No
Kelas
: Ari Hidayanto
: 04
: XI IPA 4
pihak lain, jangan berangan bahwa semua orang akan terpengaruh olehnya. Yang
terpengaruh hanyalah orang-orang yang tidak membuka mata terhadap realitas, tidak
dapat berpikir objektif, atau memang sudah satu frekuensi dengan si pendengki. Akan
tetapi banyak pula yang mencoba melakukan tabayyun, cari informasi pembanding, dan
berusaha berpikir objektif. Nah, semakin hebat gempuran kedengkian dan kebencian itu,
bagi orang yang berpikir objektif justru akan semakin tahu kebusukan hati si pendengki.
Orang yang memiliki hati nurani ternyata tidak senang dengan fitnah, isu murahan, atau
intrik-intrik pecundang. Di mata mereka orang-orang yang bermental kerdil itu tidaklah
simpatik dan tidak mengundang keberpihakan.
Orang yang banyak melakukan provokasi dan hanya bisa menjelek-jelekkan pihak
lain juga akan terlihat di mata orang banyak sebagai orang yang tidak punya program
dalam hidupnya. Dia tampil sebagai orang yang tidak dapat menampilkan sesuatu yang
positif untuk dijual. Maka jalan pintasnya adalah mengorek-ngorek apa yang ia anggap
sebagai kesalahan. Bahkan sesuatu yang baik di mata pendengki bisa disulap menjadi
keburukan. Nah, mana ada orang yang sehat akalnya suka cara-cara seperti itu?
Ketiga, mencukur gundul agama. Rasulullah saw. bersabda, Menjalar kepada kalian
penyakit umat-umat (terdahulu): kedengkian dan kebencian. Itulah penyakit yang akan
mencukur gundul. Aku tidak mengatakan bahwa penyakit itu mencukur rambut, melainkan
mencukur agama. (At-Tirmidzi)
Islam adalah rahmat bagi sekalian alam. Akan tetapi Islam yang dibawa oleh orang
yang di dadanya memendam kedengkian tidak akan dapat dirasakan rahmatnya oleh
orang lain. Bahkan pendengki itu tidak mampu untuk sekadar menyungging senyum,
mengucapkan kata selamat, atau melambaikan tangan bagi saudaranya yang mendapat
sukses, baik dalam urusan dunia maupun terkait dengan sukses dalam perjuangan. Apatah
lagi untuk membantu dan mendukung saudaranya yang mendapat sukses itu. Dengan
demikian Islam yang dibawanya tidak produktif dengan kebaikan alias gundul.
Keempat, menyerupai orang munafik. Perilaku dan sikap pendengki mirip perilaku orangorang munafik. Di antara perilaku orang munafik adalah selalu mencerca dan mencaci apa
yang dilakukan oran lain terutama yang didengkinya. Jangankan yang tampak buruk, yang
nyata-nyata baik pun akan dikecam dan dianggap buruk. Allah swt. menggambarkan
perilaku itu sebagai perilaku orang munafik. Abi Masud Al-Anshari semoga Allah
meridhainya mengatakan, saat turun ayat tentang infaq para sahabat mulai memberikan
infaq. Ketika ada orang muslim yang memberi infaq dalam jumlah besar, orang-orang
munafik mengatakan bahwa dia riya. Dan ketika ada orang muslim yang berinfak dalam
jumlah kecil, mereka mengatakan bahwa Allah tidak butuh dengan infak yang kecil itu.
Maka turunlah ayat 79 At-Taubah. (Bukhari dan Muslim)
Benarlah ungkapan seorang ulama salaf: Al-hasuudu laa yasuud (pendengki tidak
akan pernah sukses). (Kasyful-Khafa 1:430).
Kelima, tidak mampu memperbaiki diri sendiri. Orang yang dengki, manakala
mengalami kekalahan dan kegagalan dalam perjuangan cenderung mencari-cari kambing
hitam. Ia menuduh pihak luar sebagai biang kegagalan dan bukannya melakukan
muhasabah (introspeksi). Semakin larut dalam mencari-cari kesalahan pihak lain akan
semakin habis waktunya dan semakin terkuras potensinya hingga tak mampu memperbaiki
diri. Dan tentu saja sikap ini hanya akan menambah keterpurukan dan sama sekali tidak
dapat memberikan manfaat sedikit pun untuk mewujudkan kemenangan yang
didambakannya.
Keenam, membuat gelap mata dan tidak dapat melihat kebenaran. Dengki membuat
pengidapnya tidak dapat melihat kelemahan dan kekurangan diri sendiri; dan tidak dapat
melihat kelebihan pada pihak lain. Akibatnya, jalan kebenaran yang terang benderang
menjadi kelam tertutup mega kedengkian. Apa pun yang dikatakan, apa pun yang
dilakukan, dan apa pun yang datang dari orang yang dibenci dan didengkinya adalah salah
dan tidak baik. Akhirnya, dia tidak dapat melaksanakan perintah Allah swt. sebagaimana
yang disebutkan dalam ayat, Orang-orang yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti
apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah
petunjuk dan mereka itulah orang- orang yang mempunyai akal. (Az-Zumar:18)
Ketujuh, membebani diri sendiri. Orang yang membiarkan dirinya dikuasai oleh iri
dengki hidupnya menanggung beban berat yang tidak seharusnya ada. Bayangkan, setiap
melihat orang lain yang didengkinya dengan segala kesuksesannya, mukanya akan
menjadi tertekuk, lidahnya mengeluarkan sumpah serapah, bibirnya berat untuk
tersenyum, dan yang lebih bahaya hatinya semakin penuh dengan dengki, marah, benci,
curiga, kesal, kecewa, resah, dan perasaan-perasaan negatif lainnya. Enakkah kehidupan
yang penuh dengan perasaan itu? Tentu saja menyesakkan. Dalam bahasa Al-Quran,
bumi yang luas ini dirasakan sumpek. Seperti layaknya penyakit, ketika dipelihara akan
mendatangkan penyakit lainnya. Demikian pula penyakit hati yang bernama iri dengki. Bila
dia tidak dihilangkan akan mengundang penyakit-penyakit lainnya. Maha Benar Allah yang
telah berfirman, Di dalam hati mereka ada penyakit maka Allah tambahkan kepada
mereka penyakit (lainnya). (Al-Baqarah: 10)
Betapa sulitnya kita menghimpun kebaikan dan meraih kemenangan. Maka
janganlah diperparah dan dipersulit dengan membiarkan dengki menguasai hati kita. Mari
berlomba dalam kebaikan. Allahu alam.
====Oleh: Tim dakwatuna.com
Diposkan oleh Maths SMAN 1 Kendal 1979 di 04.16