Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
MODULUS PUNTIR
Hanley Andrean, Vincencius Setyo Hutomo, Zaeny Ahmad, Robbi Hidayat, Muhammad Maruf,
Luthfi Indra Kusuma
10211044, 10211013, 10211068, 10211063, 10211094, 10211009
Program Studi Fisika, Institut Teknologi Bandung, Indonesia
E-mail: hanley.andrean@s.itb.ac.id
Asisten : Latifah Oktaviani/10210096
Tanggal praktikum: 24-03-2014
Abstrak
Pada mekanika kontinu, stress merupakan besaran fisis yang menyatakan gaya-gaya yang diberikan pada partikel
yang bersebelahan satu sama lainnya. Pada percobaan kali ini akan dibahas tentang shear stress (tegangan
memuntir) pada batang silinder. Akan ditentukan modulus puntir (shear stress)nya, kemudian digunakan untuk
menghitung torsi magnetic yang didapatkan pada rangkaian. Percobaan dilakukan dengan perangkat sederhana
yang terdiri dari batang yang berbeda diameter dan materialnya, katrol, dan alat pengolah data sederhana yang
terdiri dari sensor magnetik, mikrokontroller, dan display. Dari hasil yang didapat, dapat disimpulkan bahwa nilai
modulus puntir relatif konstan dan berada pada orde GPa, sedangkan nilai torsi magnetik yang diberikan akan
berbanding lurus dengan jarak sensor dan elemen pengganggu yang ada.
Kata Kunci: Bandgap, CND, Emisi, Sintesis, Spektrum
I. Pendahuluan
Pada mekanika, stress (tegangan) merupakan
besaran fisis yang menyatakan gaya-gaya yang
diberikan pada partikel yang bersebelahan
terhadap satu sama lainnya.[1] Biasanya terdapat
3 tegangan yang dibahas dalam fisika untuk
mengkarakterisasi
deformasi
(perubahan
bentuk) dari suatu benda yang menerima
tegangan. Ketiga tegangan tersebut adalah
tegangan menekan (compressive stress),
tegangan meregang (tensile stress), dan
tegangan memuntir (shear stress).
Tegangan memuntir secara umum dapat
diilustrasikan pada Gambar 1.
(1)
Keterangan
= Gaya yang diberikan (N)
= Luas permukaan (2 )
= Modulus Puntir (Pa)
= Perubahan panjang benda (m)
0 = Panjang awal benda (m)
Modulus puntir merupakan suatu besaran
yang menentukan kelebaman benda. Semakin
besar modulus puntirnya, maka benda akan
semakin sulit berdeformasi apabila diberi
tengangan memuntir. Untuk menentukan
modulus puntir dari suatu benda, dapat
digunakan persamaan (1) dan kemudian dirubah
menjadi bentuk:
= 0
(2)
(3)
Keterangan
T = Torsi (Nm)
= Tegangan memuntir (N/m2)
= Momen inersia polar (m4)
= Radius (m)
untuk suatu batang yang berjari-jari R, nilai
momen inersia polarnya adalah
1
= 2 4
(4)
L (cm)
d (mm)
r (mm)
Jarak pengganggu (cm)
Jarak sensor (cm)
50
5.045
2.5225
20
30
Massa (gram)
500
1000
1500
2000
2500
Jarak Batang
Pengganggu
(cm)
10
10
15
20
20
Jarak
Sensor
(cm)
30
35
30
30
35
Torsi (Nm)
0.02718
0.05291
0.60679
-0.0174
0.04591
Batang II
Tabel 4. Tabel Karakteristik Awal Batang II
L (cm)
d (mm)
r (mm)
Jarak pengganggu (cm)
Jarak sensor (cm)
50
4.544
2.272
20
30
Jarak Batang
Pengganggu
(cm)
10
10
15
20
20
Jarak
Sensor
(cm)
30
35
30
30
35
Torsi (Nm)
0.0033
0.00966
0.00368
0.01316
0.01371
Massa (gram)
500
1000
1500
2000
2500
Jarak Batang
Pengganggu
(cm)
10
10
15
20
20
Jarak
Sensor
(cm)
30
35
30
30
35
Torsi (Nm)
0.02132
0.02204
0.01462
0.01786
0.01589
Batang III
Tabel 7. Tabel Karakteristik Awal Batang III
L (cm)
d (mm)
r (mm)
Jarak pengganggu (cm)
Jarak sensor (cm)
50
4.534
2.267
20
30
Massa (gram)
500
1000
1500
2000
2500
IV. Pembahasan
Dari hasi yang didapatkan, dapat dilihat
bahwa semakin besar beban yang diberikan,
akan semakin besar pula modulus puntir yang
didapatkan. Seharusnya nilai modulus puntir
cenderung konstan (seperti pada batang I).
Namun penambahan beban akan menyebabkan
bertambahnya modulus puntir kemungkinan
disebabkan oleh adanya ketahanan batang yang
semakin
melakukan
resistansi
untuk
berdeformasi sampai sebelum saat batang
menjadi plastis.
Material
batang
yang
digunakan
berpengaruh pada modulus puntir yang didapat.
Pada batang I dan II dapat dilihat bahwa nilai
modulus puntir berkisar pada nilai yang sama,
sedangkan pada batang III, nilai modulus
puntirnya berbeda cukup jauh dari batang I dan
II. Dari sini dapat disimpulkan bahwa material
batang I dan II memiliki karakteristik yang
cukup sama sedangkan batang III berbeda.
Radius yang semakin besar akan membuat
modulusnya semakin kecil, sedangkan panjang
batang akan berdampak pada semakin besarnya
modulus puntir. Hal ini dapat dilihat pada
persamaan (2) karena pada percobaan ini
panjang batang relatif fixed dan untuk
perbedaan diameter, terdapat juga perbedaan
material.
Secara umum seharusnya ketika jarak antar
sensor dan elemen pengganggu semakin jauh,
maka torsi yang terukur akan semakin besar.
Hal ini disebabkan karena semakin besar jarak,
akan menyebabkan semakin besarnya momen
dan mengakibatkan torsi semakin besar.
Proses penerimaan sinyal dari sensor
didapatkan dengan mengubah jarak antara
elemen pengganggu dengan sensor. Apabila