Anda di halaman 1dari 78

TK 3003

LABORATORIUM TEKNOLOGI BIOPROSES


LAPORAN PRAKTIKUM
Oleh:
Nama : Muhammad Nadif
NIM : 13012100

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI DAN TEKNOLOGI BIOPROSES


PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2014/2015

ABSTRAK

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

ABSTRAK.......................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR............................................................................................................ ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii
BAB I............................................................................................................................... 1
1.1

Tujuan Percobaan..................................................................................................... 1

1.2

Tinjauan Pustaka...................................................................................................... 1

1.3

Hasil dan Pembahasan............................................................................................... 4

1.4

Kesimpulan............................................................................................................ 7

1.5

Referensi............................................................................................................... 7

BAB II.............................................................................................................................. 8
2.1

Tujuan Percobaan..................................................................................................... 8

2.2

Tinjauan Pustaka...................................................................................................... 8

2.3

Hasil dan Pembahasan............................................................................................... 9

2.4

Kesimpulan.......................................................................................................... 10

2.5

Referensi............................................................................................................. 10

BAB III............................................................................................................................ 11
3.1

Tujuan Percobaan................................................................................................... 11

3.2

Tinjauan Pustaka.................................................................................................... 11

3.3

Hasil dan Pembahasan............................................................................................. 12

3.4

Kesimpulan.......................................................................................................... 14

3.5

Referensi............................................................................................................. 14

DAFTAR GAMBAR
4

Gambar 1.1 Gambar Mikroskop............................................................................................... 1


Gambar 1.2 Saccharomyces cerevisiae....................................................................................... 4
Gambar 1.3...................................................................Error! Bookmark not defined.

DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Pengamatan Saccharomyces cereviseae pada Mikroskop dengan Perbesaran 100x dan 1000x.......5
5

Tabel 1.2 Pengamatan Bacillus mycoides pada Mikroskop dengan Perbesaran 100x dan 1000x.................6
Tabel 2.1 Pengamatan Saccharomyces cereviseae..........................................................................9

BAGIAN A
PENGGUNAAN MIKROSKOP
BAB I
I-1 CARA MEMPERGUNAKAN MIKROSKOP
I-2 PEMAKAIAN MIKROSKOP
BAB II
I-9 CARA MENGUKUR BENDA-BENDA KECIL DENGAN MIKROSKOP

I-1 CARA MEMPERGUNAKAN MIKROSKOP


I-2 PEMAKAIAN MIKROSKOP

BAB I

I-1 CARA MEMPERGUNAKAN MIKROSKOP


I-2 PEMAKAIAN MIKROSKOP
1.1

Tujuan Percobaan

1.2

Menggunakan mikroskop dengan perbesaran 10x dan 40x


Menggunakan mikroskop dengan perbesaran 100x beserta cairan imersi
Mengamati bentuk sel biakan ragi pada agar miring
Mengamati bentuk sel biakan bakteri pada agar miring

Tinjauan Pustaka
Mikroskop berasal dari bahasa Yunani, yaitu micron yang berarti kecil dan scopos yang
artinya tujuan. Jadi, pengertian umum dari mikroskop adalah sebuah alat yang digunakan untuk
melihat obyek yang terlalu kecil untuk dilihat dengan mata telanjang.
Gambar dari salah jenis mikroskop yakni mikroskop cahaya adalah sebagai berikut:

Gambar 0.1 Gambar Mikroskop


Sumber : http://farmasi07itb.files.wordpress.com/2010/03/mikroskop.jpg

Muhammad Nadif
13012100

I-1 CARA MEMPERGUNAKAN MIKROSKOP


I-2 PEMAKAIAN MIKROSKOP
Komponen utama dari mikroskop di atas dan fungsinya adalah sebagai berikut:
Tabung mikroskop
Merupakan penghubung lensa okuler dan lensa objektif. Tabung terpasang pada bagian bergerigi
yang melekat pada pegangan mikroskop sebelah atas. Melalui bagian yang bergerigi, tabung
dapat digerakkan vertical ke atas dan ke bawah.
Makrometer (sekrup pengarah kasar)
Merupakan komponen untuk menggerakkan tabung mikroskop ke atas dank e bawah dengan
pergeseran besar.
Mikrometer (sekrup pengarah halus)
Merupakan komponen untuk menggerakkan tabung ke atas dan ke bawah dengan pergeseran
halus.
Revolver
Merupakan pemutar lensa untuk menempatkan lensa objektif yang dikehendaki.
Panggung mikroskop
Merupakan meja preparat atau tempat sediaan obek/specimen. Pada bagian tengah panggung
mikroskop terdapat lubang untuk jalan masuk cahaya ke mata pengamat.
Panggung digunakan untuk meletakkan sediaan objek atau spesimen. Pada panggung terdapat
dua penjepit untuk menjepitkan kaca objek.
Diafragma
Merupakan komponen untuk mengatur banyak sedikitnya cahaya yang masuk melalui lubang
kecil pada panggung mikroskop. Diafragma ini terpasang pada bagian bawah panggung
mikroskop.
Kondensor
Merupakan alat untuk memfokuskan cahaya pada objek atau spesimen. Alat ini terdapat di
bawah panggung.

Muhammad Nadif
13012100

I-1 CARA MEMPERGUNAKAN MIKROSKOP


I-2 PEMAKAIAN MIKROSKOP
Lengan mikroskop
Merupakan bagian yang dipegang waktu mengangkat atau menggeser mikroskop.
Cermin reflektor
Digunakan untuk menangkap cahaya yang masuk melalui lubang pada panggung mikroskop,
yakni dengan cara mengubah ubah letak dan arahnya. Cermin ini memiliki permukaan datar
dan permukaan cekung. Permukaan datar digunakan jika sumber cahaya cukup terang dan
permukaan cekung digunakan jika cahaya kurang terang.
Kaki mikroskop
Merupakan tempat mikroskop bertumpu sehingga tidak mudah bergoyang dan bergeser ketika
digunakan. Kebanyakan kaki mikroskop berbentuk seperti tapal kuda.
Lensa objektif akan meneruskan cahaya dari kondensor dan membentuk bayangan pertama.
Lensa ini menentukan struktur dan bagian renik yang akan menentukan daya pisah spesimen
sehingga mampu menunjukkan struktur renik yang berdekatan sebagai dua benda yang terpisah.
Lensa okuler merupakan lensa mikroskop yang terdapat dibagian ujung atas tabung, berdekatan
dengan mata pengamat. Lensa ini berfugsi untuk memperbesar bayangan yang dihasilkan oleh
Semakin kecil nilai daya pisah, akan semakin kuat kemampuan lensa untuk memisahkan dua
titik yang berdekatan pada preparat sehingga struktur benda terlihat lebih jelas. Daya pisah dapat
diperkuat dengan memperbesar indeks bias atau menggunakan cahaya yang memiliki panjang
gelombang () pendek. Biasanya, untuk meningkatkan indeks bias pada perbesaran 10 x 100
digunakan minyak imersi. Teknik menggunakan mikroskop dengan minyak imersi disebut teknik
imersi samarata yakni mengoleskan minyak di lensa objektif 100x dan preparat yang akan
diamati.
Saccharomyces cerevisiae merupakan fungi mikroskopis, bersel tunggal dan tidak memiliki
badan buah. Reproduksi vegetatifnya adalah dengan membentuk kuncup atau tunas (budding).
Berikut adalah bentuk Saccharomyces cerevisiae dibawah mikroskop:

Muhammad Nadif
13012100

Gambar 0.2 Saccharomyces cerevisiae


(Sumber: http://users.rcn.com/jkimball.ma.ultranet/BiologyPages/Y/Yeast.html)

I-1 CARA MEMPERGUNAKAN MIKROSKOP


I-2 PEMAKAIAN MIKROSKOP
Bacillus mycoides merupakan bakteri yang membentuk rantai sel dan amotil. Bakteri ini merupakan
bakteri gram positif dan biasa ditemukan dalam tanah. Bacillus mycoides pada medium pertumbuhan
yang solid membentuk koloni-koloni yang menyebar dan spiral.

1.3

Hasil dan Pembahasan


Dalam menggunakan mikroskop terdapat hal-hal yang harus diperhatikan oleh pengguna
supaya mendapatkan gambar yang jelas. Hal-hal yang harus diperhatikan yaitu mengatur sekrup
pengarah kasar dan sekrup pengarah halus, mengatur kondensor, mengatur intensitas cahaya, dan
mengatur perbesaran lensa objektif.
Pengamatan Saccharomyces cerviseae dan Bacillus mycoides dilakukan dengan perbesaran
100 x dan 1000x. Pada pengamatan Saccharomyces cereviseae dan Bacillus mycoides dengan
perbesaran 100 x terlebih dahulu. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan resolusi mikroskop yang
cukup jelas. Ini dilakukan dengan cara mengatur pergeseran kasar hingga mendapatkan gambar
yang jelas. Jika kurang jelas dapat menggunakan pergeseran halus secara pelan-pelan hingga
mendapatkan gambar yang lebih jelas. Jika kurang terang maka mengatur intensitas cahaya dan
mengatur kondensor. Dan setelah mendapatkan gambar yang jelas, terang, dan stabil, maka ubah
lensa objektif 10x menjadi lensa objektif 40x.
Memutar lensa objektif harus dilakukan secara pelan-pelan karena ketinggian tiap perbesaran
pada lensa objektif berbeda-beda. Saat perbesaran 400x tidak terdapat gambar apapun yang
terlihat meskipun sudah berusaha dalam mengatur mikroskop sedemikian rupa sehingga
mendapatkan gambar yang baik. Hal ini disebabkan karena lensa objektif 40x pada mikroskop
yang digunakan sudah tidak berfungsi dengan baik.
Setelah itu, menggunakan lensa objektif 100x sehingga perbesaran yang digunakan untuk
melihat objek yaitu 1000x. Saat perbesaran 1000x, digunakan minyak emersi untuk memperjelas
objek dan melindungi mikroskop itu sendiri karena saat menggunakan lensa objektif 100x, lensa
objektif menempel pada kaca preparat. Minyak emersi ini diteteskan pada kaca penutup preparat
dan dioleskan pada lensa objektif 100x. Setelah selesai menggunakan mikroskop dengan teknik

Muhammad Nadif
13012100

I-1 CARA MEMPERGUNAKAN MIKROSKOP


I-2 PEMAKAIAN MIKROSKOP
imersi maka bersihkan dengan setetes xylol dengan kertas pembersih lensa. Tujuan dari
pembersihan ini supaya lensa mikroskop tetap berfungsi dnegan baik dan kekuatan fokusnya
masih terjaga. Pada pengamatan objek dengan menggunakan perbesaran 1000 x, gambar
pertama kali yang muncul kurang jelas sehingga putar pengarah kasar halus dan mengatur
kondensor saja. Dan diperoleh gambar yang lebih besar dan jelas karena menggunakan cairan
imersi.
Hasil pengamatan Saccharomyces cereviseae dengan perbesaran 100 x dan 1000x dapat
dilihat sebagai berikut:

Tabel 0.1 Pengamatan Saccharomyces cereviseae pada Mikroskop dengan Perbesaran 100x dan 1000x

Perbesara
Mikroorganisme

Saccharomyces
cereviseae

100x

Pengamatan
Warna bidang pengamatan bening polos
Berbentuk bulat
Ukuran kecil-kecil
Bentuk tiap selnya kelihatan polos dan struktur lebih

Dari
rincinya tidak kelihatan
Alat gerak tidak terlihat dan membentuk koloni
Berbentuk bulat atau cenderung lonjong
Terdapat Saccharomyces yang sedang bertunas
Saccharomyces
1000x
Ukurannya lebih besar dan lebih jelas
cereviseae
Berkoloni
Alat gerak tidak terlihat atau tak tampak
hasil pengamatan, bahwa dengan perbesaran 1000x, Struktur sel Saccharomyces terlihat lebih
jelas dan lebih fokus dibandingkan dengan perbesaran 100x. Morfologi sel Saccharomyces
cerviseae saat perbeseran 100 x tampak bulat-bulat kecil yang berkoloni, dan menyebar serta
tidak terlihat alat gerak. Sedangkan 1000 x, Saccharomyces cerviseae tampak bulat-bulat dan
adapun yang cenderung lonjong. Pada mikroskop pun terdapat Saccharomyces cerviseae yang
bertunas. Selain itu ada yang berkoloni dan adapun yang soliter. Hasil pengamatan yang
Muhammad Nadif
13012100

I-1 CARA MEMPERGUNAKAN MIKROSKOP


I-2 PEMAKAIAN MIKROSKOP
diperoleh sesuai dnegan literature yang menyatakan bahwa Saccharomyces cerviseae merupakan
ragi yang memiliki bentuk bulat atau lonjong, hidup berkoloni, dan tidak memiliki alat gerak.
Hasil pengamatan Bacillus mycoides dengan perbesaran 100 x dan 1000x dapat dilihat
sebagai berikut:
Tabel 0.2Pengamatan Bacillus mycoides pada Mikroskop dengan Perbesaran 100x dan 1000x

Perbesara
Mikroorganisme

Bacilllus
mycoides

100x

Pengamatan
Warna bidang pengamatan bening
Berbentuk lonjong kecil-kecil
Jumlah koloni yang terlihat sedikit
Bentuk tiap selnya kelihatan polos dan struktur lebih
rincinya tidak kelihatan
Alat gerak tidak terlihat dan membentuk koloni

Dari

berantai
Berbentuk batang
Ukurannya lebih besar dan lebih jelas
Bacilluss
1000x
Soliter dan koloni menyebar
mycoides
Alat gerak tidak terlihat
Warna bidang pengamatan bening
hasil pengamatan bahwa dengan perbesaran 100x dengan 1000x terdapat perbedaan bentuk. Hal
ini disebabkan karena dengan perbesaran 100 x, gambar yang diperoleh oleh mikroskop belum
begitu jelas dan masih berukuran kecil sehingga masih ada kemungkinan bentuk yang
sebenarnya. Oleh karena itu, digunakan perbesaran 1000x dengan cairan imersi supaya
mendapatkan gambar yang lebih jelas dan resolusi yang cukup untuk meyakinkan bentuk sel dari
Bacillus mycoides. Saat menggunakan perbesaran 1000x. Bentuk sel yang teramati yaitu
batang/basillus, membentuk koloni yang menyebar dan adapun yang soliter, serta tidak terlihat
alat gerak. Sedangkan saat menggunakan perbesaran 100x, bentuk sel yang teramati lonjong
kecil-kecil dan membentuk rantai.

Muhammad Nadif
13012100

I-1 CARA MEMPERGUNAKAN MIKROSKOP


I-2 PEMAKAIAN MIKROSKOP
1.4 Kesimpulan

Hasil pengamatan mikroorganisme yang baik diperoleh melalui mikroskop dengan

perbesaran 1000x dan cairan imersi.


Saccharomyces cereviseae memiliki bentuk bulat dan cenderung lonjong, hidup

berkoloni atau soliter, dan tidak memiliki alat gerak.


Bacillus mycoides hidup berkoloni atau soliter, berbentuk batang atau basil, dan tidak
memiliki alat gerak.

1.5

Referensi
Michael T.Madigan, et al.2012.Brock Biology of Microorganism,13th edition. Pearson
http://farmasi07itb.files.wordpress.com/2010/03/mikroskop.jpg
http://users.rcn.com/jkimball.ma.ultranet/BiologyPages/Y/Yeast.html

Muhammad Nadif
13012100

I-9 CARA MENGUKUR BENDA-BENDA KECIL DENGAN MIKROSKOP

BAB II
I-9 CARA MENGUKUR BENDA-BENDA KECIL DENGAN
MIKROSKOP
2.1

Tujuan Percobaan
Mengkalibrasi mikroskop dengan mikrometer mikroskop
Mengukur Saccharomyces cereviseae dengan menggunakan mikrometer mikroskop

2.2

Tinjauan Pustaka
Objek mikroorganisme yang diukur menggunakan mikroskop berukuran sangat kecil
sehingga membutuhkan pengukuran dengan alat yang disebut micrometer. Mikrometer dibagi
menjadi 2 jenis yaitu micrometer objektif dan micrometer okuler.
Pengukuran panjang dan lebar objek yang akan diamati diperlukan kalibrasi antara
micrometer objektif dan micrometer okuler dengan 1 skala = 0,01 mm. Cara mengkalibrasi dapat
dilakukan dengan cara menempatkan mikrometer objek diatas meja preparat, kemudian
masukkan mikrometer okuler ke dalam lensa okuler, lalu aturlah posisi skala mikrometer okuler
dengan skala mikrometer objektif dan himpitkan kedua mikrometer dan hitung jumlah garis
skala mikrometer dan hitung jumlah garis skala pada kedua mikrometer tersebut.
Satuan ukuran yang digunakan untuk menyatakan ukuran benda-benda kecil yang dilihat
dibawah mikroskop adalah micron. 1 mikron = 0,0001 mm.

Muhammad Nadif
13012100

I-9 CARA MENGUKUR BENDA-BENDA KECIL DENGAN MIKROSKOP


Cara mengukur kalibrasi antara mikrometer okuler dan mikrometer objektif adalah
menentukan skala yang tepat berhimpitan kemudian hitung jumlah garis pada mikrometer okuler
dan mikrometer objektif. Dan kemudian hitung hasil konversi skala okuler terhadap skala

Muhammad Nadif
13012100

10

I-9 CARA MENGUKUR BENDA-BENDA KECIL DENGAN MIKROSKOP


objektif. Saccharomyces cerevisiae adalah mikroorganisme bersel tunggal dengan ukuran antara
5 sampai 20 mikron dan berbentuk bola atau telur. Saccharomyces cervisiae tidak bergerak
karena tidak memilii struktur tambahan dibagian luarnya seperti flagella (Prescott,1959)
2.3

Hasil dan Pembahasan


Cara mengukur benda kecil dapat dilakukan dengan cara mengkalibrasi mikrometer objektif
dan mikrometer okuler terlebih dahulu. Kalibrasi dilakukan pada perbesaran 100x karena lensa
objektif 40x yang terdapat mikroskop sudah tidak berfungsi dengan baik sehingga memakai
perbesaran 100x. Sedangkan jika menggunakan 1000x gambar yang akan diperoleh terlalu besar.
Oleh karena itu, seharusnya menggunakan perbesaran 400x.
Hasil kalibrasi mikrometer okuler dan mikrometer objektif pada perbesaran 100x yaitu 25
bagian skala mikrometer okuler panjanganya sama dengan 40 bagian skala mikrometer objektif.
Ini berarti bahwa 1 bagian skala mikrometer okuler dapat dihitung sebagai berikut:
1 skala mikrometer okuler = (skala objektif x 10 mikron)/ skala okuler
= (40 x 10 mikron)/ 25
= 16 mikron
Ini menunjukkan 1 bagian skala mikrometer okuler menunjukkan jarak yang sama dengan 16
mikron pada benda yang diukur. Namun, hasil ini kurang akurat karena perbesaran yang
digunakan terlalu kecil yakni 100x sehingga terdapat ketidaktepatan dalam melihat skala yang
berhimpitan.
Dalam pengamatan Saccharomyces cereviseae dilakukan sebanyak 20 buah dari bidang
pengamatan pada mikroskop. Hasil pengamatan Saccharomyces cereviseae dapat dilihat pada
tabel sebagai berikut:
Tabel 0.3 Pengamatan Saccharomyces cereviseae
Se
l

Muhammad Nadif
13012100

Panjang (m)

Lebar (m)

1
2
3
4
5
6

16
8
16
8
8
3,2

8
8
8
8
8
1,6

7
8
9
10
11

6,4
4,8
2,4
6,4
4,8

6,4
2,4
2,4
6,4
2,4

11

I-9 CARA MENGUKUR BENDA-BENDA KECIL DENGAN MIKROSKOP


12
13
14
15
16
17
18
19
20

3,2
3,2
4,8
2,4
6,4
4,8
2,4
2,4
2,4
5,8

2,4
1,2
2,4
1,2
2,4
1,2
2,4
1,2
1,2
3,83

Berdasarkan dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa Saccharomyces cereviseae memiliki panjang
rata-rata yaitu 5,8 m dan lebar rata-rata yaitu 3,83 m. Hal ini sesuai dengan literatur yang
menunjukkan bahwa ukuran Saccharomyces cereviseae antara 5-20 m.

2.4

Kesimpulan

Hasil kalibrasi mikrometer okuler dan mikrometer objektif yaitu 1 skala mikrometer okuler

sama dengan 16 m.
Panjang rata-rata Saccharomyces cereviseae yaitu 5,8 m dan lebar rata-rata Saccharomyces
cereviseae yaitu 3,83 m.

2.5

Referensi
https://id.scribd.com/doc/187118375/Laporan-Biologi-Penggunaan-Mikroskop-dan-KalibrasiMikrometer
https://id.scribd.com/doc/71751153/SACCHAROMYCES-CERIVISIAE

Muhammad Nadif
13012100

BAGIAN B
PEWARNAAN
BAB III
I-5 PEMBUATAN PREPARAT BERWARNA MENURUT GRAM

I-5 PEMBUATAN PREPARAT PEWARNA MENURUR GRAM

BAB III

I-5 PEMBUATAN PREPARAT PEWARNA MENURUT GRAM


3.1 Tujuan Percobaan

3.2

Mengidentifikasi dan memeriksa Escherchia coli dan Staphylococcus aureus bersifat

gram positif atau negatif


Mengidentifikasi struktur sel Escherchia coli dan Staphylococcus aureus

Tinjauan Pustaka
Perbedaan dasar antara bakteri gram positif dan negatif adalah pada komponen dinding
selnya. Bakteri gram positif memiliki membrane tunggal yang dilapisi peptidoglikan yang tebal
sedangkan bakteri negatif lapisan peptidoglikannya tipis. Selain itu, bakteri gram positif hanya
mempunyai membrane plasma tunggal yang dikelilingi dinding sel tebal berupa peptidoglikan
dan sekitar 90 persen dari dinding sel tersebut tersusun atas peptidoglikan sedangkan sisanya
berupa molekul lain bernama asam teikhoat. Sedangkan bakteri gram negative memiliki system
mebran ganda dimana membrane plasmanya diselimuti oleh membrane luar permeable dan
mempunyai dinding sel tebal berupa peptidoglikan yang terletak diantara membrane dalam dan
membrane luarnya. Untuk lebih jelasnya, perbedaan tersebut dapat dilihat pada gambar berikut:

Muhammad Nadif
13012100

11

12

I-5 PEMBUATAN PREPARAT PEWARNA MENURUR GRAM

Gambar 0.3 Perbandingan Struktur Sel Bakteri Gram Positif dan Negatif
(Sumber: http://wikieducator.org/File:Gramstain.jpg)

Genus bakteri yang termasuk gram negatif adalah Enterobactericeae, Salmonella sp.,
Shigella sp., E.Coli, dan Yersinia enterolitica. Sedangkan bakteri gram positif adalah
Staphylococci, Streptococci, Enterocci, Clostridium,dan Bacillus.
Pewarnaan gram atau metode gram adalah salah satu teknik pewarnaan yang paling penting
dalam mengidentifikasi bakteri. Dalam proses ini, olesan bakteri yang sudah terfiksasi dikenai
larutan-larutan berikut: zat pewarna kristal violet, larutan yodium, larutan alcohol dan zat
pewarna tandingannya berupa zat warna safranin atau air fuchsin. Bakteri gram positif akan
mempertahankan zat pewarna Kristal violet dan gram negative akan kehilangan zat pewarna
Kristal setelah dicuci dengan alkohol dan akan tampak berwarna merah saat diberi air fuchsin
basa atau zat pewarna safranin.

3.3

Hasil dan Pembahasan


Pewarnaan gram yang dilakukan percobaan kali ini adalah pewarnaan gram bakteri E.Coli
dan S.aureus dari biakan agar miring. Dari hasil pembuatan suatu preparat yang berwarna
didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 0.4 Hasil Pengamatan E.Coli dan S.aureus

Hal yang diamati


Warna Bakteri
Bentuk Sel
Muhammad Nadif
13012100

Nama Bakteri
Escherichia Coli
Staphylococcus aureus
Escherichia Coli
Staphylococcus aureus

Hasil Pengamatan
Berwarna merah
Berwarna ungu
Memiliki bentuk basil/batang
Memiliki bentuk bulat agak
lonjong

13

I-5 PEMBUATAN PREPARAT PEWARNA MENURUR GRAM


Bentuk Koloni
Jumlah

Escherichia Coli
Staphylococcus aureus
Escherichia Coli
Staphylococcus aureus

Berkoloni
Tidak terlihat berkoloni
Sangat banyak
Sangat sedikit

Berdasarkan hasil pengamatan diatas terlihat bahwa Escherichia coli memiliki warna merah,
memiliki bentuk sel yang batang/ basil dan hidupnya berkoloni. Sedangkan Staphylococcus
aureus memiliki warna ungu, memiliki bentuk sel yang bulat agak lonjong dan tampak tidak
terlihat berkoloni. Selain itu dari hasil pengamatan juga ternyata Staphylococcus aureus sangat
sedikit.
Hasil pengamatan Escherichia coli sesuai dengan literatur yang ada. Gambar
Escherichiacoli dibawah mikroskop dapat dilihat sebagai berikut:

Gambar 3.1 Gambar E.coli dan S.aureus dibawah mikroskop


(Sumber: http://imgarcade.com/1/e-coli-under-microscope/)
Gambar 0.4 Gambar E.coli dan S.aureus dibawah mikroskop
Sedangkan(Sumber:
hasil pengamatan
Staphylococcus aureus diperoleh hasil yang kurang baik dan
http://imgarcade.com/1/e-coli-under-microscope/)
kurang sesuai dengan gambar 3.1. Hal ini terjadi karena bisa terjadi ketidaktepatan atau terjadi
sedikit kesalahan dalam membuat preparat pewarnaan gram. Bakteri Staphylococcus aureus
pada pengamatan tampak hidup soliter dan sangat sedikit jumlahnya sedangkan seharusnya
bakteri Staphylococcus aureus ini berkoloni dan membentuk anggur serta berwarna merah
kebiru-biruan. Hal ini bisa terjadi karena pada saat pemberian larutan karbol-kristal violet terjadi
kesalahan yakni larutan yang diteteskan terlalu sedikit serta didiamkan terlalu sebentar atau
kurang dari 2 menit sehingga terlalu sedikit ikatan yang terjadi antara larutan dengan kaca
preparat. Selain itu, saat pencucian dengan alcohol 96 %, preparat dicuci terlalu sebentar dan
pencucian dilakukan secara tidak merata sehingga warna ungu yang diikat oleh bakteri gram
negatif tidak luntur secara merata. Dan pemberian larutan fuchsin terlalu banyak dan terlalu
lama dibiarkan sehingga bakteri gram positif tidak terlihat dan hanya sedikit yang teramati.
Hal tersebutlah yang menyebabkan bakteri S.aureus tidak terwarnai dengan benar sehingga
struktur sel S.aureus tidak dapat terlihat dengan jelas dan pada bidang pengamatan didominasi

Muhammad Nadif
13012100

14

I-5 PEMBUATAN PREPARAT PEWARNA MENURUR GRAM


oleh bakteri gram negatif karena pada bidang pengamatan terisi dengan bakteri berwarna merah.
Sehingga bakteri E.coli lebih dominan dibandingkan dengan bakteri S.aureus.

Kesimpulan

3.4

Bakteri E.coli merupakan bakteri gram negative karena berwarna merah, memiliki bentuk

batang/basil dan berbentuk koloni.


Bakteri Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram positif karena berwarna ungu,
memiliki bentuk bulat atau lonjong dan tidak terlihat berkoloni

3.5

Referensi
Michael T.Madigan, et al.2012.Brock Biology of Microorganism,13th edition. Pearson
http://imgarcade.com/1/e-coli-under-microscope/
http://www.slideshare.net/titissari/7-perbedaan-gram-positif-dan-gram-negatif
http://wikieducator.org/File:Gramstain.jpg

Muhammad Nadif
13012100

BAGIAN C
TEKNIK ISOLASI
BAB IV
II-2 CARA MENGGESERKAN SUSPENSI BAKTERI DENGAN SUDIP DRIPGALSKI
II-3 CARA MENGGESERKAN SUSPENSI BAKTERI DENGAN JARUM LENGKUNG
II-4 CARA PENGENCERAN DENGAN AGAR-AGAR

Muhammad Nadif
13012100

II-2 CARA MENGGORESKAN SUSPENSI BAKTERI DNEGAN SUDIP DRIPGALSKI


II-3 CARA MENGGORESKAN SUSPENSI BAKTERI DENGAN JARUM LENGKUNG

BAB IV

II-2 CARA MENGGORESKAN SUSPENSI BAKTERI DENGAN


SUDIP DRIPGALSKI
II-3 CARA MENGGESERKAN SUSPENSI BAKTERI DENGAN
JARUM LENGKUNG
II-4 CARA PENGENCERAN DENGAN AGAR-AGAR

4.1

Tujuan Percobaan

Mengidentifikasi dan mengamati hasil persiapan medium pertumbuhan dengan sudip

drigalski, jarum lengkung dan pengenceran dengan agar-agar


Menganalisa perbedaan hasil penyiapan berbagai media dengan sudip dripgalski, jarum
lengkung dan pengenceran dengan agar-agar

4.2

Tinjauan Pustaka
Isolasi

mikroba

adalah

mengambil

mikroorganisme

yang

terdapat

dialam

menumbuhkannya dalam suatu medium buatan. Sedangkan inokulasi adalah pekerjaan

Muhammad Nadif
13012100

18

dan

19

II-2 CARA MENGGORESKAN SUSPENSI BAKTERI DENGAN SUDIP DRIPGALSKI


II-3 CARA MENGGORESKAN SUSPENSI BAKTERI DENGAN JARUM LENGKUNG
II-4 CARA PENGENCERAN DENGAN AGAR-AGAR
memindahkan bakteri dari medium yang lama ke medium yang baru dengan tingkat ketelitian
yang sangat tinggi.
Pengembangan dalam cawan petri ada beberapa metode, yaitu:

Metode Cawan Gores (Streak Plate)


Prinsip metode ini yaitu mendapatkan koloni yang benar-benar terpisah dari koloni yang

lain, sehingga mempermudah proses isolasi. Cara ini dilakukan dengan membagi 3-4 cawan
petri. Ose steril yang telah disiapkan diletakkan pada sumber isolat , kemudian
menggoreskan ose tersebut pada cawan petri berisi media steril. Goresan dapat dilakukan 3-4
kali membentuk garis horisontal disatu cawan. Ose disterilkan lagi dengan api bunsen. Setelah
kering, ose tersebut digunakan untuk menggores goresan sebelumnya pada sisi cawan ke dua.
Langkah ini dilanjutkan hingga keempat sisi cawan tergores.

Metode Cawan Sebar (Spread Plate)


Teknik spread plate (cawan sebar) adalah suatu teknik di dalam menumbuhkan

mikroorganisme di dalam media agar dengan cara menuangkan stok kultur bakteri atau
menghapuskannya di atas media agar yang telah memadat, sedangkan pour plate kultur
dicampurkan ketika media masih cair (belom memadat). Kelebihan teknik ini adalah
mikroorganisme yang tumbuh dapat tersebar merata pada bagian permukaan agar.

Teknik Dilusi (Pengenceran)


Tujuan dari teknik ini adalah melarutkan atau melepaskan mikroba dari substratnya ke dalam

air sehingga lebih mudah penanganannya. Sampel yang telah diambil kemudian disuspensikan
dalam aquades steril. Teknik dilusi sangat penting dalam analisa mikrobiologi karena hampir
semua metode penelitian dan perhitungan jumlah sel mikroba menggunakan teknik ini, seperti
TPC (Total Plate Counter). Ada beberapa tahap yang harus dilakukan sebelum melakukan
teknik penanaman bakteri (inokulasi), yaitu:
1. Menyiapkan ruangan
2. Pemindahan dengan pipet
3. Pemindahan dengan kawat inokulasi
Adapun perbedaan alat-alat yang digunakan antara sudip dripgalski, jarum ose dan jarum
lengkung. Jarum ose adalah alat untuk memindahkan kultur dari satu media ke media lain.
Jarum inokulum biasanya terbuat dari kawat nichrome atau platinum sehingga dapat berpijar
jika terkena panas. Jarum lengkung adalah alat yang ujungnya sedikit dielngkungkan sehingga
Muhammad Nadif
13012100

20

II-2 CARA MENGGORESKAN SUSPENSI BAKTERI DENGAN SUDIP DRIPGALSKI


II-3 CARA MENGGORESKAN SUSPENSI BAKTERI DENGAN JARUM LENGKUNG
II-4 CARA PENGENCERAN DENGAN AGAR-AGAR
luas permukaan yang kecil dan biasanya berfungsi untuk isolasi mikroba. Sudip drigalski
memiliki bentuk seperti huruf L dan biasanya digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme
dengan metode sebar (spread plate).

4.3

Hasil dan Pembahasan


Dari percobaan yang telah dilakukan, diperoleh hasil sebagai berikut:

Pengamatan pengeseran bakteri dengan sudip drigalski


Sumber biakan
Waktu inkubasi
Karakteristik koloni

: suspensi bakteri
: 48 jam
:
warna
form
elevation
margin

Kuning
Circular
Convex
Entire

Berdasarkan hasil percobaan, penggeseran bakteri dengan sudip drigalski menunjukkan


bahwa mikroba membetuk luasan seperti persegi panjang dengan gradasi dari sisi-sisi terluar ke
arah dalam. Selain itu, mikroba ini memiliki warna kuning berbentuk circular dan memiliki
elevation convex serta bermargin entire.

Pengamatan penggeseran bakteri dengan jarum lengkung


Sumber biakan
: suspensi bakteri
Waktu inkubasi
: 48 jam
Karakteristik koloni bakteri:
warna
form
elevation
margin

Kuning
Circular
Convex
Undulate

Koloni yang tumbuh pada medium dengan menggunakan jarum lengkung hanya satu
jenis karena hanya terdapat satu jenis warna dalam cawan petri yang diamati. Berdasarkan hasil
percobaan, penggeseran dengan jarum lengkung menunjukkan bahwa mikroba memiliki
Muhammad Nadif
13012100

21

II-2 CARA MENGGORESKAN SUSPENSI BAKTERI DENGAN SUDIP DRIPGALSKI


II-3 CARA MENGGORESKAN SUSPENSI BAKTERI DENGAN JARUM LENGKUNG
II-4 CARA PENGENCERAN DENGAN AGAR-AGAR
karakteristik yaitu memiliki bentuk yang bulat, memiliki elevasi yang cembung dan bermargin
undulate

Pengenceran dengan agar agar

Pengenceran ke-0
Media biakan
: agar kaldu
Waktu inkubasi : 48 jam
Karakteristik
:
Pengenceran ke
warna
form
elevation
margin

0
Kuning
Sirkule
r
Flat
entire

Pada pengenceran ke-0, mikroba yang terdapat dalam cawan petri sangat banyak dan padat
sekali. Pada pengenceran mikroba yang terdapat dalam cawan petri berwarna kuning,
membentuk circular, elevationnya flat dan bermargin entire.
Pengenceran ke - 1
Media biakan
: agar kaldu
Waktu inkubasi : 48 jam
Karakteristik
:
Pengenceran
kewarna
form
elevation
margin

I
kunin
g
sirkue
r
flat
entire

Pada pengenceran pertama, mikroba yang terdapat dalam cawan petri tidak terlalu padat
seperti pada pengenceran ke 0. Namun tetap masih terlihat banyak. Pengenceran pertama ini
diambil dari cairan atau larutan pada pengenceran ke 0.
Pengenceran kedua
Medium
: agar kaldu
Waktu inkubasi : 48 jam
Karakteristik
:
Muhammad Nadif
13012100

22

II-2 CARA MENGGORESKAN SUSPENSI BAKTERI DENGAN SUDIP DRIPGALSKI


II-3 CARA MENGGORESKAN SUSPENSI BAKTERI DENGAN JARUM LENGKUNG
II-4 CARA PENGENCERAN DENGAN AGAR-AGAR
Pengenceran ke
2
warna
Kuning
form
Sirkuer
elevation
margin
Pada pengenceran kedua, mikroba yang terdapat pada cawan petri lebih sedikit dan
menyebar sehingga terlihat soliter soliter dan tidak berkoloni. Pengenceran kedua ini dilakukan
dengan cara mengambil larutan dari pengenceran pertama.
Pengenceran ketiga
Medium
: agar kaldu
Waktu inkubasi : 48 jam
Karakteristik
:
Pengenceran ke
warna
form
elevation
margin

3
Kuning
Sirkuer

Pada pengenceran ketiga ini diambil dari hasil pengenceran sebelumnya, dalam hal ini
kedua, sehingga benar tidaknya hasil yang didapatkan bergantung dari hasil sebelumnya. Pada
pengenceran ketiga, jumlah mikroba yang terdapat pada cawan peti semakin sedikit. Dari tiga
kali pengenceran ternyata semakin besar pengenceran semakin sedikit jumlah mikroba yang
tumbuh dan hidupnya pun menyebar. Hal ini terjadi karena terjadi pelarutan atau pelepasan
mikroba dari substratnya kedalam air akibat pengencaran, sehingga dapat mengurangi kepadatan
kepada bakteri yang ditanam.

Kesimpulan

4.4

Hasil isolasi dengan cara menggoreskan suspense bakteri dengan sudip dripgalski masih

banyak koloni yang terbentuk meskipun terbentuk gradasi.


Hasil isolasi dengan cara menggoreskan suspense bakteri dengan jarum lengkung semakin
menjauh dari titik awal penggoresan semakin terlihat terpisah meskipun masih terlihat
seperti mengumpul

Muhammad Nadif
13012100

23

II-2 CARA MENGGORESKAN SUSPENSI BAKTERI DENGAN SUDIP DRIPGALSKI


II-3 CARA MENGGORESKAN SUSPENSI BAKTERI DENGAN JARUM LENGKUNG
II-4 CARA PENGENCERAN DENGAN AGAR-AGAR
Hasil isolasi dengan cara pengenceran dengan agar-agar menunjukkan bahwa semakin besar
pengenceran semakin dikit jumlah mikroba yang diperoleh dan hidup secara soliter terpisah

menyebar.
Dari ketiga metode diatas, cara yang paling baik untuk melakukan isolasi mikroba yaitu
menggunakan metode menggeserkan suspense bakteri dengan jarum lengkung

4.5

Referensi
Michael T.Madigan, et al.2012. Brock Biology of Microorganism, 13th edition. Pearson
Stanburry, F.Peter et al.2003. Principle of Fermentation Technology, 2nd edition. Butterworth,
Hannaman.
http://inst.bact.wisc.edu/inst/index.php?module=book&type=user&func=displayarticle&aid=11

Muhammad Nadif
13012100

BAGIAN D
PERHITUNGAN MIKROORGANISME
BAB V
I-8 Penetapan Jumlah Sel dalam Cairan Dengan Menggunakan Ruang Hitung (Counting Chamber)

BAB V

I-8 PENETAPAN JUMLAH SEL DALAM CAIRAN DENGAN


MENGGUNAKAN RUANG HITUNG (COUNTING CHAMBER)
5.1

Tujuan Percobaan
Menghitung jumlah sel dalam cairan dengan menggunakan counting chamber atau ruang
hitung

5.2

Tinjauan Pustaka
Counting chamber adalah suatu kaca objek tebal, diatasnya diasahkan suatu dataran yang

dalamnya 0,1 mm. Pada dataran ini di buat garis-garis berbentuk 16 persegi besar, pada setiap
persegi besar dibagi lagi menjadi 16 persegi kecil. Panjang sisi persegi kecil 0,5 mm. Jika diatas
bagian yang diasah ini diletakkan sebuah kaca tutup, maka terbentuk syaty ruangan yang tingginya
adalah 0,1 mm.
Tiap-tiap persegi kecil dibawah kaca tutup tersebut merupakan suatu ruang dnegan isi 0,05 x
0,05 x 0,1 mm3 = 25 x 10

-5

mm3. Jika di bawah kaca tutup tersebut dimasukkan setetes suspensi,

maka dnegan mikroskop dapat dihitung jumlah sel dalam tiap-tiap persegi tersebut sehingga dapat
dihitung pula jumlah sel per ml dari suspense tersebut.
Untuk menghitung konsentrasi sel dilakukan pengamatan terhadap 5 persegi besar atau 80
persegi kecil. Jumlah sel dalam setiap persegi kecil dihitung kemudian jumlahkan seluruh hasil

Muhammad Nadif
13012100

25

perhitungan untuk ke-80 persegi kecil. Berikut adalah bidang pengamatan ruang hitung atau
counting chamber yang akan teramati pada mikroskop:

Gambar 0.5 Bidang pengamatan Counting Chamber atau ruang hitung


(Sumber: http://www.microbehunter.com/wp/wpcontent/uploads/2010/06/counting_chamber5.jpg)

5.3

Hasil dan Pembahasan


Jumlah sel yang dihitung dalam cairan dengan menggunakan ruang hitung (counting
chamber) adalah jumlah sel ragi dalam suspense cairan. Hasil perhitungan sel dengan
menggunakan counting chamber dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 0.5 Hasil Pengamatan Sel Ragi dengan Menggunakan Counting Chamber

Kotak Besar
1
2
3
4
5

Jumlah
32
27
26
17
31

Dari hasil pengamatan diatas terlihat bahwa jumlah sel pada tiap-tiap kotak yang diamati
terdapat perbedaan. Hasil yang diperoleh tersebut pun belum tentu akurat karena pada bidang
pengamatan terdapat banyak sel yang sedang menumpuk sehingga sulit untuk dihitung maka sel
29

Muhammad Nadif
13012100

yang menumpuk tidak dihitung. Selain itu hal yang harus diperhatikan dalam penetepan jumlah
sel dengan menggunakan counting chamber adalah konsistensi dalam penentuan sel yang
terhitung yang terletak tepat pada garis. Pada percobaan kali ini, ditetapkan jumlah sel yang
dihitung adalah sel yang berada tepat pada garis sebelah kiri dan bawah sedangkan sel yang
berada tepat pada garis kanan dan atas tidak terhitung. Hal ini untuk menghindari penghitungan
sel yang terulang saat menghitung kotak besar sebelah kanannya dan atasnya.
Dari hasil percobaan dapat dihitung jumlah sel keseluruhan dengan cara menjumlahkan
jumlah sel yang berada dikelima kotak besar tersebut. Jumlah keseluruhan sel yang diperoleh
adalah 133 sel. Volume 5 kotak besar tersebut adalah 2 x 10 -5 ml. Volume kotak besar tersebut
dihitung dari volume kotak kecil x jumlah kotak kecil yakni 80. Oleh karena itu,dapat dihitung
jumlah sel suspense dengan cara sebagai berikut:
Jumlah sel dalam suspense = jumlah keseluruhan sel/volume 5 kotak besar
Jumlah sel dalam suspense = 133 sel/ (2 x 10-5 ml)
Jumlah sel dalam suspense = 6650000 sel/ml
Ini dapat menyatakan bahwa terdapat 6650000 sel ragi dalam tiap 1 ml suspense. Seperti
yang sudah disebutkan pada sebelumnya bahwa pada bidang pengamatan masih terdapat banyak
sel ragi yang menumpuk maka sebaiknya untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat, cairan
tersebut diencerkan terlebih dahulu. Penghitungan dnegan menggunakan counting chamber ini
dibantu dengan mikroskop pada perbesaran 400x.

5.4

Kesimpulan
Jadi, jumlah sel ragi yang terdapat dalam suspensi dengan menggunakan counting chamber
adalah 6650000 sel/ml.

5.5

Referensi
http://www.microbehunter.com/the-hemocytometer-counting-chamber/
http://www.ruf.rice.edu/~bioslabs/methods/microscopy/cellcounting.html
30

Muhammad Nadif
13012100

BAGIAN E
STERILITAS
BAB VI
XIII-6 Menentukan Jumlah Sel Hidup dan Sel Mati dalam Suspensi Bibit Ragi yang Telah
Dipanaskan
BAB VII
XV-2 Pemeriksaan Ada Tidaknya Zat-Zat Antimikroba atau Bahan Pengawet dalam Suatu Bahan
Makanan dan Penentuan Kekuatan Zat Antimikroba Tersebut
BAB VIII
V-2 Pekerjaan Oligodinamik

BAB VI

XIII-6 MENENTUKAN JUMLAH SEL HIDUP DAN SEL MATI


DALAM SUSPENSI BIBIT RAGI YANG TELAH DIPANASKAN

31

Muhammad Nadif
13012100

6.1

Tujuan Percobaan

6.2

Menentukan jumlah sel hidup dalam suspense bibit ragi yang telah dipanaskan
Menentukan jumlah sel mati dalam suspense bibit ragi yang telah dipanaskan
Menentukan konstanta kematian dari sel ragi yang terdapat pada suspensi

Tinjauan Pustaka
Kinetika kematian merupakan laju kematian dari mikroorganisme dari suatu medium yang
sedang disterilisasikan sehingga kinetika kematian dapat menyatakan parameter keberhasilan
dari sterilisasi.
Konstanta kematian meruakan adalah konstanta yang menentukan laju dari suatu kematian
mikroba. Nilai konstanta ini tergantung dari jumlah sel hidup dan sel mati pada suspense
mikroorganisme.
Laju kematian logaritmik secara matematik dapat dinyatakan sebagai berikut:
dN
=kd n
dt
N ( t )=N o x e(kd .t )
Keterangan:
N = konsentrasi mikroba (jumlah sel)
kd = konstanta laju kematian spesifik (menit-1)

32

Muhammad Nadif
13012100

33

Muhammad Nadif
13012100

t = waktu ( menit)
Nilai konstanta laju kematian merupakan fungsi temperature, mengikuti persamaan
Arrhenius sebagai berikut:
Eod /(RT)

kd = x e

Dan dapat dibuat kurva kinetika kematian sebagai berikut:


`

Gambar 6.6 Gambar 6.1. Gambar kurva kinetika kematian N vs t


Gambar 6.1. Gambar kurva kinetika kematian N vs t
(Sumber: Stanburry, F.Peter.et al.2003.Principle of Fermentation Technology, 2nd edition. Butterworth)

(Sumber: Stanburry, F.Peter.et al.2003.Principle of Fermentation Technology, 2nd edition.


Butterworth)

6.3

Hasil dan Pembahasan


Menentukan jumlah sel hidup dan sel mati bibit ragi dalam suspensi dapat dilakukan
dengan cara menambahkan sedikit larutan metilen biru pada setetes suspense diatas kaca
objek hingga cairan berwarna biru muda. Sel yang mati akan berwarna biru sedangkan sel
yang hidup akan tetap tidak berwarna karena zat warnanya tidak dapat tembus dinding sel
yang hidup. Maka sel yang mati dan sel yang hidup dapat dihitung dengan menggunakan
mikroskop.
Percobaan dilakukan dengan selang waktu pemanasan 3 menit, Hasil yang diperoleh
dapat dilihat pada table berikut:

34

Muhammad Nadif
13012100

Tabel 6.6 Hasil Pengamatan Jumlah Sel Mati dan Sel Hidup

NO
1
2
3
X
%
Hidup

T = 60 oC
0'
3'
H M H
3 5 13
1
2
4
3

4
6
8

26.55

M
12

6'
H
0

M
8

9'
H M
11 4

12'
H
11

M
10

10
10
7
3
34 1
29
17
15
12
4
3
12 5
2
18
13.3 11.3 3.7 4.7 19 3.3 14.0 15.0
54.1

44

85.1

48.3

Berdasarkan hasil percobaan diatas, menunjukkan bahwa jumlah sel yang hidup tanpa
pemanasan berjumlah 26,55 % kemudian jumlah sel yang hidup setelah pemanasan
selama 3 menit yaitu 54,1 % kemudian jumlah sel yang hidup setelah pemanasan selama
6 menit yaitu 44 %, jumlah sel yang hidup setelah pemanasan selama 9 menit yaitu 85,1
% dan jumlah sel yang hidup setelah pemanasan selama 12 menit yaitu 48,3 %. Hasil
yang diperoleh berdasarkan percobaan tidak menunjukkan bahwa semakin lama proses
pemanasan semakin sedikit jumlah sel yang hidup. Ini terlihat dari naik-turunnya jumlah
sel yang hidup antara perbedaan lama pemanasan. Hal ini disebabkan oleh beberapa
factor diantaranya pengamatan untuk tiap waktu diamati oleh orang yang berbeda-beda
sehingga parameter yang diamati pun berbeda-beda serta waktu yang dibutuhkan dalam
pemanasan tidak tepat sama dengan yang diinstruksikan. Seharusnya jika ingin
mendapatkan hasil pengamatan yang baik, dilakukan oleh orang yang sama sehingga
parameter yang diamati pun tetap sama dan bisa menghasilkan data pengamatan yang
cukup baik menurut parameter pengamat tersebut.
Kemudian dari hasil percobaan ini diperolah hubungan antara ln (Nt/No) dalam
satuan persen sel hidup daan waktu dalam satuan sekon. Nilai Nt/No merupakan nilai
jumlah sel yang masih hidup sehingga diperoleh nilai ln (Nt/No) pada tabel 6.2 berikut
ini:

35

Muhammad Nadif
13012100

Tabel 6.7 Nilai ln (Nt/No) dan waktu (s)

ln (Xt/Xo)

t (x)

(y)
-1.326
-0.615
-0.821
-0.162
-0.728

0'
3'
6'
9'
12'

Berdasarkan nilai yang diperoleh diatas, maka dapat dilaurkan grafik antara ln
(Nt/No) sebagai sumbu y dan waktu sebagai sumbu x. Grafik hubungan antara ln (Nt/No)
terhadap waktu dapat dilihat pada grafik dibawah ini

0.000
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5
-0.200
-0.400
ln Xt/Xo

-0.600

f(x) = 0.16x - 1.23


R = 0.39

-0.800
konstanta
kematian

Linear (konstanta kematian)

-1.000
-1.200
-1.400
t (s)

36

Muhammad Nadif
13012100

Gambar
Grafik nilai
hubungan
antara
ln (Xt/Xo)
t (s)yang diamati
Dari plot grafik
diatas 6.7
diperoleh
kontanta
kematian
dari dan
sel ragi

oleh pengamat yang berbeda-beda pada tiap waktu yang berbeda pula melalui persamaan
garis yang telah diperoleh dari grafik tersebut:
y = 0,1649x-1,2252
Dari grafik tersebut ternyata memperoleh nilai konstanta kematian yang bernilai
positif. Ini menandakan bahwa mikroorganisme yang dilakukan pemanasan malah
berkembang bukan turun sehingga dapat diperoleh alternative lain yakni dibuat intersep
dari grafik tersebut 0,0. Apabila intersep grafik tersebut diubah menjadi 0,0 makan grafik
yang diperoleh adalah sebagai berikut:

0.000
0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5
-0.200
f(x) = - 0.17x
R = 0.47
-0.400
ln Xt/Xo

-0.600

-0.800
konstanta
kematian

Linear (konstanta kematian)

-1.000
-1.200
-1.400
t (s)

37

Muhammad Nadif
13012100

Gambar 6.8 Gambar 6.3 Grafik hubungan antara ln Xt/Xo dan t dengan intercept 0,0

Dari grafik diatas diperoleh hubungan garis yitu y = -0,1692x. Seperti yang diketahui
bahwa persamaan laju kematian sel mikroorganime adalah sebagai berikut:
ln Xt/Xo = -kd t
Maka persamaan garis yang diperoleh dari grafik pada gambar 6.3 memiliki arti
sebagai berikut:

y = ln Xt/Xo
m= -kd
x=t
Sehingga dapat diperoleh informasi bahwa nilai konstanta kematian sama dengan nilai
gradient dari grafik tersebut. Maka nilai konstanta kematian dari sel ragi dalam suspensi
yang diamati adalah sebagai berikut:
m = -kd
m = -0,1692
kd = 0,1692
Konstanta kematian dari sel ragi dalam suspense yang diamati pada mikroskop adalah
0,1692 menit-1

6.4

Kesimpulan

Jumlah sel yang hidup dan sel yang mati dari biakan ragi pada tiap 3 menit yang
berbeda mengalami perubahan yang drastic karena dilakukan oleh pengamat yang

berbeda
Persamaan regresi yang diperoleh dari percobaan ini yaitu y = -0,1692 x.
Konstanta kematian sel ragi dalam suspense yang diamati pada mikroskop adalah
0,1692 menit-1

6.5

Referensi
Stanburry, F.Peter.et al.2003.Principle of Fermentation Technology, 2nd edition.
Butterworth
38

Muhammad Nadif
13012100

BAB VII

XV-2 PEMERIKSAAN ZAT ANTIMIKROBA ATAU BAHAN


PENGAWET DALAM SUATU BAHAN MAKANAN DAN
PENENTUAN KEKUATAN ZAT ANTIMIKROBA TERSEBUT
7.1

7.2

Tujuan Percobaan

Memeriksa ada tidaknya zat-zat antimikroba atau bahan pengawet dalam suatu

bahan makanan
Menentukan kekuatan zat antimikroba tersebut

Tinjauan Pustaka
Zat antimikroba merupakan senyawa yang dapat membunuh atau menghambat
pertumbuhan

mikroorganisme.

Zat

antimikroba

dapat

bersifat

membunuh

mikroorganisme (microbicidal) atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme


(microbiostatic). Desinfektan yaitu senyawa kimia yang dapat menekan pertumbuhan
mikroorganisme pada permukaan benda mati seperti meja, lantai atau pisau bedah.
Sedangkan antiseptik merupakan senyawa kimia yang digunakan untuk menghambat
pertumbuhan mikroorganisme pada jaringan tubuh, misalnya kulit.

39

Muhammad Nadif
13012100

Antibiotik adalah senyawa yang dihasilkan oleh mikroorganisme tertentu yang


mempunyai kemampuan menghambat pertumbuhan bakteri atau bahkan membunuh
bakteri walaupun dalam konsentrasi yang rendah.
Zat antimikroba memiliki empat macam mekanisme kerja yaitu penghambatan
pertumbuhan oleh analog, penghambatan sintesis dinding sel, penghambatan fungsi
membrane sel, dan penghambatan sintesis protein (Jawtez et al.,2005).
Uji potensi antimikroba dapat dilakukan dengan cara metode difusi agar dan metode
dilusi. Pada metode difusi agar (lempeng), respon yang diamati adalah efek hambatan
terhadap pertumbuhan mikroba uji yang ditentukan oleh daerah bening (inhibition
zone) di sekeliling zat uji. Sedangkan respon yang diamati pada metode dilusi
(turbidimetri) adalah kekeruhan yang ditimbulkan oleh pertumbuhn mikroba dalam
medium cair menggunakan tabung reaksi dan spektrofotometer. Prinsip dari metode
difusi agar adalah zat antimikroba yang akan diuji berdifusi dari reservoir ke dalam
medium agar yang telah diinokulasi dengan mikroba uji dan mengukur luas hambatan
pertumbuhan mikroba uji yang disebabkan oleh zat baku standar dan zat yang diuji.
Faktor yang memepengaruhi luas daerah hambatan dengan cara difusi agar adalah
komposisi medium pertumbuhan, pemilihan medium pertumbuhan, pengaruh pH,
ukuran inokulum, stabilitas mikroba uji, aktivitas antibiotika, dan waktu inkubasi.
7.3

Hasil dan Pembahasan


Memeriksa zat antimikroba dan menentukan kekuatan zat antimikroba dapat
dilakukan dengan salah satu metode yaitu metode paper disk. Metode ini lebih dikenal
dengan metode Kirby-Bauer. Dengan menggunakan metode ini akan terlihat zona
bening yang menunjukkan kekuatan zat antimikroba.
Dalam uji ini, bakteri yang digunakan adalah Staphylococcus aureus. Menurut
Jawetz et al.(2005), Staphylococcus aureus merupakan sel gram positif berbentuk bola
dengan diameter 1 m yang tersusun dalam bentuk kluster yang tidak teratur seperti
anggur. Kokus tunggal, berpasangan, tetrad, dan berbentuk rantai juga tampak dalam
biakan cair. Staphylococcus bersifat patogen, nonmotil, dan memproduksi katalase.
Pada praktikum ini, zat antimikroba yang diujikan adalah Dettol, Antibiotik A,
Antibiotik B dan Kulit jeruk. Berdasarkan pengamatan, terdapat perbedaan pengaruh
dari masing-masing zat antimikroba yang dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 7.8Pengamatan Kekuatan Zat Antimikroba
40

Muhammad Nadif
13012100

No
1
2
3
4

Zat
Antimikroba
Dettol
Antibiotik A
Antibiotik B
Kulit jeruk

r (mm)
Zona 1
3
3
30
2,75

Zona 2
22
40
3,5

Zona 3
38
-

Zona 4
40
44
45
41

Berdasarkan hasil pengamatan diatas menyatakan bahwa Antibiotik B membentuk


3 zona yakni zona 1 berjarak 30 mm dari pusat jari-jari paper disk, zona 2 berjarak 40
mm dari pusat jari-jari paper disk, dan zona 4 berjarak 45 mm dari pusat jari-jari paper
disk. Kemudian, Antibiotik A membentuk 4 zona yakni zona 1 berjarak 3 mm dari pusat
jari-jari paper disk, zona 2 berjarak 22 mm dari pusat jari-jari paper disk, zona 3
berjarak 38 mm dari pusat jari-jari paper disk dan zona 4 berjarak 44 mm dari pusat
jari-jari paper disk. Kemudian, Dettol hanya membentuk 2 zona yakni zona 1 berjarak 3
mm dari pusat jari-jari paper disk dan zona 4 berjarak 40 mm dari pusat jari-jari paper
disk. Sedangkan, Kulit jeruk membentuk 3 zona yakni zona 1 yang berjarak 2,75 mm
dari pusat jari-jari paper disk. Ini mengindikasikan bahwa kekuatan zat antimikroba
yang paling efektif adalah antibiotik B sedangkan kekuatan zat antimikroba yang paling
lemah adalah kulit jeruk. Hal ini dapat dilihat dari zona 1 berwarna bening yang
merupakan zona steril. Jarak dari pusat paper disk ke daerah zona 1 menunjukkan
kekuatan zat antimikroba menghambat pertumbuhan suatu mikroba. Selain itu, zona 2
merupakan zona pertumbuhan mikroba yang diperlambat dan zona 3 atau zona 4
merupakan zona pertumbuhan mikroba yang subur.
Terbentuknya beberapa zona ini diakibatkan oleh peristiwa difusi pada medium
agar kaldu di cawan petri. Perisitiwa difusi ini dipengaruhi oleh viskositas. Hubungan
difusi dan viskositas yaitu semakin besar viskositas suatu zat maka semakin kecil difusi
yang terjadi. Oleh karena itu, antibiotik B yang memiliki viskositas rendah dapat
berdifusi dengan baik dan memiliki kekuatan zat antimikroba paling efektif sedangkan
kulit jeruk yang diekstrak memiliki viskosita tinggi tidak dapat berdifusi dengan baik
dan memiliki kekuatan zat antimikroba yang tidak baik. Begitu pula dengan antibiotik A
dan Dettol, antibiotik A tidak begitu efektif dalam menghambat pertumbuhan mikroba
karena memiliki viskositas yang cukup besar sehingga tidak bisa berdifusi secara baik
pada agar kaldu dan Dettol pun pada agar dalam cawan tidak dapat berdifusi dengan
baik. Namun pada permukaan tangan, Dettol akan bekerja dengan baik karena
41

Muhammad Nadif
13012100

viskositas yang kental dapat langsung meresap dalam pori-pori permukaan jaringan
hidup.
Selain itu, dettol

antibiotik A dan kulit jeruk tidak mampu menghambat

pertumbuhan mikroba dengan baik karena kandungan alkohol kurang dari konsentrasi
alkohol optimum yang berada pada rentang 70 % - 90 %.
Hasil dari percobaan tersebut tidak akurat karena uji zat antimikroba dengan
menggunakan metode paper disk memiliki kelemahan dan kelebihan Kelebihan dari
metode ini adalah mudah dilakukan dan tidak memerlukan peralatan khusus serta relatif
murah. Sedangkan kelemahannya adalah ukuran zona bening yang terbentuk tergantung
oleh kondisi inkubasi, inoculum, predifusi dan preinkubasi serta ketebalan medium.
Apabila keempat faktor tersebut tidak sesuai maka hasil dari metode cakram kertas
relatif sulit. Selain itu, metode cakram kertas ini tidak dapat diaplikasikan pada
mikroorganisme yang pertumbuhannya lambat dan mikroorganisme yang bersifat
anaaerob obligat.
7.4

Kesimpulan
Zat antimikroba yang paling efektif adalah antibiotik B karena memiliki zona 1 yang
paling luas sedangkan zat antimikroba yang paling tidak efektif adalah dettol karena
memiliki zona 1 yang paling kecil.

7.5

Referensi
https://harisdianto.files.wordpress.com/2010/01/aktivitas-antimikroba.pdf
https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&cad=rja&uact=8&ved=0CCkQFjAC&url
=https%3A%2F%2Fciptosuriantika.files.wordpress.com%2F2014%2F01%2Fkuliah14-uji-antimikroba.pptx

42

Muhammad Nadif
13012100

BAB VIII
V-2 PEKERJAAN OLIGODINAMIK

8.1

Tujuan Percobaan

Mengamati pertumbuhan mikroorganisme dalam cawan petri yang diisi oleh logam
Mengamati dan mengidentifikasi pengaruh logam terhadap pertumbuhan
mikroorganisme

8.2

Tinjauan Pustaka
Oligodinamik memiliki arti sebagai daya hambat atau mematikan dari logam
terhadap makhluk hidup. Uji oligodinamik berprinsip pada interaksi antara logam yang
terionisasi dengan gugus sulfihidril pada protein sel yang menyebabkan denaturasi.
Logam berat berfungsi sebagai antimikroba karena dapat mempresipitasikan enzimenzim atau protein esensial dalam sel. Logam-logam berat yang umum dipakai adalah
Hg, Ag, As, Zr, dan Cu. Selain logam berat, ada ion-ion yang dapat mempengaruhi
kegiatan fisiologi mikroba yaitu ion sulfat, tartrat, klorida, nitrat dan benzoat. Ion-ion
tersebut dapat mengurangi pertumbuhan mikroba tertentu. Oleh karena itu sering
digunakan untuk mengawetkan suatu bahan, misalnya digunakan dalam pengawetan
makanan.
Mekanisme daya kerja antimikroba terhadap sel dapat dibedakan atas beberapa
kelompok sebagai berikut: 1. Merusak dinding sel, 2. Menganggu permeabilitas sel, 3.
Merusak molekul protein dan asam nukleat, 4. Menghambat aktivitas enzim, 5.
Menghambat sintesa asam nukleat.
Daya antimikroba dari logam berat, dimana pada konsentrasi yang kecil saja dapat
membunuh mikroba disebut daya oligodinamik. Tetapi garam dari logam berat ini
mudah merusak kulit, merusak alat-alat yang terbuat dari logam dan harganya mahal.
Serratia mascescens merupakan jenis bakteri gram negative berbentuk basil (bulat
lonjong) dan beberapa galur membentuk kapsul. Bakteri ini termasuk organisme yang
bergerak dengan cepat (motil) karena mempunyai flagella peritrik, dapat tumbuh
43

Muhammad Nadif
13012100

dalam kisaran suhu 5 oC 40 oC dan dalam kisaran pH antara 5-9. Serratia marcescens
memiliki pigmen warna merah yang disebut dengan prodigiosin.
8.3

Hasil dan Pembahasan


Dalam praktikum uji oligodinamik, bakteri yang digunakan adalah Serratia
marcescens yang kemudian dibiakkan dalam medium agar kaldu dan diinkubasi
selama 48 jam. Alasan menggunakan Serratia marcescens adalah memudahkan dalam
pengamatan uji oligodinamik karena Serratia marcescens memiliki pigmen berwarna
merahsehinnga dapat membedakan daerah bening dan daerah yang ditumbuhi oleh
Serratia marcescens dengan mudah.
Logam yang digunakan dalam uji oligodinamik ini adalah logam tembaga. Alasan
menggunakan logam ini merupakan logam berat yang bisa memberikan efek
oligodinamik dengan baik. Ini terbukti berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan
yakni terbentuk daerah bening yang menunjukkan bahwa logam tembaga memberikan
efek oligodinamik. Hasil tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 8.9 Tabel Pengamatan Efek Oligodinamik

Logam
Jari-jari logam
Medium
Bakteri
Inkubasi
Keterangan Zona
Zona 1
Zona 2
Zona 3

Tembaga
1,5 cm
Agar Kaldu
Serratia marcescens
48 jam
0,4 cm
1,6 cm
1,5 cm

Berdasarkan tabel 8.1 menyatakan bahwa tembaga memberikan efek oligodinamik


karena membentuk daerah bening yang berjarak 1,9 cm dari pusat jari-jari logam atau
sebesar 0,4 cm. Daerah bening yang terbentuk ini merupakan zona 1 yang merupakan
zona steril dan zona yang menghambat pertumbuhan mikroba. Kemudian terdapat
daerah berwarna merah muda yang berjarak 3,5 cm dari pusat jari-jari logam atau
sebesar 1,6 cm. Warna merah muda ini menunjukkan bahwa terdapat pertumbuhan
Serratia marcescens namun pertumbuhan yang terjadi sedikit sehingga zona 2
merupakan daerah pertumbuhan yang diperlambat. Selain itu, terdapat membentuk
warna merah yang menunjukkan bahwa pertumbuhan Serratia marcescens sangat
44

Muhammad Nadif
13012100

subur sehingga zona 3 ini merupakan daerah pertumbuhan mikroba yang subur. Zona 3
ini memiliki luas sekitar 1,5 cm atau berjarak 5 cm dari pusat jari-jari logam.
Terbentuknya 3 zona pada uji oligodinamik ini terjadi akibat efek oligodinamik
yang ditimbulkan oleh logam tembaga. Logam tembaga ini terionisasi menghambat
metabolisme enzim sulfihidril pada protein sel Serratia marcescens yang dapat
menyebabkan denaturasi sehingga bakteri ini tidak dapat tumbuh di daerah dekat
logam atau zona 1. Sedangkan pada zona 2, terdapat pertumbuhan Serratia marcescens
yang tidak subur karena logam tembaga masih memberikan efek oligodinamik ke zona
2 meskipun kekuatan oligodinamiknya sudah melemah. Pada zona ke-3, logam
tembaga tidak dapat memberikan efek oligodinamik disebabkan oleh logam tembaga
ini sudah tidak bisa menghambat metabolism enzim sulfihidril pada jarak yang cukup
jauh sehingga Serratia marcescens dapat tumbuh dengan subur.
8.4

Kesimpulan

Pada zona pertama yang memiliki jarak 1,9 cm dari pusat jari-jari logam,
Serratia marcescens tidak dapat tumbuh karena efek oligodinamik yang

diakibatkan oleh tembaga.


Pada zona kedua yang berjarak 3,5 cm dari pusat jari-jari logam, Serratia

marcescens mengalami pertumbuhan yang diperlambat


Pada zona ketiga yang berjarak 5 cm dari pusat jari-jari logam, Serratia
marcescens tumbuh dengan subur.

8.5

Referensi
http://www.slideshare.net/mivt/laporan-mikrobiologi-daya-kerja-antimikroba
http://www.ic.ucsc.edu/~saltikov/bio119l/readings/prokaryotes/Serratia.pdf

45

Muhammad Nadif
13012100

BAGIAN F
REAKSI ENZIMATIK
BAB IX
IV-2Penguraian dengan Enzim oleh Bakteri
BAB X
IV-9 Pembentukan Gas oleh Bakteri
BAB XI
IV-12 Peragian Gula
BAB XII
IV-13 Perubahan Air Susu Oleh Bakteri

BAB IX
IV-2 PENGURAIAN DENGAN ENZIM OLEH BAKTERI
9.1

Tujuan Percobaan
Mengidentifikasi mikroorganisme yang dapat menguraikan pati
Mengidentifikasi mikroorganisme yang dapat menguraikan gelatin
Mengidentifikasi mikroorganisme yang dapat menguraikan kasein
46

Muhammad Nadif
13012100

9.2

Tinjauan Pustaka
BakteriPseudomonas pyocyanea termasuk kedalam kelompok Gram negatif, tidak
memiliki spora dan berukuran 1,0 5,0 x 0-5,0 . Bakteri ini bergerak aktif dengan
menggunakan flagela polar yang tidak lebih dari tiga; dan pada umumnya strain
merupakan monotrikus; yang non-kapsul (Cruick, 1986).
Karakter yang dimiliki pada hakekatnya aerobik tetapi beberapa tumbuh pada
keadaan sedikit di bawah kondisi anaerobic. Tumbuh pada temperature 5 43 oC
dengan temperatur optimum 30 oC. Bakteri Pseudomonas pyocyanea memiliki pigmen
pyocyanin yang akan menghasilkan warna hijau.
Bakteri Escherichia coli termasuk bakteri Gram negatif dengan bentuk bervariasi
merupakan flora normal tubuh pada pencernaan tetapi beberapa strain dapat
menyebabkan gastroenteritis pada manusia dan ternak, infeksi pada saluran urin dan
diare. Bakteri ini bersifat aerob dengan suhu optimum 30 37 oC. Pada umumnya
berwarna putih kekuningan, coklat keemasan, jingga, kemerahan atau merah (Jawetz et
al., 1996).
Bakteri Bacillus mycoides memiliki ukuran biasanya lebih dari 3 mm, dapat
menghasilkan asam dari glukosa dan bentuknya non-motil. Bacillus mycoides dapat
menghambat pertumbuhan bakteri dan fungi yang berbahaya. Bacillus mycoides
merupakan bakteri ammonia dan dapat mengkonversi pepton menjadi ammonia.
Bakteri Sarcina lutea memiliki bentuk bulat berwarna kuning ketika ditumbuhkan
pada medium agar. Sarcina lutea dapat tumbuh dengan baik pada suhu 25 oC dan
merupakan bakteri Gram positif.
Pati adalah suatu polisakarida yang dihasilkan oleh tanaman sebagai cadangannya.
Enzim pengurai yang digunakan untuk menguraikan pati adalahEnzim amilase dapat
ditemukan dala industri pangan yakni untuk menghidrolisis amilum menjadi gula-gula
sederhana seperti dekstrin dan glukosa. Enzim amilase dapat digunakan dalam proses
pembuatan biskuit, minuman beralkohol dan pembuatan sirup glukosa.
Kasein merupakan sebuah fosfoprotein. Kasein tidak dapat larut pada titik
isoleektriknya, pH 4,6. Enzim yang berperan sebagai pengurai senyawa kasein yaitu
enzim rennin, enzim kaseinase atau enzim protease. Enzim rennin biasanya disebut juga
chymosin merupakan enzim industri yang sangat penting karena banyak digunakan
dalam pembuatan keju. Enzim rennin ini dalam pembuatan keju memiliki peranan yang
sangat penting yaitu pada saat pengerasan susu.
47

Muhammad Nadif
13012100

Gelatin merupakan senyawa turunan yang dihasilkan dari serabut kolagen jaringan
penghubung, kulit, tulang dan tulang rawan yang dihidrolisis dengan asam atau basa.
Enzim yang berperan dalam menguraikan senyawa gelatin adalah enzim gelatinase.
Enzim gelatinase ini biasanya digunakan untuk menguraikan gelatin dalam bentuk
cairan yang digunakan dalam industri pembuatan keju saaat proses gelatinasi yang
terbentuk akibat penambahan asam.
9.3

Hasil dan Pembahasan


Dalam praktikum penguraian dengan enzim oleh bakteri dilakukan uji penguraian
gelatin, penguraian pati, pencairan gelatin dan penguraian kasein. Pada uji pengurain
gelatin, bakteri yang digunakan yaitu P.pyocyanea dan E.coli. Medium yang digunakan
adalah agar gelatin. Hasil pengamatan penguraian gelatin sebelum ditambahkan HgCl2
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 8.10Karakteristik Koloni Sebelum Penambahan HgCl2

Warna
Bentuk
Elevasi
Margin

I
Hijau
Irregular
Flat
Erose

II
Putih Kekuningan
Irregular
Flat
Erose

Berdasarkan hasil pengamatan bakteri sebelum ditambahkan HgCl2, koloni daerah 1


berwarna hijau menunjukkan bahwa P.pyocyanea tumbuh pada daerah 1 dan koloni
daerah 2 berwarna putih kekuningan yang menunjukkan bahwa koloni yang tumbuh
pada daerah 2 adalah E.coli. Kemudian setelah itu ditambahkan HgCl2 untuk menguji
keberadaan enzim yang dimiliki oleh suatu bakteri. HgCl 2 dalam penguraian enzim
berfungsi sebagai inhibitor non-kompetitif irreversibel. Setelah ditambahkan HgCl 2,
daerah 1 yang ditumbuhi oleh P.pyocyanea yang berwarna hijau berubah menjadi
hilang.Sedangkan E.coli yang berwarna kuning tidak mengalami perubahan warna. Hal
ini menunjukkan bahwa P.pyocyanea memiliki enzim gelatinase yang dapat
menguraikan gelatin menjadi pepton dan asam amino sedangkan E.coli tidak memiliki
enzim gelatinase karena tidak terjadi reaksi yang diindikasikan dengan tidak adanya
perubahan warna. Karakteristik koloni P.pyocyanea yaitu memiliki bentuk yang
irregular dengan elevasi flat dan bermargin erose. Sedangkan karakteristik koloni
E.coli yaitu memiliki bentuk yang irregular dengan elevasi flat dan bermargin erose
Pada uji penguraian pati, bakteri yang digunakan adalah Bacillus mycoides dan
Escherichia coli. Medium yang digunakan adalah agar pati yang kemudian diletakkan
48

Muhammad Nadif
13012100

dalam cawan petri dan dibagi menjadi dua daerah. Hasil pengamatan pengurain pati
sebelum ditambahkan lugol dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel 8.11Hasil Pengamatan Penguraian Pati Sebelum Penambahan Lugol

Warna
Bentuk
Elevasi
Margin

I
Putih
Irregular
Raised
Undulated

II
Putih
Irregular
Raised
Undulated

Bakteri yang digoreskan pada daerah I adalah Bakteri Bacillus mycoides sedangkan
pada daerah II adalah E.coli. Bacillus mycoides dan E.Coli memiliki warna yang
hampir sama yaitu putih. Karakteristik B.mycoides yang teramati yaitu berbentuk
irregular, memiliki elevasi raised dan bermargin undulated sedangkan karakteristik
E.coli yang teramati yaitu berbentuk irregular, memiliki elevasi yang raised dan
bermargin undulated. Setelah diberi lugol untuk menguji keberadaan amilum, daerah
pertumbuhan E.coli setelah ditetesi lugol berubah menjadi warna ungu sedangkan pada
daerah pertumbuhan B.mycoides tidak terjadi perubahan warna (sesuai warna lugol).
Hal ini menunjukkan bahwa B.mycoides dapat mengubah amilum menjadi glukosa yang
berarti B.mycoides memiliki enzim amilase.
Pada uji pencairan gelatin, bakteri yang digunakan adalah P.pyocyanea dan E.coli.
Medium yang digunakan suspensi gelatin dalam tabung reaksi. Sebelum didinginkan,
Gelatin cair dan E.Coli lebih bening dan lebih kental dibandingkan dengan gelatin cair
yang bercampur dengan P.pyocyanea. Hal ini disebabkan oleh pigmen yang dimiliki
P.pyocyaneayang berwarna hijau sehingga warna tampak keruh dan lebih encer karena
ukuran sel P.pyocyanea lebih kecil dibandingkan dengan sel E.coli.
Setelah didinginkan, gelatin cair yang bercampur dengan E.coli menjadi lebih bening
dan membeku atau menjadi padat. Hal ini terjadi karena E.coli tidak dapat hidup pada
suhu dibawah 5 oC sehingga membeku. Sedangkan pada tabung reaksi yang berisi
gelatin cair dan P.pyocyanea tampak keruh dan tetap berada fasa cair. Hal ini
menunjukkan bahwa P.pyocyanea masih bisa hidup pada suhu dingin dan bisa
menguraikan gelatin cair menjadi pepton dan asam amino karena memiliki enzim
gelatinase.
Selanjutnya adalah uji penguraian kasein. Pada uji ini, bakteri yang digunakan adalah
E.coli dan S.lutea. Medium yang digunakan adalah agar kaldu dicampur dengan susu
49

Muhammad Nadif
13012100

dalam cawan petri. Kemudian cawan petri tersebut dibagi menjadi dua daerah yaitu
daerah 1 yang berwarna putih susu yang menunjukkan pertumbuhan E.coli dan daerah 2
yang berwarna kuning yang menunjukkan pertumbuhan S.lutea. E.coli tetap berwarna
abu-abu atau putih susu dan S.lutea menjadi bening yang menunjukkan bahwa kasein
telah terurai. Ini menunjukkan bahwa S.lutea memiliki enzim kaseinase yang
menguraikan kasein menjadi pepton dan asam amino.
9.4

9.5

Kesimpulan

Pseudomonas pyocyanea memiliki enzim gelatinase yang dapat menguraikan gelatin

menjadi pepton dan asam amino


Bacillus mycoides memiliki enzim amilase yang dapat menguraikan amilum menjadi

glukosa
Sarcina lutea memiliki enzim kaseinase yang dapat menguraikan kasein menjadi

pepton dan asam amino


Escherichia coli tidak memiliki enzim amilase, enzim gelatinase dan enzim kaseinase
Referensi
Cruickshank R.1968.Medical Microbiology : A Guide to The Laboratory Diagnosis and
Control of Infectuin. Livingstone: The English Language Book Society and E & S.
Jawetz E, Meinick JL.Adelberg EA. 1996. Mikrobiologi Kedokteran. Ed ke-20.
Terjemahan Nugroho, E & Maulary, R.F.Jakarta:Buku Kedokteran EGC.
https://modmedmicrobes.wikispaces.com/Sarcina+Lutea

50

Muhammad Nadif
13012100

BAB X
IV-9 PEMBENTUKAN GAS OLEH BAKTERI

10.1 Tujuan Percobaan


Mengidentifikasi mikroorganisme yang dapet membentuk gas yaitu gas CO2, gas H2
dan gas N2
10.2 Tinjauan Pustaka
BakteriPseudomonas pyocyanea termasuk kedalam kelompok Gram negatif, tidak
memiliki spora dan berukuran 1,0 5,0 x 0-5,0 . Bakteri ini bergerak aktif dengan
menggunakan flagela polar yang tidak lebih dari tiga; dan pada umumnya strain
merupakan monotrikus; yang non-kapsul (Cruick, 1986).
Karakter yang dimiliki pada hakekatnya aerobik tetapi beberapa tumbuh pada
keadaan sedikit di bawah kondisi anaerobic. Tumbuh pada temperature 5 43 oC
dengan temperatur optimum 30 oC. Bakteri Pseudomonas pyocyanea memiliki pigmen
pyocyanin yang akan menghasilkan warna hijau.
Bakteri Escherichia coli termasuk bakteri Gram negatif dengan bentuk bervariasi
merupakan flora normal tubuh pada pencernaan tetapi beberapa strain dapat
menyebabkan gastroenteritis pada manusia dan ternak, infeksi pada saluran urin dan
diare. Bakteri ini bersifat aerob dengan suhu optimum 30 37 oC. Pada umumnya
51

Muhammad Nadif
13012100

berwarna putih kekuningan, coklat keemasan, jingga, kemerahan atau merah (Jawetz et
al., 1996).
Saccharomyces cerevisiae memiliki ciri pembeda terhadap jenis-jenis kapang
lainnya yaitu memiliki sel tunggal dan secara vegetatif tumbuh dengan cara bertunas.
Selain berkembang biak secara aseksual, S.cerevisiae dapat berkembang biak secara
seksual dengan produksi spora seksual yang disebut aksospora yang berada secara
berkelompok

dalam

bentuk

kantung.

Saccharomyces

cerevisiae

merupakan

mikroorganisme bersel satu, tida berklorofil, dan tumbuh baik pada suhu 30 oC dan pH
4,8 serta mempunyai sifat stabil dan cepat beradaptasi.
10.3 Hasil dan Pembahasan
Pada percobaan pembentukan gas oleh bakteri, bakteri yang digunakan adalah
S.cerevisiaeE.coli, P.pyocyanea dan bakteri air selokan. Kemudian masing-masing
bakteri tersebut ditanam pada medium yang berbeda yaitu S.cerevisiae ditanam pada
medium 5 % sakarosa, E.coli ditanam pada medium 1 % glukosa, P.pyocyanea ditanam
pada medium 1 % KNO3 dan air selokan dicampur dengan susu. Alat yang digunakan
dalam percobaan ini adalah labu peragian atau tabung durham. Kemudian setelah
diinkubasi 2 hari dan ditambah NaOH, ternyata didapatkan hasil pengamatan sebagai
berikut:
Tabel 8.12 Hasil Pengamatan Pembentukan Gas CO2 oleh Bakteri

Bakteri
Pseudomonas pyocyanea
Saccharomyces cerevisiae
Escherichia coli
Air selokan

Media
Kaldu 1 % KNO3
Air pepton 5 % sakarosa
Air pepton 1 % glukosa
Air susu

Hasil
+
++
++
+++

(Keterangan: + = sedikit ; ++ = banyak ; +++ = sangat banyak)

Dari hasil percobaan yang tertera pada tabel diatas diperoleh hasil bahwa
P.pyocyanea dapat menghasilkan gas CO2 namun jumlahnya sedikit, Saccharomyces
cerevisiae dan Escherichia coli dapat menghasilkan gas CO2 dalam jumlah yang
banyak, dan air selokan menghasilkan gas CO 2 dalam jumlah yang paling banyak. Air
selokan dapat menghasilkan gas CO2 paling banyak karena dalam alir selokan terdapat
banyak bakteri sehingga jumlah gas CO2 yang terbentuk terakumulasi dalam jumlah
yang sangat banyak.

52

Muhammad Nadif
13012100

Jumlah gas CO2 yang terbentuk dilihat dari perubahan ketinggian dari labu peragian
antara sebelum ditambahkan NaOH dan setelah ditambahkan NaOH. Reaksi yang
terjadi dapat dilihat sebagai berikut:
CO2(g) + 2 NaOH(l) Na2CO3(s) + H2O(l)
Setelah uji gas CO2 dilakukan uji N2 dan H2 dengan cara memasukkan bilah kayu
yang berpijar dan apabila terjadi letupan kecil menunjukkan adanya hydrogen
sementara padamnya bara menunjukkan adanya nitrogen. Hasil uji N2 dan H2 dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 10.2 Tabel Pengamatan Uji Gas N2/H2 oleh Bakteri

Biakan
P.pyocyanea
S.cerevisiae
E.coli
Air selokan

N2
+
+
+
+

H2
-

Berdasarkan hasil pengamatan bahwa tidak ada bakteri yang menghasilkan gas H 2
dikarenakan saat bilah kayu dimasukkan ke dalam labu tidak terdapat letupan kecil dan
hanya bara api pun padam. Kemungkinan hasil percobaan uji gas N 2/H2 tersebut tidak
akurat disebabkan oleh bilah kayu sudah tidak membara dan sudah padam sehingga
tidak bisa menguji adanya gas H 2. Ketika bilah kayu dimasukkan kedalam larutan
menimbulkan letupan kecil itu menunjukkan bahwa terjadi reaksi antara hidrogen
dengan oksigen yang kemudian menghasilkan air. Sedangkan ketika bilah kayu
dimasukkan kedalam larutan terjadi padamnya bara api ini menunjukkan bahwa gas
nitrogen tidak dapat bereaksi dengan oksigen pada suhu ruang
10.4 Kesimpulan
S.cerevisiae menghasilkan gas CO2 dalam jumlah banyak dan gas N2 pada medium air

pepton 5 % sakarosa
E.coli menghasilkan gas CO2 dalam jumlah banyak dan gas N2 pada medium air

pepton 1 % glukosa
P.pyocyanea menghasilkan gas CO2 dalam jumlah sedikit dan gas N2 pada medium

kaldu 1% KNO3
Air selokan yang dicampurkan dengan susu menghasilkan gas CO2 paling banyak dan

gas N2
S.cerevisiae, E.coli, P.pyocyanea dan air selokan tidak menghasilkan gas H2
53

Muhammad Nadif
13012100

10.5 Referensi
http://naluw-ulan.blogspot.com/2011/01/laporan-akhir-praktikum-mikro.html

BAB XI
IV-12 PERAGIAN GULA
11.1 Tujuan Percobaan

Mengidentifikasi macam-macam bakteri dalam melakukan peragian gula


Menganalisis proses pembentukan alkohol oleh berbagai jenis bakteri

11.2 Tinjauan Pustaka


Bacillus sp.Merupakan bakteri Gram positif, berbentuk batang, dapat tumbuh
pada kondisi aerob dan anaerob.Sporanya tahan terhadap panas (suhu tinggi), mampu
mendegradasi xylan dan karbohidrat.Bacillus sp. menggunakan hidrokarbon minyak
bumi sebagai sumber karbon dan energi
E.Coli merupakan bakteri gram negative, ditemukan dalam usus besar manusia.
Berbentuk batang dari pendek sampai kokis, saling terlepas satu sama lain tetapi ada
juga yang membentuk diplobasil. Dan ada juga yang bergandeng seperti rantai pendek,
tidak membentuk spora maupun kapsul, dan dapat memfermentasikan laktosa
menghasilkan asam dan gas.
Ciri-ciri Aerobacter aerogenes yaitu Koloni besar, putih-merah keruh, cembung,
bulat, smooth, 2 x 24 jam mucoid. Dapat mencemari susu
Proteus sp. termasuk dalam family enterobakteriaceae, bakteri bentuk batang,
gram negative, tidak berspora, tidak berkapsul, flagel, peritrik, ada yang cocobacili,
polymorph, berpasangan atau membentuk rantai, kuman ini berukuran 0,4-0,8 x 1-0,3
mm.Bakteri proteus sp termasuk dalam bakteri non-fruktosa fermenter bersifat
fakultatif aerob/ anaerob. Proteus sp. membentuk asam dan gas dari glukosa
Acetobacter adalah sebuah genus bakteri penghasil asam asetat, ditandai dengan
mengubah alcohol menjadi asam asetat dengan bantuan udara. Bakteri ini memiliki ciriciri sebagai berikut: sel berbentuk batang pendek atau bola, bakteri gram negative, sel
bergerak dan tidak bergerak, tidak mempunyai endospore, tidak bersifat pathogen,
bersifat aerob, energy diperoleh dari oksidasi etanol menjadi asam asetat Acetobacter
54

Muhammad Nadif
13012100

adalah sebuah genus bakteri penghasil asam asetat, ditandai dengan kemampuannya
mengubah etanol (alkohol) menjadi asam asetat (asam cuka) dengan bantuan udara.
11.3 Hasil dan Pembahasan
Pada percobaan peragian gula, bakteri yang diuji adalah Acetobacter sp., E.coli,
Proteus sp., B.mycoides, A.aerogenesis. Sedangkan medium yang digunakan adalah
glukosa, laktosa dan sakarosa.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dapat dilihat pada daftar pengamatan, dapat
dinyatakan bahwa Proteus sp. tidak menunjukkan perubahan warna dan tidak
membentuk gelmbung gas pada medium glukosa, laktosa dan sakarosa . Hal ini dapat
diindikasikan bahwa Proteus sp. tidak menghasilkan asam dan gas.
Acetobacter sp. menghasilkan asam setelah diinkubasi selama 1 hari dengan adanya
perubahan warna larutan glukosa. Namun pada medium laktosa dan sakarosa tidak
menghasilkan asam hingga inkubasi hari ke-4. Setelah 2 hari, asam yang dihasilkan
oleh Acetobacter sp. bertambah banyak dan selanjutnya menghasilkan asam yang tetap
atau tidak terdapat perubahan pada medium glukosa. Selain itu, Acetobacter sp. tidak
menghasilkan gas baik pada medium glukosa, laktosa maupun sakarosa.
Bacillus mycoides menghasilkan asam pada medium glukosa sedangkan pada medium
laktosa dan sakarosa tidak menghasilkan asam karena tidak menghasilkan warna.Selain
itu, Bacillus mycoides tidak menghasilkan gas baik pada medium glukosa, laktosa dan
sakarosa.
E.coli menghasilkan asam dan gas dalam jumlah banyak pada medium glukosa dan
laktosa. Ini ditunjukkan dengan warna paling kuning yang dihasilkan oleh E.coli dan
menghasilkan gelembung cukup banyak. Sedangkan pada medium sakarosa,E.coli tidak
menghasilkan asam dan gas
A.aerogenesis menghasilkan asam dan gas paling banyak dibandingkan bakteri
lainnya yang diujikan setelah inkubasi selama 1 hari pada medium glukosa, laktosa,
dan sakarosa. Pada medium glukosa,

setelah inkubasi selama 3 hari tidak

menghasilkan asam. Begitu pula pada medium laktosa, A.aerogenesisis tidak


menghasilkan asam setelah diinkubasi selama 3 hari. Sedangkan pada medium
sakarosa, A.aerogenesis tidak menghasilkan asam setelah diinkubasi selama 2 hari.

55

Muhammad Nadif
13012100

11.4 Kesimpulan

Proteus sp. tidak menghasilkan asam dan gas pada medium yang berisi glukosa,

laktosa dan sakarosa.


Acetobacter sp. menghasilkan asam dan tidak menghasilkan gas pada medium

glukosa dan laktosa.


B.mycoides menghasilkan asam dan gas pada medium glukosa. Sedangkan pada

medium laktosa dan sakarosa tidak menghasilkan asam dan gas.


E.coli menghasilkan asam dan gas pada medium glukosa dan laktosa sedangkan

pada medium sakarosa tidak menghasilkan asam dan gas


A.aerogenesis dapat menghasilkan asam dan gas pada medium glukosa, laktosa
dan sakarosa

11.5 Referensi

56

Muhammad Nadif
13012100

BAB XII
IV-13 PERUBAHAN AIR SUSU OLEH BAKTERI

12.1 Tujuan Percobaan


Mengidentifikasi jenis mikroorganisme yang mempengaruhi perubahan air susu
12.2 Tinjauan Pustaka
Bakteri yang dapat mencemari susu terbagi menjadi 2 golongan yaitu bakteri patogen
dan bakteri pembusuk. Bakteri yang terlibat dalam proses pembusukan padasusu
adalah-bakteri-bakteri psikotropik. Bakteri yang dapat membuat enzim proteolitik dan
lipolitik ekstraselluler juga dapat menyebabkan kebusukan pada susu. Bakteri
psikotropik dapat dimusnahkan dengan pemanasan pada proses pasteurisasi.
Kerusakan susu oleh mikroba adalah pembentukan asam,pembentukan gas,
pemecahan protein, pembentukan lendir, perubahan lemak, pembentukan alkali,
perubahan bau, dan perubahan warna.
Bakteri yang berperan dalam pembentukan asam pada susu adalah bakteri asam laktat,
misalnya Streptococcus, Lactobacillus, Micrococcus, Microbacterium, Bacillus dan
Clostridium.
Produksi gas oleh bakteri yang tumbuh pada susu biasanya terjadi bersamaan dengan
pembentukan asam dan merupakan perubahan yang tidak diinginkan.
Hidrolisis protein susu oleh mikroba biasanya disertai dengan timbulnya rasa pahit
yang disebabkan oleh pembentukan peptida.
Pembentukan lendir disebabkan oleh 2 faktor yaitu faktor yang bukan berasal dari
bakteri dan disebabkan oleh pembentukan kapsul lendir oleh sel bakteri yang biasanya
terdiri dari polisakarida.
Bakteri pemecah lemak kebanyakan bersifat aerobik fakultatif, proteolitik dan tidak
membentuk asam.
Perubahan cita rasa disebabkan oleh pertumbuhan mikroba pada susu. Keasaman pada
susu disebabkan oleh pertumbuhan Bakteri Asam Laktat atau bakteri pembentuk asam
lainnya.
Perubahan warna pada air susu oleh bakteri dapat disebabkan karena adanya
pertumbuhan bakteri atau kapang pembentuk pigmen pada permukaan susus atau
seluruh bagian susu.
57

Muhammad Nadif
13012100

12.3 Hasil dan Pembahasan


Bakteri yang digunakan dalam menguji perubahan air susu adalah Proteus sp.,
P.pyocyanea, B.mycoides, S.cervisiae, Sarcina sp., E.coli, dan bakteri air selokan.
Kemudian bakteri tersebut dicampurkan dengan susu dalam tabung reaksi dan
diinkubasi selama 24 jam serta diamati perubahan hingga 4 x 24 jam.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dapat dilihat dalam daftar pengamatan,
Proteus sp. tidak menunjukkan perubahan apapun. Ini menunjukkan bahwa Proteus sp.
tidak membuat air susu rusak karena tidak menghasilkan perubahan apapun pada susu.
Selain itu, Sarcina sp. juga tidak memberikan perubahan apapun pada susu. Ini
menunjukkan bahwa Sarcina sp. tidak dapat menguraikan susu.
P.pyocyanea setelah diinkubasi selama 24 jam memberikan perubahan warna
menjadi ungu kebiruan dan membentuk lapisan ungu. Ini menunjukkan bahwa
P.pyocyanea memiliki enzim peptidase karena dapat mengalami peptonasi. Setelah
diinkubasi selama 2 x 24 jam, terdapat endapan pada tabung reaksi yang berisi
P.pyocyanea. Ini menunjukkan bahwa P.pyocyanea mengalami koagulasi. Pada
pengamatan 3 x 24 jam dan 4 x 24 jam P.pyocyanea tidak mengalami perubahan lagi
dan keadaanya sama seperti pada pengamatan 2 x 24 jam.
Bacillus mycoides setelah diinkubasi 24 jam memberikan perubahan warna
menjadi kuning kehijauan. Ini menunjukkan bahwa Bacillus mycoides menghasilkan
asam.Selain itu, Bacillus mycoides membentuk lapisan ungu. Ini menunjukkan bahwa
Bacillus mycoides mengalami koagulasi. Kemudian pengamatan setelah diinkubasi
selama 48 jam, 72 jam, dan 96 jam tidak mengalami perubahan dari kondisi inkubasi
selama 24 jam.
Saccharomyces cerevisiae setelah diinkubasi 24 jam terbentuk endapan. Ini
menunjukkan bahwa Saccharomyces cerevisiae mengalami koagulasi. Setelah
diinkubasi selama72 jam reaksi, larutan dalam tabung reaksi berubah menjadi warna
kuning kehijauan yang menunjukkan bahwa Saccharomyces cerevisiae menghasilkan
asam. Selain itu Saccharomyces cerevisiae membentuk lapisan ungu yang menunjukkan
bahwa mengalami peptonasi dan terbentuk endapan yang berarti mengalami koagulasi.
Escherichia coli setelah diinkubasi 24 jam menghasilkan warna kuning kehijauan
yang berarti menghasilkan asam. Pada inkubasi selanjutnya tidak mengalami perubahan
dari keadaan setelah diinkubasi selama 24 jam.
58

Muhammad Nadif
13012100

Air selokan setelah diinkubasi selama 24 jam menghasilkan gas yang ditunjukkan
dengan adanya perubahan ketinggian vaselin dalam tabung reaksi yang berisi air
selokan dan susu. Selain itu,

air selokan tersbeut berbah menjadi warna kuning

kehijauan yang menunjukkan bahwa Escherichia coli menghasilkan asam. Selanjutnya,


setelah diinkubasi 48 jam, tabung reaksi yang berisi air selokan dan susu pun
mengalami pembentukan endapan. Ini menunjukkan bahwa mengalami koagulasi.
12.4 Kesimpulan

Proteus sp. tidak menghasilkan asam, basa, gas, endapan dan lapisan ungu
Sarcina sp. tidak menghasilkan asam, basa, gas, endapan dan lapisan ungu
P.pyocyanea menghasilkan basa dan pepton setelah diinkubasi selama 24 jam dan

menghasilkan endapan setelah diinkubasi selama 72 jam.


B.mycoides menghasilkan asam dan endapan setelah diinkubasi selama 24 jam
S.cerevisiae menghasilkan endapan setelah diinkubasi selama 24 jam dan

menghasilkan asam dan pepton setelah diinkubasi selama 72 jam.


E.coli menghasilkan asam setelah diinkubasi selama 24 jam.
Bakteri air selokan menghasilkan asam dan gas setelah diinkubasi selama 24 jam
dan menghasilkan asam serta terbentuk endapan setelah diinkubasi selama 72 jam

12.5 Referensi
http://alifahmj.blogspot.com/2011/11/perubahan-mikrobiologi-pada-susu.html
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/105/jtptunimus-gdl-luluilmakn-5220-3bab2.pdf

59

Muhammad Nadif
13012100

BAGIAN G
FERMENTASI OLEH MIKROORGANISME
BAB XIII
XIII-5 Pembentukan Alkohol oleh Saccharomyces cerevisiae
BAB XIV
XVI-2 Fermentasi Fasa Padat Pembuatan Tempe
BAB XV
XVI-1 Bioreaktor

BAB XIII
XIII-5 Pembentukan Alkohol oleh Saccharomyces cerevisiae
13.1 Tujuan Percobaan
Mengamati perubahan fisik larutan pepton akibat aktivitas metabolisme
Saccharomyces cerevisiae
60

Muhammad Nadif
13012100

Menentukan perolehan etanol yang dihasilkan oleh Saccharomyces cerevisiae

13.2 Tinjauan Pustaka


Saccharomyces cerevisiae membentuk alkohol melalui jalur Embden Meyerhof
Parnas. Jalur Embden Meyerhof Parnas dapat dilihat sebgai berikut:

61

Muhammad Nadif
13012100

Sumber: Sukandar,Ukan.2002.Proses Metabolisme. Bandung: Institut


Teknologi Bandung

Lintasan EMP ini akan menghasilkan energy sebesar 10 ATP yang karena
menghasilkan 2 ATP dan 1 NADH. Karena terjadi kesetimbangan dan produk DHAP
cenderung kearah GA3P maka hasilnya dua kalinya sehingga 4 ATP dan 2
NADH.Sedangkan energi tersebut digunakan untuk metabolisme suatu zat tersebut
dalam lintasan itu yaitu 2 ATP dan 2 NADH.Sehingga Total ATP yang dihasilkan adalah
2 ATP.
13.3 Hasil dan Pembahasan
Pembentukan alkohol oleh Saccharomyces cerevisiae dapat dilihat dari jumlah CO 2
yang terbentuk. Jumlah CO2 yang terbentuk diukur dari massa pepton yang telah
hilang. Massa pepton yang berada dalam labu peragian ditimbang setiap kali praktikum
hingga 6 kali. Hasil pengamatan pembentukan alkohol dapat dilihat pada tabel berikut:
Tanggal Pengamatan

Massa yang terukur

31 Desember 2014

548 gram

2 Januari 2015

545 gram

5 Januari 2015

541,3 gram

Hasil Pengamatan
Larutan berwarna kuning dan
bening
Larutan berwarna kuning dan
mulai terbentuk gelembung
Larutan berwarna kuning dan
menjadi keruh serta terdapat
gelembung
Larutan berwarna kuning dan

6 Januari 2015

541 gram

keruh serta jumlah gelembung


menjadi sedikit
Larutan berwarna kuning dan

7 Januari 2015

8 Januari 2015

540,6 gram

540,5 gram

keruh

serta

sudah

tidak

terbentuk gelembung
Terdapat endapan berwarna
putih

Berdasarkan hasil pengamatan pada tabel diatas menyatakan bahwa pada hari pertama
belum terjadi reaksi apapun karena larutan masih berwarna kuning dan tidak terbentuk
62

Muhammad Nadif
13012100

endapan. Pada tanggal 2 Januari 2015, massa larutan berkurang sebanyak 3 gram. Hal
ini menunjukkan bahwa sel Saccharomyces cerevisiae melakukan metabolisme. Selain
itu, mulai terbentuk gelembung yang diduga merupakan gas sehingga S.cerevisiae
melakukan metabolisme yang menghasilkan alkohol. Kemudian, pada tanggal 5 Januari
2015, massa berkurang sebanyak
13.4 Kesimpulan
13.5 Referensi

BAB XIV
XIV-2 FERMENTASI PADAT PEMBUATAN TEMPE
63

Muhammad Nadif
13012100

14.1 Tujuan Percobaan


Membuat bibit tempe dari spora Rhizopus oligosporus
Membuat tempe dengan bibit tempe yang telah dibuat
14.2 Tinjauan Pustaka
14.3 Hasil dan Pembahasan
14.4 Kesimpulan
14.5 Referensi

BAB XV
XVI-1 BIOREAKTOR
64

Muhammad Nadif
13012100

15.1 Tujuan Percobaan


Merancang dan mengidentifikasi mode operasi bioreaktor secara batch dan
kontinyu
Menentukan langkah-langkah atau hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
mengoperasikan bioreaktor
15.2 Tinjauan Pustaka
Fermentasi adalah suatu proses dimana komponen-komponen kimiawi dihasilkan
sebagai akibat adanya pertumbuhan maupun metabolisme mikroba tanpa bantuan
oksigen. Fermentasi dapat meningkatkan nilai gizi bahan yang berkualitas rendah
berfungsi sebagai pengawetan bahan dan merupakan suatu cara untuk menghilangkan
zat antinutrisi yang terkandung dalam suatu bahan makanan.
Fermentasi secara umum dibagi menjadi dua model utama yaitu fermentasi media cair
(Submerged Fermentatiion) dan fermentasi media padat (solid state fermentation).
Dalam fermentasi tradisional, fermentasi cair meliputi fermentasi minuman anggur,
fermentasi asam cuka, yoghurt dan kefir dan fermentasi media padat seperti fermentasi
tempe, oncom, kecap, tape dan silase. Penjelasan fermentasi media padat dan media
cair dapat dilihat sebagai berikut:
1. Fermentasi Media Cair (Submerged Fermentation)
a. Definisi
Submerged Fermentation adalah fermentasi yang melibatkan air sebagai fase
kontinyu dari sistem pertumbuhan sel bersangkutan atau substrat, baik sumber karbon
maupun mineral terlarut atau tersuspensi sebagai partikel-partikel dalam fase cair.
Fermentasi cair dengan teknik tradisional tidak dilakukan pengadukan, berbeda
dengan teknik fermentasi cair modern melibatkan fermentor yang dilengkapi dengan :
pengaduk agar medium tetap homogen, aerasi, pengatur suhu (pendinginan dan
pemanasan) dan pengaturan pH. Proses fermentasi cair modern dapat dikontrol lebih
baik dan hasil lebih seragam dan dapat diprediksi. Juga tidak dilakukan sterilisasi,
namun

pemanasan,perebusan

dan

pengukusan

mematikan

banyak

competitor.
b. Jenis-jenis media cair
a). Fermentasi yang diagitasi dimana substratnya larut dalam air
65

Muhammad Nadif
13012100

mikroba

Jenis fermentasi ini dikerjakan dalam suatu labu atau gelas yang cocok atau lebih
modern dengan menggunakan fermentor dimana substratnya larut sempurna dalam
air. Pengambilan subtrat oleh mikroba melalui fase larutan dalam air. Pada kultur labu
yang dikocok, agitasi dilakukan dengan bantuan alat pengocok (Shacker).Pada
fermentor agitasi dkerjakan oelh motor dan dapat dibantu oleh aerasi (Gelembung
udara).
b). Fermentasi yang diagitasi dimana zat yang tidak larut dalam air tersuspensi
salam fase cair
Pada fermentasi ini substrat zat padat tidak larut dalam air tetapi dalam bentuk
bubuk-bubuk halus yang tersuspensi dalam sejumlah air yang banyak. Garam dan zatzat hara lain mungkin terlarut dalam air. Konsentrasi substrat dalam media dapat
bervariasi mulai dari satu persen sampai pada suatu keadaan yang menyerupai bubur.
Pengambilan substrat oleh mikroba biasanya disertai dengan produksi suatu faktor
yang dapat melarutkan yang mungkin sifatnya ekstraseluler atau terletak didalam
dinding dalam air sehingga partikel substrat tersuspensi secara merata dalam medium
yang mengandung air agar terjadi kontak dengan mikroba secara maksimum.
c). Fermentasi yang diagitasi dimana zat cair yang tidak larut dalam air
tersuspensi dalam fase cair
Jenis fermentasi ini dan mekanisme pengambilan substrat sama dengan yang kedua,
kecuali sifat bersifat cair.
d). Fermentasi yang tidak diagitasi dimana substratnya larut dalam fase cair
Pada fermentasi ini substrat larut dalam air tetapi medianya tidak diagitasi atau
dikocok. Pengambilan substrat melalui fase cair. Medium didistribusikan berupa
larutan yang dangkal dalam bentuk baki atau dalam suatu wadah yang mempunyai
permukaan yang luas dan dalamya media biasanya 2,5 5,0 cm untuk produksi yang
tinggi.

Untuk produksi kompoen-komponen pakan yang paling banyak digunakan adalah


fermentasi cair jenis pertama, menyusul jenis keempat untuk memproduksi asamasam organik seperti asam sitrat, asam glutamat dan jenis ketiga untuk produksi
protein sel tunggal (PST).
66

Muhammad Nadif
13012100

Fermentasi media cair untuk memproduksi pakan secara langsung


memungkinkan dilakukan jika dalam proses fermentasi telah terbentuk komponen
yang diinginkan disamping sejumlah biomassa yang dapat digunakan. Proses ini
biasanya masih membutuhkan proses tambahan setelah akhir fermentasi.
c. Keuntungan
Hampir disemua bagian tangki terjadi fermentasi
Kontak antar reaktan dan bakteri semakin besar
d. Kelemahan
Biaya operasi relatif mahal
e. Contoh (Pembuatan asam asetat dengan metode fermentasi)
Industri fermentasi di negara-negara maju sudah berkembang sedemikian
pesatnya, termasuk dalam produksi hasil-hasil pemecahan atau metabolit primer oleh
mikroba (asam, asam amino, alkohol), hasil metabolit sekunder (antibiotik, toksin),
produksi masa sel (protein sel tunggal), enzim, dan sebagainya. Mikroba yang umum
digunakan dalam industri fermentasi termasuk dalam bakteri dan fungi tingkat rendah
yaitu kapang dan khamir. Asam asetat memiliki beberapa nama antara lain asam
etanoat, vinegar (mengandung minimal 4 gram asam asetat per 100 larutan), atau
asam cuka. Asam asetat merupakan senyawa organik yang mengandung gugus asam
karboksilat. Rumus molekul dari asam asetat adalah C2H4O2
2. Fermentasi Media Padat (Solid State Fermentation)
a. Definisi
Fermentasi media padat merupakan proses fermentasi yang berlangsung dalam
substrat tidak larut, namun mengandung air yang cukup sekalipun tidak mengalir
bebas. Solid State Fermentation mempunyai kandungan nutrisi per volum jauh lebih
pekat sehingga hasil per volum dapat lebih besar.
b. Keuntungan
Medium yang digunakan relatif sederhana
Ruang yang diperlukan untuk peralatan fermentasi relatif kecil,karena air yang
digunakan sedikit.
Inokulum dapat disiapkan secara sederhana
67

Muhammad Nadif
13012100

Kondisi mediumtempat pertumbuhan mikroba mendekati kondisi habitat


alaminya
Aerasi dihasilkan dengan mudah karena ada ruang diatara tiap partikel
substratnya
Produk yang dihasilkan dapat dipanen dengan mudah
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi
Kadar air : Kadar optimum tergantung pada substrat, organisme dan tipe produk
akhir. Kisaran kadar air yang optimal adalah 50-75%. Kadar air yang tinggi akan
mengakibatkan penurunan porositas, pertukaran gas, difusi oksigen, volum gas, tetapi
meningkatkan resiko kontaminasi dengan bakteri
Temperatur : Temperatur berpengaruh terhadap laju reaksi biokimia selama
proses fermentasi
Pertukaran gas : Pertukaran gas antara fase gas dengan substrat padat
mempengaruhi proses fermentasi
d. Contoh (Fermentasi menggunkan A.niger untuk memproduksi enzim hidrolisis
pada bahan makanan)
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa kapang A.niger mampu memecahkan
ikatan kompleks mineral asam fitat pada dedak padi, menghasilkan enzim hidrolisis,
meningkatkan kandungan protein kasar dan menurunkan kandungan serat kasar pada
bungkil kelapa.
Perbedaan Mode Operasi Batch dan Kontinyu
Batch
Tidak ada laju alir masuk dan keluar
Keadaan tidak tunak
Fungsi waktu
Produksi kecil atau berkala dan bervariasi
Alat lebih besar
Pengendalian proses sederhana
Pembuatan Sel Kering

Kontinyu
Ada laju alir masuk dan luar
Keadaan tunak
Tidak fungsi waktu
Produksi besar dan seragam
Alat lebih kecil
Pengendalian proses lebih baik

Menyiapkan alat-alat yang akan digunakan untuk pembuatan sel kering yaitu
sebuah falcon, desikator, timbangan dengan ketilitian yang tinggi, mikropipet,
sentrifugator, sampel dari bioreaktor.

68

Muhammad Nadif
13012100

Mengeringkan falcon dan kemudian menimbang falcon kosong dengan


menggunakan timbangan.

Mengisi falcon dengan sampel menggunakan mikropipet. Volume harus


disesuaikan dengan isi volume falcon yang berfungsi sebagai penyeimbang untuk
melakukan sentrifugasi. Isi falcon yang berfungsi sebagai penyeimbang biasanya
berupa air atau sampel.

Kedua falcon yang telah disiapkan kemudian disentrifugasi selama 10 menit


menggunakan sentrifugator. Letakkan kedua falcon bersebrangan untuk menjaga
kestabilan dari falcon beserta isinya saat melakukan sentrifugasi.

Setelah selesai melakukan sentrifugsi, diperoleh hasil berupa endapan dan


supernatant.

Kemudian memisahkan endapan dan supernatant dari falcon yang berisi sampel
dengan cara membuang supernatant sebanyak mungkin namun jangan sampai
endapan putih terbuang keluar.

Setelah itu falcon yang berisi endapan tersebut dikeringkan menggunakan oven
pada suhu 50 oC selama 1 hari untuk mendapatkan endapan yang kering/ produk
yang kering.

Dan diperoleh sel kering yang siap untuk ditimbang.

Hal-hal yang harus diperhatikan untuk mengubah proses fermentasi dari batch
menjadi kontinyu

Menyiapkan media yang diperlukan untuk volume kerja reaktor yang tekah ditentukan
sebelumnya yakni volume kerja reactor batch dengan memperhitungkan volume
media yang diperlukan sebagai berikut:

D=

F
V

Keterangan:
D = Dilution rate
F = Laju alir media
V = Volume kerja reaktor
69

Muhammad Nadif
13012100

Media disiapakan dalam tabung yang ada dilab.

Mencampurkan garam-garam ke dalam media yang disiapkan dalam tabung.

Menyiapkan tabung untuk menyimpan produk fermentasi

Menyiapkan selang masuk dan selang keluar yang telah disterilisasi

Memasangkan selang masuk dari tabung berisi media ke bioreaktor dengan bantuan
pompa peristaltik dan juga memasangkan selang keluar dengan bantuan pompa
peristaltik.

Memasangkan level controller untuk menjaga ketinggian dalam bioreaktor dan juga
mengatur laju alir

15.3 Referensi
http://www.sid.ir/en/VEWSSID/J_pdf/9552010C206.pdf
http://web.usm.my/mjm/issues/vol1no2/review1.pdf

70

Muhammad Nadif
13012100

BAGIAN H
MODUL TAMBAHAN
BAB XVI
XV-1 Cara Memeriksa Sterilitas dari Bahan/Botol/Alat-alat

BAB XVI
XV-1 CARA MEMERIKSA STERILITAS DARI
BAHAN/BOTOL/ALAT-ALAT

71

Muhammad Nadif
13012100

17.1 Tujuan Percobaan


Memeriksa sterilitas dari Bahan/ Botol/Alat-alat di Laboratorium Mikrobiologi dan
Teknologi Bioproses
17.2 Tinjauan Pustaka
17.3 Hasil dan Pembahasan
17.4 Kesimpulan
17.5 Referensi

72

Muhammad Nadif
13012100

BAGIAN I
LAMPIRAN
Data Pengamatan Modul

73

Muhammad Nadif
13012100

Anda mungkin juga menyukai