Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hiperglikemi merupakan penyakit yang jarang sekali diketahui
oleh masyarakat biasa,yang mereka tahu hanya tentang kadar
gula yang tinggi biasa disebut Diabetes Mellitus. Hiperglikemia
adalah suatu kumpulan gejala yang ditandai oleh adanya kadar glukosa darah
tinggi dalam waktu tertentu sehingga kerja hormon pengatur kadar glukosa darah
(insulin) terhambat, baik secara relatif ataupun mutlak. Secara empiris tumbuhan
kayu manis pada bagian kulit batang pohonnya telah banyak digunakan
masyarakat untuk menurunkan glukosa darah, bahkan sudah biasa dicampurkan
didalam makanan dan atau minuman seperti kopi, cereal, teh, orange juice dan
roti, bahkan sekarang sudah tersedia dalam bentuk kapsul dan pil (Anonim, 2009).
Kayu manis termasuk familia Lauracea dengan jumlah spesies
yang beragam dan dapat tumbuh dengan baik didaerah iklim
tropis. Jenis kayu manis asal indonesia adalah Cinnamomum
burmanni (Nees & T. Nees)Blume yang sudah lama dikenal
masyarakat sebagai rempah-rempah, serta secara tradisional
dapat digunakan untuk meringankan penyakit pada penderita
diabetes (BPOM, 2009). Minyak atsiri 1-3% dengan kandungan
kimia utama kulit kayu manis adalah sinamaldehid (60-85% dari
komponen minyak atsiri), tanin, flavonoid, alkaloid, damar, lendir,
kalsium oksalat (BPOM, 2010). Kayu manis banyak dimanfaatkan
sebagai

antidiabetes,

antibakteri,

penambah

nafsu

makan,

antiinflamasi, peluruh kentut dan peluruh keringat.


Penelitian ini dipilih kayu manis untuk mengetahui bagaimana
efek ekstrak kayu manis terhadap penurunan kadar glukosa
darah (antihiperglikemi)
1.2 Rumusan masalah

1.2.1 Apa yang dimaksud dengan hiperglikemi?


1.2.2 Bagaimana patofisiologi hiperglikemi?
1.2.3 Bagaimana cara kerja uji efektifitas antihiperglikemi
ekstrak kayu manis?
1.2.4
Bagaimana cara kerja pembuatan kapsul kayu
manis?
1.3 Tujuan
1.3.1 Mahasiswa dapat mengetahui arti hiperglikemi.
1.3.2
Mahasiswa dapat mengetahui patofisiologi
hiperglikemi.
1.3.3
Mahasiswa

dapat mengetahui cara

pengujian

efektifitas antihiperglikemi ekstrak kayu manis.


1.3.4
Mahasiswa dapat mengetahui cara pembuatan
kapsul kayu manis.
1.4 Manfaat
Hasil praktikum yang dilakukan dapat memberikan
manfaat kepada masyarakat tentang pengaruh pemberian
ekstrak kayu manis terhadap penurunan kadar gula darah.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2

2. 1

Pengertian hiperglikemi
Hiperglikemia adalah suatu kumpulan gejala yang ditandai oleh adanya
kadar glukosa darah tinggi yang disebabkan oleh kekurangan hormon
pengatur kadar glukosa darah (insulin), baik secara relatif ataupun mutlak
(Anonim, 2009). Hiperglikemia merupakan keadaan peningkatan glukosa
darah yang cukup segnifikan dalam waktu tertentu pada kadar puasa normal
80 90 mg/dl darah atau rentang non puasa sekitar 140 -160 mg/dl darah
( Elizabeth J. Corwin, 2001).
Hiperglikemia dapat terjadi baik pada wanita maupun pria atau usia
sekitar < 40 tahun tetapi lebih sering terjadi pada individu usia 50 sampai 70
tahun dan tidak memiliki riwayat diabetes atau hanya menderita diabetes
tipe II yang ringan.

2. 2

Patofisiologi hiperglikemi
Hiperglikemia timbul karena penyerapan glukosa ke dalam sel
terhambat serta metabolismenya terganggu. Pada keadaan normal kira-kira
50% glukosa yang masuk kedalam tubuh mengalami metabolisme sempurna
manjadi CO2 dan H2O pada jaringan adiposa melalui proses glikolisis, 15%
menjadi glukagon pada jaringan hepar melalui proses glikogenesis dan kirakira 30-40% diubah menjadi lemak pada jaringan adiposa. [12]
Karbohidrat dicerna menjadi glukosa sehingga kadar
glukosa darah meningkat. Insulin berperan dalam menjaga
kadar glukosa darah tetap normal dengan cara mentransfer
glukosa darah ke dalam sel-sel yang membutuhkan. Glukosa
darah tidak dapat digunakan secara langsung menjadi
energi , tetapi harus ditransfer terlebih dahulu ke dalam sel.
Didalam sel, glukosa dapat diubah menjadi energi melalui
proses respirasi (oksidasi).
C6H12O6 + 6 O2
6 CO2 + 6 H2O + Energi
Jika tidak segera diubah menjadi energi, gulkosa darah
akan diubah menjadi glikogen dan lemak untuk disimpan
sebagai energi cadangan.

Proses pencernaan karbohidrat pada kondisi Diabetes


Kerja Insulin terganggu

Mellitus :

karbohidrat

Glukosa darah meningkat

Energi Glikogen dan Lemak

Glikosuria
(urin mengandung glukosa) )mengandung glukosa )

Asupan karbohidrat dalam tubuh dapat meningkatkan kadar glukosa


darah. Defisiensi insulin dapat menyebabkan gangguan saat glukosa darah
Gejala DM

ke dalam sel sehingga walaupun kadarnya berlimpah dalam


darah, glukosa darah tidak dapat diubah menjadi energi.
Gangguan saat glukosa diubah menjadi glikogen dan lemak.
Glukosa yang tidak dapat diubah menjadi energi dan
glikogen beserta lemak, menyebabkan kadar glukosa darah
tetap tinggi. Kondisi ini menyebabkan glukosa akan dibuang
melalui ginjal ke dalam urin sehingga urin mengandung
glukosa (glikosuria). Hal ini merupakan salah satu gejala
Diabetes Mellitus.
Glukosa trutama diabsorbsi di usus halus. Pada keadaan
normal jumlah glukosa dalam darah antara 80 100 mg/dl.
Bila lebih tinggi, maka terjadi hiperglikemia. Hiperglikemia
tidak berbahaya, kecuali bila terjadi dengan hebat sekali
sehingga
intrasel.

darah
Efek

menjadi

samping

hiperosmotik
yang

terhadap

berbahaya

justru

cairan
akibat

timbulnya glukosuria, karena glukosuria bersifat diuretik


osmotik, sehingga banyak cairan yang keluar disertai
hilangnya

berbagai

macam

elektrolit.

Hal

inilah

yang

menyebabkan terjadinya dehidrasi dan hilangnya elektrolit


pada penderita diabetes yang tidak diobati, sehingga badan
berusaha mengatasinya dengan banyak minum (polidipsia).
4

Polifagia timbul karena perangsangan pusat nafsu makan di


hipotalamus

akibat

kurangnya

pemakaian

glukosa

di

kelenjar itu.
Bentuk gangguan diabetik yang paling berat yaitu coma
diabeticum, terdapat gangguan proses biokimia glukosa
darah dalam tubuh, yaitu terjadinya ketoasidosis akibat
pembentukan benda keton dalam jumlah besar. Eliminasi
glukosa dalam urin menyebabkan diuresis osmotik dengan
kehilangan

air,

dengan

demikian

coma

diabetikum

bergantung pada asidosis, pergeseran elektrolit, dehidrasi


dan kekurangan pasokan darah ke otak, kemudian berlanjut
pada stadium yang lebih parah yang disertai dengan
kurangnya nafsu makan, mual, lemah otot, mengantuk juga
rasa haus, polidipsia dan poliuria.
Kekeringan pada mukosa mulut dan lidah, bulbus mata
menjadi lunak, pernafasan menjadi lebih dalam dan lambat
serta nafas berbau aseton merupakan tanda-tanda keadaan
koma diabetikum. Akibat lanjut dari Diabetes Mellitus dapat
terjadi terutama penyakit pembuluh darah seperti infark
jantung, penyakit penyumbatan arteri, neuropathy, juga
penyakit lain yaitu penyakit kulit.
Hiperglikemia ini dapat menyebabkan produksi radikal
bebas yang berlebihan dan akan memicu terjadinya stress
oksidatif, yaitu suatu keadaan dimana jumlah radikal bebas
yang

diproduksi

melebihi

kapasitas

tubuh

untuk

menangkalnya 50. Dengan adanya paparan stress oksidatif,


enzim SOD sebagai antioksidan endogen akan meningkat
aktivitasnya untuk meredam stress oksidatif tersebut.

2. 3

Komplikasi hiperglikemi
Ketoasodosis diabetik
Komplikasi metabolik
Koma hiperglikemi hiperismoler non ketolik

Hipoglikemia

Komplikasi akut

Asidosis lactate
Infeksi berat

Makrovaskuler : PJK, stroke

Komplikasi hiperglukemi

Komplikasi vaskulan
Mikrovaskuler : retinopati
Neuropatik sensorimotorik
Neuropatik otonomik gastroporsis
Komplikasi neuropatik
Komplikasi kronik

2. 4

Diare diabetik

Buli buli neurogenik


Pemeriksaan penyakit hiperglikemia

Pemeriksaan klinik

Impoten

Keadaan dekompensasi
metabolik
akut biasanya didahului
Campuran Vaskular
Neuropatik
Ulkus kaki

oleh gejala diabetes yang tidak terkontrol. Gejala-gejalanya


antara lain lemah badan, pandangan kabur, poliuria, polidipsia
dan penurunan berat badan. KAD berkembang dengan cepat
dalam

waktu

berkembang

Komplikasi pada kaki


beberapa
jam, sedangkan

dalam

beberapa

hari

SHH

yang

cenderung

mengakibatkan

hiperosmolalitas. Dehidrasi akan bertambah berat bila disertai


pemakaian

diurtika.Gejala

tipikal

untuk

dehidrasi

adalah

membran mukosa yang kering, turgor kulit menurun, hipotensi


dan takhikardia.Pada pasien tua mungkin sulit untuk menilai
turgor kulit. Demikian juga pasien dengan neuropati yang lama
mungkin menunjukkan respons yang berbeda terhadap keadaan
dehidrasi. Status mental dapat bervariasi dari sadar penuh ,
letargi, sampai koma. Bau nafas seperti buah mengindikasikan
adanya aseton yang dibentuk dengan ketogenesis. Mungkin
terjadi pernafasan Kussmaul sebagai mekanisme kompensasi
terhadap asidosis metabolik. Pada pasien-pasien SHH tertentu,
gejala neurologi fokal atau kejang mungkin merupakan gejala
klinik yang dominan.(1-3)
2. 5

Kayu manis

Kerajaan:
Divisi:
Kelas:
Ordo:
Famili:
Genus:
Spesies:

Plantae
Magnoliophyta
Magnoliopsida
Laurales
Lauraceae
Cinnamomum
C. burmanni
Nama binomial
Cinnamomum verum
Deskripsi tanaman kayu manis :
Tanaman kayu manis memiliki batang seperti pohon, tahunan dan tinggi
hingga 10 15 meter. Daun berkayu, tegak, bercabang, hijau

kecoklatan. Tunggal, lanset, ujung dan pangkal runcing, tepi


rata,

panjang

4-14

cm,

lebar

1,5-6

cm,

pertulangan

melengkung, masih muda merah pucat setelah tua. Bunga


majemuk, bentuk malai, di ketiak daun, berambut halus,
tangkai panjang 4-12 mm, benang sari dengan kelenjar di
tengah tangkai sari, mahkota panjang 4-5 mm, kuning. Buah
buni, panjang 1 cm, masih muda hijau setelah tua hitam. Biji
kecil, bulat telur, masih muda hijau setelah tua. Akar
Tunggang, coklat kotor.
Kandungan kimia kayu manis : kulit kayu manis tersusun
atas

senyawa

minyak

atsiri,

flavonoid,

alkaloid,

tanin,

triterpenoid dan saponin. Sinamaldehid (60- 85 % dari


komponen minyak atsiri) turunan senyawa fenol, damar dan
lendir (Dalimartha, 1998)
Kayu manis tidak hanya digunakan sebagai rempah-rempah
tetapi bagus untuk kesehatan (obat) seperti antidiabet,
antioksidan,

antibakteri,

peluruh

perut

dan

antiagregasi

platetet ( Robinson, 1991 dan Sastro hamodjojo, 1996)

2. 6

Mekanisme kerja flavonoid sebagai antidiabetes


Struktur kimia flavonoid :

Flavonoid merupakan agen antidiabetik yang potensial


karena flavonoid menggunakan beberapa kerja yang bersifat
insulinominetik dan antihiperglikemik yang memiliki efek

untuk memperbaiki kondisi penderita diabetes mellitus.


Flavonoid merupakan senyawa seperti fenol yang dimiliki oleh
banyak tanaman sebagai inhibitor glukosidase. Glukosidase
inhibitor merupakan agen potensial untuk terapi Diabetes
mellitus karena glukosidase mempengaruhi proses biologis
secara relevan.
Enzim glukosidase berlokasi di Brush Border didalam usus
halus dan dibutuhkan untuk pemecahan karbohidrat sebelum
diserap

sebagai

monosakrida.

Inhibitor

-glukosidase

menunda absorbsi dari karbohidrat yang didapatkan dari


makanan, sehingga mengurangi kadar glukosa dalam darah
setelah makan. Dari hal ini, jelas bahwa flavonoid dapat
bertindak

melalui

beberapa

jaringan

untuk

meregulasi

homeostasis serum glukosa.


Mekanisme reaksi penurunan glukosa darah dengan metode enzimatis
terjadi dalam 2 tahap,yaitu:

( Hanik,2011)
Kriteria diagnosis diabetes miletus :
Menurut Siti (2009) dan Dalimartha (2004), parameter umum yang
digunakan untuk diagnosis diabetes melitus adalah :
a) Seseorang dikatakan penderita diabetes mellitus jika kadar glukosa
darah ketika puasa > 120 mg/dl atau 2 jam setelah larutan yang
mengandung glukosa 75 gram menunjukkan kadae glukosa darah 200
mg/dl.
b) Seseorang dikatakan normal (tidak menderita diabetes melitus), jika
kadar glukosa darah ketika puasa < 110 mg/dl dan kadar glukosa darah
2 jam setelah makan mencapai 140 mg/dl (Susilowati, 2006)
Kadar glukosa darah puasa normal pada tikus antara 50-109 mg/dl.
(Wulandari, 2010)
2. 7

Maserasi
Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan
pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur
ruangan (kamar). Secara teknologi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode
pencapaian

konsentrasi

pada

keseimbangan

(Sidik

dan

Mudahar,

2000).Maserasi digunakan untuk penyarian simplisia yang mengandung zat


aktif yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung zat yang
mudah mengembang dalam cairan penyari, tidak mengandung benzoin, sitrak,
dan lain-lain. Maserasi dilakukan dengan merendam serbuk simplisia dalam
cairan penyari. Cairan penyari yang digunakan dapat berupa air, etanol, airetanol, ataupelarut lain.
Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel
yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan
konsentrasi antara larutan zat aktif didalam sel dan diluar sel, maka larutan
terpekat akan terdesak keluar. Peristiwa ini berulang sehingga terjadi
keseimbangan konsentrasi antara larutan diluar sel dan didalam sel.

10

Pada umumnya maserasi dilakukan dengan cara 10 bagian simplisia dengan


derajat kehalusan yang cocok, dimasukkan kedalam bejana kemudian dituangi
dengan 75 bagian cairan penyari, ditutup dan dibiarkan selama 5 hari
terlindung dari cahaya, sambil berulang-ulang diaduk. Setelah 5 hari diserkai,
ampas diperas. Pada ampas ditambahkan cairan penyari secukupnya, diaduk
dan diserkai sehingga diperoleh seluruh sari sebanyak 100 bagian. Bejana
ditutup, dibiarkan ditempat sejuk, terlindung dari cahaya, selama 2 hari
kemudian endapan dipisahkan.
Pengadukan pada proses maserasi dapat menjamin keseimbangan
konsentrasi bahan yang diekstraksi lebih cepat didalam cairan penyari. Hasil
penyarian dengan cara maserasi perlu dibiarkan selama waktu tertentu. Hal ini
dilakukan untuk mengendapkan zat-zat yang tidak diperlukan tetapi ikut
terlarut dalam cairan penyari, seperti: malam dan lain-lain.
Prinsip Maserasi. Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan
cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari yang
sesuai selama tiga hari pada temperatur kamar terlindung dari
cahaya, cairan penyari akan masuk ke dalam sel melewati
dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan
konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar sel.
Larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan
diganti oleh cairan penyari dengan konsentrasi rendah ( proses
difusi

).

Peristiwa

tersebut

berulang

sampai

terjadi

keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di


dalam sel. Selama proses maserasi dilakukan pengadukan dan
penggantian

cairan

penyari

setiap

hari.

Endapan

yang

diperoleh dipisahkan dan filtratnya dipekatkan.


Maserasi dapat dimodifikasi menjadi beberapa metode yaitu
:

11

1. Digesti
Digesti adalah cara maserasi dengan menggunakan
pemanasan lemah, yaitu pada suhu 40-50oC. Cara
maserasi ini hanya dapat dilakukan untuk simplisia yang
zat aktifnya tahan terhadap pemanasan.
2. Maserasi dengan mesin pengaduk
Penggunaan mesin pengaduk berputar terus-menerus
waktu proses maserasi dapat dipersingkat 6-24 jam.
3. Remaserasi
Cairan penyari dibagi 2 seluruh serbuk simplisia
dimaserasi dengan cairan penyari pertama, sesudah
dienap-tuangkan dan diperas, ampas dimaserasi lagi
dengan cairan penyari yang kedua.
4. Maserasi melingkar
Maserasi dapat diperbaiki dengan mengusahakan agar
cairan penyari selalu bergerak dan menyebar. Dengan
cara

ini

penyari

berkesinambungan

selalu
melalui

mengalir
serbuk

kembali
simplisia

secara
dan

melarutkan zat aktifnya.


2. 8

Kapsul
Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras
atau lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya
kapsul terbagi atas kapsul dari gelatin keras dan juga gelatin lunak. (Ansel,
1989)
Kapsul adalah sediaaan padat yang terdiri dari obat dalam
cangkang keras atau lunak yang dapat larut. Cangkang pada
umumnya terbuat dari gelatin, bias juga dari pati atau bahan
lain yang sesuai.

( Farmakope Indonesia ed. IV ).

Cangkang dibuat dari :


1. Gelatin
2. Pati
3. Bahan Lain yang cocok (FI,Ed,IV)
Kapsul memiliki nama lain :
12

a. Hard Capsule atau Kapsul Keras


Kapsul cangkang keras terdiri atas wadah dan tutup
yang dibuat dari campuran gelatin, gula dan air, jernih
tidak berwarna dan pada dasarnya tidak mempunyai
rasa. Biasanya cangkang ini diisi dengan bahan padat
atau serbuk, butiran atau granul. Ukuran kapsul mulai
dari yang besar sampai yang kecil yaitu 000, 00, 1, 2, 3,
4, 5.
b. Hard Gelatine Capsule atau Kapsul Lunak
Kapsul gelatin lunak dibuat dari gelatin dimana
gliserin atau alkohol polivalen dan sorbitol ditambahkan
supaya gelatin bersifat elastis seperti plastik. Kapsulkapsul ini mungkin bentuknya membujur seperti elips
atau seperti bola dapat digunakan untuk diisi cairan,
suspensi, bahan berbentuk pasta atau serbuk kering
(Ansel, 1989).
Adapun pemerian dari kapsul adalah sedian bahan aktifnya dapat
berbentuk padat atau sediaan padat dengan atau tampa bahan tambahan dan
terbungkus cangkang kapsul yang keras terbuat dari gelatin.
2.8.1 Keuntungan dan Kerugian Sediaan Kapsul
Keuntungan bentuk sediaan kapsul.
1.

Bentuk menarik dan praktis

2.

Tidak berasa sehingga bisa menutup rasa dan bau dari obat yang kurang enak.

3.

Mudah ditelan dan cepat hancur /larut didalam perut, sehingga bahan cepat segera
diabsorbsi (diserap) usus.

4.

Dokter dapat memberikan resep dengan kombinasi dari bermacam-macam bahan


obat dan dengan dosis yang berbeda-beda menurut kebutuhan seorang pasien.

5.

Kapsul dapat diisi dengan cepat tidak memerlukan bahan penolong seperti pada
pembuatan pil atau tablet yang mungkin mempengaruhi absorbsi bahan obatnya.

13

Kerugian bentuk sediaan kapsul.


1.

Tidak bisa untuk zat-zat mudah menguap sebab pori-pori cangkang tidak
menahan penguapan

2.

Tidak untuk zat-zat yang higroskopis

3.

Tidak untuk zat-zat yang bereaksi dengan cangkang kapsul

4.

Tidak untuk Balita

5.

Tidak bisa dibagi ( misal kapsul)

2. 9

Pengujian sediaan kapsul


Kapsul yang diproduksi harus
sebagai berikut:
2. Keseragaman Bobot
Uji
keseragaman

memenuhi

bobot

persyaratan

dilakukan

dengan

penimbangan 20 kapsul sekaligus dan ditimbang lagi


satu persatu isi tiap kapsul. Kemudian timbang
seluruh cangkang kosong dari 20 kapsul tersebut.
Lalu dihitung bobot isi kapsul dan bobot rata-rata tiap
isi kapsul. Perbedaan bobot isi tiap kapsul terhadap
bobot rata-rata tiap isi kapsul, tidak boleh melebihi
dari yang ditetapkan pada kolom A dan untuk setiap
2 kapsul tidak lebih dari yang ditetapkan pada kolom
B.
Persyaratan :
Perbedaan bobot isi
Bobot Rata-rata

kapsul (%)

120 mg
120 mg atau lebih

A
10
7,5

3. Waktu hancur
Uji ini dimaksudkan

untuk

B
20
15
menetapkan

kesesuaian batas waktu hancur yang tertera dalam


masing-masing monografi. Uji waktu hancur tidak

14

menyatakan bahwa sediaan atau bahan aktifnya


terlarut sempurna. Waktu hancur setiap tablet atau
kapsul dicatat dan memenuhi persyaratan spesifikasi
waktu (dalam 15 menit) (Depkes RI, 1979).
4. Disolusi
Uji
ini
dimaksudkan
untuk
mengetahui
seberapa banyak persentasi zat aktif dalam obat
yang terabsorpsi dan masuk ke dalam peredaran
darah untuk memberikan efek terapi. Persyaratan
dalam waktu 30 menit harus larut tidak kurang dari
85% (Q) dari jumlah yang tertera pada etiket.
5. Keseragaman isi
Penetapan kadar dilakukan untuk memastikan
bahwa kandungan zat berkhasiat yang terdapat
dalam kapsul telah memenuhi syarat dan sesuai
dengan yang tertera pada etiket. Metode penetapan
kadar yang digunakan sesuai dengan zat aktif yang
terkandung

dalam

sediaan

kapsul.

Caranya

ditimbang 10-20 kapsul, isinya di gerus dan bahan


aktif yang larut diekstraksi menggunakan pelarut
yang

sesuai

menurut

prosedur

yang

sudah

ditetapkan. Secara umum rentang kadar bahan aktif


yang

ditentukan

berada

diantara

90-110%

dari

pernyataan pada label (Agoes, 2008).

15

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3. 1 Alat
- Beaker glass, montir, stemper, gelas ukur, gelas arloji, cawan, sendok
tanduk, sudip, erlenmeyer, corong dan botol.
3. 2 Bahan
simplisia kayu manis, ekstraksi kayu manis, laktosa,
talk, magnesium stearat, CMC na, nipagin, nipasol,
aquadest dan etanol 80 %.
3.3

Formulasi

R/ ekstrak kayu manis 67.8


CMC na
0,651
Laktosa
0,066
Nipagin
0,009
Nipasol
0,001
Talk
0,216
Mg. stearat
0,054

16

3. 4 Cara kerja
3.3. 1 Cara kerja maserasi kayu manis
Ditimbang simplisia kayu manis sebanyak 82 gram

Dimasukkan dalam botol

Ditambah etanol 80 % sebanyak 574 ml

Botol ditutup, lalu dikocok 24 jam

Setelah 24 jam, sediaan disaring dengan kain flanel

Konversi dosis dari tikus ke mencit


1. dosis untuk tikus = 0,25 g/g BB
0,25 g
0,14= 0,035 g/20 g

dosis diuapkan
untuk mencit
= didapat
Ekstrak
hingga
disisihkan
200 g ekstrak kental,
a) Mencit merah
45 g
0,035=
20 g Semua mencit diaklimatisasi
b) Mencit biru
c)
Mencit
hitam selama 7 hari (minum tetap)
Mencit
dipuasakan
2. Dosis untuk manusia
3. Total ekstrak yang dibutuhkan
Ditimbang berat badan mencit lalu diukur kadar glukosa darah

3.3. 2 Pengujian antihiperglikemi ke mencit

Mencit diinduksi glukosa dengan dosis 50 % / BB

Setelah 30 menit diukur kadar glukosa darah

17
Mencit diinduksi ekstrak kayu manis, tunggu selama 1 jam lalu diukur kadar glukosa darah mencit

Ditimbang CMC Na sebanyak 651,25


Ditimbang
mg,sisihkan
nipagin sebanyak 9,8 mg,sisihkan

Ditimbang
nipasol sebanyak 1,1 mg,sisihkan
Ditimbang laktosa sebanyak 66,75
mg,sisihkan

Semua bahan
didalam mortir,gerus ad homogen
3.3. Campurkan
3 Pembuatan
kapsul

Timbang ekstrak kayu manis sebanyak 6,78 gram, masukkan mortir gerus ad homogen hingga terbentuk m

diayak dengan mesh nomor18, dan dikeringkan di oven dengan suhu 40 C

Setelah terbentuk granul kering, diayak dengan mesh nomor 20

Tambahkan talk sebanyak 216,9 mg dan mg. Stearat sebanyak 54,2 mg lalu dicampurkan sampa

Uji sifat fisik granul


18
Setelah pengujian masukkan dalam kapsul

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
4.1.1 Organoleptis
1) Warna : coklat kehitaman
2) Bau : khas kayu manis
3) Rasa : manis pahit
4) Bentuk : granul, serbuk
4.1.2 Waktu hancur
Waktu lumer kapsul = 11 menit 36 detik
Waktu kapsul hancur (pecah) = 15 menit 11
detik
4.1.3 Keseragaman isi
Isi granul ekstrak kayu manis = 250 mg
N

Cangkang

Cangkang

o
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1

dan isi
0,34
0,30
0,36
0,34
0,33
0,33
0,32
0,35
0,29

kosong
0,7
0,7
0,6
0,6
0,6
0,6
0,7
0,7
0,6

0,32

0,6

Isi ekstrak
0,27
0,23
0,30
0,29
0,28
0,28
0,25
0,28
0,23
0,26

Rata-rata = 0,267
SD= 0,0241
KV= 0,0241/0,267 x 100% = 9,0262%
Bobot tablet yang direncanakan = 250 mg

19

-Rentang bobot
a) Kolom A = 7,5% dari 250 mg
7,5/100 x 250 = 18,75 mg
250 - 18,75 = 231,125 mg
250 + 18,75= 268,75 mg
Rentang kolom A = 231,125 268,75 mg
b) Kolom B= 15% dari 250 mg
15/100 x 250= 37,5 mg
250-37,5= 212,5 mg
250+37,5= 287,5 mg
Rentang kolom B = 212,5 - 287,5 mg
Syarat = tidak boleh ada satupun bobot kapsul yang
menyimpang dari kolom A dan B.

Persyaratan KV= <2%

4.1.4 Perhitungan rendemen


rendemen=

bobot ekstrak kental


100
bobot simplisiakering

11,89 gram
100 =14,5
82 gram
4.1.5 Uji waktu alir
1) Berat : 4,9 gram
2) Waktu : 0,99 detik
Tinggi 0,4 cm

20

R = 3,1
Sudut istirahat
H= 0,9 cm
F = 3,8 cm
h
Alfa = tan-1 r
-

= tan-1

0,4
3,1

= tan-1 0,729
= 7,350
Sudut diam = 7,35
4.1.6 Data anova biasa

Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova

Perlakuan

Statistic

Df

Shapiro-Wilk

Sig.

Statistic

df

Sig.

kontrol negatif

.245

.971

.672

kontrol +

.191

.997

.901

konsentrasi a

.236

.977

.708

konsentrasi b

.364

.800

.114

konsentrasi c

.230

.981

.734

konsentrasi d

.202

.994

.855

selisih

a. Lilliefors Significance Correction

Descriptive Statistics
N
selisih

Mean
18

28.0183

Std. Deviation
17.94224

Minimum
.86

Maximum
64.28

21

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


selisih
N

18
Mean

28.0183

Normal Parametersa,b
Std. Deviation

Most Extreme Differences

17.94224

Absolute

.113

Positive

.113

Negative

-.075

Kolmogorov-Smirnov Z

.481

Asymp. Sig. (2-tailed)

.975

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.

TABEL 3.1
Test of Homogeneity of Variances
Selisih
Levene Statistic
1.206

df1

df2
5

Sig.
12

.363

TABEL 3.2
ANOVA
Selisih
Sum of Squares

df

Mean Square

Sig.

22

Between G
1872.820

374.564

Within Groups

3599.889

12

299.991

Total

5472.708

17

1.249

.346

Roups

TABEL 3.3
Multiple Comparisons
Dependent Variable: selisih
LSD
(I) perlakuan

(J) perlakuan

Mean Difference

Std. Error

Sig.

95% Confidence Interval

(I-J)
Lower Bound
kontrol +

kontrol negatif

kontrol +

konsentrasi a

Upper Bound

-7.41333

14.14192

.610

-38.2259

23.3993

konsentrasi a

5.59667

14.14192

.699

-25.2159

36.4093

konsentrasi b

-26.79333

14.14192

.082

-57.6059

4.0193

konsentrasi c

-2.56333

14.14192

.859

-33.3759

28.2493

konsentrasi d

-3.15667

14.14192

.827

-33.9693

27.6559

kontrol negatif

7.41333

14.14192

.610

-23.3993

38.2259

konsentrasi a

13.01000

14.14192

.376

-17.8026

43.8226

konsentrasi b

-19.38000

14.14192

.196

-50.1926

11.4326

konsentrasi c

4.85000

14.14192

.738

-25.9626

35.6626

konsentrasi d

4.25667

14.14192

.769

-26.5559

35.0693

kontrol negatif

-5.59667

14.14192

.699

-36.4093

25.2159

23

konsentrasi b

kontrol +

-13.01000

14.14192

.376

-43.8226

17.8026

konsentrasi b

-32.39000*

14.14192

.041

-63.2026

-1.5774

konsentrasi c

-8.16000

14.14192

.575

-38.9726

22.6526

konsentrasi d

-8.75333

14.14192

.548

-39.5659

22.0593

kontrol negatif

26.79333

14.14192

.082

-4.0193

57.6059

kontrol +

19.38000

14.14192

.196

-11.4326

50.1926

konsentrasi a

32.39000*

14.14192

.041

1.5774

63.2026

konsentrasi c

24.23000

14.14192

.112

-6.5826

55.0426

konsentrasi d

23.63667

14.14192

.120

-7.1759

54.4493

kontrol negatif

2.56333

14.14192

.859

-28.2493

33.3759

-4.85000

14.14192

.738

-35.6626

25.9626

konsentrasi a

8.16000

14.14192

.575

-22.6526

38.9726

konsentrasi b

-24.23000

14.14192

.112

-55.0426

6.5826

konsentrasi d

-.59333

14.14192

.967

-31.4059

30.2193

kontrol negatif

3.15667

14.14192

.827

-27.6559

33.9693

-4.25667

14.14192

.769

-35.0693

26.5559

konsentrasi a

8.75333

14.14192

.548

-22.0593

39.5659

konsentrasi b

-23.63667

14.14192

.120

-54.4493

7.1759

konsentrasi c

.59333

14.14192

.967

-30.2193

31.4059

kontrol +
konsentrasi c

kontrol +
konsentrasi d

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

4.1.7 Data anova reapet

24

4.1.8
4.2
Praktikum

pembahasan
kali

ini,

sampel

yang

digunakan

sebagai

antihiperglikemi yaitu ekstrak kayu manis. Untuk mendapatkan


ekstrak kayu manis, dilakukan dengan menggunakan metode
maserasi.

Pertama-tama,

simplisia

kayu

manis

ditimbang

sebanyak 82 gram masukkan dalam botol, ditambahkan etanol


80 % sebanyak 574 ml. Sampel dikocok selama 24 jam,
pengocokan berfungsi untuk mendapatkan sari kayu manis.
Setelah

24 jam, sampel disaring meggunakan kain flanel,hasil

ekstrak dipekatkan. Hasil rendemen yang didapat 14,5 %.


Prinsip Maserasi. Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan
cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari yang
sesuai selama tiga hari pada temperatur kamar terlindung dari
cahaya, cairan penyari akan masuk ke dalam sel melewati
dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan
konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar sel.
Larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan
diganti oleh cairan penyari dengan konsentrasi rendah ( proses

25

difusi

).

Peristiwa

tersebut

berulang

sampai

terjadi

keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di


dalam sel. Selama proses maserasi dilakukan pengadukan dan
penggantian

cairan

penyari

setiap

hari.

Endapan

yang

diperoleh dipisahkan dan filtratnya dipekatkan. ( Fauzan, 2011)


Kandungan fitokimia dari kayu manis yaitu minyak atsiri,
flavonoid, alkaloid, tanin, triterpenoid dan saponin. Alkaloid
bekerja

dengan

menstimulasi

hipotalamus

untuk

meningkatkan sekresi Growth Hormone Releasing Hormone


(GHRH), sehingga sekresi Growth Hormone (GH) pada hipofise
meningkat. Kadar GH yang tinggi akan menstimulasi hati untuk
mensekresikan Insulin-like Growth Factor-1 (IGF-1). IGF-1
mempunyai

efek

dalam

menginduksi

hipoglikemia

dan

menurunkan glukoneogenesis sehingga kadar glukosa darah


dan kebutuhan insulin menurun. IGF-1 melalui negative feed
back system akan menormalkan kembali kadar GH [20].
Flavonoid

dapat

mencegah

komplikasi

atau

progresifitas

diabetes mellitus dengan cara membersihkan radikal bebas


yang berlebihan, memutuskan rantai reaksi radikal bebas [21],
mengikat ion logam (chelating), dan memblokade jalur poliol
dengan menghambat enzim aldose reduktase [22]. Flavonoid
juga

memiliki

efek

penghambatan

terhadap

enzim

alfa

gukosidase melalui ikatan hidroksilasi dan substitusi pada


cincin . Prinsip penghambatan ini serupa dengan acarbose
yang selama ini digunakan sebagai obat untuk penanganan
diabetes mellitus, yaitu dengan menghasilkan penundaan
hidrolisis karbohidrat dan disakarida dan absorpsi glukosa
serta menghambat metabolisme sukrosa menjadi glukosa dan
fruktosa.

26

Kemudian mencit diaklimatisasi,dipuasakan selama 7 jam


(minum tetap) diinduksi dengan glukosa 50 %/BB kadar
glukosa sebesar 93 mg/dl.

Ekstrak kayu manis diinduksikan

pada mencit dan ditunggu selama 1 jam, kadar glukosa darah


yang diukur sebesar 78 mg/dl. Penurunan kadar glukosa darah
sebesar 11 mg/dl.
Ekstrak yang didapat dibuat dalam sediaan kapsul karena
pembuatannya lebih mudah, dapat menutupi rasa pahit.
Pembuatan granul ekstrak kayu manis dengan menggunakan
mortir. Laktosa digunakan sebagai pengisi, CMC Na digunakan
sebagai

pengikat

granul,

nipagin

dan

nipasol

sebagai

pengawet, talk sebagai pelicin dan magnesium stearat sebagai


pelincir.
Hasil pengujian statistika dengan analisa varian (ANOVA) 2
arah menunjukkan bahwa tidak terjadi pengaruh secara
signifikan waktu dan interakasi antara dosis ekstrak kayu
manis dengan waktu perlakuan terhadap kadar glukosa dalam
darah (p>

0,05),

sedangkan dosis

ekstrak

kayu manis

mempunyai pengaruh terhadap kadar glukosa dalam darah


(p<

0,05).

Hasil

dari

diagram

ANOVA

yang

didapat

menunjukkan penurunan kadar glukosa yang baik pada 4


perlakuan. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan
bahwa perlakuan B merupakan konsentrasi yang memiliki
aktivitas paling tinggi dalam menurunkan kadar gula darah.
Hasil dari segi organoleptis sediaan granul baik, warna
coklat kehitaman, bau khas dan rasa manis (manis dari
laktosa) sedikit pahit (ekstrasi kayu manis). Pengisian kapsul
dilakukan dengan cara manual dikarenakan pembuatannya
dalam skala lab. Kemudiaan dilakukan uji waktu alir dengan

27

menggunakan corong dan statif dari uji waktu alir didapat


waktu 0,99 detik dengan tinggi 0,4 cm, r = 3,1 cm dan sudut
diam 7,350 . Hasil yang didapat sangat baik dan telah sesuai
dengan literatur sebesar < 30 0 (Rendy, 2011). Setelah itu
dilakukan uji keseragaman bobot menggunakan timbangan
analitik dengan cara 10 kapsul ditimbang satu per satu. Hasil
yang didapat sebesar Rata-rata = 0,267, SD = 0,024 dan KV
9,0262% , nilai tersebut tidak memenuhi syarat keseragaman
isi dari tabel A (Rentang kolom A = 231,125 268,75 mg) atau
B (Rentang kolom B = 212,5 - 287,5 mg). Kemudiaan dilakukan
uji waktu hancur dengan menggunakan alat Desintegration
Tester karena kekurangan alat uji waktu hancur dimodifikasi
menggunakan larutan dengan pH 4. Hasil yang didapat waktu
lumer kaspsul 11 menit 36 detik dan waktu hancur (pecah) 15
menit 10 detik ,waktu tersebut telah memenuhi syarat waktu
hancur < 15 menit. (FI, 1995).
Kode produksi yang digunakan untuk obat herbal TR adalah
obat tradisional lokal dan 9 nomor digit. Pemahaman tentang
digit kode produksi obat digit 1 dan 2 adalah produk obat
herbal, digit 3 dan 4 menunjukkan mulai didaftarkan ke
DepKes, digit 5-8 menunjukkan nomor urut jenis produk yang
terdaftar dan digit 9 menunjukkan jenis atau macam kemasan.
Kode produk yang digunakan TR 146736888 karena belum
terdaftar dalam Depkes nomor digit yang digunakan tidak
sesuai.

28

5.1

BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan

pembahasan

dapat

disimpulkan bahwa ekstrak kayu manis dapat


enurunkan kadar glukoda darah pada mencit.
Hasil pada pengujian kapsul ekstrak , organoleptis
warna coklat kehitaman, rasa manis sedikit pahit
dan bau khas kayu manis. Uji waktu hancur 11
menit

36

detik

(kapsul

lumer)

dan

uji

keseragaman isi kapsul tidak sesuai dengan


persyaratan keseragaman isi kapsul dalam tabel
A atau tabel B.
5.2 Saran
Praktikum seharusnya ada pengawasan dari dosen serta
kurangnya alat praktikum yang ada di laboratorium dan
melengkapi bahan-bahan yang ada agar tidak meminta pada
laboratorium yang lain.

29

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III. Jakarta :

Departemen Kesehatan Republik Indonesia,.


Anonim . 1995. Farmakope Indonesiab, Edisi IV. Jakarta :

Departemen Kesehatan.
Anonim . 1977. Materia Medika Indonesia, jilid I. Jakarta :

Departemen Kesehatan RI.


Dalimartha S, Adrian F, 2012. Makanan & Herbal untuk Penderita

Diabetes Mellitus. Jakarta. Penebar Swadaya.


Kawatu ,Cheryl, dkk. 2013. Uji Efek Ekstrak Etanol Daun KucingKucingan (Acalypha indica) Terhadap Kadar Gula Darah Tikus Putih

Jantan Galur Wistar. Manado : FMIPA UNSRAT


Kondoy, Sisko, dkk. 2013. Potensi Ekstrak Etanol Daun
Kayu Manis (Cinnamomum burmanni) Terhadap
Penurunan Kadar Glukosa Darah Tikus Putih Jantan Yang

Diinduksi Sukrosa. Manado : FMIPA UNSRAT.


Maria KAO. 2009. Uji Efek Hipoglikemnik Ekstrak Etanolik
Daun Srikaya (Anona squamosa L) pada Tikus Putih
Jantan Galur Wistar yang Dibebani Glukosa. Skripsi :

Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim,


Meilisa. 2009. Uji Aktifitas Antibakteri dan Formulasi
dalam Sediaan Kapsul dari Ekstrak Etanol Rimapang
Tumbuhan Temulawak (Curcuma xanthorrhiza) Terhadap
Beberapa Bakteri. Medan : Fakulatas Farmasi, Universitas
Sumatra Utara.

30

Nugrahana, ilma, dkk. 2005. Karakeristik Granul dan


Tablet Propanolol Hidroklorida Dengan Metode Granulasi

Peleburan. Jakarta : FMIPA UI.


Prameswari, dkk. 2014. Uji Efek Ekstrak Air Daun Pandan
Wangi terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah dan
Histopatologi Tikus Diabetes Mellitus. Malang : Jurusan
Teknologi Hasil Pertanian, FTP Universitas Brawijaya Malang

Rendy, yohanes, dkk. 2011. Formulasi Kapsul Ekstrak


Lumbricus rubellus Dengan Lakrosa Sebagai Bahan
Pengisi dan PVP K-30 Sebagai Bahan Pengikat. Surabaya :

Fakultas Farmasi, Universitas Khatolik Widya.


Yuliana, dkk. 2013. Pemberian Ekstrak Metanol Daun
Paliasa Menurunkan Kadar Glukosa Darah Tikus
Hiperglikemi. Denpasar : Fakulatas Farmasi, Universitas
Udayana.

31

Anda mungkin juga menyukai