Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Islam sebagaimana diketahui merupakan agama (al-din), dengan sistemnya yang
utuh, mengandung konsep yang menyeluruh (the total concep)1 untuk mengarahkan
keyakinan, iman serta perilaku manusia penganutnya untuk memenuhi hakekat dan
tujuan hidupnya, yaitu mengabdikan diri kepada Allah SWT semata. Prinsip pengabdian
kepada Allah semata itu, secara mendasar, lahir dari ajaran yang sangat esensial dan
fundamental sifatnya dalam Islam, yaitu ajaran tauhid, suatu monoteisme murni yang
ketat dan tidak kenal kompromi. Agaknya telah menjadi pengetahuan umum bahwa
siapapun yang menyediakan dirinya untuk menjadi muslim haruslah dengan setulusnya
melakukan ikrar yang diwujudkan dalam bentuk syahadat bahwa tidak ada Tuhan
melainkan Allah, dan Muhammad adalah Rasul Allah.
Pada hakikatnya semua agama terbentuk berdasarkan wahyu dan tafsir terhadap
wahyu itu. Yang tersebut pertama bersifat pasti dan tetap, oleh karena merupakan
peryataan aktual dari kehendak ilahi, serta mengandung kebenaran-kebenaran abadi.
Adapun tafsir merupakan tanggapan hati nurani manusia terhadap wahyu, dan karena hati
nurani ini berangsur-angsur terlibat, maka lalu bergantung kepadanya. Selama berabadabad wahyu bertahan tanpa mengalami sesuatu perubahan apapun; sedangkan tafsir,
dalam perjalanan masa menjadi sasaran tekanan oleh kekuatan dalam maupun luar.
Tekanan-tekanan yang pada setiap babakan sejarah memberikan cirinya kepada
masyarakat.2
Bagaimanapun juga ketiga disiplin ilmu itu Tasawuf, Kalam (Teologi) dan Filsafat
hadir didalam sejarah Pemikiran Islam dengann saling berjalinan, dan dalam istilahistilah yang terumuskan dengan baik Tasawuf, Falsafah, dan Kalam.

Artinya, Islam merupakan agama yang mengatur semua aspek kehidupan manusia, baik untuk keperluan
hidupnya di dunia maupun untuk kepentingannya di akhirat kelak, yang oleh H. A. R. Gibb disebutnya
sebagai a complee system of religion lihat H. A. R. Gibb, Wither Islam, London, Victor Gollance Ltd.,
1932, hal. 12
2
H.L. Beck dan N.J.G Kapten, Pandangan Barat terhadap Literatur, Hukum, Filosofi Teologi dan Mistik
Tradisi Islam, (Jakarta: INIS, 2001), hal.45.

B. RUMUSAN MASALAH
Dari uraian singkat di atas, pemakalah menuliskan beberapa rumusan masalah
terkait dengan masalah ini, sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan Filsafat, Teologi dan Tasawuf?
2. Apa hubungan Filsafat, Teologi dan Tasawuf?
3. Apa perbedaan dan persamaan Filsafat, Teologi dan Tasawuf?
C. TUJUAN PENULISAN MAKALAH
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui definisi dari Filsafat, Teologi dan Tasawuf
2. Untuk mengetahui hubungan Filsafat, Teologi dan Tasawuf
3. Untuk mengetahui perbedaan dan persamaan Filsafat, Teologi dan Tasawuf

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Filasafat, Teologi dan Tasawuf


Agama Islam menyimpan banyak sekali ilmu tentang pengetahuan didalamnya.
Dengan sumber yang berasal dari Al-Quran dan As-Sunnah lahirlah beberapa
disiplin ilmu keislaman yang ada saat ini, seperti ilmu kalam, tasawuf, filsafat, dan
lain sebagainya. Setiap disiplin ilmu yang itu mempunyai keterikatan yang tidak
dapat dipisahkan. Untuk lebih mempermudah mengetahui hubungan antara tasawuf,
ilmu kalam dan filsafat alangkah lebih baiknya kita mengetahui pengertiannya
terlebih dahulu.

1. Filsafat
Kata filasafat yang dalam bahasa Arab falsafah yang dalam bahasa Inggris
dikenal dengan istilah philosophy, adalah berasal dari bahasa Yunani philosophia.
Kata philosophia terdiri atas kata philein yang berarti cinta (love) dan sophia yang

berarti kebijaksanaan (wisdom), sehingga secara etimologi filsafat berarti cinta


kebijaksanaan (love of wisdom) dalam arti yang sedalam-dalamnya. 3
Sedangkan secara terminologi diungkapkan oleh beberapa tokoh, antara lain:
-

Menurut Plato

Filsafat adalah pengetahuan yang berminat mencapai pengetahuan kebenaran


yang asli.
-

Menurut Aristoteles

Filsafat adalah ilmu (pengetahuan) yang meliputi kebenaran yang terkandung


di dalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, politik, dan estetika
(filsafat keindahan).
-

Menurut Immanuel Kant

Filsafat adalah ilmu (pengetahuan) yang menjadi pokok pangkal dari segala
pengetahuan, yang di dalamnya tercakup masalah epistemologi (filsafat
pengetahuan) yang menjawab persoalan apa yang dapat kita ketahui.
Filsafat adalah pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat
segala yang ada, sebab, asal, dan hukumannya. 4Pengetahuan indera mencakup segala
sesuatu yang dapat diindera. Batasnya: segala sesuatu yang tidak tertangkap panca
indera; pengetahuan ilmu mencakup sesuatu yang dapat diteliti (riset). Batasnya:
segala sesuatu yang tidak atau belum dapat dilakukan penelitian; pengetahuan filsafat
mencakup segala sesuatu yang dapat difikir oleh akal budi (rasio). Batasnya adalah
alam. Namun ia juga mencoba memikirkan sesuatu di luar alam, yang disebut agama,
Tuhan.
Pemikiran kefilsafatan menurut Drs. Suyadi MP mempunyai karakteristik sendiri,
yaitu menyeluruh, mendasar, dan spekulatif. Hal yang ini sama dengan pendapat Drs.
Sri Suprapto Wirodiningrat yang menyebut juga pikiran kefilsafatan mempunyai tiga
ciri, yaitu menyeluruh, mendasar, dan spekulatif.
-

Menyeluruh artinya pemikiran yang luas karena tidak membatasi diri dan
bukan hanya ditinjau dari satu sudut pandangan tertentu. Pemikiran

Surajiyo, Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hal. 3
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2002), hal. 317.
4

kefilsafatan ingin mengetahui hubungan antara ilmu yang satu dengan


ilmu-ilmu yang lain, hubungan ilmu dengan moral, seni dan tujuan hidup.
-

Mendasar artinya pemikiran yang dalam sampai kepada hasil yang


fundamental atau esensial objek yang dipelajarinya sehingga dapat
dijadikan dasar berpijak bagi segenap nilai dan keilmuan. Jadi tidak hanya
berhenti pada periferis (kulitnya) saja, tetapi sampai tembus ke
kedalamannya.

Spekulatif artinya pemikiran yang dapat dijadikan dasar bagi pemikiran


selanjutnya. Hasil pemikirannya selalu dimaksudkan sebagai dasar untuk
menjelajah wilayah pengetahuan yang baru. (Sri Suprapto Wirodiningrat,
1981, hal. 113-114)

2. Teologi / ilmu kalam


Menurut ahli tata bahasa Arab, kalam didefenisikan sebagai kata atau lafaz
dengan bentuk mejemuk (ketentuan/perjanjian). Secara teknis, kalam berarti alasan
atau argumen rasonal untuk memperkuat pernyataan.5 Nama lain : Ilmu Aqaid (ilmu
akidah-akidah), Ilmu Tawhid (Ilmu tentang Kemahaesaan Tuhan), Ilmu Ushuluddin
(Ilmu pokok-pokok agama). Disebut juga Teologi Islam. Theos yang artinya
Tuhan; Logos berarti ilmu. Jadi Teologi adalah ilmu tentang ketuhanan yang
didasarkan atas prinsip-prinsip dan ajaran Islam; termasuk di dalamnya persoalanpersoalan gaib. Ilmu sama dengan pengetahuan; Kalam sama dengan pembicaraan;
pengetahuan tentang pembicaraan yang bernalar dengan menggunakan logika. Dasar
Ilmu Kalam adalah dalil-dalil fikiran (dalil aqli) Dalil Naqli (Al-Quran dan Hadis)
baru dipakai sesudah ditetapkan kebenaran persolan menurut akal fikiran. (Persoalan
kafir-bukan kafir).
Menurut al-Ghazali, kalam hanya bisa digunakan untuk menghadapi tantangan
terhadap akidah yang sudah dianut oleh umat; tetapi tidak untuk menanamkan akidah
yang benar kepada,umat yang menganutnya, apalagi untuk menuntut orang bisa
menghayatinya. 6 Ilmu kalam sebagai disiplin ilmu yang terdiri sendiri disebutkan
untuk pertama kali pada masa Khalifah Abbasiyah, Al-Mamun (W. 218 H), setelah
5

Ensiklopedi Islam 2, (Jakarta: PT Ichitar Baru Van Hoeve ,2001), hal. 345.

Syumhoedim, Fadjar Noegraha, Tasawuf Kehidupan Al-Ghazali, (Jakarta: CV. Putra


Harapan, 1999), hal. 81.

ulama-ulama Muktazilah mempelajari kitab-kitab filsafat yang diterjemahkan


kedalam bahasa Arab dipadukan dengan meode ilmu kalam. Sebelum masa AlMamun, ilmu yang membicarakan masalah kepercayaan disebut Al-Fiqh sebagai
imbangan fiqh Fialilmi, yaitu tentang hukum Islam, sebagaimana Imam Abu Hanifah
(Imam Hanafi) menamakan bukunya mengenai kepercayaan agama dengan Al-Fiqh
Al-Akbar, perkembangan lebih lanjut istilah fiqh ini khusus untuk ilmu yang
membicarakan perrsoalan-persoalan hukum-hukum Islam.ilmu kalam belakangan
juga dikenal dengan teologi Islam yang sudah lama dikenal penulis-penulis Barat.
Dalam pembahasan para ahli ketimuran selalu digunakan theology (Islam) untuk ilmu
kalam ini. Ilmu kalam/teologi Islam timbul karena Islam sebagai agama merasa perlu
menjelaskan poko dasar agamamya dan segi-segi dakwah sebagai tujuan Al-Quran
dan Sunah. Dua dasar ini membicarakan wujud Tuhan yang segala aspeknya dan
mengatakan hubungan-Nya dengan makhluk.
Ilmu kalam belum dikenal pada masa Nabi Muhammad SAW. Selang beberapa
periode, setelah ilmu-ilmu keIslaman satu-persatu mulai muncul dan banyak orang
membicarakan soal metafisika atau alam gaib, dalam ilmu ini terdapat berbagai
golongan dan aliran, kurang lebih 3 abad lamanya kaum muslimin melakukan
berbagai perdebatan baik sesama pemeluk Islam maupun dengan pemeluk agama
lain, akhirnya kaum muslimin mencapai ilmu yang membicarakan dasar-dasar akidah
dan rinciannya; baik oleh faktor dari dalam Islam sendiri maupun karena faktor dari
luar Islam karena berbagai persoalan kalam yang muncul, timbullah bermacammacam aliran kalam.7

3. Tasawuf
Tasawuf adalah ajaran (cara dan sebagainya) otak mengenal dan mendekatkan
diri kepada Allah sehingga memperoleh hubungan langsung secara sadar denganNya. 8
Tasawuf, sebagai aspek mistisisme dalam Islam, pada intinya adalah kesadaran
adanya hubungan komunikasi manusia dengan Tuhannya, yang selanjutnya
mengambil bentuk rasa dekat (qurb) dengan Tuhan. Hubungan kedekatan tersebut
dipahami sebagai pengalaman spritual dzauqiyah manusia dengan Tuhan, yang
7

Ensiklopedi Islam 2, Op. Cit., hal. 346

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Op. Cit, hal. 1147.

kemudian memunculkan kesadaran bahwa segala sesuatu adalah kepunyaan-Nya.


Segala eksistensi yang relatif dan nisbi tidak ada artinya di hadapan eksistensi Yang
Absolut.9
Salah satu disiplin ilmu yang berkembang dalam tradisi kajian Islam, selain Ilmu
Kalam, Filsafat dan Fiqih. Tujuannya: memperoleh hubungan langsung dan disadari
dengan Tuhan, sehingga disadari benar bahwa seseorang berada di hadirat Tuhan.
Tasawuf berusaha mengetahui dan menemukan Kebenaran Tertinggi (Allah SWT);
dan bila mendapatkannya, seorang sufi tidak akan banyak menuntut dalam hidup ini.10
Abu al-Wafaal-Ganimi at-Taftazani (peneliti tasawuf) menyebutkan karakteristik
secara umum, baginya tasawuf mempunyai 5 ciri umum, yaitu:
1) Memiliki nilai-nilai moral
2) Pemenuhan fana (sirna) dalam realitas mutlak
3) Pengetahuan intuitif langsung
4) Timbulnya rasa kebahagiaan sebagai karunia Allah SWT dalam diri sufi karena
terciptanya maqamat (makam-makam atau beberapa tingkatan)
5) Penggunaan simbol-simbol pengungkapan yang biasanya mengandung pengertian
harfiah dan tersirat.11

B. Hubungan Filsafat, Teologi dan Tasawuf


Dalam kaitannya dengan ilmu kalam, ilmu tasawuf berfungsi sebagai pemberi
wawasan spritual dalam pemahaman kalam. Penghayatan yang mendalam melalui
hati (dzauq dan widan) terhadap ilmu tauhid atau ilmu kalam menjadikan ilmu ini
lebih terhayati atau teraplikasikan dalam perilaku. Dengan demikian, ilmu tasawuf
merupakan penyempurna ilmu tauhid jika dilihat dari sudut pendang bahwa ilmu
tasawuf merupakan sisi terapan rohaniah dari ilmu tauhid.
Kajian-kajian Al-Kindi, Al-Farabi, Ibnu Sina dan Al-Ghazali tentang jiwa dalam
pendekatan kefilsafatan ternyata telah banyak memberikan sumbangan yang sangat
berharga bagi kesempurnaan kajian tasawuf dalam dunia Islam. Pemahaman tentang
jiwa dan roh itu pun menjadi hal yang esensial dalam tasawuf. Kajian-kajian
9

Solihin, Sejarah dan pemikiran Tasawuf di Indonesia, ( Bandung: Pustaka Setia, 2001), hal. 1
Hadiyan, Hubungan Tasawuf, Ilmu Kalam, Dan Filsafat, disampaikan pada Perkuliahan Tatap Muka
Ke-4 Ilmu Tasawuf 8 November 2008. (online) avaible: google.com//download, diakses pada tangal 16 Juli
11
Solihin, Op. Cit., Hal. 75
10

kefilsafatan tentang jiwa dan roh kemudian banyak dikembangkan dalam tasawuf.
Namun, perlu juga dicata bahwa istilah yang lebih banyak dikembangkan dalam
tasawuf adalah istilah qalb (hati). Istilah qalb ini memang lebih spesifik
dikembangkan dalam tasawuf. Namun, tidak berarti bahwa istilah qalb tidak
berpengaruh terhadap roh dan jiwa.12
Selain itu, ilmu tasawuf mempunyai fungsi sebagai pemberi kesadarran rohaniah
dalam perdebaan-perdebatan kalam. Sebagaimana disebutkan bahwa ilmu kalam
dalam dunia Islam cenderung menjadi sebuah ilmu yang mengandung muatan
nasional, di samping muatan naqliah. Jika tidak diimbangi dengan kesadaran
rohaniah, ilmu kalam dapat bererak ke arah yang lebih liberal dan bebas. Di sinilah
ilmu tasawuf berfungsi memberi muatan rohaniah sehinggailmu kalam tidak dikesani
sebagai dialektika keislaman belaka, yang kering dari kesadaran penghayatan atau
sentuhan secara qabliah (hati).13
Dari uraian-uraian singkat di atas, dapat kita ketahui bahwa hubungan antara
Filsafat, Teologi (kalam) dan Tasawuf adalah sebagai berikut:

a. Ketiganya berusaha menemukan apa yang disebut Kebenaran (al-haq).


b. Kebenaran dalam Tasawuf berupa tersingkapnya (kasyaf) Kebenaran
Sejati (Allah) melalui mata hati.

c. Kebenaran dalam Ilmu Kalam berupa diketahuinya kebenaran ajaran


agama melalui penalaran rasio lalu dirujukkan kepada nash (al-Quran &
Hadis)
Maka ketiganya mendalami pencarian segala yang bersifat rahasia (gaib) yang
dianggap sebagai kebenaran terjauh dimana tidak semua orang dapat melakukannya.

C. Perbedaan dan Persamaan Filsafat, Teologi dan Tasawuf


a. titik persamaan
Ilmu kalam, filsafat, dan tasawuf mempunyai kemiripan objek kajian. Objek
kajian ilmu kalam adalah ketuhanan dan segala sesuatu yang berkaitan dengan-Nya.
Objek kajian filsafat adalah masalah ketuhanan di samping masalah alam, manusia,
12

13

Anwar, Rosihon. Akhlak Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia, 2007), hal 107.
Ibid, hal. 102-103.

dan segala sesuatu yang ada.14 Sementara itu objek kajian tasawuf adalah Tuhan,
yakni upaya-uapaya pendekatan terhadap-Nya. Jadi, di lihat dari objeknya, ketiga
ilmu itu membahas masalah yang berkaitan dengan ketuhanan.15
Bagi ilmu kalam, filsafat, maupun tasawuf berurusan dengan hal yang sama yaitu
kebenaran. Ilmu kalam dengan metodenya sendiri berusaha mencari kebenaran
tentang Tuhan yang berkaitan dengan-Nya. Filsafat dengan wataknya sendiri pula,
berusaha menghampiri kebenaran, baik tentang alam maupun manusia (yang belum
atau tidak dapat dijangkau oleh ilmu pengetahuaan karena berada di luar atau di atas
jangkauanya), atau tentang tuhan. Sementara itu, tasawuf juga dengan metodenya
yang tipikal berusaha menghampiri kebenaran yang berkaitan dengan perjalanan
spritual menuju Tuhan.

b. titik perbedaan
Perbedaan di antara ilmu tersebut terletak pada aspek metodologinya. Ilmu kalam,
sebagai ilmu yang menggunakan logika di samping argumentasi-argumentasi naqliah
berfungsi untuk mempertahankan keyakinan ajaran agama, yang sangat tampak nilainilai apologinya.16 Pada dasarnya ilmu ini menggunakan metode dialektika (jadaliah)
dikenal juga dengan istilah dialog keagamaan. Sebagai ilmuwan bahkan mengatakan
bahwa ilmu ini berisi keyakinan-keyakinan kebenaran, praktek dan pelaksanaan
ajaran agama, serta pengalaman keagamaan yang dijelaskan dengan pendekatan
rasional.17

14

Plato menyatakan bahwa objek filsafat adalah menemukan kenyataan (the discovery of realty) atau kebenaran
mutlak (absolute truth) kedua hal itu bisa dikenal dengan istilah dialektika (dialectic). Aristoteles menyatakan

bahwa pada mulanya filsafat merupakan kebujaksanaan. Kemudian menjadi upaya menyelidik sebab atau
latar belakang dan prinsip-prinsip dari segala sesuatu (consernet with the investigasion of couses and
prinsiple of things). Prinsip atau unsur pokok di sini adalah mengidentifikasi seluruh ilmu pengetahuan
yang berkaitan dengan kemanusiaan (to be identical with the totaliti of human knowledge). Aristoteles
selanjutnya mengatakan bahwa filsafat yang pertama (first philosophy) dinamakan sebagai theology yang
kajian utamanya berkenan dengan sebab terakhir yang dikenal istilah Tuhan (concernet with ultimate
prinsiples and couses, which includs the idea of god ). Selanjutnya lihat: Dr. Abdul Rozak dan Dr. Rosihan
Anwar. Ilmu Kalam, (Bandung : CV Pustaka Setia), hal. 39.
15
Ibid., hal. 39
16
Pius,Abdillah P. pada Kamus Ilmiah Populer Lengkap, (Surabaya: Arkola), . Opologi artinya Pidato
pembelaan, hal. 38.
17
Rasional (Descarates-Spinoza-Lebniz ) yakni: masuk akal; sesuai dengan nalar; menurut pikiran sehat;
bijaksankan sedangkan Rasionalisme adalah faham filsafat yang mengatakan bahwa akal (reason) adalah
alat terpenting dalam memperoleh pengetahuan dan mengetes pengetahuan , ibid. . .,hal. 522 dan prof. Dr .
Ahmad Tafsir, Filsafat Umum, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008), hal 127

Sementara itu, filsafat adalah sebuah ilmu yang digunakan untuk memperoleh
kebenaran rasional. Metode yang digunakannya pun adalah metode rasional. Filsafat
menghampiri kebenaran dengan cara menuangkan akal budi secara radikal
(mengakar) dan integral (menyeluruh) serta universal (mengalam); tidak merasa
terikata oleh apapun, kecuali oleh ikatan tangannya sendiri yang bernama logika.
Peranan filsafat sebagaimana dikatakan Socrates adalah berpegang teguh pada ilmu
pengetahuan melalui usaha menjelaskan konsep-konsep (the gaining of conceptual
clarity).18
Berkenaan dengan keragaman kebenaran yang dihasilkan oleh kerja logika maka
dalam filsafat dikenal apa yang disebut kebenaran korespondensi. Dalam pandangan
korespodensi, kebenaran adalah persesuaian antara kenyataan sebenarnya di alam
nyata.19
Adapun ilmu tasawuf adalah ilmu yang lebih menekankan rasa dari pada rasio.
Oleh sebab itu, filsafat dan tasawuf sangat distingtif. Sebagai sebuah ilmu yang
prosesnya diperoleh dari rasa, ilmu tasawuf bersifst subjektif, yakni sangat berkaitan
dengan pengalaman seseorang. Itulah sebabnya, bahasa tasawuf sering tampak aneh
bila dilihat dari aspek rasio. Hal ini karena pengalaman rasa sulit dibahasan.
Pengalaman rasa lebih muda dirasakan langsung oleh orang yang ingin memperoleh
kebenaranya dan mudah digambarkan dengan bahasa lambang, sehingga sangat
interpretable dapat diinterpretasikan bermacam-macam). Sebagian pakar mengatakan
bahwa metode ilmu tasawuf adalah intuisi, atau ilham, atau inspirasi yang datang
dari tuhan. Kebenaran yang dihasilkan ilmu tasawuf dikenal dengan istilah kebenaran
hudhuri, yaitu suatu kebenaran yang objeknya datang dari dalam diri subjek sendiri.
Itulah sebabnya dalam sains dikenal istilah objeknya tidak objektif. Ilmu seperti ini
dalam sains dikenal dengan ilmu yang diketahui bersama atau tacit knowledge, dan
bukan ilmu proporsional.

18
19

log.ci . ., hal. 40
Ibid . ., hal 41

Didalam pertumbuhannya, ilmu kalam (teologi) berkembang menjadi teologi


rasional20 dan teologi tradisional.21 Filsafat berkembang menjadi sains dan filsafat
sendiri. Sains berkembang menjadi sains kealaman,sosial, dan humaniora; sedangkan
filsafat berkembang lagi menjadi filsafat klasik, pertengahan, dan filsafat modern.
Tasawuf selanjutnya berkembang menjadi tasawuf praktis dan tasawuf teoritis.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.blogger.com/post-create.g?blogID=2432865372900639647 - _ftn1

20

Teologi rasional memiliki prinsip-prinsip berikut ini:


a.
b.

Hanya terikat pada dogma-doma yang dengan jelas dan tegas di sebut dalam Al-Quran dan Hadist Nabi.

Memberikan kebebasan kepada manusia dalam berbuat dan berkehendak serta memberikan daya yang kuat
kepada akal. Ibid . . .,hal. 42
21
Teologi tradisional memiliki prinsip-prinsip berikut ini:
a. Terikat pada dogma-dogma dan ayat-ayat yang mengandung arti zhanni teks yang boleh mengandung arti lain
selain dari arti harfiah.
b. Tidak memberikan kebebasan pada manusia dalam kehendak dan berbuat.
c. Memberikan daya yang kecil kepada akal. Ibid. . .,hal.42

Anda mungkin juga menyukai