tanaman disebut
unsur hara makro, yaitu nitrogen (N), phosphate (P), kalium (K), sulfur (S),
calsium (Ca) dan magnesium (Mg). Unsur N adalah unsur yang memberikan
fungsi yang sangat besar pada pertumbuhan tanaman, dan bila diberikan dalam
4
dengan optimal, sedangkan unsur P dan K diberikan pada tanaman bila tanaman
kahat akan unsur hara, meski pengaruhnya pada tanaman memberikan dampak
Pupuk P yang beredar sekarang ini adalah SP-36 yang berkadar 36% P2O5,
SP-18 dan pupuk P lainnya dengan kadar P2O5 yang berbeda. Pupuk P memiliki
sifat sukar larut dalam air dan biasanya berbentuk granular sehingga mudah
disebar. Pupuk P terbuat dari batuan phosphate dengan penambahan asam sulfat
mutualisme yang berlangsung antara FMA dengan tanaman inang akan membantu
meningkatkan penyerapan P yang sukar larut, baik yang terdapat secara alami
maupun yang berasal dari pupuk pada tanah marjinal yang kandungan P
tersedianya rendah.
berikut :
2) pada taraf dosis FMA dan taraf dosis pupuk P berapa yang memberikan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui interaksi antara aplikasi FMA dan
pupuk P dalam mendukung pertumbuhan bibit batang bawah karet. Hasil dari
dosis FMA dan dosis pupuk P yang terbaik sehingga mampu menghasilkan bibit
batang bawah yang berkualitas tinggi untuk penanaman di lapangan serta dapat
diperlukan adanya tanaman semaian sebagai batang bawah dan mata entres. Untuk
mendapatkan bibit karet hasil okulasi yang bermutu tinggi diperlukan ketersediaan
faktor yang mempengaruhinya adalah pertumbuhan batang bawah yang cepat dan
okulasi yang baik. Kualitas batang bawah selalu diperhatikan mulai dari biji
sampai menjadi tanaman lengkap. Biji yang berkualitas ditandai dengan biji
tenggelam jika dimasukkan ke dalam air atau biji akan memantul jika dijatuhkan
melentis, stadia bintang, stadia pancing, stadia jarum, dan stadia berdaun.
6
bawah yang telah teruji produktivitasnya dan tahan terhadap serangan penyakit
oleh mutu bibit yang digunakan. Pertumbuhan bibit karet yang sehat diperoleh
melalui pemeliharaan yang baik terutama melalui pemberian pupuk yang optimal.
Dosis pemupukan tanaman karet berbeda untuk setiap jenis tanah dan umur
Salah satu unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah yang besar adalah
akar benih dan tanaman muda. P berfungsi sebagai bahan pembentuk protein dan
biji dan buah, serta menyimpan dan memindahkan energi (transfer energy),
misalnya ATP dan ADP. Sifat P ini bereaksi dengan logam-logam berat seperti Al
dan Fe pada tanah-tanah masam dan bereaksi dengan Ca pada tanah alkalis (pH
tinggi), sehingga hanya 1/4 hingga 1/3 bagian dari P yang dapat dimanfaatkan
7
tanaman. Selebihnya membentuk endapan yang sulit larut dalam air (fiksasi)
Pupuk P yang digunakan di PTPN VIII Cikumpay adalah TSP dengan kadar
P2O5 sebanyak 48%. Pupuk P memiliki sifat sukar larut dalam air dan berbentuk
granular sehingga mudah disebar. Namun saat ini keberadaan pupuk TSP sangat
sulit didapatkan di pasaran, sehingga menjadi kendala yang cukup besar dalam hal
mengeluarkan biaya yang cukup besar dalam hal pemupukan, karena bahan baku
produksi yang tinggi, tetapi lebih berorientasi pada peningkatan produksi secara
Salah satu jenis pupuk hayati adalah pupuk hayati yang memanfaatkan kerja
FMA.
8
FMA merupakan salah satu fungi yang termasuk ke dalam tipe endomikoriza.
Tipe mikoriza arbuskula dapat dijumpai secara alami pada hampir semua tanaman
dengan banyak tanaman (Pfleger dan Linderman, 1996), termasuk tanaman karet.
Simbiosis yang terjadi antara FMA dengan tanaman inang telah diperjelas
oleh Smith dan Read (1997), yaitu tanaman dapat menyediakan fotosintat untuk
FMA sebagai sumber energi, sedangkan FMA menyuplai unsur hara pada
dalam menyerap unsur hara, air, dan meningkatkan pertumbuhan tanaman. FMA
baik digunakan pada tanaman di lahan kritis yang tidak cukup mendapatkan air
penyerapan P yang sukar larut, baik yang terdapat secara alami maupun yang
rendah. Peningkatan ini bisa terjadi karena fungi mikoriza ini memiliki enzim
sediaan P dan mineral dalam tanah dapat terpenuhi. Dengan demikian FMA
terlibat dalam siklus penyediaan P dalam tanah dan dapat membantu menyerap
pagar menghasilkan pertumbuhan yang baik pada kondisi kadar air tanah 25%.
9
Selain itu, Yandi (2008) menyatakan bahwa dosis FMA 15 g/bibit yang
ditambahkan dengan pupuk organik cair 1 mL/L memberikan pengaruh yang lebih
baik terhadap pertumbuhan dan derajat infeksi akar bibit karet Klon GT 1. Secara
umum dosis zeolit yang mengandung FMA produksi PPP Biotek BPPT yang
Ilham Herdiansyah (2005), dosis FMA 10 g pada tanaman kina memberikan nilai
luas daun, volume akar dan bobot kering akar yang paling tinggi.
interaksi dosis FMA dengan pupuk P yang berpengaruh terbaik pada pembibitan
unsur hara terutama P dan air. Dengan demikian penggunaan FMA secara
1.5 Hipotesis
berikut :
1) ada interaksi antara dosis FMA dan dosis pupuk P dalam meningkatkan
2) salah satu interaksi dosis FMA dan pupuk P akan memberikan pengaruh yang
paling baik terhadap pertumbuhan bibit batang bawah karet klon PR 261.
II TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman karet merupakan tanaman penghasil getah yang berasal dari Brazil.
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Classis : Dicotyledoneae
Ordo : Euphorbiales
Familia : Euphorbiaceae
Genus : Hevea
Tanaman karet merupakan pohon yang dapat tumbuh tinggi hingga mencapai
15-25 m. Akar tanaman karet merupakan akar tunggang yang mampu menopang
batang yang tumbuh tinggi dan besar. Batang tanaman karet biasanya tumbuh
lurus dan memiliki percabangan yang tinggi. Batang tanaman karet mengandung
getah yang dikenal dengan nama lateks. Daun karet berwarna hijau, apabila akan
rontok maka berubah warna menjadi kuning atau merah. Daun karet ini terdiri dari
tangkai daun utama sepanjang 3-20 cm dan tangkai anak daun sepanjang 3-10 cm
dan pada ujungnya terdapat kelenjar. Biasanya terdapat tiga anak daun pada satu
tangkai utama daun karet seperti terlihat pada Gambar 1. Anak daun berbentuk
eliptis, memanjang dengan ujung meruncing dan tepinya rata. Untuk lebih
10
11
jelasnya untuk mengenai deskripsi tanaman karet klon PR 261 dapat dilihat pada
Lampiran 1.
Bunga karet terdiri dari bunga jantan dan bunga betina. Bunga karet biasanya
terletak di antara payung satu dengan payung yang lain dengan jarak antar payung
cukup jauh. Kepala putik pada bunga ini berjumlah tiga buah sedangkan bunga
jantan memiliki sepuluh benang sari yang menyatu. Buah karet memiliki
pembagian ruang yang jelas. Masing-masing ruang berbentuk setengah bola dan
di dalam setiap ruang buah terdapat biji karet. Jumlah biji biasanya tiga atau enam
buah sesuai dengan jumlah ruang (Tim Penulis Penebar Swadaya, 2007).
Tanaman karet akan tumbuh dengan baik pada iklim tertentu. Biasanya
tanaman karet akan tumbuh dengan baik pada zone antara 15o LS dan 15o LU.
Curah hujan yang cocok untuk pertumbuhan tanaman ini tidak kurang dari 2.000
4.000 mm/tahun, yang terbagi dalam 100-150 hari hujan (Djoehana Setyamidjaja,
2000).
12
karet dapat tumbuh dengan baik di dataran rendah sampai 200 m di atas
lambat. Ketinggian lebih dari 600 m dpl. kurang cocok untuk pertumbuhan
tanaman karet.
tanaman karet akan optimal pada suhu antara 25 oC – 35 oC, dengan suhu optimal
tanaman karet adalah 5-7 jam (Tim Penulis Penebar Swadaya, 2007).
tetapi juga tanah sebagai tempat tumbuh dan sumber unsur hara serta air bagi
tanaman. Tanaman karet dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, baik pada tanah
vulkanis muda maupun vulkanis tua, Alluvial dan bahkan tanah gambut. Reaksi
tanah yang umum ditanami karet mempunyai pH antara 3,0 sampai 8,0.
Kemasaman tanah yang baik yaitu pada pH 4,5 sampai 6,5. Pada pH di bawah 3,0
diperlukan adanya tanaman semaian sebagai batang bawah dan mata dari entres.
Bibit okulasi sebagai perbaikan klon karet yang sudah ada memerlukan batang
bawah yang diperoleh dari pembiakan tanaman secara generatif (pembiakan dari
13
Pemilihan biji yang baik didasarkan atas penilaian kemurnian klon, ukuran
biji dari masing-masing klon, kementalan, kesegaran biji, dan daya kecambah biji.
Biasanya penilaian kesegaran dilakukan dengan pembelahan 100 biji sampel dari
setiap 200 liter biji atau dengan metode pantul, yaitu biji yang baik adalah biji
yang memiliki daya pantul yang tinggi. Setelah pemilihan biji dilanjutkan dengan
berkecambah (stadia jarum atau pancing). Biji yang sudah berkecambah harus
segera dipindahkan ke areal pembibitan batang bawah, karena jika terlalu lama
menampakkan sepasang daun, karena kecambah dengan sepasang daun akan cepat
layu dan mati, kemudian memiliki akarnya tombak yang lurus tidak bercabang
a b c d e
Gambar 2. Berbagai bentuk akar kecambah karet (a. Akar bedenggol; b. Akar
lurus; c. Akar bercabang; d. Akar berbentuk kursi; e. Akar tunggang
muntir)
(Sumber : Tim Penulis Penebar Swadaya, 2007)
14
jenis okulasi yang akan digunakan. Ada 3 macam teknik okulasi pada tanamn
karet, yaitu okulasi dini, okulasi hijau dan okulasi coklat. Ketiga macam teknik
okulasi tersebut prinsipnya relatif sama, perbedaannya hanya terletak pada umur
batang bawah dan batang atasnya. Okulasi dapat dimulai bila batang bawah sudah
sebagai hasil dari rekayasa manusia sehingga ciri-ciri dari tanaman tersebut
Klon PR 261 merupakan klon yang masih digunakan sebagai batang bawah di
PR 261 merupakan singkatan dari Proefstation Rubber 261 dan dapat meng-
Woelan, dkk., 2006), selain itu klon PR 261 ini masih digunakan sebagai batang
dan substrat lainnya. Pupuk adalah setiap bahan yang digunakan untuk
dibedakan menjadi pupuk alami dan pupuk buatan. Pupuk alami adalah pupuk
yang langsung diperoleh dari alam, misalnya: P alam dan pupuk organik,
sedangkan pupuk buatan adalah pupuk yang dibuat di pabrik dengan jenis dan
kadar unsur haranya sengaja ditambahkan ke dalam pupuk tersebut dalam jumlah
tertentu.
metabolisme dalam sel tanaman tidak dapat berlangsung dengan baik, dengan
tanaman, terutama bulu-bulu akar. Selain itu, tanaman yang dipupuk P akan lebih
tahan terhadap serangan penyakit. Kekurangan P pada tanaman muda atau bibit,
Percepatan umur untuk batang bawah yang siap diokulasi dapat diperoleh
dengan merangsang pertumbuhan lilit batang lebih cepat. Hal ini dapat diupaya-
kan dengan penambahan unsur P sebagai bahan yang ditambahkan pada media
Mikoriza adalah suatu struktur yang dibentuk oleh akar tanaman dan fungi
digunakan oleh Robert Hartig pada tahun 1840, yang berasal dari bahasa
Latin "Mykes" yang berarti fungi dan "Rhiza" yang berarti akar.
tubuh buah dan cara infeksi terhadap tanaman. Terdapat berbagai jenis mikoriza,
diantaranya yang paling terkenal adalah mikoriza vasikular arbuskula atau yang
sekarang disebut sebagai FMA. Mikoriza ini merupakan bentuk asosiasi antara
karena memiliki hifa bercabang halus yang disebut arbuskula. Vesikula terbentuk
partisi fotosintat ke pupus dan akar berubah, serta bentuk ketahanan tanaman
FMA mengadakan asosiasi dengan akar tanaman. Fungi ini masuk ke dalam
tumbuhan dan hidup di dalam atau di antara sel kortek dari bulu akar. Proses
membantu hifa menembus ruang sel epidermis melalui permukaan akar, atau
17
rambut-rambut akar dengan cara mekanis dan enzimatis. Hifa yang telah masuk
ke lapisan korteks kemudian menyebar di dalam dan di antara sel-sel korteks, hifa
arbuskula yang berfungsi sebagai jembatan transfer unsur hara, antara fungi
dengan tanaman inang. Arbuskula merupakan hifa bercabang halus yang dapat
meningkatkan luas permukaan akar, dua hingga tiga kali. Pada sistem perakaran
yang terinfeksi akan muncul hifa yang terletak di luar, yang menyebar di sekitar
daerah perakaran dan berfungsi sebagai alat pengabsorbsi unsur hara. Hifa yang
terletak di luar ini dapat membantu memperluas daerah penyerapan hara oleh akar
dapat mengurangi kerusakan akibat penyakit yang disebabkan oleh jamur patogen,
bakteri, nematoda dan virus (Pfleger dan Linderman, 1996). Mikoriza ini menjadi
pelindung fisik yang kuat, sehingga perakaran sulit ditembus penyakit (patogen).
pada kondisi lingkungan yang kering dan mampu menetralisir logam berat,
Percobaan dilaksanakan dari bulan Mei 2009 sampai dengan Agustus 2009 di
Purwakarta. Kebun karet ini berada pada ketinggian tempat 70-90 m dpl. dengan
jenis tanah Latosol yang memiliki pH 4,80. Data analisis tanah selengkapnya
dapat dilihat pada Lampiran 2. Tipe iklim menurut klasifikasi Schmidt dan
Ferguson adalah B (Bayong Tjasyono, 2004). Data curah hujan selama percobaan
tanah;
6) penggaris dan meteran, digunakan untuk mengukur tinggi tanaman dan lilit
batang;
18
19
1) bibit karet klon PR 261 yang telah berumur 14 hari setelah semai atau
telah stadia pancing, sebanyak 144 bibit dimana 1 bibit untuk 1 polibeg.
4) tanah Latosol lapisan topsoil yang diambil pada ketebalan 0-20 cm dari
5) pupuk Urea (45 % N), pupuk SP-18 (18% P2O5) dan pupuk KCl (60 %
K2O);
8) larutan KOH 10%, HCl 1% dan asam Fuchin untuk pengujian derajat
infeksi akar.
19
20
Acak Kelompok (RAK) pola faktorial yang terdiri dari dua faktor perlakuan,
dimana faktor pertama yaitu dosis FMA (F) yang terdiri dari empat taraf, yaitu :
f1 : tanpa FMA
f2 : 10 g FMA/bibit
f3 : 15 g FMA/bibit
f4 : 20 g FMA/bibit
Faktor kedua yaitu dosis pupuk fosfat (P) terdiri dari tiga taraf, yaitu :
tiga kali, sehingga terdapat 36 satuan perlakuan dimana setiap perlakuan terdiri
dari empat bibit, sehingga jumlah seluruhnya terdapat 144 bibit. Tata letak
Dimana :
20
21
acak kelompok pola faktorial seperti yang dapat dilihat pada Tabel 3.
dengan analisis ragam dengan uji F pada taraf kepercayaan 5 %, dan dilakukan uji
genting.
Media yang digunakan untuk persemaian adalah pasir halus setinggi 10 cm.
Media digarpu sedalam 20 cm dan dibersihkan dari kotoran serta gulma.. Jarak
antar biji dalam barisan adalah 0,5 cm dan jarak biji antar barisan 1 cm, seperti
21
22
sehari, yaitu pagi pada pukul 07.00 dan sore pada pukul 16.00. Pemindahan bibit
dilakukan saat bibit berumur 14 hari setelah semai (HSS) atau telah memasuki
stadia pancing.
Tanah yang digunakan adalah tanah Latosol bagian topsoil yang diambil pada
kedalaman 0-20 cm dari permukaan tanah dan subsoil yang diambil pada
genangan air.
dan pupuk kandang terlebih dahulu dicampur dengan perbandingan 1:1 hingga
merata seperti pada Gambar 4a. Kemudian dimasukkan ke dalam polibeg yang
22
23
a b
Gambar 4. a. Campuran media tanam tanah dan pupuk kandang (1:1);
b. Campuran media yang sudah dimasukkan ke dalam polibeg
dikelompokkan sesuai perlakuan.
(Sumber : Dokumentasi Ari Wahyudi, 2009)
polibeg dilakukan dengan cara membuat lubang pada tengah polibeg yang
kemudian ditaburkan FMA di daerah perakaran secara merata dengan dosis sesuai
a b
Gambar 5. a. Polibeg berisi media sebelum diberikan FMA
b. Polibeg berisi media setelah diberikan FMA
(Sumber : Dokumentasi Ari Wahyudi, 2009)
23
24
Polibeg yang telah berisi media dan FMA diatur sesuai dengan tata letak
percobaan. Bibit karet yang telah berumur 14 HSS ditanam di dalam media
sampai seluruh biji tertutup media. Akar bibit diusahakan tidak patah karena akan
3.4.5 Pemeliharaan
Pemeliharaan meliputi :
1) penyiraman
Penyiraman dilakukan secara rutin pada pagi dan sore hari, terutama pada
2) penyulaman
Penyulaman dilakukan jika terdapat bibit yang tidak tumbuh dengan baik
3) pemupukan
satu bulan sekali. Pupuk yang diberikan adalah SP 18, Urea, dan KCl
dan 3 g KCl/bibit,
dan 5 g KCl/bibit,
24
25
dan 10 g KCl/bibit.
5) pengendalian gulma
3.5 Pengamatan
pengamatan utama.
pada 2 MST. Data pada pengamatan utama dianalisis secara statistik yang
25
26
1) tinggi bibit (cm), pengukuran tinggi bibit diukur dari pangkal batang sampai
titik tumbuh tertinggi pada 2 MST sampai 16 MST dengan interval peng-
dengan alat bantu tali kasur pada ketinggian 5 cm dari pangkal batang pada
3) jumlah daun (helai), penghitungan jumlah daun dilakukan pada daun yang
LD = Wr d x LK
Wt
Keterangan :
5) bobot kering akar (g), diukur dengan menimbang bagian akar yang telah
6) bobot kering pupus (g), diukur dengan menimbang bagian pupus yang telah
26
27
7) bobot kering tanaman (g), diukur dengan menimbang seluruh bagian tanaman
9) volume akar (cm3), dilakukan pada akhir percobaan dengan cara menghitung
selisih volume air sebelum dan sesudah akar dimasukkan ke dalam gelas
ukur.
10) derajat infeksi akar (%), dilakukan pada akhir percobaan. Langkah-langkah
27
V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
yaitu :
bangan lilit batang bibit karet klon PR 261 pada umur 2 MST.
5.2 Saran
1) Perlu dilakukan sterilisasi pada tanah yang akan digunakan sebagai media
agar media bersih dari biji gulma dan FMA indigenous yang terdapat
47