PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hiperglikemi merupakan penyakit yang jarang sekali diketahui
oleh masyarakat biasa,yang mereka tahu hanya tentang kadar
gula yang tinggi biasa disebut Diabetes Mellitus. Hiperglikemia
adalah suatu kumpulan gejala yang ditandai oleh adanya kadar glukosa darah
tinggi dalam waktu tertentu sehingga kerja hormon pengatur kadar glukosa darah
(insulin) terhambat, baik secara relatif ataupun mutlak. Secara empiris tumbuhan
kayu manis pada bagian kulit batang pohonnya telah banyak digunakan
masyarakat untuk menurunkan glukosa darah, bahkan sudah biasa dicampurkan
didalam makanan dan atau minuman seperti kopi, cereal, teh, orange juice dan
roti, bahkan sekarang sudah tersedia dalam bentuk kapsul dan pil (Anonim, 2009).
Kayu manis termasuk familia Lauracea dengan jumlah spesies
yang beragam dan dapat tumbuh dengan baik didaerah iklim
tropis. Jenis kayu manis asal indonesia adalah Cinnamomum
burmanni (Nees & T. Nees)Blume yang sudah lama dikenal
masyarakat sebagai rempah-rempah, serta secara tradisional
dapat digunakan untuk meringankan penyakit pada penderita
diabetes (BPOM, 2009). Minyak atsiri 1-3% dengan kandungan
kimia utama kulit kayu manis adalah sinamaldehid (60-85% dari
komponen minyak atsiri), tanin, flavonoid, alkaloid, damar, lendir,
kalsium oksalat (BPOM, 2010). Kayu manis banyak dimanfaatkan
sebagai
antidiabetes,
antibakteri,
penambah
nafsu
makan,
pengujian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2
2. 1
Pengertian hiperglikemi
Hiperglikemia adalah suatu kumpulan gejala yang ditandai oleh adanya
kadar glukosa darah tinggi yang disebabkan oleh kekurangan hormon
pengatur kadar glukosa darah (insulin), baik secara relatif ataupun mutlak
(Anonim, 2009). Hiperglikemia merupakan keadaan peningkatan glukosa
darah yang cukup segnifikan dalam waktu tertentu pada kadar puasa normal
80 90 mg/dl darah atau rentang non puasa sekitar 140 -160 mg/dl darah
( Elizabeth J. Corwin, 2001).
Hiperglikemia dapat terjadi baik pada wanita maupun pria atau usia
sekitar < 40 tahun tetapi lebih sering terjadi pada individu usia 50 sampai 70
tahun dan tidak memiliki riwayat diabetes atau hanya menderita diabetes
tipe II yang ringan.
2. 2
Patofisiologi hiperglikemi
Hiperglikemia timbul karena penyerapan glukosa ke dalam sel
terhambat serta metabolismenya terganggu. Pada keadaan normal kira-kira
50% glukosa yang masuk kedalam tubuh mengalami metabolisme sempurna
manjadi CO2 dan H2O pada jaringan adiposa melalui proses glikolisis, 15%
menjadi glukagon pada jaringan hepar melalui proses glikogenesis dan kirakira 30-40% diubah menjadi lemak pada jaringan adiposa. [12]
Karbohidrat dicerna menjadi glukosa sehingga kadar
glukosa darah meningkat. Insulin berperan dalam menjaga
kadar glukosa darah tetap normal dengan cara mentransfer
glukosa darah ke dalam sel-sel yang membutuhkan. Glukosa
darah tidak dapat digunakan secara langsung menjadi
energi , tetapi harus ditransfer terlebih dahulu ke dalam sel.
Didalam sel, glukosa dapat diubah menjadi energi melalui
proses respirasi (oksidasi).
C6H12O6 + 6 O2
6 CO2 + 6 H2O + Energi
Jika tidak segera diubah menjadi energi, gulkosa darah
akan diubah menjadi glikogen dan lemak untuk disimpan
sebagai energi cadangan.
Mellitus :
karbohidrat
Glikosuria
(urin mengandung glukosa) )mengandung glukosa )
darah
Efek
menjadi
samping
hiperosmotik
yang
terhadap
berbahaya
justru
cairan
akibat
berbagai
macam
elektrolit.
Hal
inilah
yang
akibat
kurangnya
pemakaian
glukosa
di
kelenjar itu.
Bentuk gangguan diabetik yang paling berat yaitu coma
diabeticum, terdapat gangguan proses biokimia glukosa
darah dalam tubuh, yaitu terjadinya ketoasidosis akibat
pembentukan benda keton dalam jumlah besar. Eliminasi
glukosa dalam urin menyebabkan diuresis osmotik dengan
kehilangan
air,
dengan
demikian
coma
diabetikum
diproduksi
melebihi
kapasitas
tubuh
untuk
2. 3
Komplikasi hiperglikemi
Ketoasodosis diabetik
Komplikasi metabolik
Koma hiperglikemi hiperismoler non ketolik
Hipoglikemia
Komplikasi akut
Asidosis lactate
Infeksi berat
Komplikasi hiperglukemi
Komplikasi vaskulan
Mikrovaskuler : retinopati
Neuropatik sensorimotorik
Neuropatik otonomik gastroporsis
Komplikasi neuropatik
Komplikasi kronik
2. 4
Diare diabetik
Pemeriksaan klinik
Impoten
Keadaan dekompensasi
metabolik
akut biasanya didahului
Campuran Vaskular
Neuropatik
Ulkus kaki
waktu
berkembang
dalam
beberapa
hari
SHH
yang
cenderung
mengakibatkan
diurtika.Gejala
tipikal
untuk
dehidrasi
adalah
Kayu manis
Kerajaan:
Divisi:
Kelas:
Ordo:
Famili:
Genus:
Spesies:
Plantae
Magnoliophyta
Magnoliopsida
Laurales
Lauraceae
Cinnamomum
C. burmanni
Nama binomial
Cinnamomum verum
Deskripsi tanaman kayu manis :
Tanaman kayu manis memiliki batang seperti pohon, tahunan dan tinggi
hingga 10 15 meter. Daun berkayu, tegak, bercabang, hijau
panjang
4-14
cm,
lebar
1,5-6
cm,
pertulangan
senyawa
minyak
atsiri,
flavonoid,
alkaloid,
tanin,
antibakteri,
peluruh
perut
dan
antiagregasi
2. 6
sebagai
monosakrida.
Inhibitor
-glukosidase
melalui
beberapa
jaringan
untuk
meregulasi
( Hanik,2011)
Kriteria diagnosis diabetes miletus :
Menurut Siti (2009) dan Dalimartha (2004), parameter umum yang
digunakan untuk diagnosis diabetes melitus adalah :
a) Seseorang dikatakan penderita diabetes mellitus jika kadar glukosa
darah ketika puasa > 120 mg/dl atau 2 jam setelah larutan yang
mengandung glukosa 75 gram menunjukkan kadae glukosa darah 200
mg/dl.
b) Seseorang dikatakan normal (tidak menderita diabetes melitus), jika
kadar glukosa darah ketika puasa < 110 mg/dl dan kadar glukosa darah
2 jam setelah makan mencapai 140 mg/dl (Susilowati, 2006)
Kadar glukosa darah puasa normal pada tikus antara 50-109 mg/dl.
(Wulandari, 2010)
2. 7
Maserasi
Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan
pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur
ruangan (kamar). Secara teknologi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode
pencapaian
konsentrasi
pada
keseimbangan
(Sidik
dan
Mudahar,
10
).
Peristiwa
tersebut
berulang
sampai
terjadi
cairan
penyari
setiap
hari.
Endapan
yang
11
1. Digesti
Digesti adalah cara maserasi dengan menggunakan
pemanasan lemah, yaitu pada suhu 40-50oC. Cara
maserasi ini hanya dapat dilakukan untuk simplisia yang
zat aktifnya tahan terhadap pemanasan.
2. Maserasi dengan mesin pengaduk
Penggunaan mesin pengaduk berputar terus-menerus
waktu proses maserasi dapat dipersingkat 6-24 jam.
3. Remaserasi
Cairan penyari dibagi 2 seluruh serbuk simplisia
dimaserasi dengan cairan penyari pertama, sesudah
dienap-tuangkan dan diperas, ampas dimaserasi lagi
dengan cairan penyari yang kedua.
4. Maserasi melingkar
Maserasi dapat diperbaiki dengan mengusahakan agar
cairan penyari selalu bergerak dan menyebar. Dengan
cara
ini
penyari
berkesinambungan
selalu
melalui
mengalir
serbuk
kembali
simplisia
secara
dan
Kapsul
Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras
atau lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya
kapsul terbagi atas kapsul dari gelatin keras dan juga gelatin lunak. (Ansel,
1989)
Kapsul adalah sediaaan padat yang terdiri dari obat dalam
cangkang keras atau lunak yang dapat larut. Cangkang pada
umumnya terbuat dari gelatin, bias juga dari pati atau bahan
lain yang sesuai.
2.
Tidak berasa sehingga bisa menutup rasa dan bau dari obat yang kurang enak.
3.
Mudah ditelan dan cepat hancur /larut didalam perut, sehingga bahan cepat segera
diabsorbsi (diserap) usus.
4.
5.
Kapsul dapat diisi dengan cepat tidak memerlukan bahan penolong seperti pada
pembuatan pil atau tablet yang mungkin mempengaruhi absorbsi bahan obatnya.
13
Tidak bisa untuk zat-zat mudah menguap sebab pori-pori cangkang tidak
menahan penguapan
2.
3.
4.
5.
2. 9
memenuhi
bobot
persyaratan
dilakukan
dengan
kapsul (%)
120 mg
120 mg atau lebih
A
10
7,5
3. Waktu hancur
Uji ini dimaksudkan
untuk
B
20
15
menetapkan
14
dalam
sediaan
kapsul.
Caranya
sesuai
menurut
prosedur
yang
sudah
ditentukan
berada
diantara
90-110%
dari
15
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3. 1 Alat
- Beaker glass, montir, stemper, gelas ukur, gelas arloji, cawan, sendok
tanduk, sudip, erlenmeyer, corong dan botol.
3. 2 Bahan
simplisia kayu manis, ekstraksi kayu manis, laktosa,
talk, magnesium stearat, CMC na, nipagin, nipasol,
aquadest dan etanol 80 %.
3.3
Formulasi
16
3. 4 Cara kerja
3.3. 1 Cara kerja maserasi kayu manis
Ditimbang simplisia kayu manis sebanyak 82 gram
dosis diuapkan
untuk mencit
= didapat
Ekstrak
hingga
disisihkan
200 g ekstrak kental,
a) Mencit merah
45 g
0,035=
20 g Semua mencit diaklimatisasi
b) Mencit biru
c)
Mencit
hitam selama 7 hari (minum tetap)
Mencit
dipuasakan
2. Dosis untuk manusia
3. Total ekstrak yang dibutuhkan
Ditimbang berat badan mencit lalu diukur kadar glukosa darah
17
Mencit diinduksi ekstrak kayu manis, tunggu selama 1 jam lalu diukur kadar glukosa darah mencit
Ditimbang
nipasol sebanyak 1,1 mg,sisihkan
Ditimbang laktosa sebanyak 66,75
mg,sisihkan
Semua bahan
didalam mortir,gerus ad homogen
3.3. Campurkan
3 Pembuatan
kapsul
Timbang ekstrak kayu manis sebanyak 6,78 gram, masukkan mortir gerus ad homogen hingga terbentuk m
Tambahkan talk sebanyak 216,9 mg dan mg. Stearat sebanyak 54,2 mg lalu dicampurkan sampa
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
4.1.1 Organoleptis
1) Warna : coklat kehitaman
2) Bau : khas kayu manis
3) Rasa : manis pahit
4) Bentuk : granul, serbuk
4.1.2 Waktu hancur
Waktu lumer kapsul = 11 menit 36 detik
Waktu kapsul hancur (pecah) = 15 menit 11
detik
4.1.3 Keseragaman isi
Isi granul ekstrak kayu manis = 250 mg
N
Cangkang
Cangkang
o
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1
dan isi
0,34
0,30
0,36
0,34
0,33
0,33
0,32
0,35
0,29
kosong
0,7
0,7
0,6
0,6
0,6
0,6
0,7
0,7
0,6
0,32
0,6
Isi ekstrak
0,27
0,23
0,30
0,29
0,28
0,28
0,25
0,28
0,23
0,26
Rata-rata = 0,267
SD= 0,0241
KV= 0,0241/0,267 x 100% = 9,0262%
Bobot tablet yang direncanakan = 250 mg
19
-Rentang bobot
a) Kolom A = 7,5% dari 250 mg
7,5/100 x 250 = 18,75 mg
250 - 18,75 = 231,125 mg
250 + 18,75= 268,75 mg
Rentang kolom A = 231,125 268,75 mg
b) Kolom B= 15% dari 250 mg
15/100 x 250= 37,5 mg
250-37,5= 212,5 mg
250+37,5= 287,5 mg
Rentang kolom B = 212,5 - 287,5 mg
Syarat = tidak boleh ada satupun bobot kapsul yang
menyimpang dari kolom A dan B.
11,89 gram
100 =14,5
82 gram
4.1.5 Uji waktu alir
1) Berat : 4,9 gram
2) Waktu : 0,99 detik
Tinggi 0,4 cm
20
R = 3,1
Sudut istirahat
H= 0,9 cm
F = 3,8 cm
h
Alfa = tan-1 r
-
= tan-1
0,4
3,1
= tan-1 0,729
= 7,350
Sudut diam = 7,35
4.1.6 Data anova biasa
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova
Perlakuan
Statistic
Df
Shapiro-Wilk
Sig.
Statistic
df
Sig.
kontrol negatif
.245
.971
.672
kontrol +
.191
.997
.901
konsentrasi a
.236
.977
.708
konsentrasi b
.364
.800
.114
konsentrasi c
.230
.981
.734
konsentrasi d
.202
.994
.855
selisih
Descriptive Statistics
N
selisih
Mean
18
28.0183
Std. Deviation
17.94224
Minimum
.86
Maximum
64.28
21
18
Mean
28.0183
Normal Parametersa,b
Std. Deviation
17.94224
Absolute
.113
Positive
.113
Negative
-.075
Kolmogorov-Smirnov Z
.481
.975
TABEL 3.1
Test of Homogeneity of Variances
Selisih
Levene Statistic
1.206
df1
df2
5
Sig.
12
.363
TABEL 3.2
ANOVA
Selisih
Sum of Squares
df
Mean Square
Sig.
22
Between G
1872.820
374.564
Within Groups
3599.889
12
299.991
Total
5472.708
17
1.249
.346
Roups
TABEL 3.3
Multiple Comparisons
Dependent Variable: selisih
LSD
(I) perlakuan
(J) perlakuan
Mean Difference
Std. Error
Sig.
(I-J)
Lower Bound
kontrol +
kontrol negatif
kontrol +
konsentrasi a
Upper Bound
-7.41333
14.14192
.610
-38.2259
23.3993
konsentrasi a
5.59667
14.14192
.699
-25.2159
36.4093
konsentrasi b
-26.79333
14.14192
.082
-57.6059
4.0193
konsentrasi c
-2.56333
14.14192
.859
-33.3759
28.2493
konsentrasi d
-3.15667
14.14192
.827
-33.9693
27.6559
kontrol negatif
7.41333
14.14192
.610
-23.3993
38.2259
konsentrasi a
13.01000
14.14192
.376
-17.8026
43.8226
konsentrasi b
-19.38000
14.14192
.196
-50.1926
11.4326
konsentrasi c
4.85000
14.14192
.738
-25.9626
35.6626
konsentrasi d
4.25667
14.14192
.769
-26.5559
35.0693
kontrol negatif
-5.59667
14.14192
.699
-36.4093
25.2159
23
konsentrasi b
kontrol +
-13.01000
14.14192
.376
-43.8226
17.8026
konsentrasi b
-32.39000*
14.14192
.041
-63.2026
-1.5774
konsentrasi c
-8.16000
14.14192
.575
-38.9726
22.6526
konsentrasi d
-8.75333
14.14192
.548
-39.5659
22.0593
kontrol negatif
26.79333
14.14192
.082
-4.0193
57.6059
kontrol +
19.38000
14.14192
.196
-11.4326
50.1926
konsentrasi a
32.39000*
14.14192
.041
1.5774
63.2026
konsentrasi c
24.23000
14.14192
.112
-6.5826
55.0426
konsentrasi d
23.63667
14.14192
.120
-7.1759
54.4493
kontrol negatif
2.56333
14.14192
.859
-28.2493
33.3759
-4.85000
14.14192
.738
-35.6626
25.9626
konsentrasi a
8.16000
14.14192
.575
-22.6526
38.9726
konsentrasi b
-24.23000
14.14192
.112
-55.0426
6.5826
konsentrasi d
-.59333
14.14192
.967
-31.4059
30.2193
kontrol negatif
3.15667
14.14192
.827
-27.6559
33.9693
-4.25667
14.14192
.769
-35.0693
26.5559
konsentrasi a
8.75333
14.14192
.548
-22.0593
39.5659
konsentrasi b
-23.63667
14.14192
.120
-54.4493
7.1759
konsentrasi c
.59333
14.14192
.967
-30.2193
31.4059
kontrol +
konsentrasi c
kontrol +
konsentrasi d
24
4.1.8
4.2
Praktikum
pembahasan
kali
ini,
sampel
yang
digunakan
sebagai
Pertama-tama,
simplisia
kayu
manis
ditimbang
25
difusi
).
Peristiwa
tersebut
berulang
sampai
terjadi
cairan
penyari
setiap
hari.
Endapan
yang
dengan
menstimulasi
hipotalamus
untuk
efek
dalam
menginduksi
hipoglikemia
dan
dapat
mencegah
komplikasi
atau
progresifitas
memiliki
efek
penghambatan
terhadap
enzim
alfa
26
pengikat
granul,
nipagin
dan
nipasol
sebagai
0,05),
sedangkan dosis
ekstrak
kayu manis
0,05).
Hasil
dari
diagram
ANOVA
yang
didapat
27
28
5.1
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan
pembahasan
dapat
36
detik
(kapsul
lumer)
dan
uji
29
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III. Jakarta :
Departemen Kesehatan.
Anonim . 1977. Materia Medika Indonesia, jilid I. Jakarta :
30
31