Anda di halaman 1dari 5

Nama

No
Kelas

: Ari Hidayanto
: 04
: XI IPA 4

Dengki Penghancur Kebaikan


( oleh Tim dakwatuna.com)
Rasulullah saw. bersabda, Hindarilah dengki karena dengki itu memakan
(menghancurkan) kebaikan sebagaimana api memakan (menghancurkan) kayu bakar.
(Abu Daud). Dengki (hasad), kata Imam Al-Ghazali, adalah membenci kenikmatan yang
diberikan Allah kepada orang lain dan ingin agar orang tersebut kehilangan kenikmatan itu.
Dengki dapat merayapi hati orang yang merasa kalah wibawa, kalah popularitas, kalah
pengaruh, atau kalah pengikut. Yang didengki tentulah pihak yang dianggapnya lebih
dalam hal wibawa, polularitas, pengaruh, dan jumlah pengikut. Tidak mungkin seseorang
merasa iri kepada orang yang dianggapnya lebih kecil atau lebih lemah. Sebuah pepatah
Arab mengatakan, Kullu dzi nimatin mahsuudun. (Setiap yang mendapat kenikmatan
pasti didengki).
Hadits itu menegaskan kepada kita bahwa dengki itu merugikan. Yang dirugikan
bukanlah orang yang didengki, melainkan si pendengki itu sendiri. Di antara makna
memakan kebaikan, seperti yang disebutkan dalam hadits di atas, dijelaskan dalam kitab
Aunul Mabud, Memusnahkan dan menghilangkan (nilai) ketaatan pendengki
sebagaimana api membakar kayu bakar. Sebab kedengkian akan mengantarkan
pengidapnya menggunjing orang yang didengki dan perbuatan buruk lainnya. Maka
berpindahlah kebaikan si pendengki itu pada kehormatan orang yang didengki. Maka
bertambahlah pada orang yang didengki kenikmatan demi kenikmatan sedangkan si
pendengki bertambah kerugian demi kerugian. Sebagaimana yang Allah firmankan, Ia
merugi dunia dan akhirat. (Aunul Mabud juz 13:168)
Hilangnya pahala itu hanyalah salah satu bentuk kerugian pendengki. Masih banyak
kebaikan-kebaikan atau peluang-peluang kebaikan yang akan hilang dari pendengki,
antara lain:
Pertama, mengalami kekalahan dalam perjuangan. Orang yang dengki perilakunya
sering tidak terkendali. Dia bisa terjebak dalam tindakan merusak nama baik,
mendiskreditkan, dan menghinakan orang yang didengkinya. Dengan cara itu ia
membayangkan akan merusak citra, kredibilitas, dan daya tarik orang yang didengkinya.
Dan sebaliknya, mengangkat citra, nama baik dan kredibilitas pihaknya. Namun kehendak
Allah tidaklah demikian. Rasulullah saw. bersabda:
Dari Jabir dan Abu Ayyub Al-Anshari, mereka mengatakan bahwa Rasulullah saw.
bersabda, Tidak ada seorang pun yang menghinakan seorang muslim di satu tempat yang
padanya ia dinodai harga dirinya dan dirusak kehormatannya melainkan Allah akan
menghinakan orang (yang menghina) itu di tempat yang ia inginkan pertolongan-Nya. Dan
tidak seorang pun yang membela seorang muslim di tempat yang padanya ia dinodai harga
dirinya dan dirusak kehormatannya melainkan Allah akan membela orang (yang membela)
itu di tempat yang ia menginginkan pembelaan-Nya. (Ahmad, Abu Dawud, Ath-Thabrani)
Kedua, meruntuhkan kredibilitas. Ketika seseorang melampiaskan kebencian dan
kedengkian dengan melakukan propaganda busuk, hasutan, dan demarketing kepada

pihak lain, jangan berangan bahwa semua orang akan terpengaruh olehnya. Yang
terpengaruh hanyalah orang-orang yang tidak membuka mata terhadap realitas, tidak
dapat berpikir objektif, atau memang sudah satu frekuensi dengan si pendengki. Akan
tetapi banyak pula yang mencoba melakukan tabayyun, cari informasi pembanding, dan
berusaha berpikir objektif. Nah, semakin hebat gempuran kedengkian dan kebencian itu,
bagi orang yang berpikir objektif justru akan semakin tahu kebusukan hati si pendengki.
Orang yang memiliki hati nurani ternyata tidak senang dengan fitnah, isu murahan, atau
intrik-intrik pecundang. Di mata mereka orang-orang yang bermental kerdil itu tidaklah
simpatik dan tidak mengundang keberpihakan.
Orang yang banyak melakukan provokasi dan hanya bisa menjelek-jelekkan pihak
lain juga akan terlihat di mata orang banyak sebagai orang yang tidak punya program
dalam hidupnya. Dia tampil sebagai orang yang tidak dapat menampilkan sesuatu yang
positif untuk dijual. Maka jalan pintasnya adalah mengorek-ngorek apa yang ia anggap
sebagai kesalahan. Bahkan sesuatu yang baik di mata pendengki bisa disulap menjadi
keburukan. Nah, mana ada orang yang sehat akalnya suka cara-cara seperti itu?
Ketiga, mencukur gundul agama. Rasulullah saw. bersabda, Menjalar kepada kalian
penyakit umat-umat (terdahulu): kedengkian dan kebencian. Itulah penyakit yang akan
mencukur gundul. Aku tidak mengatakan bahwa penyakit itu mencukur rambut, melainkan
mencukur agama. (At-Tirmidzi)
Islam adalah rahmat bagi sekalian alam. Akan tetapi Islam yang dibawa oleh orang
yang di dadanya memendam kedengkian tidak akan dapat dirasakan rahmatnya oleh
orang lain. Bahkan pendengki itu tidak mampu untuk sekadar menyungging senyum,
mengucapkan kata selamat, atau melambaikan tangan bagi saudaranya yang mendapat
sukses, baik dalam urusan dunia maupun terkait dengan sukses dalam perjuangan. Apatah
lagi untuk membantu dan mendukung saudaranya yang mendapat sukses itu. Dengan
demikian Islam yang dibawanya tidak produktif dengan kebaikan alias gundul.
Keempat, menyerupai orang munafik. Perilaku dan sikap pendengki mirip perilaku orangorang munafik. Di antara perilaku orang munafik adalah selalu mencerca dan mencaci apa
yang dilakukan oran lain terutama yang didengkinya. Jangankan yang tampak buruk, yang
nyata-nyata baik pun akan dikecam dan dianggap buruk. Allah swt. menggambarkan
perilaku itu sebagai perilaku orang munafik. Abi Masud Al-Anshari semoga Allah
meridhainya mengatakan, saat turun ayat tentang infaq para sahabat mulai memberikan
infaq. Ketika ada orang muslim yang memberi infaq dalam jumlah besar, orang-orang
munafik mengatakan bahwa dia riya. Dan ketika ada orang muslim yang berinfak dalam
jumlah kecil, mereka mengatakan bahwa Allah tidak butuh dengan infak yang kecil itu.
Maka turunlah ayat 79 At-Taubah. (Bukhari dan Muslim)
Benarlah ungkapan seorang ulama salaf: Al-hasuudu laa yasuud (pendengki tidak
akan pernah sukses). (Kasyful-Khafa 1:430).
Kelima, tidak mampu memperbaiki diri sendiri. Orang yang dengki, manakala
mengalami kekalahan dan kegagalan dalam perjuangan cenderung mencari-cari kambing
hitam. Ia menuduh pihak luar sebagai biang kegagalan dan bukannya melakukan
muhasabah (introspeksi). Semakin larut dalam mencari-cari kesalahan pihak lain akan
semakin habis waktunya dan semakin terkuras potensinya hingga tak mampu memperbaiki
diri. Dan tentu saja sikap ini hanya akan menambah keterpurukan dan sama sekali tidak
dapat memberikan manfaat sedikit pun untuk mewujudkan kemenangan yang
didambakannya.

Keenam, membuat gelap mata dan tidak dapat melihat kebenaran. Dengki membuat
pengidapnya tidak dapat melihat kelemahan dan kekurangan diri sendiri; dan tidak dapat
melihat kelebihan pada pihak lain. Akibatnya, jalan kebenaran yang terang benderang
menjadi kelam tertutup mega kedengkian. Apa pun yang dikatakan, apa pun yang
dilakukan, dan apa pun yang datang dari orang yang dibenci dan didengkinya adalah salah
dan tidak baik. Akhirnya, dia tidak dapat melaksanakan perintah Allah swt. sebagaimana
yang disebutkan dalam ayat, Orang-orang yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti
apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah
petunjuk dan mereka itulah orang- orang yang mempunyai akal. (Az-Zumar:18)
Ketujuh, membebani diri sendiri. Orang yang membiarkan dirinya dikuasai oleh iri
dengki hidupnya menanggung beban berat yang tidak seharusnya ada. Bayangkan, setiap
melihat orang lain yang didengkinya dengan segala kesuksesannya, mukanya akan
menjadi tertekuk, lidahnya mengeluarkan sumpah serapah, bibirnya berat untuk
tersenyum, dan yang lebih bahaya hatinya semakin penuh dengan dengki, marah, benci,
curiga, kesal, kecewa, resah, dan perasaan-perasaan negatif lainnya. Enakkah kehidupan
yang penuh dengan perasaan itu? Tentu saja menyesakkan. Dalam bahasa Al-Quran,
bumi yang luas ini dirasakan sumpek. Seperti layaknya penyakit, ketika dipelihara akan
mendatangkan penyakit lainnya. Demikian pula penyakit hati yang bernama iri dengki. Bila
dia tidak dihilangkan akan mengundang penyakit-penyakit lainnya. Maha Benar Allah yang
telah berfirman, Di dalam hati mereka ada penyakit maka Allah tambahkan kepada
mereka penyakit (lainnya). (Al-Baqarah: 10)
Betapa sulitnya kita menghimpun kebaikan dan meraih kemenangan. Maka
janganlah diperparah dan dipersulit dengan membiarkan dengki menguasai hati kita. Mari
berlomba dalam kebaikan. Allahu alam.
====Oleh: Tim dakwatuna.com
Diposkan oleh Maths SMAN 1 Kendal 1979 di 04.16

Ucapan Terima Kasih


Jika kita menerima sesuatu dari orang lain baik berupa barang ataupun jasa , kita
mengucapkan terima kasih sebagai bentuk ekspresi rasa suka kita atas apa yang kita
terima , juga ekspresi jalinan persahabatan , persaudaraan antar sesama manusia.Tapi tak
semua orang melakukan itu.Sebagian orang mulutnya terkunci rapat untuk mengucapkan
kata terima kasih. Mungkin kata "terima kasih" tak ada dalam kamusnya.Ia bahkan merasa
aneh jika harus mengucapkan kata itu Ucapan terima kasih pada seseorang juga
menunjukkan rasa syukur kita pada Allah SWT yang telah memberikan sesuatu pada kita
melalui orang yang memberikan sesuatu pada kita.Jika kita tak pandai berterima kasih ,
berarti kita juga tak pandai bersyukur atas semua yang telah Allah berikan pada kita,
berupa kehidupan , kesehatan, kenikmatan dan lain-lainnya yang tak mungkin kita bisa
menghitungnya.Berterima kasih jika tak dilatih sejak kecil terasa sangat sulit.Dalam
lingkungan keluarga harus dibiasakan . Orangtua wajib memberi contoh pada anakanaknya . sehingga kelak menjadi orang yang pandai berterima kasih.Tapi ada juga orang
berterima kasih tapi pilih-pilih dulu , siapa orang yang memberinya sesuatu.Jika yang
memberi itu kedudukannya lebih tinggi darinya , maka ia berterimakasih secara berlebihan
dengan senyum seramah mungkin. Tapi jika yang memberinya itu ia anggap sama atau
lebih rendah darinya maka ia tak perlu mengucapkan terima kasih, seolah tak terjadi apaapa
Diposkan oleh Maths SMAN 1 Kendal 1979 di 05.26

Anda mungkin juga menyukai