Penambahan
faktor
reduksi
pada
gaya-gaya
hidrodinamika pada code DNV RP F109, mendorong
untuk dilakukan perhitungan stabilitas kembali, sehingga
dapat dilihat bagaimana pengaruh terhadap stabilitas pipa,
gaya-gaya luar dan kebutuhan akan tebal concrete
coating. Selanjutnya dapat dilakukan analisa pengaruh
sudut kemiringan, tipe tanah, kedalaman penetrasi,dan
tebal concrete coating terhadap stabilitas pipa bawah laut.
Penurunan dalam kekuatan hidrodinamika dicatat melalui
modifikasi koefisien hidrodinamika (M. Munari, et al,
2007)
2.1 Stabilitas Pipa Bawah Laut
Dengan,
FD = drag force, N/m
CD = koefisien drag
w
D
Us
m/detik
UD = arus laut, m/detik
rtot_y = faktor reduksi gaya arah horizontal
g
2.1.1 Umum
b) Gaya Inersia (Inertia Force)
Stabilitas pipa di dasar laut, baik stabilitas dalam arah
vertikal maupun arah horizontal, sangat dipengaruhi oleh
berat pipeline di dalam air, gaya-gaya lingkungan yang
bekerja, serta resistensi tanah di dasar laut. Gaya-gaya
lingkungan yang masuk ke dalam analisis stabilitas pipa
terdiri dari gaya-gaya hidrodinamika, seperti drag force,
inertia force, dan lift force. Sedangkan resistensi tanah
dasar laut merupakan drag force yang terjadi antara pipa
dengan permukaan tanah dasar laut tersebut. Dengan
memperhatikan faktor-faktor di atas, saat melakukan
analisis stabilitas pipa akan didapatkan nilai berat pipa di
dalam air yang dibutuhkan agar dapat memenuhi kriteria
stabilitas yang telah ditentukan. Untuk mempermudah
perhitungan dalam analisis stabilitas pipa, dapat dibuat
diagram freebody dari gaya-gaya yang bekerja pada pipa.
Gambar 2.1 merupakan ilustrasi dari penampang
melintang pipa di dasar laut dengan gaya yang bekerja
pada pipa tersebut.
(2)
Dengan,
FI = gaya inersia persatuan panjang, N/m
CM = koefisien hidrodinamik inersia
ax = percepatan partikel air arah horizontal, m/detik2
= w massa jenis fluida, kg/m3
2.1.3 Gaya Vertikal (Lift Force)
Lift force adalah gaya hidrodinamik dalam arah
vertikal, gaya ini terjadi apabila terdapat konsentrasi
streamline pada pipa. Konsentrasi streamline terjadi
di atas silinder pipa yang mengakibatkan gaya
angkat ke atas. Jika terjadi celah sempit antara
silinder dan seabed, konsentrasi streamline di bawah
silinder pipa akan mengakibatkan gaya angkat
negatif ke arah bawah.
Besarnya gaya angkat ini dapat dirumuskan sebagai
berikut.
(3)
Dengan,
FL
CL
w
D
Us
UD
d : kedalaman laut, m
k : angka gelombang
H : tinggi gelombang pada kedalaman yang ditinjau, m
T : periode gelombang, detik
: frekuensi gelombang, rad/detik
s : jarak vertikal titik yang ditinjau dari dasar laut, m
L : panjang gelombang pada kedalaman yang ditinjau, m
Keterangan :
(8)
(9)
Dengan,
(6)
Di
Dw
Dc
ts
tc
Wst
Percepatan Horizontal :
(7)
Dengan,
Ds
Wc
B
Ws
: Faktor kalibrasi
(10)
Gambar 2.3 Sketsa Pipa yang Terkubur dalam Tanah
Dengan,
Faktor reduksi gaya yang terjadi dapat dirumuskan
sebagai berikut :
(12)
(13)
Untuk faktor kalibrasi gesek tanah (Friction Calibration
Factor), disesuaikan dengan tipe tanah pada seabed.
Berikut tabel penentuan faktor kalibrasi gesek sesuai
klasifikasi tanah.
Tabel 1 Penentuan Faktor Kalibrasi Gesek Tanah
(14)
Dengan,
rperm,z=0,7
(11)
III. METODOLOGI
Langkah-langkah penelitian yang dilakukan adalah
sebagai berikut :
1. Input data parameter pipa
2. Perhitungan properti pipa
3. Perhitungan Berat terendam pipa (Wsub)
4. Input data lingkungan
5. Penentuan Teori gelombang
6. Perhitungan Kecepatan Arus
7. Perhitungan Koefisien Hidrodinamika
8. Perhitungan Koefisien Gesek Tanah
9. Perhitungan Berat Terendam Minimum Pipa
10. Analisa Kestabilan Lateral dan Vertikal
Untuk data-data yang digunakan dalam penelitian
adalah sebagai berikut :
Tabel 2. Data Lingkungan
Kestabilan Vertikal
Kestabilan Lateral
Terhadap
Tebal
10
11