Anda di halaman 1dari 6

DPPM & MTS UII

ANALISIS DAMPAK BENCANA MERAPI


TERHADAP AKTIVITAS INDUSTRI DI KAWASAN CANGKRINGAN
Harwati1 , Fatkhul Amali2 , Wahyu Kresna3
Program Studi teknik Industri, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta
Email: harwati82@gmail.com

ABSTRAK
Letusan Gunung Merapi menimbulkan bencana yang luar biasa serta kerugian yang sangat
besar. Salah satu dampak kerugian yang ditimbulkan erupsi merapi terjadi pada kegiatan
industri kecil di kawasan sekitar Merapi terutama di Kecamatan Cangkringan, Sleman mulai
dari terganggunya aktivitas hingga terhentinya kegiatan industri. Diperlukan pemetakan dan
klasifikasi dampak erupsi Merapi terhadap aktivitas industri
berdasarkan tingkat
kerusakannya sebagai acuan mengenai kebijakan yang harus diambil untuk industri yang
bersangkutan serta analisis potensi pengembangan industri pasca erupsi. Pemetaan dampak
industri dilakukan dengan mengumpulkan data melalui beberapa cara yaitu wawancara
observasi, dan studi kepustakaan. Data yang diperoleh meliputi data aktivitas industri sebelum
dan pasca erupsi Merapi di kawasan Cangkringan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
tingkat kerusakan pada sektor industri di wilayah Cangkringan mencapai hampir 50% dengan
kelompok industri yang terkena dampak terbesar pada jenis industri makanan dan industri
batu/pasir. Dari penelitian yang dilakukan dapat diamati juga bahwa ada dua potensi industri
yang bisa dikembangkan pasca erupsi yaitu industri yang diolah dari bahan dasar batu dan
pasir seperti batako dan cobek serta industri gula kelapa untuk dikembangkan dengan lebih
professional sehingga nantinya mampu menjadi industri khas dan unggulan dari wilayah
tersebut.
Kata-kata kunci: erupsi Merapi, industri, dampak, Cangkringan

PENDAHULUAN
Gunung Merapi yang terletak di perbatasan Yogyakarta (30 Km), Kabupaten Magelang
(25 Km) dan Kabupaten Klaten (17,5 Km) merupakan salah satu gunung api yang
mempunyai daya rusak yang tinggi dan paling aktif diantara 75 gunung api yang
terletak di Indonesia serta merupakan gunung terganas di dunia. (Khatulistiwa, 2009).
Gunung Merapi terakhir meletus pada tahun 2006 silam. Letusan-letusan kecil terjadi
setiap 2 - 3 tahun, dan yang lebih besar sekitar 10-15 tahun sekali. Pada tanggal 26
Oktober 2010, Merapi meletus lagi sejak 4 tahun terakhir dengan skala letusan yang
lebih besar dan menyebabkan bencana yang luar biasa serta kerugian yang sangat besar.
Salah satu dampak kerugian yang ditimbulkan erupsi merapi terjadi pada kegiatan
industri kecil di kawasan sekitar merapi meliputi Kecamatan Cangkringan, Pakem, dan
Turi. Data dari Badan Pusat Statistik menunjukkan pada tahun 2009 terdapat lebih dari
2000 industri kecil dan menengah di Kabupaten Sleman khususnya daerah di sekitar
Merapi seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel. 1 Data Jumlah Perusahaan Kecil dan Menengah di sekitar Merapi
Kecamatan
Turi
Pakem
Cangkringan
IK

2007
IK
481
225
565

2008
IBM
2
2
0

IK
481
254
586

2009
IBM
1
3
0

IK
485
294
610

IBM
1
4
0

: Industri Kecil ; IBM : Industri Menengah Besar

Seminar Nasional: Pengembangan Kawasan Merapi : Aspek Kebencanaan dan Pengembangan Masyarakat Pasca Bencana - 182

DPPM & MTS UII

Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) banyak menerima laporan mengenai


terhentinya beberapa aktivitas industri dan bisnis di sekitar Yogyakarta. Sektor usaha
kecil dan menengah (UKM) rentan tak bisa bertahan dari dampak aktivitas ekonomi
yang terganggu karena letusan Merapi. Industri Kecil dan Menengah (IKM) tak luput
dari dampak merapi. Bencana Gunung Merapi, membuat Industri Kecil dan Menengah
(IKM) lumpuh. Kerugian akibat terhentinya produksi diperkirakan mencapai Rp 1
miliar per hari. Sementara kerusakan alat-alat permesinan yang berada di radius 0
sampai 20 kilometer sebesar Rp 4 miliar. Akibat bencana alam Merapi, IKM yang
berada di radius 0-10 km tidak dapat melakukan aktivitas normal. (Pranowo, 2010).
Mengingat dampak Merapi paling besar terjadi di wilayah Cangkringan maka fokus dari
penelitian ini ditujukan untuk memetakan dampak erupsi merapi terhadap aktivitas
industri di Kecamatan Cangkringan, mengklasifikasi industri di sekitar Merapi
berdasarkan tingkat kerusakannya dan menganalisis potensi kerugian yang terjadi
meliputi peralatan industri, tenaga kerja dan kerugian-kerugian lainnya. Data yang
diperoleh nantinya dapat digunakan sebagai acuan mengenai kebijakan yang harus
diambil untuk industri yang bersangkutan.
METODE PENELITIAN
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan beberapa cara yaitu
wawancara melalui tanya jawab langsung tentang masalah yang terkait dengan
penelitian, terutama data mengenai industri yang berada di sekitar Merapi, Observasi
dengan melakukan pengamatan dan pencatatan langsung, terhadap objek atau hal-hal
yang mempunyai keterkaitan dengan kondisi industri di sekitar Merapi pasca erupsi
merapi, serta studi kepustakaan yaitu penelitian yang dilakukan untuk memperoleh data
dan informasi yang akan digunakan sebagai referensi sebagai landasan teori, sistematika
penulisan, dan kerangka berpikir alamiah yang diambil dari literatur serta laporan laporan sebelumnya yang mendukung. Sedangkan data yang dikumpulkan dibedakan
menjadi dua jenis, yaitu:
a. Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan peneliti langsung dari kawasan yang
terkena dampak bencana erupsi merapi.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang berasal dari sumber lain seperti data yang berasal
dari Dinas Perindustrian Kabupaten Sleman, data Badan Pusat Statistik, data Badan
Nasional Penanggulangan Bencana, hasil penelitian sebelumnya, jurnal dan lain-lain
yang digunakan untuk mendukung penelitian ini meliputi data potensi industri kecil,
data kependudukan dan data korban erupsi Merapi.
HASIL PENELITIAN
Kecamatan Cangkringan merupakan bagian dari Kabupaten Sleman yang terdiri dari
lima desa yaitu Kepuharjo, Umbulharjo,Wukirsari,Argomulyo, dan Glagaharjo.
Sebagian besar penduduk Kecamatan Cangkringan adalah peternak. Dari data
monografi kecamatan tercatat 13.224 orang atau 47.81 % penduduk Kecamatan
Cangkringan bekerja di sektor peternakan. Dilihat dari nilai asetnya seluruh jenis
industri yang ada di wilayah terkelompok dalam kategori kelompok industri kecil
dengan nilai aset dibawah 200 juta. Pada tahun 2009 terdapat lebih 600 industri yang

Seminar Nasional: Pengembangan Kawasan Merapi : Aspek Kebencanaan dan Pengembangan Masyarakat Pasca Bencana - 183

DPPM & MTS UII

termasuk kedalam kategori kelompok industry kecil tersebut. Berdasarkan jenis


industrinya terdapat 3 kelompok industri besar yang ada di wilayah Cangkringan,
yaitu:
1. Kelompok industri berbahan dasar batu/pasir, mencapai sekitar 24,26% dari total
industri yang ada. Jenis industri yang termasuk didalamnya adalah antara lain
industri cobek, conblock, batu alam, batu nisan, batako, kerajinan batu, lumping, dan
tegel batu.
2. Kelompok industri berbahan dasar kayu/bambu, mencapai sekitar 19,67% dari total
industri yang ada. Jenis industri yang termasuk didalamnya adalah antara lain kusen,
mebel kayu,keranjang bambu,mebel bambu dan sebagianya.
3. Kelompok industri makanan, merupakan jenis kelompok industri terbesar dengan
lebih dari 53,28% dari total industri yang ada. Jenis industri yang termasuk
didalamnya seperti industri pembuatan tempe, makanan ringan,gula kelapa, emping
dan sebagainya.
4. Sedangkan sisanya merupakan kelompok industri seperti konveksi / jahit, bengkel
motor, pembuatan kotak telur, dan pupuk dengan presentase 2,79%.
Hasil Survei
Pengamatan dilakukan dengan melakukan survey didaerah bencana dan mengumpulkan
data-data kerusakan akibat erupsi dari sumber-sumber lain.
a. Desa Kepuharjo
Hasilnya menunjukan bahwa kawasan yang mengalami kerusakan terparah akibat
erupasi yaitu Desa Kepuharjo dengan hampir 100% wilayahnya mengalami
kerusakan total dan tidak dapat dihuni kembali. Ada 9 dusun yang terdapat di desa ini
yaitu Batur, Jambu, Kaliadem, Kepuh, Kopeng, Manggong, Pager Jurang, Petung.
Dapat dikatakan hampir 100% sektor industri di wilayah ini lumpuh total akibat
erupsi Merapi
Tabel 2. Kondisi Industri Kepuharjo Pasca Erupsi
Kelompok Industri

Jumlah

Pengolahan Batu/Pasir
Kerajinan Kayu/Bambu
Makanan

14
13
53

Lain-lain

Kondisi
Rusak berat/hilang
Rusak berat/hilang
70% Rusak berat/hilang
30% Rusak Sedang
Rusak berat/hilang

b. Desa Umbulharjo
Dari sembilan dusun yang terdapat di wilayah Umbulharjo ada dua dusun yang
mengalami kerusakan total yaitu dusun Kinahrejo dan dusun Pengukrejo. Industri
yang terdapat di dua dusun ini meliputi sekitar 20% dari keseluruhan jumlah industri
yang terdapat di Desa Umbulharjo dengan jenis industri terpusat di dua kategori yaitu
industri pengolahan batu/pasir dan industri mebel.

Seminar Nasional: Pengembangan Kawasan Merapi : Aspek Kebencanaan dan Pengembangan Masyarakat Pasca Bencana - 184

DPPM & MTS UII

Tabel 3 Kondisi Industri Umbulharjo Pasca Erupsi


Kelompok Industri

Jumlah

Kondisi

Pengolahan Batu/Pasir

10

Rusak berat/hilang

Kerajinan Kayu/Bambu

Rusak berat/hilang

Makanan/tempe

Rusak berat/hilang

c. Desa Argomulyo
Dusun yang mengalami kerusakan terparah di desa Argomulyo adalah dusun Bakalan
dan Gadingan dengan tingkat kerusakan mencapai hampir 100%. Sedangkan daerah
lain yang juga mengalami kerusakan dengan tingkat kerusakan mencapai 20% yaitu
dusun Cangkringan, Jaranan, Karanglo, Jetis, dan Suruh. Kelompok industri utama
di daerah Gadingan ini adalah industri Gula Jawa. Untuk sementara industri ini
mengalami kelumpuhan dikarenakan banyak pohon kelapa sebagai bahan baku utama
mati sehingga tidak dapat digunakan lagi disamping dikarenakan infrastruktur dan
tempat industri (perumahan penduduk) yang rusak akibat banjir lahar dingin yang
terjadi.
Tabel 4 Kondisi Industri Argomulyo Pasca Erupsi
Kelompok Industri

Jumlah

Kondisi

Pengolahan Batu/Pasir

Rusak berat/hilang

Kerajinan Kayu/Bambu

Makanan (Gula jawa,tempe)

13

Rusak berat/hilang

d. Desa Glagaharjo
Hampir 50% wilayah Glagaharjo mengalami kerusakan akibat erupsi merapi dengan
tingkat kerusakan bervariasi antara 50% hingga rusak total. Dusun yang mengalami
kerusakan terparah adalah dusun Srunen, Kalitengah Kidul dan Kalitengah Lor
dengan tingkat kerusakan mencapai hampir 100%. Sedangkan daerah lain yang juga
mengalami kerusakan dengan tingkat kerusakan mencapai 80% yaitu dusun
Ngancar, Glagah Malang, Singlar, dan Besalen. Kelompok industri yang terkena
dampak paling signifikan di desa ini adalah industri Gula Kelapa dimana terdapat 42
usaha tersebut di Desa Glagaharjo. Kerusakan pada tanaman kelapa sebagai bahan
baku utama pembuatan gula kelapa mengakibatkan terhentinya industri ini untuk
sementara waktu. Kelompok industri lain yang mengalami kerusakan adalah industri
Mebel kayu dan Bambu yang terdapat di dusun Srunen, dikarenakan rusaknya tempat
usaha (perumahan) akibat erupsi. Industri yang mengalami kerusakan di dua dusun
ini dapat dilihat dalam Tabel 5 berikut:

Seminar Nasional: Pengembangan Kawasan Merapi : Aspek Kebencanaan dan Pengembangan Masyarakat Pasca Bencana - 185

DPPM & MTS UII

Tabel 5 Kondisi Industri Glagaharjo


Kelompok Industri

Jumlah

Kondisi

Pengolahan Batu/Pasir

Kerajinan Kayu/Bambu

12

Rusak berat/hilang

Makanan (Gula jawa,tempe)

42

Rusak berat/hilang

e. Desa Wukirsari.
Secara umum dampak erupsi Merapi di wilayah Wukirsari tidak terlalu signifikan
dibandingkan dengan daerah lain. Dusun yang mengalami kerusakan total hanya dusun
Ngepringsari dimana tidak terdapat kelompok industri besar di dusun tersebut.
Kelompok industri yang ada adalah sentra kerajinan bamboo di dusun Bedoyo sebanyak
14 unit usaha dan kerajinan cobek di dusun Plupuh sebanyak 11 unit usaha. Namun dari
hasil survey yang dilakukan tidak terdapat dampak yang cukup signifikan terhadap
kedua jenis industri ini, hanya sempat terhenti beberapa waktu dikarenakan
penduduk/pekerja yang mengungsi selama erupsi.
DISKUSI
Dari survey yang dilakukan dapat diamati bahwa ada beberapa potensi industri yang
bisa dikembangkan pasca erupsi. Beberapa industri tersebut adalah:
a. Industri pengolahan batu/pasir
Disamping menimbulkan kerusakan di banyak wilayah, disisi lain erupsi merapi
juga memberikan manfaat bagi penduduk sekitar. Lahar dingin membawa material
vulkanik berupa pasir, batu dan lumpur material pasir sejumlah 150 juta m di
puncak Gunung Merapi dan sekitarnya (www.pu.go.id) . Hal ini merupakan potensi
yang sangat menguntungkan untuk dimanfaat. Beberapa industri dapat dibangun
berbasiskan material vulkanik Merapi disamping beberapa juga sudah dilakukan
oleh penduduk sekitar, yaitu:
b. Industri Gula Jawa/Gula Kelapa
Gula kelapa atau gula semut adalah gula yang diperoleh dari pemekatan cairan hasil
sadapan tongkol bunga kelapa yaitu nira kelapa. Gula kelapa merupakan bahan
baku sangat penting dalam indutri makanan seperti kecap, jenang dan indutri
makanan lainnya. Saat ini di Kecamatan Cangkringan terdapat sekitar 60 unit
industri gula kelapa rumahan Hal ini merupakan suatu potensi yang layak untuk
dikembangkan lebih professional sehingga nantinya mampu menjadi industri khas
dan unggulan dari wilayah tersebut.
KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Tingkat kerusakan pada sektor industri di wilayah Cangkringan mencapai hampir
50% dengan kelompok industri yang terkena dampak terbesar pada jenis industri
makanan (gula kelapa,tempe) dan industri batu/pasir (batako,cobek dsb)
2. Daerah yang terkena dampak terbesar yaitu dusun Kepuharjo yang meliputi hampir
100%.
3. Terdapat beberapa jenis industri yang berpotensi untuk dikembangkan di kawasan
Cangkringan pasca erupsi yaitu industri pengolahan batu/pasir dan gula kelapa.

Seminar Nasional: Pengembangan Kawasan Merapi : Aspek Kebencanaan dan Pengembangan Masyarakat Pasca Bencana - 186

DPPM & MTS UII

DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik, (2009) Johansyah, 2010., UMKM Lumpuh Total Terkena
Dampak Merapi. Available at
http://www.tribunnews.com/2010/11/16/aktivitas-900-umkm-lumpuhtotal-terkenadampak-merapi
Khatulistiwa (2009). Gunung Merapi. Available at http://www.khatulistiwa.info/
gunung/42-gunung-merapi.html
Okezone (2010). Data Korban Tewas Pengungsi Merapi. http://news.okezone.com
Potensi Industri Kecil Kecamatan Cangkringan (2009), Dinas Perindustrian
Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Sleman
Pranowo (2010).
Industri
Kecil
Di
Sekitar
Merapi
Lumpuh.
http://www.neraca.co.id
Suara Merdeka (2010). Awan Panas dan Mematikan. http://suaramerdeka.
Suprapto H. dan Hardjono. (2010). Kerugian akibat Bencana Merapi Ratusan
Miliar Rupiah per Desa. www.mediaindonesia.com

Seminar Nasional: Pengembangan Kawasan Merapi : Aspek Kebencanaan dan Pengembangan Masyarakat Pasca Bencana - 187

Anda mungkin juga menyukai