Anda di halaman 1dari 60

BAB II

KONSEP DASAR
2.1 Pengertian
Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit akibat kuman mycobacterium tubercolosis sistemis
sehingga dapat mengenai semua organ tubuh dengan lokasi terbanyak di paru paru yang biasanya
merupakan lokasi infeksi primer.
Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang parenkim paru.
Tuberculosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya, terutama meningen, ginjal, tulang,
dan nodus limfe.
Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim
paru.Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah TBC) adalah suatu
penyakit yang disebabkan oleh infeksi kompleks mycobacterium tuberculosis.
Berdasarkan beberapa definisi mengenai tuberkulosis diatas, maka dapat dirumuskan bahwa
tuberculosis (TB) paru adalah suatu penyakit infeksius yang disebabkan kuman Mycobacterium
tuberculosis yang menyerang parenkim paru, bersifat sistemis sehingga dapat mengenai organ
tubuh lain, terutama meningen, tulang, dan nodus limfe.
2.2 Etiologi
Tuberkulosis paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh basil mikrobakterium
tuberkulosis tipe humanus, sejenis kuman yang berbentuk batang dengan ukuran panjang 14/mm dan tebal 0,3-0,6/mm. Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid). Lipid inilah
yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam dan lebih tahan terhadap gangguan kimia dan
fisik
Kuman ini tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat tahan bertahuntahun dalam lemari es). Hal ini terjadi karena kuman berada dalam sifat dormant. Dari sifat
dormant ini kuman dapat bangkit kembali dan menjadikan tuberkulosis aktif kembali. Sifat lain
kuman adalah aerob. Sifat ini menunjukkan bahwa kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi
kandungan oksigennya. Dalam hal ini tekanan bagian apikal paru-paru lebih tinggi dari pada
bagian lainnya, sehingga bagian apikal ini merupakan tempat predileksi penyakit tuberkulosis.
Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi penting saluran pernapasan. Basil mikrobakterium
tersebut masuk kedalam jaringan paru melalui saluran napas (droplet infection) sampai alveoli,
maka terjadilah infeksi primer (ghon) selanjutnya menyebar kekelenjar getah bening setempat
dan terbentuklah primer kompleks (ranke). keduanya dinamakan tuberkulosis primer, yang
dalam perjalanannya sebagian besar akan mengalami penyembuhan.

Tuberkulosis paru primer, peradangan terjadi sebelum tubuh mempunyai kekebalan spesifik
terhadap basil mikobakterium. Tuberkulosis yang kebanyakan didapatkan pad usia 1-3 tahun.
Sedangkan yang disebut tuberkulosis post primer (reinfection) adalah peradangan jaringan paru
oleh karena terjadi penularan ulang yang mana di dalam tubuh terbentuk kekebalan spesifik
terhadap basil tersebut.
2.3 Manifestasi klinik TB paru
2.3.1 Gejala respiratorik
1. 1.

Batuk

Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan yang paling sering dikeluhkan.
Biasanya batuk ringan sehingga dianggap batuk biasa atau akibat rokok. Proses yang paling
ringan ini menyebabkan sekret akan terkumpul pada waktu penderita tidur dan dikeluarkan saat
penderita bangun pagi hari.
1. 2.

Dahak

Dahak awalnya bersifat mukoid dan keluar dalam jumlah sedikit, kemudian berubah menjadi
purulen/kuning atau kuning hijau sampai purulen dan kemudian berubah menjadi kental bila
sudah terjadi perlunakan.
1. Batuk darah
Darah yang dikeluarkan penderita mungkin berupa garis atau bercak-bercak darah, gumpalangumpalan darah atau darah segar dalam jumlah sangat banyak.
1. Nyeri dada
Nyeri dada pada tuberkulosis paru termasuk nyeri pleuritik yang ringan. Bila nyeri bertambah
berat berarti telah terjadi pleuritis luas (nyeri dikeluhkan di daerah aksila, di ujung skapula atau
di tempat-tempat lain)
1. Wheezing
Wheezing terjadi karena penyempitan lumen endobronkus yang disebabkan oleh sekret,
bronkostenosis, peradangan, jaringan granula, ulserasi dan lain-lain (pada tuberkulosis lanjut).
1. Dispneu
Dispneu merupakan late symptom dari proses lanjut tuberkulosis paru akibat adanya restriksi dan
obstruksi saluran pernapasan serta loss of vascular bed / thrombosis yang dapat mengakibatkan
gangguan difusi, hipertensi pulmonal dan korpulmonal.

2.3.2

Gejala sistemik

1. Panas badan
Merupakan gejala paling sering dijumpai dan paling penting sering kali panas badan sedikit
meningkat pada siang maupun sore hari.
1. Menggigil
Dapat terjadi bila panas badan naik dengan cepat, tetapi tidak diikuti pengeluaran panas dengan
kecepatan yang sama atau dapat terjadi sebagai suatu reaksi umum yang lebih hebat.
1. Keringat malam
Keringat malam bukanlah gejala yang patognomonis untuk penyakit tuberkulosis paru. Keringat
malam umumnya baru timbul bila proses telah lanjut. Nausea, takikardi dan sakit kepala timbul
bila ada panas.
1. Gangguan menstruasi
Gangguan menstruasi sering terjadi bila proses tuberkulosis paru sudah menjadi lanjut.
1. Anoreksia
Anoreksia dan penurunan berat badan merupakan manifestasi toksemia yang timbul belakangan
dan lebih sering dikeluhkan bila proses progresif.
1. Lemah badan
Gejala-gejala ini dapat disebabkan oleh kerja berlebihan, kurang tidur dan keadaan sehari-hari
yang kurang menyenangkan, karena itu harus dianalisa dengan baik dan harus lebih berhati-hati
apabila dijumpai perubahan sikap dan temperamen (misalnya penderita yang mudah
tersinggung), perhatian penderita berkurang atau menurun pada pekerjaan, anak yang tidak suka
bermain, atau penyakit yang kelihatan neurotik.
2.3.3 Gejala klinis Haemoptoe
Kita harus memastikan bahwa perdarahan dari nasofaring dengan cara membedakan ciri-ciri
sebagai berikut :
1. Batuk darah
1. Darah dibatukkan dengan rasa panas di tenggorokan

2. Darah berbuih bercampur udara


3. Darah segar berwarna merah muda
4. Darah bersifat alkalis
5. Anemia kadang-kadang terjadi
6. Benzidin test negatif
7. Muntah darah
1. Darah dimuntahkan dengan rasa mual
2. Darah bercampur sisa makanan
3. Darah berwarna hitam karena bercampur asam lambung
4. Darah bersifat asam
5. Anemia seriang terjadi
6. Benzidin test positif
7. Epistaksis
1. Darah menetes dari hidung
2. Batuk pelan kadang keluar
3. Darah berwarna merah segar
4. Darah bersifat alkalis
5. Anemia jarang terjadi
2.4 Patofisiologi
Kuman micobacterium tuberculosis masuk kedalam tubuh melalui saluran pernafasan, saluran
pencernaan, dan luka terbuka pada kulit, kebanyakan infeksi tuberculosis terjadi melalui udara
(air borne), yaitu melalui inhalasi droppet yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang
berasal dari orang yang terinfeksi.
Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya diinhalasi terdiri dari satu sampai
tiga gumpalan basil yang lebih besar cenderung tertahan di saluran hidung dan cabang besar
bronkus dan tidak menyebabkan penyakit. Setelah berada dalam ruang alveolus biasanya di

bagian bawah lobus atau paru-paru, atau di bagian atas lobus bawah. Basil tuberkel ini
membangkitkan reaksi peradangan. Leukosit polimorfonuklear tampak pada tempat tersebut dan
memfagosit bacteria namun tidak membunuh organisme tersebut. Sesudah hari-hari pertama
maka leukosit diganti oleh makrofag.
Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut.
Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya sehingga tidak ada sisa yang tertinggal,
atau proses dapat juga berjalan terus, dan bakteri terus difagosit atau berkembang biak di dalam
sel. Basil juga menyebar melalui getah bening menuju ke kelenjar bening regional. Makrofag
yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga membentuk sel
tuberkel epiteloit, yang dikelilingi oleh fosit. Reaksi ini biasanya membutuhkan waktu 10 sampai
20 hari.

2.5

Web of Caution (Patofisiologi dan Penyimpangan KDM) TB Paru


Patofisiologi Berdasarkan
Penyimpangan Kebutuhan Dasar Manusia ( TB Paru)
M. Tuberculosis
Inhalasi droplet
Reaksi Jaringan
Bakteri mencapai Alviolus
Invasi daerah infeksi
Terjadi reaksi Antigen-antibody
Terbentuk jaringan Tuberkel
Oleh jaringan ikat
Muncul reaksi Radang
Fibrosis
Terjadi pengeluaran secret/ mucus

Dinding tuberkel gagal terbentuk


Akumulasi secret dijalan nafas
Basil masuk ke dalam Getah bening.
Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas
Respon batuk-batuk
Transit ke aliran darah
Dalam jumlah kecil
penggunaan otot-otot abdomen
Penyebaran limfa hematogen, Refluk fagal
Jaringan tulang, ginjal, hati dan jantung-Mual, muntah

2.6 Klasifikasi TB
Klasifikasi TB Paru dibuat berdasarkan gejala klinik, bakteriologik, radiologik dan riwayat
pengobatan sebelumnya. Klasifikasi ini penting karena merupakan salah satu faktor determinan
untuk menetapkan strategi terapi.
Sesuai dengan program Gerdunas P2TB klasifikasi TB Paru dibagi sebagai berikut:
2.6.1
1)

TB Paru BTA Positif dengan kriteria:


Dengan atau tanpa gejala klinik

2)
BTA positif: mikroskopik positif 2 kali, mikroskopik positif 1 kali disokong biakan positif
1 kali atau disokong radiologik positif 1 kali.
3)
2.6.2

Gambaran radiologik sesuai dengan TB paru.


TB Paru BTA Negatif dengan kriteria:

1)

Gejala klinik dan gambaran radilogik sesuai dengan TB Paru aktif

2)

BTA negatif, biakan negatif tetapi radiologik positif.

Bekas TB Paru dengan kriteria:

1)

Bakteriologik (mikroskopik dan biakan) negative

2)

Gejala klinik tidak ada atau ada gejala sisa akibat kelainan paru.

3)
Radiologik menunjukkan gambaran lesi TB inaktif, menunjukkan serial foto yang tidak
berubah.
4)

2.7

Ada riwayat pengobatan OAT yang adekuat (lebih mendukung).

Pemeriksaan diagnostic

Pemeriksaan Diagnostik terdiri dari :


2.7.1

Kultur sputum: Positif unutk mycobakterium tuberkulosis pada tahap aktif penyakit

2.7.2
Zhiel Neelsen (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk usapan cairan darah):
Positif untuk basil asam cepat.
2.7.3
Tes kulit (PPD, Mantoux, potongan vollmer): Reaksi positif (area indurasi 10 mm atau
lebih besar, terjadi 48-78 jam setelah injeksi intradermal antigen) menunjukkan infeksi masa lalu
dan adanya antibodi tetapi tidak secara berarti menunjukkan penyakit aktif. Reaksi bermakna
pada pasien yang secara klinik sakit berarti bahwa TB aktif tidak dapat diturunkan atau infeksi
disebabkan oleh mycobakterium yang berbeda.
2.7.4

ELISA/Western Bolt: dapat menyatakan adanya HIV

2.7.5
Histologi atau kultur jaringan (termasuk pembersihan gaster, urine dan cairan
serebrospinal, biopsi kulit): positif untuk mycobakterium tuberkulosis
2.7.6
Biopsi jarum pada jaringan paru: positif untuk granuloma TB; adanya sel raksasa
menunjukkan nekrosis
2.7.7
Elektrosit: dapat tak normal tergantung pada lokasi dan beratnya infeksi: contoh
hiponatremiadisebabkan oleh tak normalnya retensi air dapat ditemukan pada TB paru kronis
luas.
2.7.8

GDA: dapat normal tergantung lokasi dan berat kerusakan sisa pada paru

2.7.9
Pemeriksaan fungsi paru: penurunan kapasitas vital, peningkatan ruang mati,
penigkatan rasio udara residu dan kapasitas paru total, dan penurunan saturasi oksigen skunder
terhadap infiltrasi parenkim/fibrosis, kehilangan jaringan paru, dan penyakit pleural (TB paru
kronis luas)

2.7.10 Foto torak: dapat menunjukkan infiltrasi lesi awal pada area paru atas, simpanan
kalsium lesi sembuh primer, atau efusi cairan. Perubahan menunjukkan lebih luasTB dapat
termasuk rongga area fibrosa.

2.8

Komplikasi

Menurut Depkes RI (2002), komplikasi yang terjadi pada stadium lanjut


2.8.1
Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran napas bawah) yang dapat mengakibatkan
kematian karena syok hipovolemik atau karena tersumbatnya jalan napas.
2.8.2
Atelektasis (paru mengembang kurang sempurna) atau kolaps dari lobus akibat retraksi
bronchial.
2.8.3
Bronkiektasis (pelebaran broncus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat
pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru.
2.8.4

2.9

Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, dan ginjal.

Penatalaksanaan medis

Tuberkulosis paru diobati terutama dengan agens kometrapi (agens antituberkulosis) selama
periode 6 sampai 12 bulan. 5 medikasi garis depan digunakan : isoniasid (INH), rifampin (RIF)
stretomisin (SM), etambutol (EMB), dan pirasinamid (PZA). Kapreomisin, kanamisin,
eteonamid, natrium-para-aminosalisilat, amikasin, dan siklisin merupakan obat-obat baris kedua.
M. Tuberculosis yang resisten terhadap obat-obatan terus menjadi isu yang berkembang di
seluruh dunia, meski TB yang resisten terhada obattelah teridentifikasi sejak tahun 1950, insiden
dari resisten banyak obat telah menciptakan tantangan baru. Beberapa jenis resisten obat harus
dipertimbangkan ketika merencanakan terapi efektif:
2.9.1
Resisten obat primer adalah resisten terhadap satu agensantituberkulosis garis
depanpada individu yang sebelumnyabelum mendapatkan pengobatan.
2.9.2
Resisten obat didapat atau skunder adalah resisten terhadap satu atau lebih agens
antituberkulosis pada pasien yang sedang menjalani terapi.
2.9.3

Resisten banyak obat adalah resisten terhadap dua agens, sebut saja , INH dan RIF

Pengobatan yang direkomendasikan bagi kasus tuberkulosis paru yang baru didiagnosa adalah
regimen pengobatan beragam, termasuk INH, RIF dan PZA selama 4 bulan dengan INH dan RIF
dilanjutkan untuk tambahan dua bulan (totalnya 6 bulan). Sekarang ini setiap agens dibuat dalam

pil yang terpisah. Pil anti-tuberkulosis baru three in oneyang terdiri atas INH, RIF dan PZA telah
dikembangkan, yang akan memberikan dampak besar dalam meningkatkan kepatuhan terhadap
regimen pengobatan.
Pada awalnya etambutol dan streptomisin mungkin disertakan dalam terapi awal sampai
pemeriksaan resisten obat didapatkan. Regimen pengobatan bagaimanapun tetap dilanjutkan
selama 12 bulan. Individu akan dipertimbangkan noninfeksius setelah menjalani 2 sampai 3
minggu terapi obat kontinu.
Isoniasid (INH) mungkin digunakan sebagai tindakan preventif bagi mereka yang diketahui
beresiko terhadap penyakit ignifikan, sebagai contoh, anggota keluarga dari pasien yang
berpenyakit aktif. Regimen pengobatan profilatik ini mencakup penggunaan dosis harian INH
selama 6 sampai 12 bulan. Untuk meminimalkan efek samping, dapat diberikan piridoksin
(vitamin B6). Enzim-enzim hepar, nitrogen urea darah (BUN), dan kreatinin dipantau setip
bulan.

BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


3.1

Pengkajian

Data-data yang perlu dikaji pada asuhan keperawatan dengan Tuberkulosis paru ialah sebagai
berikut :
3.1.1 Riwayat Perjalanan Penyakit
Keluhan utama

: Batuk produkif dan non produktif

3.1.2 Riwayat Penyakit Sebelumnya:


1)

Pernah sakit batuk yang lama dan tidak sembuh-sembuh.

2)

Pernah berobat tetapi tidak sembuh.

3)

Pernah berobat tetapi tidak teratur.

4)

Riwayat kontak dengan penderita Tuberkulosis Paru.

5)

Daya tahan tubuh yang menurun.

6)

Riwayat vaksinasi yang tidak teratur.

3.1.3 Riwayat Pengobatan Sebelumnya:


1)

Kapan pasien mendapatkan pengobatan sehubungan dengan sakitnya.

2)

Jenis, warna, dosis obat yang diminum.

3)

Berapa lama. pasien menjalani pengobatan sehubungan dengan penyakitnya.

4)

Kapan pasien mendapatkan pengobatan terakhir.

3.1.4 Riwayat Sosial Ekonomi:


1) Riwayat pekerjaan. Jenis pekerjaan, waktu dan tempat bekerja, jumlah penghasilan.
2) Aspek psikososial. Merasa dikucilkan, tidak dapat berkomunikisi dengan bebas, menarik diri,
biasanya pada keluarga yang kurang marnpu, masalah berhubungan dengan kondisi ekonomi,
untuk sembuh perlu waktu yang lama dan biaya yang banyak, masalah tentang masa
depan/pekerjaan pasien, tidak bersemangat dan putus harapan.
3)

Faktor Pendukung yaitu riwayat lingkungan dan pola hidup.

3.1.5 Nutrisi, kebiasaan merokok, minum alkohol, pola istirahat dan tidur, kebersihan diri.
1) Tingkat pengetahuan/pendidikan pasien dan keluarga tentang penyakit, pencegahan,
pengobatan dan perawatannya.
2) Pola aktivitas dan istirahat
Subjektif
: Rasa lemah cepat lelah, aktivitas berat timbul. sesak (nafas pendek), sulit tidur,
demam, menggigil, berkeringat pada malam hari.
Objektif
: Takikardia, takipnea/dispnea saat kerja, irritable, sesak (tahap, lanjut; infiltrasi
radang sampai setengah paru), demam subfebris (40 410C) hilang timbul.
3) Pola nutrisi
Subjektif

: Anoreksia, mual, tidak enak diperut, penurunan berat badan.

Objektif

: Turgor kulit jelek, kulit kering/bersisik, kehilangan lemak sub kutan.

4) Respirasi
Subjektif

: Batuk produktif/non produktif sesak napas, sakit dada.

Objektif
: Mulai batuk kering sampai batuk dengan sputum hijau/purulent, mukoid kuning
atau bercak darah, pembengkakan kelenjar limfe, terdengar bunyi ronkhi basah, kasar di daerah
apeks paru, takipneu (penyakit luas atau fibrosis parenkim paru dan pleural), sesak napas,
pengembangan pernapasan tidak simetris (effusi pleura.), perkusi pekak dan penurunan fremitus
(cairan pleural), deviasi trakeal (penyebaran bronkogenik).
5) Rasa nyaman/nyeriS
Subjektif

: Nyeri dada meningkat karena batuk berulang.

Objektif
: Berhati-hati pada area yang sakit, prilaku distraksi, gelisah, nyeri bisa
timbul bila infiltrasi radang sampai ke pleura sehingga timbul pleuritis.
6) Integritas ego
Subjektif

: Faktor stress lama, masalah keuangan, perasaan tak berdaya/tak ada harapan.

Objektif

: Menyangkal (selama tahap dini), ansietas, ketakutan, mudah tersinggung.

7) Pemeriksaan Diagnostik:
1. Kultur sputum: Mikobakterium Tuberkulosis positif pada tahap akhir penyakit.

2. Tes Tuberkulin: Mantoux test reaksi positif (area indurasi 10-15 mm terjadi 48-72 jam.
3. Poto torak: Infiltnasi lesi awal pada area paru atas ; Pada tahap dini tampak gambaran
bercak-bercak seperti awan dengan batas tidak jelas ; Pada kavitas bayangan, berupa
cincin ; Pada kalsifikasi tampak bayangan bercak-bercak padat dengan densitas tinggi.
4. Bronchografi: untuk melihat kerusakan bronkus atau kerusakan paru karena TB paru.
5. Darah: peningkatan leukosit dan Laju Endap Darah (LED).
6. Spirometri: penurunan fuagsi paru dengan kapasitas vital menurun.
3.2

Diagnosa Keperawatan Tb Paru NANDA-I 2012-2014

3.2.1 Resiko tinggi infeksi ( penyebaran / aktivasi ulang ) B.d

1)

Pertahanan primer tak adekuat , penurunan kerja silia

2)

Kerusakan jaringan

3)

Penurunan ketahanan

4)

Malnutrisi

5)

Terpapar lngkungan

6)

Kurang pengetahuan untuk menghindari pemaparan patogen

7)

Kriteria hasil :

- Pasien menyatakan pemahaman penyebab / faktor resiko individu


mengidentifkasi untuk mencegah / menurunkan resiko infeksi
Menunjukkan teknik , perubahan pola hidup untuk peningkatan lingkungan yang aman

3.2.2

Bersihan jalan nafas tak efektif B.d

1)

adanya secret

2)

Kelemahan , upaya batuk buruk

3)

Edema tracheal

4)
Kriteria Evaluasi : Pasien menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan
adekuat

3.2.3 Resiko tinggi / gangguan pertukaran gas B.d


1)

Penurunan permukaan efektif paru , atelektasis

2)

Kerusakan membran alveolar kapiler

3)

Sekret kental , tebal

4)

Edema bronchial

5)
Kriteria Evaluasi : Pasien menunjukkan perbaikan venilasi dan oksigenasi jaringan
adekuat dengan GDA dalam rentang normal dan bebas gejala distress pernapasan

3.2.4

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan B.d

1)

Kelemahan

2)

Sering batuk / produksi sputum

3)

Anorexia

4)

Ketidakcukupan sumber keuangan

5)
Kriteria hasil : Menunjukkan peningkatan BB, menunjukkan perubahan perilaku / pola
hidup untuk meningkatkan / mempertahankan BB yang tepat

3.2.5 Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan tindakan, dan pencegahan B.d:
1)

Keterbatasan kognitif

2)

Tak akurat/lengkap informasi yang ada salah interpretasi informasi

3)
Kriteria hasil : Menyatakan pemahaman kondisi / proses penyakit dan pengobatan serta
melakukan perubahan pola hidup dan berpartispasi dalam program pengobatan

3.3 Intervensi :
3.3.1

Resiko tinggi infeksi ( penyebaran / aktivasi ulang )

1)

Kaji patologi penyakit dan potensial penyebaran infeksi

Rasional: Membantu pasien agar mau mengerti dan menerima terapi yang diberikan untuk
mencegah komplikasi.
2)

Identifikasi orang lain yang beresiko

Rasional: Orang-orang yang beresiko perlu program terapi obat untuk mencegah penyebaran
infeksi.
3)
Anjurkan pasien untuk batuk /bersin dan mengeluarkan pada tissue dan menghindari
meludah
Rasional: Kebiasaan ini untuk mencegah terjadinya penularan infeksi.
4)

Kaji tindakan kontrol infeksi sementara

Rasional: Mengurangi risilio penyebaran infeksi.


5)

Identifikasi faktor resiko individu terhadap pengaktifan berulan

Rasional: Pengetahuan tentang faktor-faktor ini membantu pasien untuk mengubah gaya hidup
dan menghindari/mengurangi keadaan yang lebih buruk.
6)

Tekankan pentingnya tidak menghentikan terapi obat

Rasional: Periode menular dapat terjadi hanya 2-3 hari setelah permulaan kemoterapi jika sudah
terjadi kavitas, resiko, penyebaran infeksi dapat berlanjut sampai 3 bulan.
7)

Kaji pentingnya mengikuti dan kultur ulang secara perodik terhadap sputum

Rasional: Untuk mengawasi keefektifan obat dan efeknya serta respon pasien terhadap terapi.
8)

Kolaborasi pemberian antibiotic

Rasional: Obat-obat sekunder diberikan jika obat-obat primer sudah resisten.

3.3.2 Bersihan jalan nafas tak efektif

1)

Kaji fungsi pernafasan , kecepatan , irama , dan kedalaman serta penggunaan otot asesoris

Rasional: Penurunan bunyi napas indikasi atelektasis, ronki indikasi akumulasi


secret/ketidakmampuan membersihkan jalan napas sehingga otot aksesori digunakan dan kerja
pernapasan meningkat.
2)

Catat kemampuan unttuk mengeluarkan mukosa / batuk efekttif

Rasional: Pengeluaran sulit bila sekret tebal, sputum berdarah akibat kerusakan paru atau luka
bronchial yang memerlukan evaluasi/intervensi lanjut.
3)

Beri posisi semi/fowler

Rasional: Meningkatkan ekspansi paru, ventilasi maksimal membuka area atelektasis dan
peningkatan gerakan sekret agar mudah dikeluarkan
4)

Bersihkan sekret dari mulut dan trachea

Rasional: Mencegah obstruksi/aspirasi. Suction dilakukan bila pasien tidak mampu


mengeluarkan sekret.
5)

Pertahankan masukan cairan sedikitnya 2500 ml per hari

Rasional: Membantu mengencerkan secret sehingga mudah dikeluarkan


6)

Kolaboras pemberian oksigen dan obat obatan sesuai dengan indikasi

Rasional: Menurunkan kekentalan sekret, lingkaran ukuran lumen trakeabronkial, berguna jika
terjadi hipoksemia pada kavitas yang luas.

3.3.3 Resiko tinggi / gangguan pertukaran gas

1)
Kaji Dipsnea,Takhipnea, menurunnya bunyi nafas ,peningkatan upaya pernafasan ,
terbatasnya ekspansi dinding dada , dan kelemahan
Rasional: Tuberkulosis paru dapat rnenyebabkan meluasnya jangkauan dalam paru-pani yang
berasal dari bronkopneumonia yang meluas menjadi inflamasi, nekrosis, pleural effusion dan
meluasnya fibrosis dengan gejala-gejala respirasi distress.

2)

Evaluasi perubahan tingkat kesadaran , catat sianosis dan atau perubahan pada warna kulit

Rasional: Akumulasi secret dapat menggangp oksigenasi di organ vital dan jaringan.
3)

Anjurkan bernafas bibr selama ekshalasi

Rasional: Meningkatnya resistensi aliran udara untuk mencegah kolapsnya jalan napas.
4)
Tingkatkan tirah baring / batasi aktivitas dan atau Bantu aktivitas perawatan diri sesuai
kebutuhan
Rasional: Mengurangi konsumsi oksigen pada periode respirasi.
5)

Kolaborasi oksigen

Rasional: Membantu mengoreksi hipoksemia yang terjadi sekunder hipoventilasi dan penurunan
permukaan alveolar paru.

3.3.4 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan

1)
Catat status nutrisi pasien pada penerimaan , catat turgor kulit , BB, Integrtas mukosa oral
, kemampuan menelan , riwayat mual / muntah atau diare
Rasional: berguna dalam mendefinisikan derajat masalah dan intervensi yang tepat.
2)

Pastikan pola diet biasa pasien

Rasional: Membantu intervensi kebutuhan yang spesifik, meningkatkan intake diet pasien.
3)

Awasi masukan dan pengeluaran dan BB secara periodic

Rasional: Mengukur keefektifan nutrisi dan cairan.


4)

Selidiki anorexia , mual , muntah dan catat kemungkinan hhubungan dengan obat

Rasional: Dapat menentukan jenis diet dan mengidentifikasi pemecahan masalah untuk
meningkatkan intake nutrisi.
5)

Dorong dan berikan periode stirahat sering.

Rasional: Membantu menghemat energi khusus saat demam terjadi peningkatan metabolik.

6)

Berikan perwatan mulut sebelum dan sesudah tindakan pernafasan

Rasional: Mengurangi rasa tidak enak dari sputum atau obat-obat yang digunakan yang dapat
merangsang muntah.
7)

Dorong makan sedikit dan sering dengan makanan tinggi protein dan karbohidrat.

Rasional: Memaksimalkan intake nutrisi dan menurunkan iritasi gaster.


8)
Kolaborasi ahli diet untuk menentukan komposisi diet,pemeriksaan laboratorium, dan
kolaborasi antipiretik.
Rasional: Memberikan bantuan dalarn perencaaan diet dengan nutrisi adekuat unruk kebutuhan
metabolik dan diet.
Rasional: Membantu menurunkan insiden mual dan muntah karena efek samping obat.
Rasional: Nilai rendah menunjukkan malnutrisi dan perubahan program terapi.
3.3.5 Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan tindakan, dan pencegahan
1)

Kaji kemampuan psen untuk belajar

Rasional: Kemampuan belajar berkaitan dengan keadaan emosi dan kesiapan fisik. Keberhasilan
tergantung pada kemarnpuan pasien.
2)

Identifikasi gejala yang harus dilaporkan ke perawat

Rasional: Indikasi perkembangan penyakit atau efek samping obat yang membutuhkan evaluasi
secepatnya.
3)
Tekankan pentingnya mempertahankan proten tinggi dan det karbohidrat dan pemasukan
cairan adekuat.
Rasional: Mencukupi kebutuhan metabolik, mengurangi kelelahan, intake cairan membantu
mengencerkan dahak.
4)

Berikan interuksi dan informasi tertuls khusus pada pasien untuk rujukan.

Rasional: Informasi tertulis dapat membantu mengingatkan pasien.


5)
Jelaskan dosis obat, frekuensi pemberian, kerja yang diharapkan dan alasan pengobatan
lama.
Rasional: Meningkatkan partisipasi pasien mematuhi aturan terapi dan mencegah putus obat.

6)

Kaji potensial efek samping pengobatan dan pemecahan masalah

Rasional: Mencegah keraguan terhadap pengobatan sehingga mampu menjalani terapi.


7)

Tekankan kebutuhan untuk tidak minum alcohol sementara minum INH

Rasional: Kebiasaan minurn alkohol berkaitan dengan terjadinya hepatitis


8)
Rujuk untuk pemeriksaan mata setelah memula dan kemudian tiap bulan selama minum
etambutol
Rasional: Efek samping etambutol: menurunkan visus, kurang mampu melihat warna hijau.
9)
Dorongan pasien/ atau orang terdekat untuk menyatakan takut / masalah. Jawab
pertanyaan dengan benar.
Rasional: Menurunkan kecemasan. Penyangkalan dapat memperburuk mekanisme koping.
10)

Dorong untuk tidak merokok

Rasional: Merokok tidak menstimulasi kambuhnya Tuberkulosis; tapi gangguan pernapasan/


bronchitis.
11)

Kaji bagaimana TB ditularkan dan bahaya reaktivasi

Rasional: Pengetahuan yang cukup dapat mengurangi resiko penularan/ kambuh kembali.
Komplikasi Tuberkulosis: formasi abses, empisema, pneumotorak, fibrosis, efusi pleura,
empierna, bronkiektasis, hernoptisis, u1serasi Gastro, Instestinal (GD, fistula bronkopleural,
Tuberkulosis laring, dan penularan kuman.

3.4

Implementasi

Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas-aktivitas yang telah dicatat dalam
rencana perawatan pasien. Agar implementasi / pelakasanaan ini dapat tepat waktu dan efektif
maka perlu mengidentifikasi prioritas perawatan, memantau dan mencatat respon pasien
terhadap setiap intervensi yang dilaksanakan seta mendokumentasikan pelaksanaan perawatan.
3.5

Evaluasi

Pada tahap ini yang perlu dievaluasi pada klien dengan TB Paru adalah, mengacu pada tujuan
yang hendak dicapai yakni apakah terdapat :
3.5.1 Keefektifan bersihan jalan napas.

3.5.2 Intoleran aktivitas teratasi


3.5.3 Perilaku/pola hidup berubah untuk mencegah penyebaran infeksi.
3.5.4 Kebutuhan nutrisi adekuat, berat badan meningkat dan tidak terjadi malnutrisi.
3.5.5 Pemahaman tentang proses penyakit/prognosis dan program pengobatan dan perubahan
perilaku untuk memperbaiki kesehatan.

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Tuberkulosis paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh basil mikrobakterium
tuberkulosis tipe humanus, sejenis kuman yang berbentuk batang dengan ukuran panjang 14/mm dan tebal 0,3-0,6/mm. Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid). Lipid inilah
yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam dan lebih tahan terhadap gangguan kimia dan
fisik

Kuman ini tahan hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat tahan bertahuntahun dalam lemari es). Hal ini terjadi karena kuman berada dalam sifat dormant. Dari sifat
dormant ini kuman dapat bangkit kembali dan menjadikan tuberkulosis aktif kembali. Sifat lain
kuman adalah aerob. Sifat ini menunjukkan bahwa kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi
kandungan oksigennya. Dalam hal ini tekanan bagian apikal paru-paru lebih tinggi dari pada
bagian lainnya, sehingga bagian apikal ini merupakan tempat predileksi penyakit tuberkulosis.
4.2 Saran
Dengan makalah ini diharapkan pembaca khususnya mahasiswa keperawatan dapat mengerti dan
memahami serta menambah wawasan tentang Asuhan keperawatan pada klien dengan TB Paru.

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous.2010. Tuberkulosis. http://id.wikipedia.org/wiki/Tuberkulosis. 13 September 2013


Content Team, Asian Brain. 2009 . Tuberkulosis (TBC).http://www.anneahira.com/pencegahanpenyakit/tbc.htm.13 September 2013
Nuzulul.2011.Askep TB Paru.http://nuzululzulkarnain.blogspot.com.13 September 2013
Fikri Sapulette.2013.Penyakit TB Paru.http://penyakitTB_Paru.html.13 September 2013

Sofaners.2013. Asuhan keperawatan pada


pasien TB
paru.http://Asuhankeperawatanpadapasien
TBparu_sofaners.html.13 September 2013
ASKEP KEPERAWATAN

ASKEP TBC

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. D.M


DENGAN TUBERKOLOSIS PARU DI IRINA C2
RSU Prof. DR. R.D. KANDOU MANADO

Disusun Oleh:
DEPARTEMEN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DEPKES MANADO
JURUSAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


2008

LAPORAN PENDAHULUAN
TUBERKULOSIS PARU

1. Pengertian
Tuberkolosis adalah infeksi penyakit menular yan disebabkan oleh mycobacterium
tuberculosis, suatu basil aerobik tahan asam yang ditularkan melalui udara (airborne). Pada
hampir semua kasus infeksi tuberculosis didapatkan melalui inhalasi partikel kuman yang kecil
(sekitar 1-5 mm).
2. Etiologi
Penyebab dari penyakit tuberculosis paru adalah kuman (bakteri) yang hanya dapat
dilihat dengan miroskop, yaitu mycobacterium tuberculosis. Microbakteri adalah bakteri aerob,
berbentuk batu yang membentuk spora.
3. Patofisiologi
Penyebab tuberculosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau dibersinkan keluar
menjadi droplet nuclei dalam udara. Partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas selama
1-2 jam, tergantung pada ada tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang buruk dan kelembaman.
Dalam suasana lembab dan gelap kuman dapat tahan berhari-hari sampai berbulan-bulan. BCG
partikel infeksi ini terhisap oleh orang sehat, maka akan menempel pada jalan nafas atau paruparu. Kuman akan dihadapi pertama kali oleh neutrofil, kemudian baru oleh makrofag.
Kebanyakan partikel ini akan mati atau dibersihkan oleh makrofag kewar dari cabang trakea
bronchial bersama gerakan silia dalam sekretnya.
Bila kuman menetap di jaringan paru, maka akan berkembang biak dalam sitoplasma
makrofag. Disini kuman dapat terbawa masuk ke organ tubuh lainnya. Bila, masukke arteri
pulmonalis maka terjadi penjalaran ke seluruh bagian paru menjadi TB milier.

Dari sarang primer akan timbul peradangan saluran getah bening menuju hilus dan juga
diikuti pembesaran kelenjar getah bening virus. Semua proses ini memakan waktu 3-8 minggu.
4. Manifestasi Klinik
Gejala klinik tuberculosis dapat dibagi dalam dua golongan yaitu gejala respiratorik dan
gejala sistemik.
a.

Gejala respiratorik

1. Batuk lebih dari 3 minggu


2. Batuk darah
3. Nyeri dada
b. Gejala sistemik
1. Demam
2. Gejala sistemik lain: malaise, keringat malam, anoreksia dan berat badan menurun.
5. Pemeriksaan diagnostic
a.

Kultur sputum : positif untuk mycrobacterium tuberculosis

b. Ziehl-Neelsen : positif untuk basil-basil asam cepat


c.

Teskulit (PPD, Mantoux, Potongan volumer) menunjukkan : infeksi masa lalu dan adanya anti
bodi, tetapi tidak secara berarti menunjukkan penyakit aktif.

d. Foto thorax : menunjukkan infiltrasi lesi awal pada area paru atas.
e.

Histologi atau kulutr jaringan: positif untuk mycobacterium tuberculosis.

f.

Pemeriksaan fungsi paru: penurunan kapasitas vital, peningkatan ruang mati, peningkatan rasio
udara residu dan kapasitas paru total, dan penurunan satuarasi desigen sekunder terhadap
infiltrasi perenkim atau fibrosis, kehilangan jaringan paru dan penyakit pleural.

6. Penatalaksanaan / Pengobatan

Penilaian keberhasilan pengobatan didasarkan pada hasil pemeriksaan bakteriologi dan


klinis. Kesembuhan tuberculosis paru yang baik akan memperhatikan sputum BTA(-), adanya
perbaikan radiology dan menghilangkan gejalah.
7. Komplikasi
a.

Batuk darah

b. Pneumothorax
c.

Luluh paru

d. Gagal nafas
e.

Gagal jantung

f.

Efusi pleura

8. Pencegahan
Dapat dilakukan dengan cara;
a.

Vaksinasi BCG pada bayi dan anak.

b. Terapi pencegahan
c.

Diagnosis dan pengobatan tuberculosis pengobatan (+) untuk mencegah penularan.

PENGKAJIAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Yang terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, agama, dan lain-lain.
2. Riwayat Kesehatan
a.

Keluhan utama
Kebanyakan kasus dijumpai klien masuk dengan keluhan batuk yang lebih dari 3 minggu.

b. Riwayat keluhan utama


Biasanya batuk dialami lebih dari 1 minggu disertai peningkatan suhu tubuh, penurunan nafsu
makan dan kelemahan tubuh.
B. Kebutuhan Dasar Manusia (Gordon)
a.

Resepsi Kesehatan dan Manajemen Kesehatan


Pandangan pasien tentang penyakitnya dan cara yang dilakukan pasien menangani penyakitnya.

b. Aktifitas dan latihan


Biasanya pasien mengalami penurunan aktifitas berhubungan dengan kelemahan tubuh yang
dialami.
c.

Istirahat dan tidur


Istirahat dan tidur sering mengalami gangguan karena batuk yang dialami pada malam hari

d. Nutrisi metabolic

Kemampuan pasien dalam mengkonsumsi makanan dmengalami penurunan akibat nafsu makan
yang kurang / malaise.
e.

Eliminasi
Pasien dengan TB Paru jarang ditemui mengalami gangguan eliminasi BAB dan BAK.

f.

Kognitif Perseptual.
Daya ingat pasien TB Paru kebanyakan dijumpai tidak mengalami gangguan.

g. Konsep Diri
Perasaan menerima dari pasien dengan keadaannya, kebanyakan pasien tidak mengalami
gangguan konsep diri.
h. Pola Koping
Mekanisme pertahanan diri yang biasa digunakan oleh pasien adalah dengan meminta
pertolongan orang lain.
i.

Pola seksual reproduksi


Kemampuan pasien untuk melaksanakan peran sesuai dengan jenis kemalin. Kebanyakan pasien
tidak melakukan hubungan seksual karena kelemahan tubuh

j.

Pola peran Hubungan


Perubahan pola peran hubungan dalam tanggung jawab atau perubahan kapasitas fisik untuk
melakukan peran.

k. Nilai dan kepercayaan


Agama yang dianut oleh pasien dan ketaatan pasien dalam melaksanakan ajaran agama biasanya
pasien tidak mengalami gangguan dalam sisitem nilai dan kepercayaan.

ASUHAN KEPERAWATAN
No
.
1.

Diagnosa Keperawatan
Bersihan jalan nafas
tidak efektif
berhubungan dengan
penumpukan sekret
purulen pada jalan nafas.

Tujuan

Intervensi

Bersihan jalan nafas 1. kaji fungsi pernafasan, contoh


kembali efektif
bunyi nafas, kecepatan dan
irama.

Penurunan bunyi n
menunjukkan atel
ronchi, mengi men
akumulasi sekret k
mampuan membe
nafas.

2. berikan pasien posisi semi


fowler atau fowler tinggi bantu
pasien untuk batuk efektif dan
latihan nafas dalam.

Posisi membantu
memaksimalkan e
dan menurunkan u
pernafasan.

3. pertahankan masukan cairan


sedikitnya 2500 ml/hari, kecuali
kontra indikasi

4. kolaborasi untuk pemberian obat


sesuai indikasi, obat mukolitik

2.

Rasion

Perubahan nutrisi
Menunjukkan berat 1. catat status nutrisi pasien, catat
kurangn dari kebutuhan
badan meningkat.
turgor kulit, berat badan dan
tubuh berhubungan
derajat kekurangan berat badan,
dengan produksi sputum,
kemampuan / ketidak mampuan
anoreksia
menelan, riwayat mual-muntal.
2. awasi masukan atau pengeluaran
dan berat badan secara periodic
3. berikan perawatan mulut
sebelum dan sesudah tindakan
pernapasan.
4. dorong makan sedikit dan sering

Pemasukan tinggi
membantu untuk
mengencerkan sek
membuatnya mud
dikeluarkan.

Agen mukolitik m
kekentalan dan pe
sekret paru untuk
pembersihan.

Berguna dalam m
derajat / masalah d
menentukan piliha
yang tepat.

Berguna dalam m
keefektifan nutrisi
dukungan cairan.

Menurunkan rasa
karena sisa sputum
obat.

dengan makanan TKTP

5. Kolaborasi dengan ahli gizi


untuk menentukan komposisi
diet.

3.

Kurang pengetahuan
mengenai kondisi, aturan
tindakan dan
perpindahan.

Menyatakan
1. Kaji kemampuan pasien untuk
pemahaman proses
belajar. Contoh : masalah
penyakit / prognosis
kelemahan, tingkat partisipasi
dan kebutuhan
dan lingkungan yang terbaik.
pengobatan.
2. tekankan pentingnya
mempertahankan protein tinggi
dan diit karbohidrat dan masukan
cairan adekuat.
3. Jelaskan dosis obat, frekwensi,
kerja yang diharapkan dan alasan
pengobatan lama
4. Tekankan untuk tidak minum
alkohol dan tidak merokok

Memaksimalkan m
nutrisi sebagai keb
energi dan menuru
gaster.

Memberikan bant
perencanaan diet d
nutrisi adekuat un
kebutuhan metabo
Belajar tergantung
dan kesiapan fisik
pada tahapan indiv

Memenuhi kebutu
metabolic, memba
meminimalkan ke
meningkatkan pen

Meningkatkan ker
dalam program pe
dan mencegah pen
obat.

Kombinasi INH d
telah menunjukka
peningkatan insid

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. D.M


DENGAN TUBERKOLOSIS PARU DI IRINA C2
RSU Prof. DR. R.D. KANDOU MANADO
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama

: Tn. D.M

Umur

: 55 tahun

Jenis kelamin

: Laki-laki

Agama

: Kr. Protestan

Pendidikan

: SD (tamat)

Pekerjaan

: Tani

Status

: Kawin

Suku/ bangsa

: Minahasa/ Indonesia

Tgl. MRS

: 15 - 07- 2008

Tgl. Pengkajian

: 10 - 08-2008, jam 08.00 wita

Diagnosa medis

: TB Paru

No. Med. Reg

: 19 09 69

2. Riwayat Kesehatan
a.

Keluhan Utama
Batuk berlendir.

b. Riwayat Kesehatan Sekarang


Batuk dialami sejak + 6 bulan yang lalu sebelum masuk rumah sakit, batuk disertai sesak nafas,
keringat dingin pada malam hari dan kelemahan tubuh. Saat dikaji klien mengeluh batuk
berlendir, lendir kental dan berwarna putih, disertai sesak nafas dan aktivitas dibantu orang lain.
c.

Riwayat Kesehatan Dahulu


Klien belum pernah dirawat di rumah sakit dan baru pertama kali dirawat di rumah sakit.

d. Riwayat Kesehatan Keluarga


Hanya pasien yang menderita penyakit seperti ini di dalam keluarga. Klien memiliki satu orang
istri dan satu orang anak, tinggal di dalam satu rumah, jenis rumah permanen memiliki kamar
tidur 2, dapur 1 dan ruang tamu 1, ventilasi cukup, pencahayaan cukup.
Genogram

Keterangan :
A

: Pihak ayah

: Pihak Ibu
: Laki-laki

: Perempuan
: Pasien
+

: Sudah meninggal

erkemihan

encernaan

ntegumen

3. Pengkajian Kasus Kelolaan

a.

Persepsi Kesehatan/ Manajemen Kesehatan


Klien menganggap batuk yang dialami selama kurang lebih 6 bulan sebelum masuk rumah sakit
hanya batuk biasa dan menanggulanginya dengan membeli obat di warung. Klien mempunyai
riwayat merokok dan berhenti setelah sakit.

b. Pola Nutrisi Metabolik


Klien makan 3x sehari, diit TRTB, pagi makan bubur, siang dan malam makan nasi, ikan, sayur.
Klien minum air putih kurang lebih 2000 ml/ hari. BB sebelum masuk rumah sakit 46 kg, BB
setelah sakit 40 kg. Mengalami penurunan BB, nafsu makan menurun, IVFD dextrose 5% 20 gtt/
mnt, HB 5,7 g/ dl, albumin 2,2 mg/dl, protein total 7,6 mg/ dl, GDS 67 mg/ dl.
c.

Eliminasi
:

klien BAK 5-6x sehari, tidak ada kesulitan BAK, konsistensi urine

warna kuning pekat dan bau khas, BAK menggunakan urinal dan dilakukan di tempat tidur.
:

klien BAB 1x sehari dengan konsistensi lembek warna kuning, tidak

ada kesulitan BAB, BAB menggunakan alat bantu dan dilakukan di tempat tidur.
:

klien mengatakan sering berkeringat dingin pada malam hari.

d. Aktivitas dan Latihan


Aktivitas

dentitas

Harga diri

deal diri

Berpakaian

Mobiliasasi
Pindah

Ambulasi

Naik tangga

Ket : 0 : mandiri, 1 : dibantu sebagian, 2 : dibantu orang lain, 3 : dibantu orang lain dan alat, 4 :
tidak mampu. Klien mengalami sesak nafas, frekuensi pernafasan 24x/ mnt. Jenis pernafasan
torakul abdominal.
e.

Kognitif Perseptual
Klien mengatakan tidak mengerti tentang penyakitnya, kesadaran compos mentis, merespon
terhadap rangsangan nyeri, pendengaran baik, penglihatan baik, pembicaraan terarah dapat
berinteraksi dengan orang lain.

f.

Pola Istirahat dan Tidur


:

klien beristirahat dengan baik, tidur siang 15.00-7.00 wita, tidur

malam 20.00-06.00 wita, tidak pernah menggunakan obat tidur


:

klien tidur siang pukul 13.00-16.00 wita, tidur malam 20.00-05.00

wita, klien sering terbangun sekali-kali jika batuk.


g. Konsep Diri
:

klien berjenis kelamin laki-laki dan senang dengan identitasnya

sebagai laki-laki.
:

klien merasa bahwa ia berharga bagi anggota keluarga yang lain dan

ingin segera cepat sembuh.


:

Gambaran diri :

eran

Eliminasi

ebelum sakit

aat dikaji

Mandi

klien tidak dapat menjalankan tugasnya sebagai petani karena sakit.


klien merasa ia adalah seorang anggota masyarakat yang baik dan

kepala keluarga yang baik.


:

klien bekerja sebagai petani yang rajin dan sebagai kepala keluarga

yang baik bagi anggota keluarganya.


h. Pola Koping Intoleransi Stres

Klien mengatakan menyerahkan sepenuhnya kepada Tuhan dan tim medis tentang kondisi
penyakitnya, tingkat kecemasan ringan dengan tanda-tanda klien menyerahkan kesembuhannya
pada Tuhan Yang Maha Esa dan tim medis, N : 80x/ mnt, R : 22x/ mnt, ekspresi wajah tampak
tenang karena klien percaya ia bisa disembuhkan. Dalam mengatasi masalah klien sering
meminta bantuan orang lain.
i.

Pola Peran Hubungan


Hubungan klien dengan anggota keluarga berjalan dengan baik. Klien bekerja sebagai seorang
petani, sudah menikah. Klien dapat berinteraksi dengan orang lain baik.

j.

Pola Seksual Reproduksi


Klien sudah menikah, mempunyai 1 orang anak, istri masih hidup. Klien tidak lagi melakukan
hubungan seksual karena keadaan yang sedang sakit.

k. Pola Nilai dan Kepercayaan


Klien beragama Kristen Protestan, klien percaya dan yakit pada TYME.

4. Pemeriksaan Fisik

TTV
TD

: 130/80 mmHg

: 80 x/ mnt

: 24 x/ mnt

SB

: 36,5oC

BB : 40 kg
Head to Toe
-

Kepala

Inspeksi

warna rambut hitam, kebersihan terjaga, bentuk kepala bulat

Palpasi

nyeri tekan tidak ada

Mata

Inspeksi

sclera tidak ikterus, konjungtiva anemis, pupil bulat

Palpasi

nyeri tekan tidak ada

Hidung

Inspeksi

bentuk simetris, sekret tidak ada

Palpasi

nyeri tekan tidak ada

Inspeksi

Mulut
:

Inspeksi

bibir tampak kering, gigi berlubang, mukosa lembab, bau mulut tidak ada
Leher

:
-

tidak ada pembesaran kelenjar tyroid


Thorax/ dada

Inspeksi

simetris kiri dan kanan

Palpasi

stem fremitus kiri dan kanan

Perkusi

sonur kiri dan kanan

Auskultasi

ronchi +/ +, wheezing +/ +a

Abdomen

Inspeksi

datar

Palpasi

lemas, nyeri tekan tidak ada, tidak ada massa

Perkusi

tidak kembung

Auskultasi

bising usus normal

Atas

Ekstremitas
:

akral hangat, tidak ada oedem, tangan kanan terpasang infuse dextrose 5%

20 gtt/ mnt
Bawah

akral hangat, tidak ada odem

5. Pemeriksaan Penunjang
a.

Pemeriksaan laboratorium tgl. 8-8-2008


Jenis
HB

Hasil
5,7 g/ dL

Normal
13-17 g/ dL

Eritrosit

2,03 uL

4,20-5,40 uL

Leukosit

7400 uL

5.000-10.000 uL

Trombosit

230.000 uL

150.000-450.000

GDS

67 mg/ dL

uL

Ureum

31 mg/ dL

110-160 mg/ dL

Creatinin

1,1 mg/ dL

10-50 mg/ dL

Asam urat

8,5 mg/ dL

0,6-1,1 mg/ dL

Protein total

7,6 mg/ dL

2,4-7,0 mg/ dL

Albumin

2,2 mg/ dL

6,6-8,3 mg/ dL
3,7-5,3 mg/ dL

b. Foto thorax
Hasil : tampak TB Paru
c.

Sputum BTA
Pemeriksaan sputum BTA 3x positif Mycobakterium Tuberkolosis

6. Terapi
Tgl. 11-08-2008
IVFD Dextrose 5% 20 gtt/ mnt

Cefixime 2 x 100 mg tab


Ranitidine 2 x 1 amp inj
Codein 3 x 20 gr tab
Rifampisin 150 mg 1 x 3 tab
INH 750 mg 1 x 3 tab
PZA 400 mg 1 x 3 tab
Etambutol 275 mg 1 x 3 tab
B6 1 x 1 tab
Alupurinol 100 mg tab 1-0-0

7. Klasifikasi Data
DS

- klien mengeluh batuk berlendir


- klien mengeluh sesak nafas
- klien mengeluh aktivitasnya perlu bantuan orang lain
- klien mengeluh mengalami penurunan nafsu makan
- klien mengeluh mengalami penurunan berat badan
- klien mengatakan tidak mengerti tentang penyakitnya

DO

- TTV

TD

: 130/80 mmHg

N : 80 x/ mnt

: 24 x/ mnt

SB : 36,5oC

- auskultasi paru ronchi +/ +, wheezing +/ +


- aktivitas dibantu orang lain
- BAB dan BAK dilakukan di tempat tidur
- terpasang infuse di lengan kanan dextrose 5%
- BB sebelum sakit : 46 kg, BB sesudah sakit : 40 kg
- pendidikan klien tamat SD

ANALISA DATA
N
o
1

Data

Dampak Masalah

- klien mengeluh batuk

Peradangan parenkim

berlendir
- klien mengeluh sesak
nafas
:

- TTV
TD : 130/80 mmHg

paru

dalam alveoli

R : 24 x/ mnt

sputum

nafas tidak efektif

Keluarnya eksudut

Peningkatan produksi

- auskultasi paru ronchi +/

Bersihan jalan

N : 80 x/ mnt
SB : 36,5oC

Masalah

Kemampuan batuk
menurun

- sputum kental

Tertahannya sekresi

- klien mengatakan

aktivitasnya dibantu
:

Jalan nafas terganggu


Proses penyakit

- BAB dan BAK

Kelemahan tubuh

dilakukan di tempat tidur

- terpasang IVFD

Terpasang infuse di

dextrose 5% di lengan kanan

Intoleransi aktivitas

lengan kanan

- klien mengeluh

mengalami penurunan nafsu


makan
- klien mengeluh
mengalami penurunan berat
badan

Aktivitas terbatas
Adanya sputum pada

Ketidakseimbanga

saluran pernafasan dan n nutrisi kurang


di bagian mulut

Batuk produktif

dari kebutuhan
tubuh

Data

Dampak Masalah

- BB sebelum sakit : 46

Peningkatan frekuensi

Masalah

o
:

kg, BB sesudah sakit : 40 kg

pernafasan

- klien mengatakan tidak

mengerti tentang penyakitnya


:

- pendidikan klien tamat

SD

Nafsu makan menurun


Tingkat pendidikan
tamat SD

Kurang informasi
tentang penyakitnya

Kurang pengetahuan

Prioritas Masalah :
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d produksi sputum yang kental
2. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan tubuh dan proses pengobatan
3. Ketidakseimbangan nutrisi b/d produksi sputum yang kental
4. Kurang pengetahuan tentang penyakitnya b/d kurangnya informasi

Kurang
pengetahuan

ASUHAN KEPERAWATAN

sa Keperawatan

Tujuan

Intervensi

Rasional

Implementasi

Eva

11-8-08, jm.08.00

: - klien m

n jalan nafas

Bersihan jalan

ektif b/d

nafas kembali

i sputum

efektif setelah

seperti bunyi,

nafas dapat

frekuensi pernafasan

setelah diat

dengan :

diberikan tindakan

kecepatan dan irama

menunjukkan

24x/ mnt, iramanya

posisi semi

en mengeluh

keperawatan

setiap jam 06.00,

ketidakmampuan

teratur, terdengar

erlendir

selama 3 hari

12.00, 18.00 setiap

untuk membersihkan

ronchi dan jenis

sputum yan

en mengeluh

dengan kriteria

hari

jalan nafas.

pernafasan torakal

banyak

afas

hasil:

abdominal

: - TTV

D : 130/80mmHg
: 80 x/ mnt

1. Kaji fungsi pernafasan1. Penurunan fungsi

- batuk berlendir

11-8-08, jm.12.00

berkurang atau

2. Mengukur TTV

hilang

: 24 x/ mnt

- sekret encer

: 36,5oC

- tanda-tanda vital

2. Penyimpangan

- klien m

TD : 130/80mmH
N : 82 x/ mnt

TD : 130/80mmHg

R : 24 x/ mnt

normal TTV

N : 84 x/ mnt

SB : 36,2oC

vital setiap jam 06.00,

menunjukkan

R : 24 x/ mnt

A : masalah

SB : 36,2oC

2. Observasi tanda-tanda

skultasi paru

dalam putus

12.00, 18.00 setiap

perubahan status

+/ +

normal

hari

pasien.

utum kental

1. Melakukan pengkajian sesak berku

- ronchi -/-

: - kaji fun
- Mengawasi klien

06.00, 12.0

tablet dan cefixime 1

- observa

11-8-08, jm.12.15
3. Merubah posisi tidur
3. Atur posisi klien

pernafasan

minum obat codein 1


tablet

3. Posisi membantu

teratasi

klien dari tidur satu

setiap 8 jam

- pertaha

tidur semi f

- anjurka

ekspansi paru dan

bantal menjadi posisi

untuk minu

dengan posisi semi

menurunkan upaya

semi fowler

yang banya

fowler setiap kali klien

pernafasan.

merasa sesak nafa


4. Ajarkan teknik nafas 4. Memaksimalkan

- anjurka
11-8-08, jm.13.15

untuk tetap

4. Mengajarkan teknik

menggunak

nafas dalam dan batuk

batuk efekt

sa Keperawatan

Tujuan

Intervensi
dalam dan batuk

Rasional
ventilasi dan

Implementasi
efektif pada klien

efektif pada pertemuan meningkatkan


pertama

gerakan sekret ke
dalam jalan nafas
besar sebagai mudah
dikeluarkan

11-8-08, jm.13.30
5. Menganjurkan pasien
untuk gunakan teknik

5. Anjurkan pasien untuk5. Melatih pasien untuk

batuk efektif setiap

gunakan teknik batuk

dapat belajar

batuk

efektif setiap ingin

mengatasi batuk yang

11-8-08, jm.13.45

batuk

dialaminya.

6. Menganjurkan
keluarga dan klien
untuk memenuhi

6. Anjurkan klien untuk 6. Pemasukan cairan

asupan cairan yang

meningkatkan asupan

yang banyak

cukup bagi klien

cairan sedikitnya

membantu

dengan minum air

2.500 ml/ hari

mengencerkan sekret.

putih yang banyak +


2500 ml/ hari
11-8-08, jm.18.00
7. Memberikan obat

7. Kolaborasi beri obat

sesuai instruksi

sesuai instruksi dokter 7. Beri obat dengan

ranitidine inj 1 ampul/

Ranitidine inj 2x1 amp

teratur mempercepat

3 cc melalui IVFD

(06.00 & 18.00)

proses penyembuhan

Menganjurkan klien

Cefixime 2x1 tab

untuk minum obat

(06.00, 12.00, 18.00)

tablet secara teratur

Codein 3x1 tab (06.00,

dan tidak boleh

12.00, 18.00)

berhenti

Rifampisin 1x3 tab

Eva
batuk

sa Keperawatan

Tujuan

Intervensi

Rasional

Implementasi

Eva

11-8-08, jm.08.00

: - klien m

1. Melakukan observasi

belum bisa

(06.00)
INH 1x3 tab (06.00)
PZA 1x3 tab (06.00)
Etambutol 1x3 tab
(06.00)
B6 1x1 tab (06.00)
Alupurinol 1-0-0
(06.00)

nsi aktivitas b/d

Klien dapat

han tubuh dan

beraktivitas dengan1. Monitor derajat

1. Untuk mengetahui

enyakit ditandai

baik dengan

mobilitas dengan

tingkat

derajat ketergantungan

beraktivitas

kriteria hasil :

menggunakan skala

ketergantungan

pada klien. mandi = 4,

terbatas pad

berpakaian = 4,

mobilisasi

en mengatakan - Klien dapat

ketergantungan

snya dibantu

beraktivitas secara

eliminasi = 3,

AB dan BAK

mandiri

mobilisasi = 2, pindah

an di tempat

pasang infus

- BAB dan BAK

- klien m

merasa lela

= 4, ambulasi = 4, naik : - klien be

dilakukan sendiri

tangga = 4. Hasil :

melakukan

di toilet

terjadi ketergantungan

aktivitas

e 5% di lengan

- BAB da

tempat tidu
11-8-08, jm.08.10

A : masalah

2. Membantu pasien

2. Bantu pasien dalam


pemenuhan kebutuhan

2. Memenuhi kebutuhan
sehari-hari klien

teratasi

dalam eliminasi BAK

: - bantu k

dengan menyediakan

pemenuhan

urinal dan pispot pada

- anjurka

saat BAB

untuk berak

berdasarkan tingkat

11-8-08, jm.08.15

secara man

ketergantungannya

3. Menganjurkan klien
untuk bisa melakukan
mobilisasi miring kiri,

sa Keperawatan

Tujuan

Intervensi

Rasional

3. Anjurkan klien untuk 3. Melatih klien untuk

Implementasi

Eva

miring kanan dan

beraktivitas secara

tidak tergantung dan

duduk secara mandiri

bertahap

secara bertahap bisa

tanpa bantuan orang

mandiri

lain. Hasil : klien bisa


melakukan mobilisasi
miring kiri dan miring
kanan
11-8-08, jm.08.15
4. Memberikan pujian
pada klien karena
klien sudah bisa
mobilisasi secara
mandiri

4. Beri reinforcement

4. Pujian

positif terhadap

membangkitkan

tingkat keberhasilan

semangat pasien

klien

untuk bisa mandiri

seimbangan

Menunjukkan

urang dari

peningkatan nutrisi1. Catat nutrisi klien

an b/d produksi

dengan kriteria

pada penerimaan, BB,

mendefinisikan

klien, hasil nutrisi

walaupun m

dan anoreksia

hasil :

turgor kulit, adanya

derajat masalah dan

pasien kurang dari

porsi

- Peningkatan BB

riwayat mual muntah

pilihan intervensi

kebutuhan, BB saat

: - porsi m

en mengeluh

- Bebas tanda

atau tidak

yang tepat

masuk : 40 kg, turgor

dihabiskan

ami penurunan

malnutrisi

dengan :

12-8-08, jm.08.00
1. Berguna dalam

1. Mencatat status nutrisi

kulit baik, mual

: - klien m
sudah bisa

- frekuen

akan

muntah tidak ada,

en mengeluh

nafsu makan menurun

ami penurunan

12-8-08, jm.08.058 A : masalah

dan

B sebelum sakit :

2. Mengganti cairan
2. Awasi masukan

infuse dari NaCl 0,9%

meningkat

- BB 40 k
sebagian

: - awasi m

sa Keperawatan

Tujuan

Intervensi

BB sesudah sakit

Rasional

Implementasi

Eva

makanan dan cairan. 2. Berguna mengukur

diganti dextrose 5%

pengeluaran

Awasi pengeluaran

keefektifan nutrisi dan

20 gtt/ mnt, BB : 40

- timbang

urine, keringat

dukungan cairan

kg

timbang BB setiap hari

- mengan

3. Anjurkan klien makan


dalam porsi sedikit

hari

3. Memaksimalkan

tapi sering dengan

masukan nutrisi

makanan TKTP

sebagai kebutuhan

12-8-08, jm.08.10

klien untuk

3. Menganjurkan klien

mempertah

untuk makan sedikit

masukan nu

tapi sering

energi

4. Kolaborasi ahli gizi

12-8-08, jm.12.00

komposisi diit

4. Mengawasi pola

Pagi : bubur dan telur, 4. Memberikan bantuan

makan pasien, hasil

Siang : nasi, telur/

dalam perencanaan

klien menghabiskan

ikan, sayur, sup, buah,

diit dengan nutrisi

makanannya, porsi

Sore : ekstra telur,

yang adekuat

makan sedikit

Malam : nasi, telur/


ikan, sayur

pengetahuan

Klien mengerti

13-8-08, jm.08.00

penyakitnya b/d

tentang

ya informasi

penyakitnya

klien tentang penyakit

pada emosi dan

kemampuan klien

tentang pen

dengan :

setelah diberikan

TBC yang dialaminya

kesiapan fisik

untuk belajar, hasil

diderita

1. Kaji pengetahuan

1. Belajar tergantung

1. Mengukur

: - klien da

mengatakan

en mengatakan

penyuluhan dengan

klien mau diberikan

: - klien da

engerti tentang

kriteria hasil :

penyuluhan

menjelaska

tnya

- Klien

pentingnya

gkat pendidikan

mengungkapkan 2. Jelaskan pada klien

13-8-08, jm.08.20

mat SD

pemahaman

pentingnya perawatan 2. Perawatan

tentang penjelasan

dan pengobatan di

pengobatan di rumah

2. Memberikan
penyuluhan kepada

dan akibat p
A : masalah

: - anjurka

sa Keperawatan

Tujuan
yang diberikan

Intervensi
rumah sakit

- Klien dapat
menjelaskan
kembali secara

Rasional

Implementasi

Eva

sakit penting untuk

klien dan keluarga

keluarga be

mengurangi

tentang pentingnya

teratur dan

komplikasi

perawatan di rumah

putus obat

3. Jelaskan pada klien

sakit

umum penjelasan

tentang proses

yang diberikan

penyakit, pengobatan 3. Memberikan


dan pencegahan

13-8-08, jm.09.00
3. Memberikan

pengetahuan pada

penyuluhan pada klien

klien tentang

dan keluarga tentang

penyakitnya

penyakit yang diderita


klien

4. Jelaskan pada klien


dan keluarga tentang
dosis obat, frekuensi,
alasan pengobatan

13-8-08, jm.09.30
4. Mencegah pasien

4. Menjelaskan pada

lama dan akibat putus

putus obat, dan

klien dan keluarga

obat

meningkatkan kerja

tentang pentingnya

sama dalam

pengobatan dan

pengobatan

dampak berhenti
minum obat yaitu
pengobatan dimulai
dari pertama dan
penyakit yang diderita
bisa bertambah parah.

CATATAN PERKEMBANGAN
Hari/ Tgl.
Senin,

Dx
I

11-08-08

Jam
Implementasi
08.0 - Mengkaji fungsi
0

Evaluasi
: - klien mengatakan

pernafasan klien

masih batuk berlendir

Hasil : pernafasan cepat,

I, II

frekuensi 24 x/ mnt,

masih sesak nafas

irama teratur, jenis

: - TTV

pernafasan torakal/

TD : 130/80mmHg

abdominal

N : 82 x/ mnt

- Melakukan pengukuran
R : 22 x/ mnt
08.1

TTV :

5 TD : 130/80mmHg

SB : 36,2oC
A : masalah belum

N : 82 x/ mnt

teratasi

R : 24 x/ mnt

: - kaji fungsi

SB : 36,2oC

pernafasan setiap jam

- Mengajarkan teknik
nafas dalam dan batuk
13.1
5

Hasil : klien dapat

18.00
- anjurkan klien untuk

klien dapat

menggunakan teknik

mengeluarkan sekret,

batuk efektif setiap ingin

warna putih, encer

batuk

makan
- Merubah posisi tidur
klien dari tidur
terlentang menjadi semi
13.2

- observasi TTV setiap


pukul 06.00, 12.00,

jumlah + sendok
I

06.00, 12.00, 18.00

efektif
melakukan dengan baik,

- klien mengeluh

fowler

5 - Menganjurkan klien

- anjurkan klien untuk


tetap mengkonsumsi
cairan yang banyak
- pertahankan posisi
semi fowler

Hari/ Tgl.

Dx

Jam

Implementasi
untuk menggunakan

Evaluasi

teknik batuk efektif


setiap kali ingin batuk
I

13.3 - Menganjurkan keluarga


0

dan klien untuk


memenuhi asupan
cairan yang cukup bagi
klien dengan minum air

13.4

yang banyak

5 - Memberikan obat
I, II, III

sesuai instruksi
Ranitidine 1 ampul dan
menganjurkan klien
untuk minum obat tablet
secara teratur dan tidak
boleh putus
18.0 - Mengkaji TTV dan
0

fungsi pernafasan

I, II

Hasil :
TD : 130/80mmHg
N : 82 x/ mnt
R : 22 x/ mnt
SB : 36,2oC
Fungsi pernafasan baik,
irama teratur, frekuensi
18.0

Selasa,
12-8-08

II

22 x/ mnt

0
08.0 - Melakukan observasi
0

Diagnosa I

derajat ketergantungan

: - klien mengatakan

pada klien

masih batuk berlendir

Hasil :

- klien mengatakan

Hari/ Tgl.

Dx

Jam

Implementasi
Evaluasi
Mandi = 2, berpakaian = sesak nafas berkurang
2, eliminasi = 3,
mobilisasi = 2, pindah =

: - sputum putih kental


- R : 22 x/ mnt

3, ambulasi = 2, naik A : masalah teratasi


tangga = 3
- Mencatat status nutrisi
III

klien
08.0
0

Hasil : nutrisi kurang

sebagian
: - pertahankan posisi
semi fowler
- kaji frekuensi

dari kebutuhan, BB saat

pernafasan, jenis dan

masuk RS : 40 kg,

irama setiap jam 06.00,

turgor kulit baik, mual

12.00, 18.00

muntah tidak ada, nafsu


makan menurun
- Melakukan pengkajian
I
08.0

Diagnosa II
: - klien mengatakan

frekuensi pernafasan

aktivitasnya masih

22x/ mnt, irama teratur,

dibantu

jenis pernafasan torakal

: - BAK dilakukan di

abdominal

tempat tidur

0 - Mengganti cairan infuse


A : masalah belum
dari NaCl 0,9% diganti

teratasi

dextrose 5% 20 gtt/ mnt, : - bantu klien dalam


III

menimbang BB hasil

pemenuhan kebutuhan

BB : 40 kg

sehari

- Membantu pasien untuk


08.0
5

- anjurkan untuk

eliminasi BAK dan

beraktivitas secara

mobilisasi

mandiri dengan bertahap

- Menganjurkan klien
II, III

untuk makan sedikit tapi Diagnosa III


sering
- Menganjurkan klien

: - klien mengatakan
sudah bisa makan

Hari/ Tgl.

Dx

Jam

Implementasi
untuk bisa melakukan

Evaluasi
walaupun dalam porsi

08.1

mobilisasi sendiri tanpa

yang sedikit

bantuan orang lain

: - porsi makan

Hasil : klien mau

dihabiskan

0
II

melakukan aktivitas

- frekuensi makan

- Mengukur TTV
TD : 130/80mmHg

meningkat
A : masalah teratasi

N : 82 x/ mnt
08.1R : 22 x/ mnt
5 SB : 36,5oC
I, III

- Mengawasi pola makan


pasien

untuk tetap
batuk efektif setiap
ingin batuk
- Memberikan suntikan
ranitidine inj 1 ampul
via IVFD,
menganjurkan klien
untuk minum obat tablet
secara teratur

- anjurkan klien untuk


sedikit tapi sering

menggunakan teknik

13.1

- timbang BB tiap hari

menghabiskan

12.0 - Menganjurkan klien

I, II

dan pengeluaran

tetap makan dalam porsi

makan sedikit

: - awasi pemasukan

Hasil : klien
makanannya porsi

sebagian

Hari/ Tgl.

Dx

Jam

Implementasi

Evaluasi

18.0
Rabu,
13-8-08

I, II,
III, IV

0
08.0 - Melakukan pengkajian
0

Diagnosa I

frekuensi pernafasan 24

: - klien mengeluh

x/ mnt, irama teratur,

batuk berlendir

jenis pernafasan torakal

: - sputum kental

abdominal
- Observasi derajat

- TTV
TD : 130/80mmHg

ketergantungan, mandiN : 80 x/ mnt


= 2, berpakaian = 2,

R : 22 x/ mnt

eliminasi = 2, mobilisasi
SB : 36,5oC
= 0, pindah = 3,

A : masalah belum

ambulasi = 2, naik

teratasi

tangga = 3

: - pertahankan posisi

- Mengukur kemampuan
klien untuk belajar

- anjurkan klien untuk

Hasil : klien mau

meningkatkan asupan

diberikan penyuluhan

cairan

- Memberikan
penyuluhan kepada
III

semi fowler

- anjurkan untuk tetap


gunakan teknik batuk

klien tentang pentingnya efektif


08.2
0

perawatan di rumah
sakit, proses penyakit,

Diagnosa II

alasan pengobatan lama

: - klien mengatakan

dan akibat putus obat

belum bisa beraktivitas

- Mengatur posisi pasien


semi fowler

sepenuhnya masih
terbatas pada mobilisasi

Hari/ Tgl.

Dx

Jam

Implementasi
- Mengganti cairan dari

Evaluasi
: - BAB dan BAK di

dextrose 5% dengan

tempat tidur

dextrose 5%

- berpakaian dibantu

08.3 - Menganjurkan klien


0

untuk menggunakan

09.0

oleh keluarga
A : masalah belum

teknik batuk efektif

teratasi

setiap ingin batuk

: - anjurkan klien

0 - Menganjurkan klien

beraktivitas mandiri

untuk terus

secara bertahap

meningkatkan aktivitas
10.0

secara mandiri

Diagnosa III

0 - Mengobservasi TTV

: - klien mengatakan

TD : 130/80mmHg

sudah bisa dalam porsi

N : 80 x/ mnt

sedikit

R : 22 x/ mnt

- klien mengatakan

10.1SB : 36,5oC

sering makan

0 - Mengawasi pola makan


klien, klien makan

makanan dihabiskan

dengan porsi sedikit


makanan dihabiskan

- BB : 40 kg
A : masalah teratasi

- Menimbang BB pasien
12.0

Hasil : BB = 40 kg

0 - Memberikan suntikan
via IVFD ranitidine 1
ampul
- Menganjurkan untuk

: - porsi makan sedikit,

sebagian
: - anjurkan klien tetap
mempertahankan asupan
nutrisi yang
- timbang BB setiap
hari

minum obat secara


teratur jangan sampai

Diagnosa IV

putus obat dan akibat

: - klien

putus obat

mengungkapkan

Hari/ Tgl.

Dx

Jam

13.0
0

Implementasi
- Menjelaskan bahwa

Evaluasi
mengerti tentang cara

tugas di ruangan telah

pencegahan penularan

selesai

penyakit dan akibat


putus obat
: - klien dapat
menjelaskan kembali

18.0
0

cara pencegahan dan


akibat putus obat
- klien dapat minum
obat sendiri
A : masalah teratasi
: -

RENCANA PENDIDIKAN KESEHATAN


Topik

: Tuberkolosis Paru, Pencegahan dan

Akibat Putus Obat


Tujuan

: Meningkatkan Pengetahuan dan

Mencegah Klien Putus Obat


Sasaran

: Klien dan Keluarga

Tempat

: Irina C2 Kamar 212 RSU Prof. R.D.

Kandou Manado
Tanggal

: 13 Agustus 2008 jam 08.20 wita

Klien dan

Konsep TB

- Ceramah - Flip chart

Aktivitas KMB
Evaluasi
Petugas
Klien
Proses
Hasil
Kesehatan
Menjelaskan
Memperhatikan - Apa itu
Klien dan kelua

keluarga

Paru

- Tanya

kepada klien

penjelasan

penyakit

memahami

dan keluarga

petugas dan

tuberkolosis?

tentang konsep

- Penyebabnya?

Tujuan Khusus

Materi

Metode

Media

- Leaflet

memahami

1. Pengertian

penyakit

2. Penyebab

konsep

bertanya jika

tuberkulosis

3. Gejala

tuberkolosis

tidak mengerti - Gejalanya?

paru

4. Cara penularan

paru

Klien dan
keluarga

jawab

- Alasan dirawat- Ceramah - Flip chart


di RS

mengerti tentang- Pentingnya


alasan dirawat di pengobatan

- Tanya
jawab

- Leaflet

Menjelaskan :
- Alasan dirawat
di RS
- Pentingnya

penyakit

tuberkolosis par

- Cara
penularan?
Memperhatikan - Mengapa
penjelasan
petugas dan
bertanya jika

dirawat di RS?
- Kenapa
pentingnya

- Klien dan

keluarga menge

mengapa dirawa
di RS

RS, pentingnya

dan akibat

pengobatan dan putus obat satu

pengobatan dan

putus obat

akibat putus

akibat dari putus


obat

obat

hari saja

pengobatan?
- Akibat dari
putus obat

- Klien dan

keluarga menge
pentingnya

pengobatan dan

akibat putus oba

UJIAN AKHIR PROGRAM

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. D.M


DENGAN TUBERKOLOSIS PARU DI IRINA C2
RSU Prof. DR. R.D. KANDOU MANADO

Yang Disusun Oleh :


Hendi Kevin Wokas
PO 7120105347

telah disetujui oleh :

Penguji I

Nurseha S. Djaafar, S.Pd, S.Kep.Ns

tanggal

NIP. 140 165 703

Penguji II

Lucia Moningka, SKM

tanggal

NIP. 140 120 746

Penguji III

Dorce S. Sarimin, S.SiT, S.Kep.Ns


NIP. 140 343 843

tanggal

DAFTAR PUSTAKA
Carpenito. Rencana Asuhan Keperawatan, EGC. 1999 : Jakarta.
Marilynn Doenges. Rencana Asuhan Keperawatan, EGC. 2001 : Jakarta.
Arif Mansjoer, dkk. Kapita Selekta Jilid I, EGC. 1999 : Jakarta.
Arjatmo Tjokronegoro, Prof, dr. Ilmu Penyakit Dalam. Balai Penerbit FKUI. 2001

Diposkan oleh dolvi di 21.32


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest

Anda mungkin juga menyukai