PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pelajaran Farmakologi secara spesifik dituangkan dan diterapkan oleh
1.3 Tujuan
Ada beberapa tujuan kami dalam membuat makalah ini dan dalam
melaksanakan diskusi, yakni :
1.4
BAB II
2
PEMBAHASAN
Siklus replikasi virus secara garis besar dapat dibagi menjadi 10 langkah:
adsorpi virus ke sel (pengikatan , attachment), penetrasi virus ke sel, uncoating
(dekapsidasi), transkripsi tahap awal, translasi tahap awal, replikasi genom virus,
trankripsi tahap akhir, assembly virus dan penglepasan virus. HIV juga
mengalami tahapan-tahapan diatas dengan beberapa modifikasi yaitu pada
transkripsi awal (tahap4) yang diganti dengan reverse transcription; translasi awal
(tahap5) diganti dengan integrasi; dan tahap akhir (assembly dan penglepasan)
terjadi bersamaan sebagai proses budding dan diikuti dengan maturasi virus.
Semua tahap ini dapat menjadi target intervensi kemoterapi.
Selain dari pada tahapan yang spesifik pada replikasi virus, ada sejumlah
enzim hospes dan proses-proses yang melibatkan sel hospes yang berperan dalam
sintesis protein virus. Semua proses ini juga dapat dipertimbangkan sebagai target
kemoterapi antivirus.
2.2 Klasifikasi Virus
2.2.1 Virus Bakterial
Bakterifage (fage) adalah virus yang menginfeksi bakteri dan hanya dapat
bereproduksi di dalam sel bakteri. Kemudahan relatif dalam penangannya dan
kesederhanaan infeksi fage bakteri membuatnya menjadi suatu sistem model bagi
penelaahan patogenesitas virus maupun banyak masalah dasar di dalam biologi,
termasuk biologi seluler dan molekular serta imunologi. Fage pada hakekatnya
terdiri dari sebuah inti asam nukleat yang terkemas di dalam selubung protein
pelindung. Reproduksi virus bakterial yang virulen mencakup urutan umum
sebagai berikut : adsorbsi partikel fage, penetrasi asam nukleat, replikasi asam
nukleat virus, perakitan partikel-partikel fage baru, dan pembebasan
partikelpartikel fage ini di dalam suatu ledakan bersamaan dengan terjadinya lisis
sel inang, fage-fage virulen telah digunakan untuk mendeteksi dan
mengidentifikasi bakteri patogenik.
2.2.2 Virus Hewan dan Tumbuhan
Virus hewan dan virus tumbuhan adalah parasit intraseluler obligat yang
sangat kecil. Setiap virus mempunyai sebuah inti pusat asam nukleat dikelilingi
oleh kapsid. Secara morfologis, virus hewan dan virus tumbuhan dapat
ikosashedral, halikal bersampul atau kompleks.
Proses replikasi virus dimulai dengan melekatnya virion pada sel inang.
Peristiwa ini disusul dengan penetrasi dan pelepasan selubung, biosintesis
komponen-omponen virus dan perakitan serta pematangan virion. Proses ini
diakhiri dengan pembebasan virus dari sel inang.
Sistem yang secara paling luas digunakan untuk klasifikasi virus terlihat
pada sistem ini, yang diperkenalkan oleh A. Loff dan kawan-kawan dalam tahun
1962, virus dikelompokkan menurut sifat virionnya yaitu semacam asam nukleat,
bentuk susunan kapsid, ada tidaknya selubung dan ukuran kapsid. Pembagian
lebih lanjut didasarkan atas sifat-sifat lain virion itu, seperti sejumlah untaian
asam nukleat (satu atau dua, sifat pertumbuhan virus, seperti sejumlah untaian
asam nukleat (satu atau dua, sifat pertumbuhan virus, seperti kedudukan tempat
sintesis virus di dalam sel dan hubungan timbal balik antara inang dan virus,
seperti digambarkan oleh kisaran inang.
Sistem ini dimaksudkan untuk menggambarkan klasifikasi alami atau
filogenik, berarti sistem ini bukannya mencoba menggambarkan hubungan
evolisoner atara virusvirus. Hubungan yang sama sekali tidak jelas melainkan
sistem ini menggolongkan virus berdasarkan susunan biasa sifat-sifat kimiawi
dan strukturnya yang merupakan sifat tetap yang dapat ditentukan dengan cermat.
2.3 Golongan Obat Antivirus
Empat golongan antivirus yang akan dibahas dalam dua bagian besar
pembahasan yaitu mengenai antinonretrovirus dan antiretrovirus. Klasifikasi
penggolongan obat antivirus adalah :
1. Antinonretovirus
a. Antivirus untuk herpers
b. Antivirus untuk influenza
B. Gansiklovir
Gansiklovir berbeda dari asiklovir dengan adanya penambahan gugus
hidroksimetil padaposisi 3 rantai samping asikliknya.metabolisme dan
mekanisme kerjanya sama dengan asiklovir. Yang sedikit berbeda adalah pada
gansiklovir terdapat karbon 3 dengan gugus hidroksil, sehingga masih
memunginkan adanya perpanjangan primer dengan template jadi gansiklovir
bukanlah DNA chain terminator yang absolute seperti asklovir.
gansiklovir tetapi wakyu ini disetujui hanya untuk pengobatan herpes zoster akut.
Obat efektif peroral.
a) Efek samping: termasuk sakit kepala dan mual.penelitian pada hewan percobaan
menujukan peningkatan terjadinya adenokarsinoma mamae dan toksisitas
testicular.
D. Foskarnet
Tidak seperti kebanyakan obat antivirus lainnya, foskarnet bukan analog
purin atau pirimidin, obat ini adalah fosfonoformat, suatu derivate pirofosfat.
Meskipun aktivitas antivirus in vitro cukup luas, disetujui hanya sebagai
pengobatan retinitis sitomegalic pada pasien penderita HIV dengan tanggap imun
yang lemah terytama jika infeksi tersebut resisiten terhadap gansiklovir.
Foskarnet bekerja dengan menghamabat polimerese DNA & RNA secara
reversible, yang mengakhiri elongasi rantai.
Mutasi struktur polymerase menyebabkan resistensi virus. Foskarnet sukar
diabsorpsi peroral harus disuntikan intravena, dan perlu diberikan berulang untuk
menghindari relaps jika kadarnya turun. Tersebat merata di seluruh tubuh. Lebih
dari 10% masuk matriks tulang yang secara lambat dilepaskan. Obat asli
dikeluarkan oleh glamerolus dan sekresi tubular masuk urine.
a) Efek samping termasuk nefrotoksisitas,anemia,mual dan demam. Karena
kelasi dengan kation divalent, hipokalsemia,hipomagnesemia juga terjadi
selain itu hipokalemia,hipofospatemia,kejang, dan aretmia juga pernah
dilaporkan.
E. Trifluridin
Trifluridin telah menggantikan obat terdahulu, idoksuridin, pada
pengobatan topical keratokonjungtivitis yang disebabkan virus herpes simpleks.
Seperti idoksuridin, analog pirimidin ini masuk dalam DNA virus dan
menghentikan fungsinya.
a)
DNA virus dan DNA selular. Terdapat laporan resistensi in vitro dan dalam
isolat pasien.
b) Indikasi : HSV keratitis
c) Dosis : tetes mata topikal(1%)
d) Efek samping : rasa tidak nyaman saat penetesan obat dan edema
palpebra. Jarang terhjadi reaksi hipersensitivitas, iritasi, kerastitis, punctata,
supervisial dan keratopati epitel.
F. Valgansiclovir
a) Indikasi : infekci CMV. Valgansiclovir oral merupakan sediaan yang
diharapkan dapat menggantikan gansiclovir IV dalam terapi dan pencegahan
infeksi CMV.
b) Dosis : induksi peroral diberikan 2 x 900mg / hari ( 2 tablet 450 mg/hari)
selama 21 hari dilanjutkan dengan terapi maintenanoe 1 x 900 mg/ hari. Dosis
harus dikurangi pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal.
c) Efek samping: sama dengan gansiclovir. Efek samping lain yang terjadi
adalah sakit kepala dan gangguan gastrointestinal.
G. Idoksuridin
a) Indikasi : HSV keratitis
b) Dosis : diberikan topikal dalam bentuk tetes mata (1%)
c) Mekanisme Kerja : antivirus idoksuridin belum sepenuhnya dapat dipahami,
namun derivat idoksuridin yang telah mengalami fosforilasi dapat
mengganggu berbagai sistem enzim. Bentuk trifosfatnya menghambat sintesis
DNA virus dan bergabung DNA virus dan selular. DNA dlm bentuk ini lebih
mudah pecah dan mengalami kesalahan transkripsi. Resistensi thdp
idoksuridin telah ditemukan in vitro dan dalam isolat pasien.
d) Efek samping: nyeri, pruitus, inflamasi / edema pada mata / kelopak mata.
Reaksi alergi jarang terjadi.
H. Brivudin
a)
10
b)
Indikasi : infeksi HSV 1 dan VZV terutama herpes zoster, tapi juga HSV 1
ketatitis dan herpes labialis. Brivudin telah disetujui penggunaan nya untuk
terapi herpes zoster pada pasien imunokompeten di beberapa negara Eropa.
c) Dosis : terapi herpes zoster 125mg/ hari, 1 x sehari. Untuk herpetik
keratitis dapat diberikan secara topikal dalam bentuk tetes mata 0,1 -0,5 %
atau 5% krim untuk herpes labialis.
2. Antivirus Untuk Influenza
Pengobatan untuk infekksi antivirus pada saluran pernapasan termasuk
influenza tipe A & B, virus sinsitial pernapasan (RSV).
A. Amantadin dan Rimantadin
Amantadin & rimantadin memiliki mekanisme kerja yang sama. Efikasi
keduanya terbatas hanya pada influenza A saja.
a)
bekerja pada protein M2 virus, suatu kanal ion transmembran yang diaktivasi
oleh pH. Kanal M2 merupakan pintu masuk ion ke virion selama proses
uncoating. Hal ini menyebabkan destabilisasi ikatan protein serta proses
transport DNA virus ke nucleus. Selain itu, fluks kanal ion M2 mengatur pH
kompartemen intraseluler, terutama aparatus Golgi.
b) Resistensi : Influenza A yang resisten terhadap amantadin dan rimantidin
belum merupakan masalah klinik, meskipun beberapa isolate virus telah
menunjukkan tingginya angka terjadinya resistensi tersebut. Resistensi ini
disebabkan perubahan satu asam amino dari matriks protein M2, resistensi
silang terjadi antara kedua obat.
c) Indikasi : Pencegahan dan terapi awal infeksi virus influenza A
( Amantadin juga diindikasi untuk terapi penyakit Parkinson ).
d) Farmakokinetik : Kedua obat mudah diabsorbsi oral. Amantadin tersebar
ke seluruh tubuh dab mudah menembus ke SSP. Rimantadin tidak dapat
melintasi sawar darah-otak sejumlah yang sama. Amantadin tidak
dimetabolisme secara luas. Dikeluarkan melalui urine dan dapat menumpuk
sampai batas toksik pada pasien gagal ginjal. Rimantadin dimetabolisme
seluruhnya oleh hati. Metabolit dan obat asli dikeluarkan oleh ginjal.
11
e)
Dosis : Amantadin dan rimantadin tersedia dalam bentuk tablet dan sirup
untuk penggunaan oral. Amantadin diberikan dalam dosis 200 mg per hari ( 2
x 100 mg kapsul ). Rimantadin diberikan dalam dosis 300 mg per hari ( 2 x
sehari 150 mg tablet ). Dosis amantadin harus diturunkan pada pasien dengan
insufisiensi renal, namun rimantadin hanya perlu diturunkan pada pasien
dengan klirens kreatinin 10 ml/menit.
f)Efek samping : Efek samping SSP seperti kegelisahan, kesulitan
berkonsentrasi, insomnia, hilang nafsu makan. Rimantadin menyebabkan
reaksi SSP lebih sedikit karena tidak banyak melintasi sawar otak darah. Efek
neurotoksik amantadin meningkat jika diberikan bersamaan dengan
antihistamin dan obat antikolinergik/psikotropik, terutama pada usia lamjut.
B. Inhibitor Neuraminidase ( Oseltamivir, Zanamivir )
Merupakan obat antivirus dengan mekanisme kerja yang sam terhadap
virus influenza A dan B. Keduanya merupakan inhibitor neuraminidase; yaitu
analog asam N-asetilneuraminat ( reseptor permukaan sel virus influenza ), dan
disain struktur keduanya didasarkan pada struktur neuraminidase virion.
a)
mukoprotein pada sekresi respirasi, virus berikatan pada mucus, namun yang
menyebabkan penetrasi virus ke permukaan sel adalah aktivitas enzim
neuraminidase. Hambatan terhadap neuraminidase mencegah terjadinya
infeksi. Neuraminidase juga untuk penglepasan virus yang optimaldari sel
yang terinfeksi, yang meningkatkan penyebaran virus dan intensitas infeksi.
Hambatan neuraminidase menurunkan kemungkinan berkembangnya
influenza dan menurunkan tingkat keparahan, jika penyakitnya berkembang.
b) Resistensi : Disebabkan adanya hambatan ikatan pada obat dan pada
hambatan aktivitas enzim neuraminidase. Dapat juga disebabkan oleh
penurunan afinitas ikatan reseptor hemagglutinin sehingga aktivitas
neuraminidase tidak memiliki efek pada penglepasan virus pada sel yang
terinfeksi.
c) Indikasi : Terapi dan pencegahan infeksi virus influenza A dan B.
d) Dosis : Zanamivir diberikan per inhalasi dengan dosis 20 mg per hari ( 2 x
5 mg, setiap 12 jam )selama 5 hari. Oseltamivir diberikan per oral dengan
dosis 150 mg per hari ( 2 x 75 mg kapsul, setiap 12 jam ) selama 15 hari.
12
13
asiklik. Adefovir telah memiliki satu gugus fosfat dan hanya membutuhkan
satu langkah fosforilasi saja sebelum obat menjadi aktif. Adefovir merupakan
penghambat replikasi HBV sangat kuat yang bekerja tidak hanya sebagai
14
15
e)
Dosis : Per oral 0,5 mg/hari dalam keadaan perut kosong, pada pasien
induksi enzim sel pejamu yang menghambat translasi RNA virus dan akhirnya
menyebabkan degadrasi mRNA dan tRNA virus. Interferon diberikan i.v dan
masuk ke cairan sum-sum tulang
b) Efek samping : demam, alergi, depresi sum-sum tulang, gangguan
kardiovaskular seperti gagal jantung kongestif dan reaksi hipersensitif akut,
gagal hati infiltrasi paru jarang.
2.3.2 Golongan Obat Antiretrovirus
1. Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor (NRTI)
Reverse transkripstase (RT ) mengubah RNA virus menjadi DNA proviral
sebelum bergabung dengan kromosom hospes. Karena antivirus golongan ini
bekerja pada tahap awal replikasi HIV, obat obat golongan ini menghambat
terjadinya infeksi akut sel yang rentan, tapi hanya sedikit berefek pada sel yang
telah terinfeksi HIV. Untuk dapat bekerja, semua obat golongan NRTI harus
mengalami fosforilasi oleh enzim sel hospes di sitoplasma. Yang termasuk
komplikasi oleh obat obat ini adalah asidosilaktat dan hepatomegali berat dengan
steatosis.
16
A. Zidovudin
a)
17
f)Dosis : tablet & kapsul salut enteric peroral 400 mg / hari dalam dosis tunngal
atau terbagi.
g) Efek samping : diare, pancreatitis, neuripati perifer.
C. Zalsitabin
a)
E. Lamivudin
a)
Mekanisme kerja : Obat ini bekerja pada HIV RT dan HBV RT dengan
19
Mekanisme kerja : Bekerja pada situs alosterik tempat ikatan non subtract
HIV-1 RT.
b)
Resistensi : Disebabkan oleh mutasi pada RT.
c)
Spektrum aktivitas : HIV ( tipe 1 ).
d)
Indikasi : Infeksi HIV-1 dalam kombinasi dengan anti-HIV,lainnya
terutama NRTI.
e)
Dosis : Per oral 200mg /hari selama 14 hari pertama ( satu tablet 200mg
per hari ), kemudian 400mg / hari ( 2 x 200 mg tablet ).
f)Efek samping : Ruam, demam, fatigue, sakit kepala, somnolens dan
peningkatan enzim hati.
20
B. Delavirdin
a)
b)
21
22
e) Dosis : Per oral 2250 mg / hari (3 tablet 250mg 3 X sehari) atau 2500mg / hari
(5 tablet 250mg 2 X sehari )bersama dengan makanan.
f) Efek samping : Diare, mual, muntah.
E. Amprenavir
a) Mekanisme kerja : Sama dengan sakuinavir.
b) Resistensi : Terhadap amprenavir terutama disebabkan oleh mutasi pada
protease kodon 50.
c) Spektrum aktivitas : HIV (1 & 2 )
d) Indikasi : Infeksi HIV, dalam kombinasi dengan anti HIV lainnya seperti
NRTI.
e) Dosis : Per oral 2400mg/ hari (8kapsul 150 mg 2 X sehari, diberikan bersama
atau tanpa makanan, tapi tidak boleh bersama dengan makanan.
f) Efek samping : Mual, diare, ruam, parestesia per oral / oral.
F. Lopinavir
a) Mekanisme kerja : Sama dengan sakuanavir.
b) Resistensi : Mutasi yang menyebabkan resistensi terhdap lopinavir belum
diketahui hingga saat ini.
c) Spektrum aktivitas : HIV (tipe 1dan 2)
d) Indikasi : Infeksi HIV dalam kombinasi dengan anti HIV lainnya seperti
NRTI.
e) Dosis : Per oral 1000mg / hari(3kapsul 166.6mg 2 X sehari, setiap kapsul
mengandung 133.3mg lopinavir + 33.3mg ritonavir), diberikan bersamaan
dengan makanan.
f) Efek samping : Mual, muntah, peningkatan kadar koleterol dan
trigliserida,peningkatan y-GT.
G. Atazanavir
a)
b)
c)
d)
23
25
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari makalah diatas dapat diambil beberapa kesimpulan, antara lain :
Virus ( Sansk, visham = racun ) adalah mikroorganisme hidup yang
terkecil ( besarnya 20-300 mikron ), kecuali prion, yaitu virus penyebab
penyakit sapi gila BSE dan p. Creutzfeldt-Jakob yang k.l. 100 kali lebih
kecil.
Klasifikasi penggolongan obat antivirus adalah :
1. Antinonretovirus
a) Antivirus untuk herpers
b) Antivirus untuk influenza
c) Antivirus untuk HBV dan HCV
2. Antiretrovirus
a) Nukleuside reverse transcriptase inhhibiror (NRTI)
b) Nukleuside reverse transcriptase inhhibiror (NtRTI)
c) NNRTI (non neokleoside reverse transcriptase inhibitor)
d) Protease inhibitor (PI)
e) Viral entry inhibitor.
Tujuan utama terapi antivirus pada pasien imonnukompeten adalah
menurunkan tingkat keparahan pennyakit dan komplikasinya, serta
menurunkan kecepatan transmisi virus.
Beberapa Hal yang perlu dipertimbangkan dalam penggunaan obat terapi
antivirus :
1. Lamanya terapi
2. Peemberian terapi tunggal atau kombinasi
3. Interaksi obat
4. Kemungkinan terjadinya resistensi
3.2 Penutup
26
27