Anda di halaman 1dari 27

INISIATIF HUTAN NAGARI DAN

POTENSI PERLUASANNYA DI
SUMATERA BARAT SERTA
KONTRIBUSINYA TERHADAP
PENURUNAN GAS RUMAH
KACA
RAKHMAT HIDAYAT
Komunitas Konservasi Indonesia WARSI
30 Mei 2012

POTRET PENGELOLAAN HUTAN DI


INDONESIA
132,9 juta hektar (Statistik Dephut 2009)
Hutan terdegradasi 59,7 juta hektar
Laju degradasi 1,08 juta ha /th
Lahan kritis 30.196.799,92 Ha

1. Hutan Indonesia seluas +

2. Kondisi sosial ekonomi masyarakat


19.410 desa di Indonesia berada sekitar hutan (BPS, Ditjen Planologi

3.
4.
5.
6.

2008 dan 2009)


Sekitar 48,8 juta jiwa tinggal di dalam dan di sekitar hutan
10,2 juta jiwa kategori miskin (CIFOR)

dan

Banyak muncul konflik sumberdaya alam hutan antara


pemerintah, pengusaha dan kelompok masyarakat, karena
masyarakat tidak memiliki akses terhadap sumber daya hutan
yang ada di sekitarnya
Terciptanya kesenjangan sosial ekonomi antara masyarakat yang
mempunyai hak terhadap hutan dengan para investor sebagai subjek
pelaku pembangunan yang diberi hak di dalam pengelolaan hutan
Eksistensi sistem pengelolaan sumberdaya hutan yang di
inisiasi oleh masyarakat masih sangat sulit untuk diakui oleh
Pemerintah, karena terkait dengan persoalan status lahan
Hutan Indonesia berperan penting sebagai sistem penyangga kehidupan
dan penggerak perekonomian
Upaya penanggulangan kerusakan hutan dan lahan tidak sebanding
dengan laju kerusakan
Dunia Internasional memberikan perhatian lebih terhadap pelestarian
hutan Indonesia
Kebijakan otonomi memberikan kewenangan luas bagi Daerah untuk
merencanakan/melaksanakan
program
pembangunan
termasuk
Rehabilitasi Hutan dan Lahan serta akses masyarakat dalam Perhutanan
Sosial

Bagaimana dengan
Sumatera Barat
Luas Wilayah 4.229.730
Ha
Mempunyai Kawasan Hutan
sekitar 2.343.300 Ha
(55,40 %)
Hutan Suaka Alam
(termasuk TNKS) seluas
769.471 Ha
Hutan Lindung (HL)
792.048 Ha
Hutan Produksi Terbatas
(HPT) seluas 233.155 Ha
Hutan Produksi (HP) seluas
360.367 Ha
Hutan Produksi Konversi
(HPK) seluas 161.655 Ha
Areal Pengguaan Lain (APL)
seluas 1.628.444 Ha

Persoalan/Penyebab
Deforestasi & Degradasi
Hutan di Sumatera Barat

Direncanakan, a.l:
Pemekaran beberapa wilayah Kabupaten
sejak tahun 2002.
Perubahan
peruntukan
kawasan
hutan
menjadi bukan kawasan hutan (APL) seluas
96.904 ha (RTRWP Sumatera Barat dan SK
Menhut RI No. SK 304Menhut-II/2011)
IUPPHK-Hutan Alam sebanyak 4 unit seluas
194,290 ha (Statistik Kehutanan Indonesia
2010, Kementerian Kehutanan, Juli 2011)
Konversi hutan alam menjadi HTI (IUPPHK-HT)
sebanyak 3 unit seluas 50,649 ha (Statistik
Kehutanan Indonesia 2010, Kementerian
Kehutanan, Juli 2011)
Izin usaha pertambangan dalam kawasan
hutan
Tidak direncanakan, a.l:
Masih terjadinya pembalakan liar,
pertambangan liar,
kebakaran hutan dan perambahan kawasan
hutan

Pengelolaan
Sumberdaya
Hutan
Berbasiskan
Masyarakat
sebagai Salah
satu Alternatif,
Apa dan
Bagaimana???

Pengelolaan Hutan Berbasis


Masyarakat:

Sebagai instrumen untuk penanggulangan kemiskinan


masyarakat desa hutan

Ciri-ciri Pola
Pengelolaan Hutan Berbasis
Masyarakat

1. Aktor utama pengelola =>


masyarakat setempat
2. Lembaga pengelola => dibentuk,
dilaksanakan dan dikontrol secara
langsung oleh masyarakat setempat
3. Memiliki wilayah/teritori yang jelas
4. Interaksi antara masyarakat dan
lingkungannya bersifat erat dan
langsung
5. Pengetahuan dan teknologi lokal
penting & dikuasai masyarakat
6. Skala produksi dibatasi prinsip
prinsip kelestarian
7. Sistem ekonomi didasarkan pada

PRAKTEK CBFM DI INDONESIA


1. Parak, Rimbo Larangan di Sumatera
Barat
2. Repong di Lampung
3. Petalangan di Bengkulu, Palembang
4. Sesap , Hutan Adat, Kawasan Lindung
Desa, Lebung dan Lubuk Larangan di
Jambi
5. Hutan Gampong dan Mukim di NAD
6. Hutan Kemeyan di Sumut
7. Hompongan di Orang Rimba
8. Temabawkng, simpukng, Mone dan
Lembo di Kalimantan
9. Leuweng di Kasepuhan Jawa Barat
10.Hutan Keluarga di NTT

Pengelolaan
Sumberdaya
Hutan
Berbasiskan
Masyarakat,
Apa
Bentuknya?

Apa dan
Bagaimana
Hutan
Kemasyarakat
an???

Apa itu Hutan Kemasyarakatan ?


No.

Hal/ Item

Hutan Kemasyarakat

1.

Definisi

Hutan kemasyarakatan adalah hutan negara yang pemanfaatan


utamanya ditujukan untuk memberdayakan masyarakat setempat.

2.

Dasar Hukum

Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.37/Menhut-II/2007

3.

Lokasi

Hutan Produksi dan Hutan Lindung

4.

Pendanaan

5.

Pemohon

Permohonan izin oleh masyarakat setempat dan kemudian


diusulkan oleh Gubernur atau Bupati/Wali Kota

6.

Legalitas Izin

Izin usaha pemanfaatan hutan kemasyarakatan(oleh Gubernur


atau Bupati/walikota
Izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu dalam HKm(oleh Menteri)

7.

Bidang Usaha

IUPHHK HKM

8.

Komoditi

Produksi kayu, non kayu, jasa lingkungan.

9.

Kelembagaan

Pemohon izin secara pribadi dan Koperasi

10.

Batasan Luas

areal kerja Hutan Kemasyarakatan oleh Menteri setelah dilakukan


evaluasi oleh Tim yang dibentuk Menteri

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN);


Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD); dan/atau
Sumber-sumber lain yang tidak mengikat

Apa dan
Bagaimana
Hutan Desa
dan Hutan
Nagari???

Apa itu Hutan Desa/Hutan


No.
Hal/
Hutan Desa/Hutan Nagari
Nagari
? Item
1.

Definisi

hutan negara yang dikelola oleh desa/Nagari dan


dimanfaatkan untuk kesejahteraan desa/Nagari
serta belum dibebani izin/hak.

2.

Dasar Hukum

Peraturan Menteri Kehutanan No : P.49/MenhutII/2008

3.

Lokasi

Hutan Produksi dan Hutan Lindung

4.

Pendanaan

Kas Desa/Kas Nagari

5.

Pemohon

Lembaga Desa/Nagari

6.

Penetapan areal

Oleh Menhut atas usulan bupati, kel. masyarakat

7.

Legalitas Izin

Disahkan oleh Gubernur

8.

Bidang Usaha

IUPHHK Hutan Alam dan IUPHHK Hutan


Tanaman

9.

Komoditi

Produksi kayu, non kayu, jasa lingkungan.

10.

Kelembagaan

Pengelola Hutan Desa

11.

Batasan Luas

Tidak ada batasan/ Sesuai dengan SDH yang


dimiliki desa/Nagari.

Pembangunan HD
Hutan Desa / HD/Hutan Nagari
hutan negara (HP dan HL) yang dikelola oleh desa dimanfaatkan untuk kesejahteraan
desa.
Prinsip Utama Hutan Desa
Tidak mengubah status dan fungsi kawasan hutan;
Ada keterkaitan masyarakat terhadap sumber daya hutan
Pelaku Utama Hutan Desa

Lembaga Desa (Perdes) lembaga kemasyarakatan yang ditetapkan dengan


Peraturan Desa secara fungsional berada dalam organisasi desa dan bertanggung
jawab kepada Kepala Desa
Diarahkan menjadi BUMDesa

Kriteria Kawasan Hutan Desa


Hutan lindung dan hutan produksi
Belum dibebani hak pengelolaan atau izin pemanfaatan
Berada dalam wilayah administrasi desa yang bersangkutan

Pemanfaatan HD

Kawasan hutan produksi


Pemanfaatan hasil hutan dari hutan alam
Pemanfaatan hasil hutan dari hutan tanaman
Pemanfaatan hasil hutan non kayu (madu, rotan,
getah, buah dsb)

Kawasan hutan lindung


Pemanfatan Hasil Hutan Non Kayu
Pemanfaatan Jasa Lingkungan (pemanfaatan air,
ekowisata, penyerapan karbon dsb)

Rencana pengelolaan dan pemanfaatan ini dituangkan


dalam Rencana Kerja dan Tahunan Hutan Desa

Perkembanga
n Inisiatif
Skema
Pemberdayaa
n
Masyarakat??
?

Perkembangan HKM dan Hutan


Desa
Capaian vs Target?

Perkembangan HKM s/d


November 2011

Sumatera
Barat dalam
Konteks
Gerakan
Pengelolaan
Sumberdaya
Hutan
Berbasiskan
Masyarakat

Bagaimana dengan
Sumatera Barat

Terdapat sekitar 518 Nagari,


57,17% diantaranya
berinteraksi langsung dengan
kawasan hutan
Potensi Perluasan Hutan
Nagari dan Hutan
Kemasyarakatan sekitar
250.000 -500.000Ha
Terdapat areal yang kompak
sekitar 120.000 Ha yang bisa
dihubungkan oleh Hutan
Nagari dan Hutan
Kemasyarakatan dengan
Koridor kawasan Parak dan
Kebun
Dukungan yang sangat kuat
oleh Gubernur dan Bupati
Praktek Pengelolaan Hutan
Berbasiskan Masyaraat sampai
hari ini masih berjalan di
Sumatera Barat

Kenapa Hutan Nagari didorong ?


1.Untuk membuktikan kemampuan masyarakat
nagari didalam pengelolaan sumberdaya hutan
yang berkelanjutan dan berkeadilan kepada
pihak-pihak yang masih tidak percaya
2.Pengelolaan hutan saat ini hanya mengejar
ambisi ekonomi dan melupakan keberlanjutan,
berbeda dengan masyarakat nagari yang lebih
mengedepankan harmonisasi
3.Sebagai koreksi atas kegagalan Pemerintah
sebagai pemegang mandat untuk mengelola
sumberdaya hutan guna kemakmuran rakyat
4.Tersingkirnya rakyat sebagai konstituen utama
didalam pengelolaan hutan
5.Diabaikannya teknologi dan norma lokal yang
terbukti mampu mengelola hutan secara
berkelanjutan

Pemahaman Masyarakat Nagari


Terhadap Hutan
1. Hutan bukan sekedar tegakan kayu
2. Hutan bagian dari sistim hidup dan
kehidupan
3. Hutan sebagai penyedia, bahan-bahan
kebutuhan dasar seperti pangan, sandang,
papan, obat-obatan, pendapatan keluarga,
hubungan religi, ketentraman dan lainnya
4. Hutan sebagai benteng untuk melindungi
dari bencana ekologi seperti banjir, galodo,
longsor dan lainnya
5. Hutan harus diupayakan secara baik
pengelolaanya agar dapat menjamin
kesinambungan pemanfaatannya
6. Hutan dimanfaatkan tidak didasari hanya
pada kegiatan eksploitatif, tetapi dilandasi
pada usaha-usaha untuk memelihara
keseimbangan dan keberlanjutannya

Potensi Hutan Nagari dan Hutan


Kemasyarakatan
518 Nagari potensial
Apabila 1 nagari minimal 500 Ha, maka
akan tercapai 250.000 Ha
Sudah ada praktek-praktek yang
berjalan
Sudah ada 2 Areal Hutan Nagari yang
telah di SK kan oleh Menteri Kehutanan
dan sudah ada SK Gubernur untuk Hak
Pengelolaan Hutan Nagari untuk Nagari
Simanau di Kabupaten Solok dan
Simancung Kabupaten Solok Selatan
Potensial untuk didukung pendanaan
Karbon

Tabel. Wilayah PHBM di Sumatera Barat


No

Provinsi

Kabupaten

Sumbar

Solok

Kecamatan

Desa/nagari

Luas

Ket.

Simanau d

1.088

HN

6 Nagari
Sosel

Alam Pauh Duo

Study
650

HN

8 Nagari

Study

Dharmasray
a

2 Nagari

Study

Padang

2 Nagari

Penjajakan

Pariaman

1 Nagari

Penjajakan

Pesisir
Selatan

3 Nagari

Penjajakan

Agam

2 Nagari

Penjajakan

50 Kota

1 Nagari

Penjajakan

Penguatan Pengelolaan hutan berbasis masyarakat

1 nagari Penjajakan di
50 Kota, 2 di Kab
Agam, 2 di Tanah datar

1 HN di Solok

6 nagari Study d
Solok
1 HN di Sosel
3 nagari Penjajakan di
Pessel, 2 dipadang,
1dipariaman
17 HD di Merangin
2 usulan HA di Merangin

8 Nagari study HN
5 HD di Bungo
3 HA di Merangin

Sumatera Barat dan Pembangunan


Rendah Karbon

Ada surat usulan Gubernur Sumatera Barat kepada


Ketua Satgas REDD+ tanggal 20 Maret 2012 dengan
Nomor Surat 185/III/BW-LH/Bappeda2012 tentang
Permintaan Fasilitasi REDD+
Surat Balasan dari Pak Kuntoro Mangkusubroto sebagai
Ketua Satgas REDD+ melalui Surat Nomor B135/REDDII/05/2012 tanggal 16 Mei 2012 yang
menyatakan dukungan terhadap Sumatera Barat
sebagai salah satu Provinsi Mitra Satgas REDD dimana
dukungan tersebut berupa a) dukungan fasilitasi
penyusunan Strategi dan Rencana Aksi Provinsi (SRAP)
dan b) Dukungan untuk melakukan inisiatif strategis
REDD+ untuk segera diimplementasikan dilapangan
Dukungan Kementerian Kehutanan melalui upaya
Perluasan Hutan Nagari dan Hutan kemasyarakatan
Dukungan Kementerian Kehutanan Melalui Program
FCPF (Forest Carbon Partnership Fund)
Ada Usulan Proposal Pemerintah Provinsi Sumatera
Barat untuk Provinsi Model REDD+ ke Ketua Satgas
REDD+
Road Map Perluasan Hutan Nagari dan Hutan
Kemasyarakatan selama 5 tahun seluas 250.000 Hektar
SK kepala Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Barat
tentang Pembentukan Kelompok Kerja Pengembangan
Perhutanan Sosial di Provinsi Sumatera Barat

Anda mungkin juga menyukai