Muhammad Nadif - Laporan Akhir
Muhammad Nadif - Laporan Akhir
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
ABSTRAK.......................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR............................................................................................................ ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii
BAB I............................................................................................................................... 1
1.1
Tujuan Percobaan..................................................................................................... 1
1.2
Tinjauan Pustaka...................................................................................................... 1
1.3
1.4
Kesimpulan............................................................................................................ 7
1.5
Referensi............................................................................................................... 7
BAB II.............................................................................................................................. 8
2.1
Tujuan Percobaan..................................................................................................... 8
2.2
Tinjauan Pustaka...................................................................................................... 8
2.3
2.4
Kesimpulan.......................................................................................................... 10
2.5
Referensi............................................................................................................. 10
BAB III............................................................................................................................ 11
3.1
Tujuan Percobaan................................................................................................... 11
3.2
Tinjauan Pustaka.................................................................................................... 11
3.3
3.4
Kesimpulan.......................................................................................................... 14
3.5
Referensi............................................................................................................. 14
DAFTAR GAMBAR
4
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Pengamatan Saccharomyces cereviseae pada Mikroskop dengan Perbesaran 100x dan 1000x.......5
5
Tabel 1.2 Pengamatan Bacillus mycoides pada Mikroskop dengan Perbesaran 100x dan 1000x.................6
Tabel 2.1 Pengamatan Saccharomyces cereviseae..........................................................................9
BAGIAN A
PENGGUNAAN MIKROSKOP
BAB I
I-1 CARA MEMPERGUNAKAN MIKROSKOP
I-2 PEMAKAIAN MIKROSKOP
BAB II
I-9 CARA MENGUKUR BENDA-BENDA KECIL DENGAN MIKROSKOP
BAB I
Tujuan Percobaan
1.2
Tinjauan Pustaka
Mikroskop berasal dari bahasa Yunani, yaitu micron yang berarti kecil dan scopos yang
artinya tujuan. Jadi, pengertian umum dari mikroskop adalah sebuah alat yang digunakan untuk
melihat obyek yang terlalu kecil untuk dilihat dengan mata telanjang.
Gambar dari salah jenis mikroskop yakni mikroskop cahaya adalah sebagai berikut:
Muhammad Nadif
13012100
Muhammad Nadif
13012100
Muhammad Nadif
13012100
1.3
Muhammad Nadif
13012100
Tabel 0.1 Pengamatan Saccharomyces cereviseae pada Mikroskop dengan Perbesaran 100x dan 1000x
Perbesara
Mikroorganisme
Saccharomyces
cereviseae
100x
Pengamatan
Warna bidang pengamatan bening polos
Berbentuk bulat
Ukuran kecil-kecil
Bentuk tiap selnya kelihatan polos dan struktur lebih
Dari
rincinya tidak kelihatan
Alat gerak tidak terlihat dan membentuk koloni
Berbentuk bulat atau cenderung lonjong
Terdapat Saccharomyces yang sedang bertunas
Saccharomyces
1000x
Ukurannya lebih besar dan lebih jelas
cereviseae
Berkoloni
Alat gerak tidak terlihat atau tak tampak
hasil pengamatan, bahwa dengan perbesaran 1000x, Struktur sel Saccharomyces terlihat lebih
jelas dan lebih fokus dibandingkan dengan perbesaran 100x. Morfologi sel Saccharomyces
cerviseae saat perbeseran 100 x tampak bulat-bulat kecil yang berkoloni, dan menyebar serta
tidak terlihat alat gerak. Sedangkan 1000 x, Saccharomyces cerviseae tampak bulat-bulat dan
adapun yang cenderung lonjong. Pada mikroskop pun terdapat Saccharomyces cerviseae yang
bertunas. Selain itu ada yang berkoloni dan adapun yang soliter. Hasil pengamatan yang
Muhammad Nadif
13012100
Perbesara
Mikroorganisme
Bacilllus
mycoides
100x
Pengamatan
Warna bidang pengamatan bening
Berbentuk lonjong kecil-kecil
Jumlah koloni yang terlihat sedikit
Bentuk tiap selnya kelihatan polos dan struktur lebih
rincinya tidak kelihatan
Alat gerak tidak terlihat dan membentuk koloni
Dari
berantai
Berbentuk batang
Ukurannya lebih besar dan lebih jelas
Bacilluss
1000x
Soliter dan koloni menyebar
mycoides
Alat gerak tidak terlihat
Warna bidang pengamatan bening
hasil pengamatan bahwa dengan perbesaran 100x dengan 1000x terdapat perbedaan bentuk. Hal
ini disebabkan karena dengan perbesaran 100 x, gambar yang diperoleh oleh mikroskop belum
begitu jelas dan masih berukuran kecil sehingga masih ada kemungkinan bentuk yang
sebenarnya. Oleh karena itu, digunakan perbesaran 1000x dengan cairan imersi supaya
mendapatkan gambar yang lebih jelas dan resolusi yang cukup untuk meyakinkan bentuk sel dari
Bacillus mycoides. Saat menggunakan perbesaran 1000x. Bentuk sel yang teramati yaitu
batang/basillus, membentuk koloni yang menyebar dan adapun yang soliter, serta tidak terlihat
alat gerak. Sedangkan saat menggunakan perbesaran 100x, bentuk sel yang teramati lonjong
kecil-kecil dan membentuk rantai.
Muhammad Nadif
13012100
1.5
Referensi
Michael T.Madigan, et al.2012.Brock Biology of Microorganism,13th edition. Pearson
http://farmasi07itb.files.wordpress.com/2010/03/mikroskop.jpg
http://users.rcn.com/jkimball.ma.ultranet/BiologyPages/Y/Yeast.html
Muhammad Nadif
13012100
BAB II
I-9 CARA MENGUKUR BENDA-BENDA KECIL DENGAN
MIKROSKOP
2.1
Tujuan Percobaan
Mengkalibrasi mikroskop dengan mikrometer mikroskop
Mengukur Saccharomyces cereviseae dengan menggunakan mikrometer mikroskop
2.2
Tinjauan Pustaka
Objek mikroorganisme yang diukur menggunakan mikroskop berukuran sangat kecil
sehingga membutuhkan pengukuran dengan alat yang disebut micrometer. Mikrometer dibagi
menjadi 2 jenis yaitu micrometer objektif dan micrometer okuler.
Pengukuran panjang dan lebar objek yang akan diamati diperlukan kalibrasi antara
micrometer objektif dan micrometer okuler dengan 1 skala = 0,01 mm. Cara mengkalibrasi dapat
dilakukan dengan cara menempatkan mikrometer objek diatas meja preparat, kemudian
masukkan mikrometer okuler ke dalam lensa okuler, lalu aturlah posisi skala mikrometer okuler
dengan skala mikrometer objektif dan himpitkan kedua mikrometer dan hitung jumlah garis
skala mikrometer dan hitung jumlah garis skala pada kedua mikrometer tersebut.
Satuan ukuran yang digunakan untuk menyatakan ukuran benda-benda kecil yang dilihat
dibawah mikroskop adalah micron. 1 mikron = 0,0001 mm.
Muhammad Nadif
13012100
Muhammad Nadif
13012100
10
Muhammad Nadif
13012100
Panjang (m)
Lebar (m)
1
2
3
4
5
6
16
8
16
8
8
3,2
8
8
8
8
8
1,6
7
8
9
10
11
6,4
4,8
2,4
6,4
4,8
6,4
2,4
2,4
6,4
2,4
11
3,2
3,2
4,8
2,4
6,4
4,8
2,4
2,4
2,4
5,8
2,4
1,2
2,4
1,2
2,4
1,2
2,4
1,2
1,2
3,83
Berdasarkan dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa Saccharomyces cereviseae memiliki panjang
rata-rata yaitu 5,8 m dan lebar rata-rata yaitu 3,83 m. Hal ini sesuai dengan literatur yang
menunjukkan bahwa ukuran Saccharomyces cereviseae antara 5-20 m.
2.4
Kesimpulan
Hasil kalibrasi mikrometer okuler dan mikrometer objektif yaitu 1 skala mikrometer okuler
sama dengan 16 m.
Panjang rata-rata Saccharomyces cereviseae yaitu 5,8 m dan lebar rata-rata Saccharomyces
cereviseae yaitu 3,83 m.
2.5
Referensi
https://id.scribd.com/doc/187118375/Laporan-Biologi-Penggunaan-Mikroskop-dan-KalibrasiMikrometer
https://id.scribd.com/doc/71751153/SACCHAROMYCES-CERIVISIAE
Muhammad Nadif
13012100
BAGIAN B
PEWARNAAN
BAB III
I-5 PEMBUATAN PREPARAT BERWARNA MENURUT GRAM
BAB III
3.2
Tinjauan Pustaka
Perbedaan dasar antara bakteri gram positif dan negatif adalah pada komponen dinding
selnya. Bakteri gram positif memiliki membrane tunggal yang dilapisi peptidoglikan yang tebal
sedangkan bakteri negatif lapisan peptidoglikannya tipis. Selain itu, bakteri gram positif hanya
mempunyai membrane plasma tunggal yang dikelilingi dinding sel tebal berupa peptidoglikan
dan sekitar 90 persen dari dinding sel tersebut tersusun atas peptidoglikan sedangkan sisanya
berupa molekul lain bernama asam teikhoat. Sedangkan bakteri gram negative memiliki system
mebran ganda dimana membrane plasmanya diselimuti oleh membrane luar permeable dan
mempunyai dinding sel tebal berupa peptidoglikan yang terletak diantara membrane dalam dan
membrane luarnya. Untuk lebih jelasnya, perbedaan tersebut dapat dilihat pada gambar berikut:
Muhammad Nadif
13012100
11
12
Gambar 0.3 Perbandingan Struktur Sel Bakteri Gram Positif dan Negatif
(Sumber: http://wikieducator.org/File:Gramstain.jpg)
Genus bakteri yang termasuk gram negatif adalah Enterobactericeae, Salmonella sp.,
Shigella sp., E.Coli, dan Yersinia enterolitica. Sedangkan bakteri gram positif adalah
Staphylococci, Streptococci, Enterocci, Clostridium,dan Bacillus.
Pewarnaan gram atau metode gram adalah salah satu teknik pewarnaan yang paling penting
dalam mengidentifikasi bakteri. Dalam proses ini, olesan bakteri yang sudah terfiksasi dikenai
larutan-larutan berikut: zat pewarna kristal violet, larutan yodium, larutan alcohol dan zat
pewarna tandingannya berupa zat warna safranin atau air fuchsin. Bakteri gram positif akan
mempertahankan zat pewarna Kristal violet dan gram negative akan kehilangan zat pewarna
Kristal setelah dicuci dengan alkohol dan akan tampak berwarna merah saat diberi air fuchsin
basa atau zat pewarna safranin.
3.3
Nama Bakteri
Escherichia Coli
Staphylococcus aureus
Escherichia Coli
Staphylococcus aureus
Hasil Pengamatan
Berwarna merah
Berwarna ungu
Memiliki bentuk basil/batang
Memiliki bentuk bulat agak
lonjong
13
Escherichia Coli
Staphylococcus aureus
Escherichia Coli
Staphylococcus aureus
Berkoloni
Tidak terlihat berkoloni
Sangat banyak
Sangat sedikit
Berdasarkan hasil pengamatan diatas terlihat bahwa Escherichia coli memiliki warna merah,
memiliki bentuk sel yang batang/ basil dan hidupnya berkoloni. Sedangkan Staphylococcus
aureus memiliki warna ungu, memiliki bentuk sel yang bulat agak lonjong dan tampak tidak
terlihat berkoloni. Selain itu dari hasil pengamatan juga ternyata Staphylococcus aureus sangat
sedikit.
Hasil pengamatan Escherichia coli sesuai dengan literatur yang ada. Gambar
Escherichiacoli dibawah mikroskop dapat dilihat sebagai berikut:
Muhammad Nadif
13012100
14
Kesimpulan
3.4
Bakteri E.coli merupakan bakteri gram negative karena berwarna merah, memiliki bentuk
3.5
Referensi
Michael T.Madigan, et al.2012.Brock Biology of Microorganism,13th edition. Pearson
http://imgarcade.com/1/e-coli-under-microscope/
http://www.slideshare.net/titissari/7-perbedaan-gram-positif-dan-gram-negatif
http://wikieducator.org/File:Gramstain.jpg
Muhammad Nadif
13012100
BAGIAN C
TEKNIK ISOLASI
BAB IV
II-2 CARA MENGGESERKAN SUSPENSI BAKTERI DENGAN SUDIP DRIPGALSKI
II-3 CARA MENGGESERKAN SUSPENSI BAKTERI DENGAN JARUM LENGKUNG
II-4 CARA PENGENCERAN DENGAN AGAR-AGAR
Muhammad Nadif
13012100
BAB IV
4.1
Tujuan Percobaan
4.2
Tinjauan Pustaka
Isolasi
mikroba
adalah
mengambil
mikroorganisme
yang
terdapat
dialam
Muhammad Nadif
13012100
18
dan
19
lain, sehingga mempermudah proses isolasi. Cara ini dilakukan dengan membagi 3-4 cawan
petri. Ose steril yang telah disiapkan diletakkan pada sumber isolat , kemudian
menggoreskan ose tersebut pada cawan petri berisi media steril. Goresan dapat dilakukan 3-4
kali membentuk garis horisontal disatu cawan. Ose disterilkan lagi dengan api bunsen. Setelah
kering, ose tersebut digunakan untuk menggores goresan sebelumnya pada sisi cawan ke dua.
Langkah ini dilanjutkan hingga keempat sisi cawan tergores.
mikroorganisme di dalam media agar dengan cara menuangkan stok kultur bakteri atau
menghapuskannya di atas media agar yang telah memadat, sedangkan pour plate kultur
dicampurkan ketika media masih cair (belom memadat). Kelebihan teknik ini adalah
mikroorganisme yang tumbuh dapat tersebar merata pada bagian permukaan agar.
air sehingga lebih mudah penanganannya. Sampel yang telah diambil kemudian disuspensikan
dalam aquades steril. Teknik dilusi sangat penting dalam analisa mikrobiologi karena hampir
semua metode penelitian dan perhitungan jumlah sel mikroba menggunakan teknik ini, seperti
TPC (Total Plate Counter). Ada beberapa tahap yang harus dilakukan sebelum melakukan
teknik penanaman bakteri (inokulasi), yaitu:
1. Menyiapkan ruangan
2. Pemindahan dengan pipet
3. Pemindahan dengan kawat inokulasi
Adapun perbedaan alat-alat yang digunakan antara sudip dripgalski, jarum ose dan jarum
lengkung. Jarum ose adalah alat untuk memindahkan kultur dari satu media ke media lain.
Jarum inokulum biasanya terbuat dari kawat nichrome atau platinum sehingga dapat berpijar
jika terkena panas. Jarum lengkung adalah alat yang ujungnya sedikit dielngkungkan sehingga
Muhammad Nadif
13012100
20
4.3
: suspensi bakteri
: 48 jam
:
warna
form
elevation
margin
Kuning
Circular
Convex
Entire
Kuning
Circular
Convex
Undulate
Koloni yang tumbuh pada medium dengan menggunakan jarum lengkung hanya satu
jenis karena hanya terdapat satu jenis warna dalam cawan petri yang diamati. Berdasarkan hasil
percobaan, penggeseran dengan jarum lengkung menunjukkan bahwa mikroba memiliki
Muhammad Nadif
13012100
21
Pengenceran ke-0
Media biakan
: agar kaldu
Waktu inkubasi : 48 jam
Karakteristik
:
Pengenceran ke
warna
form
elevation
margin
0
Kuning
Sirkule
r
Flat
entire
Pada pengenceran ke-0, mikroba yang terdapat dalam cawan petri sangat banyak dan padat
sekali. Pada pengenceran mikroba yang terdapat dalam cawan petri berwarna kuning,
membentuk circular, elevationnya flat dan bermargin entire.
Pengenceran ke - 1
Media biakan
: agar kaldu
Waktu inkubasi : 48 jam
Karakteristik
:
Pengenceran
kewarna
form
elevation
margin
I
kunin
g
sirkue
r
flat
entire
Pada pengenceran pertama, mikroba yang terdapat dalam cawan petri tidak terlalu padat
seperti pada pengenceran ke 0. Namun tetap masih terlihat banyak. Pengenceran pertama ini
diambil dari cairan atau larutan pada pengenceran ke 0.
Pengenceran kedua
Medium
: agar kaldu
Waktu inkubasi : 48 jam
Karakteristik
:
Muhammad Nadif
13012100
22
3
Kuning
Sirkuer
Pada pengenceran ketiga ini diambil dari hasil pengenceran sebelumnya, dalam hal ini
kedua, sehingga benar tidaknya hasil yang didapatkan bergantung dari hasil sebelumnya. Pada
pengenceran ketiga, jumlah mikroba yang terdapat pada cawan peti semakin sedikit. Dari tiga
kali pengenceran ternyata semakin besar pengenceran semakin sedikit jumlah mikroba yang
tumbuh dan hidupnya pun menyebar. Hal ini terjadi karena terjadi pelarutan atau pelepasan
mikroba dari substratnya kedalam air akibat pengencaran, sehingga dapat mengurangi kepadatan
kepada bakteri yang ditanam.
Kesimpulan
4.4
Hasil isolasi dengan cara menggoreskan suspense bakteri dengan sudip dripgalski masih
Muhammad Nadif
13012100
23
menyebar.
Dari ketiga metode diatas, cara yang paling baik untuk melakukan isolasi mikroba yaitu
menggunakan metode menggeserkan suspense bakteri dengan jarum lengkung
4.5
Referensi
Michael T.Madigan, et al.2012. Brock Biology of Microorganism, 13th edition. Pearson
Stanburry, F.Peter et al.2003. Principle of Fermentation Technology, 2nd edition. Butterworth,
Hannaman.
http://inst.bact.wisc.edu/inst/index.php?module=book&type=user&func=displayarticle&aid=11
Muhammad Nadif
13012100
BAGIAN D
PERHITUNGAN MIKROORGANISME
BAB V
I-8 Penetapan Jumlah Sel dalam Cairan Dengan Menggunakan Ruang Hitung (Counting Chamber)
BAB V
Tujuan Percobaan
Menghitung jumlah sel dalam cairan dengan menggunakan counting chamber atau ruang
hitung
5.2
Tinjauan Pustaka
Counting chamber adalah suatu kaca objek tebal, diatasnya diasahkan suatu dataran yang
dalamnya 0,1 mm. Pada dataran ini di buat garis-garis berbentuk 16 persegi besar, pada setiap
persegi besar dibagi lagi menjadi 16 persegi kecil. Panjang sisi persegi kecil 0,5 mm. Jika diatas
bagian yang diasah ini diletakkan sebuah kaca tutup, maka terbentuk syaty ruangan yang tingginya
adalah 0,1 mm.
Tiap-tiap persegi kecil dibawah kaca tutup tersebut merupakan suatu ruang dnegan isi 0,05 x
0,05 x 0,1 mm3 = 25 x 10
-5
maka dnegan mikroskop dapat dihitung jumlah sel dalam tiap-tiap persegi tersebut sehingga dapat
dihitung pula jumlah sel per ml dari suspense tersebut.
Untuk menghitung konsentrasi sel dilakukan pengamatan terhadap 5 persegi besar atau 80
persegi kecil. Jumlah sel dalam setiap persegi kecil dihitung kemudian jumlahkan seluruh hasil
Muhammad Nadif
13012100
25
perhitungan untuk ke-80 persegi kecil. Berikut adalah bidang pengamatan ruang hitung atau
counting chamber yang akan teramati pada mikroskop:
5.3
Kotak Besar
1
2
3
4
5
Jumlah
32
27
26
17
31
Dari hasil pengamatan diatas terlihat bahwa jumlah sel pada tiap-tiap kotak yang diamati
terdapat perbedaan. Hasil yang diperoleh tersebut pun belum tentu akurat karena pada bidang
pengamatan terdapat banyak sel yang sedang menumpuk sehingga sulit untuk dihitung maka sel
29
Muhammad Nadif
13012100
yang menumpuk tidak dihitung. Selain itu hal yang harus diperhatikan dalam penetepan jumlah
sel dengan menggunakan counting chamber adalah konsistensi dalam penentuan sel yang
terhitung yang terletak tepat pada garis. Pada percobaan kali ini, ditetapkan jumlah sel yang
dihitung adalah sel yang berada tepat pada garis sebelah kiri dan bawah sedangkan sel yang
berada tepat pada garis kanan dan atas tidak terhitung. Hal ini untuk menghindari penghitungan
sel yang terulang saat menghitung kotak besar sebelah kanannya dan atasnya.
Dari hasil percobaan dapat dihitung jumlah sel keseluruhan dengan cara menjumlahkan
jumlah sel yang berada dikelima kotak besar tersebut. Jumlah keseluruhan sel yang diperoleh
adalah 133 sel. Volume 5 kotak besar tersebut adalah 2 x 10 -5 ml. Volume kotak besar tersebut
dihitung dari volume kotak kecil x jumlah kotak kecil yakni 80. Oleh karena itu,dapat dihitung
jumlah sel suspense dengan cara sebagai berikut:
Jumlah sel dalam suspense = jumlah keseluruhan sel/volume 5 kotak besar
Jumlah sel dalam suspense = 133 sel/ (2 x 10-5 ml)
Jumlah sel dalam suspense = 6650000 sel/ml
Ini dapat menyatakan bahwa terdapat 6650000 sel ragi dalam tiap 1 ml suspense. Seperti
yang sudah disebutkan pada sebelumnya bahwa pada bidang pengamatan masih terdapat banyak
sel ragi yang menumpuk maka sebaiknya untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat, cairan
tersebut diencerkan terlebih dahulu. Penghitungan dnegan menggunakan counting chamber ini
dibantu dengan mikroskop pada perbesaran 400x.
5.4
Kesimpulan
Jadi, jumlah sel ragi yang terdapat dalam suspensi dengan menggunakan counting chamber
adalah 6650000 sel/ml.
5.5
Referensi
http://www.microbehunter.com/the-hemocytometer-counting-chamber/
http://www.ruf.rice.edu/~bioslabs/methods/microscopy/cellcounting.html
30
Muhammad Nadif
13012100
BAGIAN E
STERILITAS
BAB VI
XIII-6 Menentukan Jumlah Sel Hidup dan Sel Mati dalam Suspensi Bibit Ragi yang Telah
Dipanaskan
BAB VII
XV-2 Pemeriksaan Ada Tidaknya Zat-Zat Antimikroba atau Bahan Pengawet dalam Suatu Bahan
Makanan dan Penentuan Kekuatan Zat Antimikroba Tersebut
BAB VIII
V-2 Pekerjaan Oligodinamik
BAB VI
31
Muhammad Nadif
13012100
6.1
Tujuan Percobaan
6.2
Menentukan jumlah sel hidup dalam suspense bibit ragi yang telah dipanaskan
Menentukan jumlah sel mati dalam suspense bibit ragi yang telah dipanaskan
Menentukan konstanta kematian dari sel ragi yang terdapat pada suspensi
Tinjauan Pustaka
Kinetika kematian merupakan laju kematian dari mikroorganisme dari suatu medium yang
sedang disterilisasikan sehingga kinetika kematian dapat menyatakan parameter keberhasilan
dari sterilisasi.
Konstanta kematian meruakan adalah konstanta yang menentukan laju dari suatu kematian
mikroba. Nilai konstanta ini tergantung dari jumlah sel hidup dan sel mati pada suspense
mikroorganisme.
Laju kematian logaritmik secara matematik dapat dinyatakan sebagai berikut:
dN
=kd n
dt
N ( t )=N o x e(kd .t )
Keterangan:
N = konsentrasi mikroba (jumlah sel)
kd = konstanta laju kematian spesifik (menit-1)
32
Muhammad Nadif
13012100
33
Muhammad Nadif
13012100
t = waktu ( menit)
Nilai konstanta laju kematian merupakan fungsi temperature, mengikuti persamaan
Arrhenius sebagai berikut:
Eod /(RT)
kd = x e
6.3
34
Muhammad Nadif
13012100
Tabel 6.6 Hasil Pengamatan Jumlah Sel Mati dan Sel Hidup
NO
1
2
3
X
%
Hidup
T = 60 oC
0'
3'
H M H
3 5 13
1
2
4
3
4
6
8
26.55
M
12
6'
H
0
M
8
9'
H M
11 4
12'
H
11
M
10
10
10
7
3
34 1
29
17
15
12
4
3
12 5
2
18
13.3 11.3 3.7 4.7 19 3.3 14.0 15.0
54.1
44
85.1
48.3
Berdasarkan hasil percobaan diatas, menunjukkan bahwa jumlah sel yang hidup tanpa
pemanasan berjumlah 26,55 % kemudian jumlah sel yang hidup setelah pemanasan
selama 3 menit yaitu 54,1 % kemudian jumlah sel yang hidup setelah pemanasan selama
6 menit yaitu 44 %, jumlah sel yang hidup setelah pemanasan selama 9 menit yaitu 85,1
% dan jumlah sel yang hidup setelah pemanasan selama 12 menit yaitu 48,3 %. Hasil
yang diperoleh berdasarkan percobaan tidak menunjukkan bahwa semakin lama proses
pemanasan semakin sedikit jumlah sel yang hidup. Ini terlihat dari naik-turunnya jumlah
sel yang hidup antara perbedaan lama pemanasan. Hal ini disebabkan oleh beberapa
factor diantaranya pengamatan untuk tiap waktu diamati oleh orang yang berbeda-beda
sehingga parameter yang diamati pun berbeda-beda serta waktu yang dibutuhkan dalam
pemanasan tidak tepat sama dengan yang diinstruksikan. Seharusnya jika ingin
mendapatkan hasil pengamatan yang baik, dilakukan oleh orang yang sama sehingga
parameter yang diamati pun tetap sama dan bisa menghasilkan data pengamatan yang
cukup baik menurut parameter pengamat tersebut.
Kemudian dari hasil percobaan ini diperolah hubungan antara ln (Nt/No) dalam
satuan persen sel hidup daan waktu dalam satuan sekon. Nilai Nt/No merupakan nilai
jumlah sel yang masih hidup sehingga diperoleh nilai ln (Nt/No) pada tabel 6.2 berikut
ini:
35
Muhammad Nadif
13012100
ln (Xt/Xo)
t (x)
(y)
-1.326
-0.615
-0.821
-0.162
-0.728
0'
3'
6'
9'
12'
Berdasarkan nilai yang diperoleh diatas, maka dapat dilaurkan grafik antara ln
(Nt/No) sebagai sumbu y dan waktu sebagai sumbu x. Grafik hubungan antara ln (Nt/No)
terhadap waktu dapat dilihat pada grafik dibawah ini
0.000
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5
-0.200
-0.400
ln Xt/Xo
-0.600
-0.800
konstanta
kematian
-1.000
-1.200
-1.400
t (s)
36
Muhammad Nadif
13012100
Gambar
Grafik nilai
hubungan
antara
ln (Xt/Xo)
t (s)yang diamati
Dari plot grafik
diatas 6.7
diperoleh
kontanta
kematian
dari dan
sel ragi
oleh pengamat yang berbeda-beda pada tiap waktu yang berbeda pula melalui persamaan
garis yang telah diperoleh dari grafik tersebut:
y = 0,1649x-1,2252
Dari grafik tersebut ternyata memperoleh nilai konstanta kematian yang bernilai
positif. Ini menandakan bahwa mikroorganisme yang dilakukan pemanasan malah
berkembang bukan turun sehingga dapat diperoleh alternative lain yakni dibuat intersep
dari grafik tersebut 0,0. Apabila intersep grafik tersebut diubah menjadi 0,0 makan grafik
yang diperoleh adalah sebagai berikut:
0.000
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5
-0.200
f(x) = - 0.17x
R = 0.47
-0.400
ln Xt/Xo
-0.600
-0.800
konstanta
kematian
-1.000
-1.200
-1.400
t (s)
37
Muhammad Nadif
13012100
Gambar 6.8 Gambar 6.3 Grafik hubungan antara ln Xt/Xo dan t dengan intercept 0,0
Dari grafik diatas diperoleh hubungan garis yitu y = -0,1692x. Seperti yang diketahui
bahwa persamaan laju kematian sel mikroorganime adalah sebagai berikut:
ln Xt/Xo = -kd t
Maka persamaan garis yang diperoleh dari grafik pada gambar 6.3 memiliki arti
sebagai berikut:
y = ln Xt/Xo
m= -kd
x=t
Sehingga dapat diperoleh informasi bahwa nilai konstanta kematian sama dengan nilai
gradient dari grafik tersebut. Maka nilai konstanta kematian dari sel ragi dalam suspensi
yang diamati adalah sebagai berikut:
m = -kd
m = -0,1692
kd = 0,1692
Konstanta kematian dari sel ragi dalam suspense yang diamati pada mikroskop adalah
0,1692 menit-1
6.4
Kesimpulan
Jumlah sel yang hidup dan sel yang mati dari biakan ragi pada tiap 3 menit yang
berbeda mengalami perubahan yang drastic karena dilakukan oleh pengamat yang
berbeda
Persamaan regresi yang diperoleh dari percobaan ini yaitu y = -0,1692 x.
Konstanta kematian sel ragi dalam suspense yang diamati pada mikroskop adalah
0,1692 menit-1
6.5
Referensi
Stanburry, F.Peter.et al.2003.Principle of Fermentation Technology, 2nd edition.
Butterworth
38
Muhammad Nadif
13012100
BAB VII
7.2
Tujuan Percobaan
Memeriksa ada tidaknya zat-zat antimikroba atau bahan pengawet dalam suatu
bahan makanan
Menentukan kekuatan zat antimikroba tersebut
Tinjauan Pustaka
Zat antimikroba merupakan senyawa yang dapat membunuh atau menghambat
pertumbuhan
mikroorganisme.
Zat
antimikroba
dapat
bersifat
membunuh
39
Muhammad Nadif
13012100
Muhammad Nadif
13012100
No
1
2
3
4
Zat
Antimikroba
Dettol
Antibiotik A
Antibiotik B
Kulit jeruk
r (mm)
Zona 1
3
3
30
2,75
Zona 2
22
40
3,5
Zona 3
38
-
Zona 4
40
44
45
41
Muhammad Nadif
13012100
viskositas yang kental dapat langsung meresap dalam pori-pori permukaan jaringan
hidup.
Selain itu, dettol
pertumbuhan mikroba dengan baik karena kandungan alkohol kurang dari konsentrasi
alkohol optimum yang berada pada rentang 70 % - 90 %.
Hasil dari percobaan tersebut tidak akurat karena uji zat antimikroba dengan
menggunakan metode paper disk memiliki kelemahan dan kelebihan Kelebihan dari
metode ini adalah mudah dilakukan dan tidak memerlukan peralatan khusus serta relatif
murah. Sedangkan kelemahannya adalah ukuran zona bening yang terbentuk tergantung
oleh kondisi inkubasi, inoculum, predifusi dan preinkubasi serta ketebalan medium.
Apabila keempat faktor tersebut tidak sesuai maka hasil dari metode cakram kertas
relatif sulit. Selain itu, metode cakram kertas ini tidak dapat diaplikasikan pada
mikroorganisme yang pertumbuhannya lambat dan mikroorganisme yang bersifat
anaaerob obligat.
7.4
Kesimpulan
Zat antimikroba yang paling efektif adalah antibiotik B karena memiliki zona 1 yang
paling luas sedangkan zat antimikroba yang paling tidak efektif adalah dettol karena
memiliki zona 1 yang paling kecil.
7.5
Referensi
https://harisdianto.files.wordpress.com/2010/01/aktivitas-antimikroba.pdf
https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&cad=rja&uact=8&ved=0CCkQFjAC&url
=https%3A%2F%2Fciptosuriantika.files.wordpress.com%2F2014%2F01%2Fkuliah14-uji-antimikroba.pptx
42
Muhammad Nadif
13012100
BAB VIII
V-2 PEKERJAAN OLIGODINAMIK
8.1
Tujuan Percobaan
Mengamati pertumbuhan mikroorganisme dalam cawan petri yang diisi oleh logam
Mengamati dan mengidentifikasi pengaruh logam terhadap pertumbuhan
mikroorganisme
8.2
Tinjauan Pustaka
Oligodinamik memiliki arti sebagai daya hambat atau mematikan dari logam
terhadap makhluk hidup. Uji oligodinamik berprinsip pada interaksi antara logam yang
terionisasi dengan gugus sulfihidril pada protein sel yang menyebabkan denaturasi.
Logam berat berfungsi sebagai antimikroba karena dapat mempresipitasikan enzimenzim atau protein esensial dalam sel. Logam-logam berat yang umum dipakai adalah
Hg, Ag, As, Zr, dan Cu. Selain logam berat, ada ion-ion yang dapat mempengaruhi
kegiatan fisiologi mikroba yaitu ion sulfat, tartrat, klorida, nitrat dan benzoat. Ion-ion
tersebut dapat mengurangi pertumbuhan mikroba tertentu. Oleh karena itu sering
digunakan untuk mengawetkan suatu bahan, misalnya digunakan dalam pengawetan
makanan.
Mekanisme daya kerja antimikroba terhadap sel dapat dibedakan atas beberapa
kelompok sebagai berikut: 1. Merusak dinding sel, 2. Menganggu permeabilitas sel, 3.
Merusak molekul protein dan asam nukleat, 4. Menghambat aktivitas enzim, 5.
Menghambat sintesa asam nukleat.
Daya antimikroba dari logam berat, dimana pada konsentrasi yang kecil saja dapat
membunuh mikroba disebut daya oligodinamik. Tetapi garam dari logam berat ini
mudah merusak kulit, merusak alat-alat yang terbuat dari logam dan harganya mahal.
Serratia mascescens merupakan jenis bakteri gram negative berbentuk basil (bulat
lonjong) dan beberapa galur membentuk kapsul. Bakteri ini termasuk organisme yang
bergerak dengan cepat (motil) karena mempunyai flagella peritrik, dapat tumbuh
43
Muhammad Nadif
13012100
dalam kisaran suhu 5 oC 40 oC dan dalam kisaran pH antara 5-9. Serratia marcescens
memiliki pigmen warna merah yang disebut dengan prodigiosin.
8.3
Logam
Jari-jari logam
Medium
Bakteri
Inkubasi
Keterangan Zona
Zona 1
Zona 2
Zona 3
Tembaga
1,5 cm
Agar Kaldu
Serratia marcescens
48 jam
0,4 cm
1,6 cm
1,5 cm
Muhammad Nadif
13012100
subur sehingga zona 3 ini merupakan daerah pertumbuhan mikroba yang subur. Zona 3
ini memiliki luas sekitar 1,5 cm atau berjarak 5 cm dari pusat jari-jari logam.
Terbentuknya 3 zona pada uji oligodinamik ini terjadi akibat efek oligodinamik
yang ditimbulkan oleh logam tembaga. Logam tembaga ini terionisasi menghambat
metabolisme enzim sulfihidril pada protein sel Serratia marcescens yang dapat
menyebabkan denaturasi sehingga bakteri ini tidak dapat tumbuh di daerah dekat
logam atau zona 1. Sedangkan pada zona 2, terdapat pertumbuhan Serratia marcescens
yang tidak subur karena logam tembaga masih memberikan efek oligodinamik ke zona
2 meskipun kekuatan oligodinamiknya sudah melemah. Pada zona ke-3, logam
tembaga tidak dapat memberikan efek oligodinamik disebabkan oleh logam tembaga
ini sudah tidak bisa menghambat metabolism enzim sulfihidril pada jarak yang cukup
jauh sehingga Serratia marcescens dapat tumbuh dengan subur.
8.4
Kesimpulan
Pada zona pertama yang memiliki jarak 1,9 cm dari pusat jari-jari logam,
Serratia marcescens tidak dapat tumbuh karena efek oligodinamik yang
8.5
Referensi
http://www.slideshare.net/mivt/laporan-mikrobiologi-daya-kerja-antimikroba
http://www.ic.ucsc.edu/~saltikov/bio119l/readings/prokaryotes/Serratia.pdf
45
Muhammad Nadif
13012100
BAGIAN F
REAKSI ENZIMATIK
BAB IX
IV-2Penguraian dengan Enzim oleh Bakteri
BAB X
IV-9 Pembentukan Gas oleh Bakteri
BAB XI
IV-12 Peragian Gula
BAB XII
IV-13 Perubahan Air Susu Oleh Bakteri
BAB IX
IV-2 PENGURAIAN DENGAN ENZIM OLEH BAKTERI
9.1
Tujuan Percobaan
Mengidentifikasi mikroorganisme yang dapat menguraikan pati
Mengidentifikasi mikroorganisme yang dapat menguraikan gelatin
Mengidentifikasi mikroorganisme yang dapat menguraikan kasein
46
Muhammad Nadif
13012100
9.2
Tinjauan Pustaka
BakteriPseudomonas pyocyanea termasuk kedalam kelompok Gram negatif, tidak
memiliki spora dan berukuran 1,0 5,0 x 0-5,0 . Bakteri ini bergerak aktif dengan
menggunakan flagela polar yang tidak lebih dari tiga; dan pada umumnya strain
merupakan monotrikus; yang non-kapsul (Cruick, 1986).
Karakter yang dimiliki pada hakekatnya aerobik tetapi beberapa tumbuh pada
keadaan sedikit di bawah kondisi anaerobic. Tumbuh pada temperature 5 43 oC
dengan temperatur optimum 30 oC. Bakteri Pseudomonas pyocyanea memiliki pigmen
pyocyanin yang akan menghasilkan warna hijau.
Bakteri Escherichia coli termasuk bakteri Gram negatif dengan bentuk bervariasi
merupakan flora normal tubuh pada pencernaan tetapi beberapa strain dapat
menyebabkan gastroenteritis pada manusia dan ternak, infeksi pada saluran urin dan
diare. Bakteri ini bersifat aerob dengan suhu optimum 30 37 oC. Pada umumnya
berwarna putih kekuningan, coklat keemasan, jingga, kemerahan atau merah (Jawetz et
al., 1996).
Bakteri Bacillus mycoides memiliki ukuran biasanya lebih dari 3 mm, dapat
menghasilkan asam dari glukosa dan bentuknya non-motil. Bacillus mycoides dapat
menghambat pertumbuhan bakteri dan fungi yang berbahaya. Bacillus mycoides
merupakan bakteri ammonia dan dapat mengkonversi pepton menjadi ammonia.
Bakteri Sarcina lutea memiliki bentuk bulat berwarna kuning ketika ditumbuhkan
pada medium agar. Sarcina lutea dapat tumbuh dengan baik pada suhu 25 oC dan
merupakan bakteri Gram positif.
Pati adalah suatu polisakarida yang dihasilkan oleh tanaman sebagai cadangannya.
Enzim pengurai yang digunakan untuk menguraikan pati adalahEnzim amilase dapat
ditemukan dala industri pangan yakni untuk menghidrolisis amilum menjadi gula-gula
sederhana seperti dekstrin dan glukosa. Enzim amilase dapat digunakan dalam proses
pembuatan biskuit, minuman beralkohol dan pembuatan sirup glukosa.
Kasein merupakan sebuah fosfoprotein. Kasein tidak dapat larut pada titik
isoleektriknya, pH 4,6. Enzim yang berperan sebagai pengurai senyawa kasein yaitu
enzim rennin, enzim kaseinase atau enzim protease. Enzim rennin biasanya disebut juga
chymosin merupakan enzim industri yang sangat penting karena banyak digunakan
dalam pembuatan keju. Enzim rennin ini dalam pembuatan keju memiliki peranan yang
sangat penting yaitu pada saat pengerasan susu.
47
Muhammad Nadif
13012100
Gelatin merupakan senyawa turunan yang dihasilkan dari serabut kolagen jaringan
penghubung, kulit, tulang dan tulang rawan yang dihidrolisis dengan asam atau basa.
Enzim yang berperan dalam menguraikan senyawa gelatin adalah enzim gelatinase.
Enzim gelatinase ini biasanya digunakan untuk menguraikan gelatin dalam bentuk
cairan yang digunakan dalam industri pembuatan keju saaat proses gelatinasi yang
terbentuk akibat penambahan asam.
9.3
Warna
Bentuk
Elevasi
Margin
I
Hijau
Irregular
Flat
Erose
II
Putih Kekuningan
Irregular
Flat
Erose
Muhammad Nadif
13012100
dalam cawan petri dan dibagi menjadi dua daerah. Hasil pengamatan pengurain pati
sebelum ditambahkan lugol dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 8.11Hasil Pengamatan Penguraian Pati Sebelum Penambahan Lugol
Warna
Bentuk
Elevasi
Margin
I
Putih
Irregular
Raised
Undulated
II
Putih
Irregular
Raised
Undulated
Bakteri yang digoreskan pada daerah I adalah Bakteri Bacillus mycoides sedangkan
pada daerah II adalah E.coli. Bacillus mycoides dan E.Coli memiliki warna yang
hampir sama yaitu putih. Karakteristik B.mycoides yang teramati yaitu berbentuk
irregular, memiliki elevasi raised dan bermargin undulated sedangkan karakteristik
E.coli yang teramati yaitu berbentuk irregular, memiliki elevasi yang raised dan
bermargin undulated. Setelah diberi lugol untuk menguji keberadaan amilum, daerah
pertumbuhan E.coli setelah ditetesi lugol berubah menjadi warna ungu sedangkan pada
daerah pertumbuhan B.mycoides tidak terjadi perubahan warna (sesuai warna lugol).
Hal ini menunjukkan bahwa B.mycoides dapat mengubah amilum menjadi glukosa yang
berarti B.mycoides memiliki enzim amilase.
Pada uji pencairan gelatin, bakteri yang digunakan adalah P.pyocyanea dan E.coli.
Medium yang digunakan suspensi gelatin dalam tabung reaksi. Sebelum didinginkan,
Gelatin cair dan E.Coli lebih bening dan lebih kental dibandingkan dengan gelatin cair
yang bercampur dengan P.pyocyanea. Hal ini disebabkan oleh pigmen yang dimiliki
P.pyocyaneayang berwarna hijau sehingga warna tampak keruh dan lebih encer karena
ukuran sel P.pyocyanea lebih kecil dibandingkan dengan sel E.coli.
Setelah didinginkan, gelatin cair yang bercampur dengan E.coli menjadi lebih bening
dan membeku atau menjadi padat. Hal ini terjadi karena E.coli tidak dapat hidup pada
suhu dibawah 5 oC sehingga membeku. Sedangkan pada tabung reaksi yang berisi
gelatin cair dan P.pyocyanea tampak keruh dan tetap berada fasa cair. Hal ini
menunjukkan bahwa P.pyocyanea masih bisa hidup pada suhu dingin dan bisa
menguraikan gelatin cair menjadi pepton dan asam amino karena memiliki enzim
gelatinase.
Selanjutnya adalah uji penguraian kasein. Pada uji ini, bakteri yang digunakan adalah
E.coli dan S.lutea. Medium yang digunakan adalah agar kaldu dicampur dengan susu
49
Muhammad Nadif
13012100
dalam cawan petri. Kemudian cawan petri tersebut dibagi menjadi dua daerah yaitu
daerah 1 yang berwarna putih susu yang menunjukkan pertumbuhan E.coli dan daerah 2
yang berwarna kuning yang menunjukkan pertumbuhan S.lutea. E.coli tetap berwarna
abu-abu atau putih susu dan S.lutea menjadi bening yang menunjukkan bahwa kasein
telah terurai. Ini menunjukkan bahwa S.lutea memiliki enzim kaseinase yang
menguraikan kasein menjadi pepton dan asam amino.
9.4
9.5
Kesimpulan
glukosa
Sarcina lutea memiliki enzim kaseinase yang dapat menguraikan kasein menjadi
50
Muhammad Nadif
13012100
BAB X
IV-9 PEMBENTUKAN GAS OLEH BAKTERI
Muhammad Nadif
13012100
berwarna putih kekuningan, coklat keemasan, jingga, kemerahan atau merah (Jawetz et
al., 1996).
Saccharomyces cerevisiae memiliki ciri pembeda terhadap jenis-jenis kapang
lainnya yaitu memiliki sel tunggal dan secara vegetatif tumbuh dengan cara bertunas.
Selain berkembang biak secara aseksual, S.cerevisiae dapat berkembang biak secara
seksual dengan produksi spora seksual yang disebut aksospora yang berada secara
berkelompok
dalam
bentuk
kantung.
Saccharomyces
cerevisiae
merupakan
mikroorganisme bersel satu, tida berklorofil, dan tumbuh baik pada suhu 30 oC dan pH
4,8 serta mempunyai sifat stabil dan cepat beradaptasi.
10.3 Hasil dan Pembahasan
Pada percobaan pembentukan gas oleh bakteri, bakteri yang digunakan adalah
S.cerevisiaeE.coli, P.pyocyanea dan bakteri air selokan. Kemudian masing-masing
bakteri tersebut ditanam pada medium yang berbeda yaitu S.cerevisiae ditanam pada
medium 5 % sakarosa, E.coli ditanam pada medium 1 % glukosa, P.pyocyanea ditanam
pada medium 1 % KNO3 dan air selokan dicampur dengan susu. Alat yang digunakan
dalam percobaan ini adalah labu peragian atau tabung durham. Kemudian setelah
diinkubasi 2 hari dan ditambah NaOH, ternyata didapatkan hasil pengamatan sebagai
berikut:
Tabel 8.12 Hasil Pengamatan Pembentukan Gas CO2 oleh Bakteri
Bakteri
Pseudomonas pyocyanea
Saccharomyces cerevisiae
Escherichia coli
Air selokan
Media
Kaldu 1 % KNO3
Air pepton 5 % sakarosa
Air pepton 1 % glukosa
Air susu
Hasil
+
++
++
+++
Dari hasil percobaan yang tertera pada tabel diatas diperoleh hasil bahwa
P.pyocyanea dapat menghasilkan gas CO2 namun jumlahnya sedikit, Saccharomyces
cerevisiae dan Escherichia coli dapat menghasilkan gas CO2 dalam jumlah yang
banyak, dan air selokan menghasilkan gas CO 2 dalam jumlah yang paling banyak. Air
selokan dapat menghasilkan gas CO2 paling banyak karena dalam alir selokan terdapat
banyak bakteri sehingga jumlah gas CO2 yang terbentuk terakumulasi dalam jumlah
yang sangat banyak.
52
Muhammad Nadif
13012100
Jumlah gas CO2 yang terbentuk dilihat dari perubahan ketinggian dari labu peragian
antara sebelum ditambahkan NaOH dan setelah ditambahkan NaOH. Reaksi yang
terjadi dapat dilihat sebagai berikut:
CO2(g) + 2 NaOH(l) Na2CO3(s) + H2O(l)
Setelah uji gas CO2 dilakukan uji N2 dan H2 dengan cara memasukkan bilah kayu
yang berpijar dan apabila terjadi letupan kecil menunjukkan adanya hydrogen
sementara padamnya bara menunjukkan adanya nitrogen. Hasil uji N2 dan H2 dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 10.2 Tabel Pengamatan Uji Gas N2/H2 oleh Bakteri
Biakan
P.pyocyanea
S.cerevisiae
E.coli
Air selokan
N2
+
+
+
+
H2
-
Berdasarkan hasil pengamatan bahwa tidak ada bakteri yang menghasilkan gas H 2
dikarenakan saat bilah kayu dimasukkan ke dalam labu tidak terdapat letupan kecil dan
hanya bara api pun padam. Kemungkinan hasil percobaan uji gas N 2/H2 tersebut tidak
akurat disebabkan oleh bilah kayu sudah tidak membara dan sudah padam sehingga
tidak bisa menguji adanya gas H 2. Ketika bilah kayu dimasukkan kedalam larutan
menimbulkan letupan kecil itu menunjukkan bahwa terjadi reaksi antara hidrogen
dengan oksigen yang kemudian menghasilkan air. Sedangkan ketika bilah kayu
dimasukkan kedalam larutan terjadi padamnya bara api ini menunjukkan bahwa gas
nitrogen tidak dapat bereaksi dengan oksigen pada suhu ruang
10.4 Kesimpulan
S.cerevisiae menghasilkan gas CO2 dalam jumlah banyak dan gas N2 pada medium air
pepton 5 % sakarosa
E.coli menghasilkan gas CO2 dalam jumlah banyak dan gas N2 pada medium air
pepton 1 % glukosa
P.pyocyanea menghasilkan gas CO2 dalam jumlah sedikit dan gas N2 pada medium
kaldu 1% KNO3
Air selokan yang dicampurkan dengan susu menghasilkan gas CO2 paling banyak dan
gas N2
S.cerevisiae, E.coli, P.pyocyanea dan air selokan tidak menghasilkan gas H2
53
Muhammad Nadif
13012100
10.5 Referensi
http://naluw-ulan.blogspot.com/2011/01/laporan-akhir-praktikum-mikro.html
BAB XI
IV-12 PERAGIAN GULA
11.1 Tujuan Percobaan
Muhammad Nadif
13012100
adalah sebuah genus bakteri penghasil asam asetat, ditandai dengan kemampuannya
mengubah etanol (alkohol) menjadi asam asetat (asam cuka) dengan bantuan udara.
11.3 Hasil dan Pembahasan
Pada percobaan peragian gula, bakteri yang diuji adalah Acetobacter sp., E.coli,
Proteus sp., B.mycoides, A.aerogenesis. Sedangkan medium yang digunakan adalah
glukosa, laktosa dan sakarosa.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dapat dilihat pada daftar pengamatan, dapat
dinyatakan bahwa Proteus sp. tidak menunjukkan perubahan warna dan tidak
membentuk gelmbung gas pada medium glukosa, laktosa dan sakarosa . Hal ini dapat
diindikasikan bahwa Proteus sp. tidak menghasilkan asam dan gas.
Acetobacter sp. menghasilkan asam setelah diinkubasi selama 1 hari dengan adanya
perubahan warna larutan glukosa. Namun pada medium laktosa dan sakarosa tidak
menghasilkan asam hingga inkubasi hari ke-4. Setelah 2 hari, asam yang dihasilkan
oleh Acetobacter sp. bertambah banyak dan selanjutnya menghasilkan asam yang tetap
atau tidak terdapat perubahan pada medium glukosa. Selain itu, Acetobacter sp. tidak
menghasilkan gas baik pada medium glukosa, laktosa maupun sakarosa.
Bacillus mycoides menghasilkan asam pada medium glukosa sedangkan pada medium
laktosa dan sakarosa tidak menghasilkan asam karena tidak menghasilkan warna.Selain
itu, Bacillus mycoides tidak menghasilkan gas baik pada medium glukosa, laktosa dan
sakarosa.
E.coli menghasilkan asam dan gas dalam jumlah banyak pada medium glukosa dan
laktosa. Ini ditunjukkan dengan warna paling kuning yang dihasilkan oleh E.coli dan
menghasilkan gelembung cukup banyak. Sedangkan pada medium sakarosa,E.coli tidak
menghasilkan asam dan gas
A.aerogenesis menghasilkan asam dan gas paling banyak dibandingkan bakteri
lainnya yang diujikan setelah inkubasi selama 1 hari pada medium glukosa, laktosa,
dan sakarosa. Pada medium glukosa,
55
Muhammad Nadif
13012100
11.4 Kesimpulan
Proteus sp. tidak menghasilkan asam dan gas pada medium yang berisi glukosa,
11.5 Referensi
56
Muhammad Nadif
13012100
BAB XII
IV-13 PERUBAHAN AIR SUSU OLEH BAKTERI
Muhammad Nadif
13012100
Muhammad Nadif
13012100
Air selokan setelah diinkubasi selama 24 jam menghasilkan gas yang ditunjukkan
dengan adanya perubahan ketinggian vaselin dalam tabung reaksi yang berisi air
selokan dan susu. Selain itu,
Proteus sp. tidak menghasilkan asam, basa, gas, endapan dan lapisan ungu
Sarcina sp. tidak menghasilkan asam, basa, gas, endapan dan lapisan ungu
P.pyocyanea menghasilkan basa dan pepton setelah diinkubasi selama 24 jam dan
12.5 Referensi
http://alifahmj.blogspot.com/2011/11/perubahan-mikrobiologi-pada-susu.html
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-luluilmakn-5220-3bab2.pdf
59
Muhammad Nadif
13012100
BAGIAN G
FERMENTASI OLEH MIKROORGANISME
BAB XIII
XIII-5 Pembentukan Alkohol oleh Saccharomyces cerevisiae
BAB XIV
XVI-2 Fermentasi Fasa Padat Pembuatan Tempe
BAB XV
XVI-1 Bioreaktor
BAB XIII
XIII-5 Pembentukan Alkohol oleh Saccharomyces cerevisiae
13.1 Tujuan Percobaan
Mengamati perubahan fisik larutan pepton akibat aktivitas metabolisme
Saccharomyces cerevisiae
60
Muhammad Nadif
13012100
61
Muhammad Nadif
13012100
Lintasan EMP ini akan menghasilkan energy sebesar 10 ATP yang karena
menghasilkan 2 ATP dan 1 NADH. Karena terjadi kesetimbangan dan produk DHAP
cenderung kearah GA3P maka hasilnya dua kalinya sehingga 4 ATP dan 2
NADH.Sedangkan energi tersebut digunakan untuk metabolisme suatu zat tersebut
dalam lintasan itu yaitu 2 ATP dan 2 NADH.Sehingga Total ATP yang dihasilkan adalah
2 ATP.
13.3 Hasil dan Pembahasan
Pembentukan alkohol oleh Saccharomyces cerevisiae dapat dilihat dari jumlah CO 2
yang terbentuk. Jumlah CO2 yang terbentuk diukur dari massa pepton yang telah
hilang. Massa pepton yang berada dalam labu peragian ditimbang setiap kali praktikum
hingga 6 kali. Hasil pengamatan pembentukan alkohol dapat dilihat pada tabel berikut:
Tanggal Pengamatan
31 Desember 2014
548 gram
2 Januari 2015
545 gram
5 Januari 2015
541,3 gram
Hasil Pengamatan
Larutan berwarna kuning dan
bening
Larutan berwarna kuning dan
mulai terbentuk gelembung
Larutan berwarna kuning dan
menjadi keruh serta terdapat
gelembung
Larutan berwarna kuning dan
6 Januari 2015
541 gram
7 Januari 2015
8 Januari 2015
540,6 gram
540,5 gram
keruh
serta
sudah
tidak
terbentuk gelembung
Terdapat endapan berwarna
putih
Berdasarkan hasil pengamatan pada tabel diatas menyatakan bahwa pada hari pertama
belum terjadi reaksi apapun karena larutan masih berwarna kuning dan tidak terbentuk
62
Muhammad Nadif
13012100
endapan. Pada tanggal 2 Januari 2015, massa larutan berkurang sebanyak 3 gram. Hal
ini menunjukkan bahwa sel Saccharomyces cerevisiae melakukan metabolisme. Selain
itu, mulai terbentuk gelembung yang diduga merupakan gas sehingga S.cerevisiae
melakukan metabolisme yang menghasilkan alkohol. Kemudian, pada tanggal 5 Januari
2015, massa berkurang sebanyak
13.4 Kesimpulan
13.5 Referensi
BAB XIV
XIV-2 FERMENTASI PADAT PEMBUATAN TEMPE
63
Muhammad Nadif
13012100
BAB XV
XVI-1 BIOREAKTOR
64
Muhammad Nadif
13012100
pemanasan,perebusan
dan
pengukusan
mematikan
banyak
competitor.
b. Jenis-jenis media cair
a). Fermentasi yang diagitasi dimana substratnya larut dalam air
65
Muhammad Nadif
13012100
mikroba
Jenis fermentasi ini dikerjakan dalam suatu labu atau gelas yang cocok atau lebih
modern dengan menggunakan fermentor dimana substratnya larut sempurna dalam
air. Pengambilan subtrat oleh mikroba melalui fase larutan dalam air. Pada kultur labu
yang dikocok, agitasi dilakukan dengan bantuan alat pengocok (Shacker).Pada
fermentor agitasi dkerjakan oelh motor dan dapat dibantu oleh aerasi (Gelembung
udara).
b). Fermentasi yang diagitasi dimana zat yang tidak larut dalam air tersuspensi
salam fase cair
Pada fermentasi ini substrat zat padat tidak larut dalam air tetapi dalam bentuk
bubuk-bubuk halus yang tersuspensi dalam sejumlah air yang banyak. Garam dan zatzat hara lain mungkin terlarut dalam air. Konsentrasi substrat dalam media dapat
bervariasi mulai dari satu persen sampai pada suatu keadaan yang menyerupai bubur.
Pengambilan substrat oleh mikroba biasanya disertai dengan produksi suatu faktor
yang dapat melarutkan yang mungkin sifatnya ekstraseluler atau terletak didalam
dinding dalam air sehingga partikel substrat tersuspensi secara merata dalam medium
yang mengandung air agar terjadi kontak dengan mikroba secara maksimum.
c). Fermentasi yang diagitasi dimana zat cair yang tidak larut dalam air
tersuspensi dalam fase cair
Jenis fermentasi ini dan mekanisme pengambilan substrat sama dengan yang kedua,
kecuali sifat bersifat cair.
d). Fermentasi yang tidak diagitasi dimana substratnya larut dalam fase cair
Pada fermentasi ini substrat larut dalam air tetapi medianya tidak diagitasi atau
dikocok. Pengambilan substrat melalui fase cair. Medium didistribusikan berupa
larutan yang dangkal dalam bentuk baki atau dalam suatu wadah yang mempunyai
permukaan yang luas dan dalamya media biasanya 2,5 5,0 cm untuk produksi yang
tinggi.
Muhammad Nadif
13012100
Muhammad Nadif
13012100
Kontinyu
Ada laju alir masuk dan luar
Keadaan tunak
Tidak fungsi waktu
Produksi besar dan seragam
Alat lebih kecil
Pengendalian proses lebih baik
Menyiapkan alat-alat yang akan digunakan untuk pembuatan sel kering yaitu
sebuah falcon, desikator, timbangan dengan ketilitian yang tinggi, mikropipet,
sentrifugator, sampel dari bioreaktor.
68
Muhammad Nadif
13012100
Kemudian memisahkan endapan dan supernatant dari falcon yang berisi sampel
dengan cara membuang supernatant sebanyak mungkin namun jangan sampai
endapan putih terbuang keluar.
Setelah itu falcon yang berisi endapan tersebut dikeringkan menggunakan oven
pada suhu 50 oC selama 1 hari untuk mendapatkan endapan yang kering/ produk
yang kering.
Hal-hal yang harus diperhatikan untuk mengubah proses fermentasi dari batch
menjadi kontinyu
Menyiapkan media yang diperlukan untuk volume kerja reaktor yang tekah ditentukan
sebelumnya yakni volume kerja reactor batch dengan memperhitungkan volume
media yang diperlukan sebagai berikut:
D=
F
V
Keterangan:
D = Dilution rate
F = Laju alir media
V = Volume kerja reaktor
69
Muhammad Nadif
13012100
Memasangkan selang masuk dari tabung berisi media ke bioreaktor dengan bantuan
pompa peristaltik dan juga memasangkan selang keluar dengan bantuan pompa
peristaltik.
Memasangkan level controller untuk menjaga ketinggian dalam bioreaktor dan juga
mengatur laju alir
15.3 Referensi
http://www.sid.ir/en/VEWSSID/J_pdf/9552010C206.pdf
http://web.usm.my/mjm/issues/vol1no2/review1.pdf
70
Muhammad Nadif
13012100
BAGIAN H
MODUL TAMBAHAN
BAB XVI
XV-1 Cara Memeriksa Sterilitas dari Bahan/Botol/Alat-alat
BAB XVI
XV-1 CARA MEMERIKSA STERILITAS DARI
BAHAN/BOTOL/ALAT-ALAT
71
Muhammad Nadif
13012100
72
Muhammad Nadif
13012100
BAGIAN I
LAMPIRAN
Data Pengamatan Modul
73
Muhammad Nadif
13012100