PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Islam sebagaimana diketahui merupakan agama (al-din), dengan sistemnya yang
utuh, mengandung konsep yang menyeluruh (the total concep)1 untuk mengarahkan
keyakinan, iman serta perilaku manusia penganutnya untuk memenuhi hakekat dan
tujuan hidupnya, yaitu mengabdikan diri kepada Allah SWT semata. Prinsip pengabdian
kepada Allah semata itu, secara mendasar, lahir dari ajaran yang sangat esensial dan
fundamental sifatnya dalam Islam, yaitu ajaran tauhid, suatu monoteisme murni yang
ketat dan tidak kenal kompromi. Agaknya telah menjadi pengetahuan umum bahwa
siapapun yang menyediakan dirinya untuk menjadi muslim haruslah dengan setulusnya
melakukan ikrar yang diwujudkan dalam bentuk syahadat bahwa tidak ada Tuhan
melainkan Allah, dan Muhammad adalah Rasul Allah.
Pada hakikatnya semua agama terbentuk berdasarkan wahyu dan tafsir terhadap
wahyu itu. Yang tersebut pertama bersifat pasti dan tetap, oleh karena merupakan
peryataan aktual dari kehendak ilahi, serta mengandung kebenaran-kebenaran abadi.
Adapun tafsir merupakan tanggapan hati nurani manusia terhadap wahyu, dan karena hati
nurani ini berangsur-angsur terlibat, maka lalu bergantung kepadanya. Selama berabadabad wahyu bertahan tanpa mengalami sesuatu perubahan apapun; sedangkan tafsir,
dalam perjalanan masa menjadi sasaran tekanan oleh kekuatan dalam maupun luar.
Tekanan-tekanan yang pada setiap babakan sejarah memberikan cirinya kepada
masyarakat.2
Bagaimanapun juga ketiga disiplin ilmu itu Tasawuf, Kalam (Teologi) dan Filsafat
hadir didalam sejarah Pemikiran Islam dengann saling berjalinan, dan dalam istilahistilah yang terumuskan dengan baik Tasawuf, Falsafah, dan Kalam.
Artinya, Islam merupakan agama yang mengatur semua aspek kehidupan manusia, baik untuk keperluan
hidupnya di dunia maupun untuk kepentingannya di akhirat kelak, yang oleh H. A. R. Gibb disebutnya
sebagai a complee system of religion lihat H. A. R. Gibb, Wither Islam, London, Victor Gollance Ltd.,
1932, hal. 12
2
H.L. Beck dan N.J.G Kapten, Pandangan Barat terhadap Literatur, Hukum, Filosofi Teologi dan Mistik
Tradisi Islam, (Jakarta: INIS, 2001), hal.45.
B. RUMUSAN MASALAH
Dari uraian singkat di atas, pemakalah menuliskan beberapa rumusan masalah
terkait dengan masalah ini, sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan Filsafat, Teologi dan Tasawuf?
2. Apa hubungan Filsafat, Teologi dan Tasawuf?
3. Apa perbedaan dan persamaan Filsafat, Teologi dan Tasawuf?
C. TUJUAN PENULISAN MAKALAH
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui definisi dari Filsafat, Teologi dan Tasawuf
2. Untuk mengetahui hubungan Filsafat, Teologi dan Tasawuf
3. Untuk mengetahui perbedaan dan persamaan Filsafat, Teologi dan Tasawuf
BAB II
PEMBAHASAN
1. Filsafat
Kata filasafat yang dalam bahasa Arab falsafah yang dalam bahasa Inggris
dikenal dengan istilah philosophy, adalah berasal dari bahasa Yunani philosophia.
Kata philosophia terdiri atas kata philein yang berarti cinta (love) dan sophia yang
Menurut Plato
Menurut Aristoteles
Filsafat adalah ilmu (pengetahuan) yang menjadi pokok pangkal dari segala
pengetahuan, yang di dalamnya tercakup masalah epistemologi (filsafat
pengetahuan) yang menjawab persoalan apa yang dapat kita ketahui.
Filsafat adalah pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat
segala yang ada, sebab, asal, dan hukumannya. 4Pengetahuan indera mencakup segala
sesuatu yang dapat diindera. Batasnya: segala sesuatu yang tidak tertangkap panca
indera; pengetahuan ilmu mencakup sesuatu yang dapat diteliti (riset). Batasnya:
segala sesuatu yang tidak atau belum dapat dilakukan penelitian; pengetahuan filsafat
mencakup segala sesuatu yang dapat difikir oleh akal budi (rasio). Batasnya adalah
alam. Namun ia juga mencoba memikirkan sesuatu di luar alam, yang disebut agama,
Tuhan.
Pemikiran kefilsafatan menurut Drs. Suyadi MP mempunyai karakteristik sendiri,
yaitu menyeluruh, mendasar, dan spekulatif. Hal yang ini sama dengan pendapat Drs.
Sri Suprapto Wirodiningrat yang menyebut juga pikiran kefilsafatan mempunyai tiga
ciri, yaitu menyeluruh, mendasar, dan spekulatif.
-
Menyeluruh artinya pemikiran yang luas karena tidak membatasi diri dan
bukan hanya ditinjau dari satu sudut pandangan tertentu. Pemikiran
Surajiyo, Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hal. 3
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2002), hal. 317.
4
Ensiklopedi Islam 2, (Jakarta: PT Ichitar Baru Van Hoeve ,2001), hal. 345.
3. Tasawuf
Tasawuf adalah ajaran (cara dan sebagainya) otak mengenal dan mendekatkan
diri kepada Allah sehingga memperoleh hubungan langsung secara sadar denganNya. 8
Tasawuf, sebagai aspek mistisisme dalam Islam, pada intinya adalah kesadaran
adanya hubungan komunikasi manusia dengan Tuhannya, yang selanjutnya
mengambil bentuk rasa dekat (qurb) dengan Tuhan. Hubungan kedekatan tersebut
dipahami sebagai pengalaman spritual dzauqiyah manusia dengan Tuhan, yang
7
Solihin, Sejarah dan pemikiran Tasawuf di Indonesia, ( Bandung: Pustaka Setia, 2001), hal. 1
Hadiyan, Hubungan Tasawuf, Ilmu Kalam, Dan Filsafat, disampaikan pada Perkuliahan Tatap Muka
Ke-4 Ilmu Tasawuf 8 November 2008. (online) avaible: google.com//download, diakses pada tangal 16 Juli
11
Solihin, Op. Cit., Hal. 75
10
kefilsafatan tentang jiwa dan roh kemudian banyak dikembangkan dalam tasawuf.
Namun, perlu juga dicata bahwa istilah yang lebih banyak dikembangkan dalam
tasawuf adalah istilah qalb (hati). Istilah qalb ini memang lebih spesifik
dikembangkan dalam tasawuf. Namun, tidak berarti bahwa istilah qalb tidak
berpengaruh terhadap roh dan jiwa.12
Selain itu, ilmu tasawuf mempunyai fungsi sebagai pemberi kesadarran rohaniah
dalam perdebaan-perdebatan kalam. Sebagaimana disebutkan bahwa ilmu kalam
dalam dunia Islam cenderung menjadi sebuah ilmu yang mengandung muatan
nasional, di samping muatan naqliah. Jika tidak diimbangi dengan kesadaran
rohaniah, ilmu kalam dapat bererak ke arah yang lebih liberal dan bebas. Di sinilah
ilmu tasawuf berfungsi memberi muatan rohaniah sehinggailmu kalam tidak dikesani
sebagai dialektika keislaman belaka, yang kering dari kesadaran penghayatan atau
sentuhan secara qabliah (hati).13
Dari uraian-uraian singkat di atas, dapat kita ketahui bahwa hubungan antara
Filsafat, Teologi (kalam) dan Tasawuf adalah sebagai berikut:
13
Anwar, Rosihon. Akhlak Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia, 2007), hal 107.
Ibid, hal. 102-103.
dan segala sesuatu yang ada.14 Sementara itu objek kajian tasawuf adalah Tuhan,
yakni upaya-uapaya pendekatan terhadap-Nya. Jadi, di lihat dari objeknya, ketiga
ilmu itu membahas masalah yang berkaitan dengan ketuhanan.15
Bagi ilmu kalam, filsafat, maupun tasawuf berurusan dengan hal yang sama yaitu
kebenaran. Ilmu kalam dengan metodenya sendiri berusaha mencari kebenaran
tentang Tuhan yang berkaitan dengan-Nya. Filsafat dengan wataknya sendiri pula,
berusaha menghampiri kebenaran, baik tentang alam maupun manusia (yang belum
atau tidak dapat dijangkau oleh ilmu pengetahuaan karena berada di luar atau di atas
jangkauanya), atau tentang tuhan. Sementara itu, tasawuf juga dengan metodenya
yang tipikal berusaha menghampiri kebenaran yang berkaitan dengan perjalanan
spritual menuju Tuhan.
b. titik perbedaan
Perbedaan di antara ilmu tersebut terletak pada aspek metodologinya. Ilmu kalam,
sebagai ilmu yang menggunakan logika di samping argumentasi-argumentasi naqliah
berfungsi untuk mempertahankan keyakinan ajaran agama, yang sangat tampak nilainilai apologinya.16 Pada dasarnya ilmu ini menggunakan metode dialektika (jadaliah)
dikenal juga dengan istilah dialog keagamaan. Sebagai ilmuwan bahkan mengatakan
bahwa ilmu ini berisi keyakinan-keyakinan kebenaran, praktek dan pelaksanaan
ajaran agama, serta pengalaman keagamaan yang dijelaskan dengan pendekatan
rasional.17
14
Plato menyatakan bahwa objek filsafat adalah menemukan kenyataan (the discovery of realty) atau kebenaran
mutlak (absolute truth) kedua hal itu bisa dikenal dengan istilah dialektika (dialectic). Aristoteles menyatakan
bahwa pada mulanya filsafat merupakan kebujaksanaan. Kemudian menjadi upaya menyelidik sebab atau
latar belakang dan prinsip-prinsip dari segala sesuatu (consernet with the investigasion of couses and
prinsiple of things). Prinsip atau unsur pokok di sini adalah mengidentifikasi seluruh ilmu pengetahuan
yang berkaitan dengan kemanusiaan (to be identical with the totaliti of human knowledge). Aristoteles
selanjutnya mengatakan bahwa filsafat yang pertama (first philosophy) dinamakan sebagai theology yang
kajian utamanya berkenan dengan sebab terakhir yang dikenal istilah Tuhan (concernet with ultimate
prinsiples and couses, which includs the idea of god ). Selanjutnya lihat: Dr. Abdul Rozak dan Dr. Rosihan
Anwar. Ilmu Kalam, (Bandung : CV Pustaka Setia), hal. 39.
15
Ibid., hal. 39
16
Pius,Abdillah P. pada Kamus Ilmiah Populer Lengkap, (Surabaya: Arkola), . Opologi artinya Pidato
pembelaan, hal. 38.
17
Rasional (Descarates-Spinoza-Lebniz ) yakni: masuk akal; sesuai dengan nalar; menurut pikiran sehat;
bijaksankan sedangkan Rasionalisme adalah faham filsafat yang mengatakan bahwa akal (reason) adalah
alat terpenting dalam memperoleh pengetahuan dan mengetes pengetahuan , ibid. . .,hal. 522 dan prof. Dr .
Ahmad Tafsir, Filsafat Umum, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008), hal 127
Sementara itu, filsafat adalah sebuah ilmu yang digunakan untuk memperoleh
kebenaran rasional. Metode yang digunakannya pun adalah metode rasional. Filsafat
menghampiri kebenaran dengan cara menuangkan akal budi secara radikal
(mengakar) dan integral (menyeluruh) serta universal (mengalam); tidak merasa
terikata oleh apapun, kecuali oleh ikatan tangannya sendiri yang bernama logika.
Peranan filsafat sebagaimana dikatakan Socrates adalah berpegang teguh pada ilmu
pengetahuan melalui usaha menjelaskan konsep-konsep (the gaining of conceptual
clarity).18
Berkenaan dengan keragaman kebenaran yang dihasilkan oleh kerja logika maka
dalam filsafat dikenal apa yang disebut kebenaran korespondensi. Dalam pandangan
korespodensi, kebenaran adalah persesuaian antara kenyataan sebenarnya di alam
nyata.19
Adapun ilmu tasawuf adalah ilmu yang lebih menekankan rasa dari pada rasio.
Oleh sebab itu, filsafat dan tasawuf sangat distingtif. Sebagai sebuah ilmu yang
prosesnya diperoleh dari rasa, ilmu tasawuf bersifst subjektif, yakni sangat berkaitan
dengan pengalaman seseorang. Itulah sebabnya, bahasa tasawuf sering tampak aneh
bila dilihat dari aspek rasio. Hal ini karena pengalaman rasa sulit dibahasan.
Pengalaman rasa lebih muda dirasakan langsung oleh orang yang ingin memperoleh
kebenaranya dan mudah digambarkan dengan bahasa lambang, sehingga sangat
interpretable dapat diinterpretasikan bermacam-macam). Sebagian pakar mengatakan
bahwa metode ilmu tasawuf adalah intuisi, atau ilham, atau inspirasi yang datang
dari tuhan. Kebenaran yang dihasilkan ilmu tasawuf dikenal dengan istilah kebenaran
hudhuri, yaitu suatu kebenaran yang objeknya datang dari dalam diri subjek sendiri.
Itulah sebabnya dalam sains dikenal istilah objeknya tidak objektif. Ilmu seperti ini
dalam sains dikenal dengan ilmu yang diketahui bersama atau tacit knowledge, dan
bukan ilmu proporsional.
18
19
log.ci . ., hal. 40
Ibid . ., hal 41
20
Hanya terikat pada dogma-doma yang dengan jelas dan tegas di sebut dalam Al-Quran dan Hadist Nabi.
Memberikan kebebasan kepada manusia dalam berbuat dan berkehendak serta memberikan daya yang kuat
kepada akal. Ibid . . .,hal. 42
21
Teologi tradisional memiliki prinsip-prinsip berikut ini:
a. Terikat pada dogma-dogma dan ayat-ayat yang mengandung arti zhanni teks yang boleh mengandung arti lain
selain dari arti harfiah.
b. Tidak memberikan kebebasan pada manusia dalam kehendak dan berbuat.
c. Memberikan daya yang kecil kepada akal. Ibid. . .,hal.42