Anda di halaman 1dari 14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Bayi Baru Lahir


Masa bayi baru lahir (neonatal) adalah masa 28 hari pertama
kehidupan manusia. Pada masa ini terjadi proses penyesuaian
sistem tubuh bayi dari kehidupan dalam rahim ke kehidupan di luar rahim.
Masa ini adalah masa yang perlu mendapatkan perhatian
dan perawatan yang ekstra karena pada masa ini terdapat mortalitas
paling tinggi.
Menurut M. Sholeh Kosim, (2007) Bayi baru lahir normal adalah
berat lahir antara 2500 4000 gram, cukup bulan, lahir langsung
menangis, dan tidak ada kelainan congenital (cacat bawaan) yang berat.
Bayi baru lahir adalah bayi yang lahir melalui proses kelahiran
sampai usia 4 minggu, dengan usia gestasi 38-42 minggu dan mampu
menyesuaikan diri dari kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin.
Pada saat adaptasi tersebut terjadi gangguan-gangguan yang
berpotensi menyebabkan kematian dan kesakitan sedangkan perawatan
bayi baru lahir meliputi tentang cara menjaga kehangatan bayi (mencegah
hipotermi), cara menyusui yang benar, pencegahan infeksi dan jadwal
pemberian imunisasi.

B. Pemeriksaan Kesehatan Bayi Baru Lahir


Pemeriksaan kesehatan oleh tenaga kesehatan paling sedikit tiga
kali dalam 4 minggu pertama.
Tujuan pemeriksaan adalah:
1. Pemeriksaan pertama dan kedua pada minggu pertama.
Manfaat pemeriksaan pada minggu pertama untuk mengetahui
sedini mungkin bila bayi tidak sehat, ada kelainan bawaan, infeksi tali
pusat, kulit kuning, bayi tiba-tiba tidak bisa menetek 9 dan
sebagainya. Manfaat lainnya adalah untuk pelayanan kesehatan dan
konseling mengenai perawatan bayi baru lahir dirumah, menyusui bayi
yang benar serta segera merujuk apabila ditemukan tanda-tanda
sakit, penurunan berat badan pada minggu pertama.

2. Pemeriksaan ketiga pada minggu berikutnya


Maanfaat pemeriksaan ketiga adalah untuk mengukur LIKA
(lingkar kepala anak), pertambahan berat badan, infeksi tali pusat,
masalah menyusui, dan lain-lain. Manfaat lainnya adalah konseling
mengenai pemberian ASI eksklusif, pencegahan infeksi, jadwal
imunisasi serta nasehat stimulasi perkembangan bayi.

C. Perawatan Bayi Baru Lahir


1. Pencegahan Hipotermi
a. Ketika bayi lahir berada pada suhu lingkungan yang lebih rendah
dari suhu di dalam rahim ibu, apabila bayi dibiarkan dalam suhu
kamar 25 C maka bayi akan kehilangan panas sebanyak 200
kal/kg BB/menit. Sedangkan produksi panas yang dihasilkan
tubuh bayi hanya 1/10 nya. Keadaan ini menyebabkan penurunan
suhu tubuh sebanyak 2 C dalam waktu 15 menit, akibat suhu
yang rendah metabolisme jaringan meningkat dan kebutuhan
oksigen pun meningkat.
b. Mekanisme hilangnya panas pada bayi baru lahir : Bayi baru lahir
dapat kehilangan panas tubuhnya melalui cara-cara berikut :
1) Radiasi
Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi karena
bayi ditempatkan di dekat benda-benda yang mempunyai
suhu lebih rendah dari suhu tubuh bayi. Bayi bisa kehilangan
panas dengan cara ini karena benda-benda tersebut
menyerap radiasi panas tubuh bayi (walaupun tidak
bersentuhan secara langsung).
2) Evaporasi
Evaporasi adalah jalan utama kehilangan panas.
Kehilangan panas dapat terjadi karena penguapan cairan
ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri
karena setelah lahir tubuh bayi tidak segera dikeringkan.
Kehilangan panas juga terjadi pada bayi yang lahir terlalu

cepat dimandikan dan tubuhnya tidak segera dikeringkan dan


diselimuti.
3) Konduksi
Konduksi adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak
langsung antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin.
Meja tempat tidur atau timbangan yang temperaturnya lebih
rendah dari tubuh bayi akan menyerap panas tubuh bayi
melalui mekanisme konduksi apabila bayi diletakkan diatas
benda-benda tersebut.
4) Konveksi
Konveksi adalah kehilangan panas tubuh yang terjadi
saat bayi terpapar udara sekitar yang lebih dingin. Bayi yang
dilahirkan atau ditempatkan didalam ruangan yang dingin
akan cepat mengalami kehilangan panas. Kehilangan panas
juga terjadi jika terjadi konveksi aliran udara dari kipas angin,
hembusan udara melalui ventilasi atau pendingin udara.

c. Tanda dan gejala bayi yang kehilangan panas atau hipotermi


1) Hipotermia bayi baru lahir
a) Bayi tidak mau menyusu/menetek
b) Bayi tampak lesu atau mengantuk saja
c) Tubuh bayi teraba dingin
d) Dalam keadaan berat, denyut jantung bayi menurun
2) Hipotermia sedang (stress dingin)
a) Aktivitas berkurang
b) Tangisan bayi lemah
c) Kemampuan menghisap bayi lemah
d) Kaki teraba dingin
3) Hipotermia berat (cedera dingin)
a) Bibir dan kuku kebiruan
b) Pernafasan lambat
c) Pernafasan tidak teratur

d) Bunyi jantung bayi lambat


e) Dapat terjadi hipoglikemia
d. Mencegah Kehilangan Panas
Untuk mencegah tejadinya kehilangan panas melalui upaya
sebagai berikut :
1) Keringkan bayi dengan seksama
Pastikan tubuh bayi dikeringkan segera setelah lahir
untuk mencegah kehilangan panas yang disebabkan oleh
evaporasi cairan ketuban pada tubuh bayi. Keringkan bayi
dengan handuk atau kain yang telah disiapkan diatas perut
ibu. Mengeringkan dengan cara menyeka tubuh bayi juga
merupakan rangsangan taktil untuk membantu bayi memulai
pernafasannya.
2) Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih dan hangat
Segera setelah mengeringkan tubuh bayi dan memotong
tali pusat, ganti handuk atau kain yang dibasahi oleh cairan
ketuban kemudian selimuti tubuh bayi dengan selimut atau
kain yang hangat, kering dan bersih. Kain basah didekat tubuh
bayi dapat menyerap panas tubuh bayi melalui proses radiasi.
3) Selimuti bagian kepala bayi
Pastikan bagian kepala bayi ditutupi atau diselimuti
setiap saat. Bagian kepala bayi memiliki luas permukaan yang
relatif luas dan bayi akan dengan cepat kehilangan panas jika
bagian tersebut tidak tertutup.
4) Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya
Pelukan ibu pada tubuh bayi dapat menjaga kehangatan
tubuh dan mencegah kehilangan panas. Anjurkan ibu untuk
menyusukan bayinya segera setelah lahir. Sebaiknya

pemberian ASI harus dimulai dalam waktu satu jam pertama


kelahiran.
5) Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir
Karena bayi baru lahir cepat dan mudah kehilangan
panas tubuhnya (terutama jika tidak berpakaian), sebelum
melakukan penimbangan, terlebih dulu selimuti bayi dengan
kain atau selimut bersih dan kering. Berat badan bayi dapat
dinilai dari selisih berat bayi pada saat berpakaian/diselimuti
dikurangi dengan berat pakaian/selimut. Bayi sebaiknya
dimandikan (sedikitnya) enam jam setelah lahir. Memandikan
bayi dalam beberapa jam pertama setelah lahir dapat
menyebabkan hipotermia yang sangat membahayakan
kesehatan bayi baru lahir.
6) Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat
Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat. Idealnya
bayi baru lahir ditempatkan di tempat tidur yang sama dengan
ibunya di tempat tidur yang sama. Menempatkan bayi
bersama ibunya adalah cara yang paling mudah untuk
menjaga agar bayi tetap hangat, mendorong ibu segera
menyusukan bayinya dan mencegah paparan infeksi pada
bayi.
e. Usaha yang dapat dilakukan dengan cara penghangatan awal,
mengeringkan bayi, menunda memandikan bayi sampai 6 jam,
memberi lingkungan yang hangat. Untuk memproduksi panas bayi
memanfaatkan lemak coklat yang banyak terdapat pada tulang

belakang bagian atas, tulang selangka, tulang dada, ginjal dan


pembuluh darah utama. Jumlah lemak coklat tergantung pada
usia kehamilan.

2. Menyusui bayi secara dini dan eksklusif


Bayi normal dapat disusui segera sesudah lahir. Lamanya
disusui hanya untuk satu dua menit pada setiap payudara ibu. Dengan
mengisapnya bayi terjadi perangsangan terhadap pembentukan air
susu ibu dan secara tidak langsung rangsangan isap membantu
mempercepat pengecilan uterus. Walaupun air susu ibu yang berupa
kolostrum itu hanya dapat dihisap beberapa tetes, ini sudah cukup
untuk kebutuhan bayi dalam hari-hari pertama. Kadang-kadang ibu
keberatan untuk menyusui bayinya pada hari pertama dengan alasan
ASI belum keluar. Dalam hal ini harus diberi penerangan sebaikbaiknya tentang maksud dan tujuan pemberian susu sedini-dininya.
Pada hari ke tiga bayi harus sudah menyusu selama 10 menit pada
mamma ibu dengan jarak waktu tiap 3-4 jam. Akan tetapi apabila
diantara waktu bayi menangis karena lapar, ia boleh disusui pada satu
mammae secara bergantian. Dengan demikian kebutuhan on demand
dapat dipenuhi, hal ini dapat dilaksanakan bila bayi dirawat bersama
ibunya. Bayi yang pada pemulaan meminum on demand, pada
minggu-minggu berikutnya sudah dapat dipenuhi kebutuhannya
dengan minum setiap 3-4 jam.
3. Pencegahan infeksi

Infeksi neonatus pada bayi sering dijumpai, apalagi di daerah


pedesaan dengan persalinan dukun beranak. Menghadapi keadaan
demikian bidan harus mampu mengatasi dan segera melakukan
rujukan sehingga bayi mendapat pengobatan yang cepat dan tepat.
Penyakit ini dapat terjadi melalui :
a. Infeksi antenatal
Terjadi sejak masih dalam kandungan
b. Infeksi intranatal
Terjadi saat berlangsungnya persalinan
c. Infeksi postnatal
Terjadi setelah bayi berada diluar kandungan
1) Gejala klinis infeksi pada bayi :
a) Malas minum
b) Bayi tertidur
c) Tampak gelisah
d) Pernafasan cepat
e) Berat badan cepat menurun
f) Terjadi diare dengan segala manifestasinya
g) Panas badan bervariasi dapat meningkat, menurun atau
dalam batas normal
h) Pergerakan aktifitas bayi mulai menurun
i) Pada pemeriksaan mungkin dijumpai : bayi berwarna kuning,
pembesaran hepar dan lien (hepatosplenogemeli), purpura
(bercak darah dibawah kulit), dan kejang-kejang.
2) Cara atau upaya pencegahan infeksi
Upaya yang dilakukan untuk mencegah infeksi pada bayi
baru lahir yaitu :
a) Pencegahan infeksi pada tali pusat
Merawat tali pusat untuk menjaga luka tetap bersih.
Jangan mengoleskan bahan atau ramuan apapun ke tali
pusat. Perawatan tali pusat dilakukan dengan membungkus
tali pusat memakai kasa steril dan kering.

b) Pencegahan infeksi pada kulit


Kontak kulit bayi dan ibu sedini mungkin setelah lahir
menyebabkan terjadinya kolonisasi mikro organisme ibu yang
cenderung bersifat non pathogen, dan juga antibodi yang
terkandung di dalam air susu ibu. Di samping itu lakukan
rawat gabung ibu dan bayi dapat menghilangkan bahaya bayi
terkena infeksi silang.
c) Pencegahan infeksi pada mata bayi baru lahir
Segera setelah lahir kedua mata bayi diberi salep mata
tetrasiklin 1% atau salep mata eritromisin 0,5% dalam 1 jam
setelah lahir. Upaya profilaksasi untuk gangguan pada mata
tidak akan efektif jika pemberiannya lewat 1 jam pertama.
d) Imunisasi
Pada usia bayi neonatal perlu mendapatkan imunisasi
untuk menghindari penyakit. Imunisasi yang didapatkan
adalah :
1) BCG
Mengandung kuman hidup dari biakan bacillus
calmate quirine untuk mencegah TBC. Diberikan pada
bayi segera setelah lahir dengan dosis 0,05 ml secara
intracutan di daerah musculus deltoideus
2) Polio
Mengandung virus polio tipe 1,2,3 yang hidup dan
sudah dilemahkan. Tiap 2 tetes mengandung 0,1 ml tipe
1,2,3. Diberikan secara tetes ke dalam mulut bayi
sebanyak 2 tetes segera setelah lahir. Polio I, II, III, IV
diberikan dengan interval 4 minggu.

3) Hepatitis B
Diberikan sedini mungkin, dapat diberikan
bersamaan dengan pemberian imunisasi BCG. Kebijakan
program pemerintah imunisasi HB 1 diberikan pada umur
0-7 hari. Dosis pemberian 0,5 ml diberikan secara IM pada
antero lateral paha. Imunisasi berikutnya diberikan dengan
interval 4 Minggu.
e) Pencegahan infeksi saluran pernafasan
Dalam bulan-bulan pertama kehidupannya, bayi tidak
boleh dibawa berpergian keluar rumah, hubungan dengan
orang dewasa harus sedikit mungkin. Jika salah satu anggota
keluarga ada yang menunjukkan tanda-tanda flu atau pilek, Ia
tidak boleh mengurus bayi atau perlengkapan bayi sampai
benar-benar sembuh.
Biasanya anak-anak di rumah harus diajari agar tidak
memegang bayi, terutama bayi hanya boleh dipegang atau
dicium pada kakinya dan tidak boleh pada tangan atau
mukanya.
Kebersihan itu sendiri sangat diperlukan untuk
mencegah infeksi pada bayinya. Ketelitian ibu untuk mencuci
tangan sebelum memegang bayi dan kebersihan akan
pakaiannya dan pakaian bayi amat penting.
4. Asuhan Tali Pusat
Asuhan tali pusat dilakukan setelah dua menit segera
setelah bayi lahir, lakukan pemotongan dan pengikatan tali pusat. Hal

10

yang perlu diperhatikan dalam merawat tali pusat adalah sebagai


berikut:
a. cuci tangan sebelum dan sesudah merawat tali pusat
b. Menjaga umbilikus tetap kering dan bersih
c. tidak boleh membungkus tali pusat dan memberikan bahan
apapun di umbilikus
d. lipat popok di bawah umbilikus.

5. Pencegahan Perdarahan
Semua bayi baru lahir harus diberikan suntikan vitamin K 1 mg
secara intramuskuler setelah 1 jam kontak kulit ke kulit dan bayi
selesai menyusu untuk mencegah perdarahan bayi baru lahir akibat
defisiensi vitamin K yang dapat dialami sebagian bayi baru lahir.

6. Pemberian Imunisasi
Imunisasi adalah suatu usaha memberikan kekebalan pada bayi
dan anak terhadap penyakit tertentu. Manfaat imunisasi adalah untuk
menurunkan morbiditas, mortalitas dan cacat serta mungkin
didapatkan eradikasi suatu penyakit dari suatu daerah atau negeri.
Tujuan pemberian imunisasi adalah untuk mencegah terjadinya
penyakit infeksi tertentu.
Jenis imunisasi yang diberikan pada bayi neonatus :
a. Vaksin BCG
Vaksin ini menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit
tuberkulosis (TBC). BCG diberikan 1 kali sebelum umur 2 bulan

11

(depkes 0-12 bulan). BCG ulang tidak diberikan karena


keberhasilannya diragukan. Vaksin disuntikkan intrakutan
didaerah insersio m. deltoideus dengan dosis untuk bayi < 1 tahun
sebanyak 0,05 ml dan untuk anak 0,10 ml. Pada bayi perempuan
dapat disuntikkan di paha kanan atas.
b. Vaksin DPT
Pemberian vaksin ini menimbulkan kekebalan aktif terhadap
penyakit difteria, pertusis, dan tetanus dalam waktu yang
bersamaan. Imunisasi dasar vaksin DPT dapat diberikan setelah
berusia 2 bulan sebanyak 3x (DPT I, DPT II, DPT III) dengan
interval tidak kurang dari 4 minggu. Efek samping yang mungkin
terjadi berupa demam, nyeri, bengkak lokal, abses steril, syok dan
kejang.
c. Vaksin Hepatitis B
Pemberian vaksin ini menimbulkan kekebalan aktif terhadap
penyakit hepatitis B. Imunisasi ini diberikan sedini mungkin segera
setelah bayi lahir. Imunisasi dasar diberikan 3x dengan jarak
waktu satu bulan antara suntikan 1, 2, dan 5 bulan antara suntikan
2 dan 3. Imunisasi ulang diberikan 5 th setelah imunisasi dasar.
Efek samping berupa efek lokal (nyeri ditempat suntikan) dan
sistematis (demam ringan, lesu, perasaan tidak enak pada saluran
cerna) yang akan hilang beberapa hari.
d. Vaksin Polio
Pemberian vaksin ini menimbulkan kekebalan aktif terhadap
penyakit poliomielitis. Imunisasi dasar vaksin polio diberikan 4 kali
(polio I, II, III, dan IV) dengan interval tidak kurang 4 minggu.

12

Vaksin ini diteteskan 2 tetes (0,1 ml) langsung ke mulut anak atau
dengan menggunakan sendok yang berisi air gula.
e. Vaksin Campak
Pemberian vaksin ini menimbulkan kekebalan aktif terhadap
penyakit campak. Imunisasi campak dianjurkan satu dosis pada
umur 9 bulan atau lebih. Vaksin disuntikkan subkutan dalam
sebanyak 0,5 ml. Efek samping yang mungkin terjadi berupa
demam, ruam kulit, diare, konjungtivitis, dan gejala kataral serta
ensefalitis (jarang).

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bayi baru lahir adalah bayi yang lahir melalui proses kelahiran
sampai usia 4 minggu, dengan usia gestasi 38-42 minggu dan mampu
menyesuaikan diri dari kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin.
Angka kematian bayi merupakan salah satu indikator derajat
kesehatan bangsa. Tingginya angka kematian bayi dapat menjadi
petunjuk bahwa pelayanan maternal danneonatal kurang baik. Selain itu,
penyebab tingginya kematian bayi dalam usia 28 hari pertama adalah
kurang baiknya penanganan dan perawatan bayi baru lahir.

13

B. Saran
Bagi masyarakat, khususnya ibu hamil, dapat sesering mungkin
untuk memeriksakan kehamilannya dan menghindari seminimal mungkin
hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya kelainan kongenital pada
janin atau organ yang dikandungnya.

DAFTAR PUSTAKA
Rudolf, Abraham. 2006. Buku Ajar Pediatrik. Edisi 20. Jakarta: EGC.
Rosmayana.wordpress.com/konsep-dasar-perawatan-bayi-baru-lahir
www.library.upnvj.ac.id/pdf/2d3keperawatan/207301017/bab2.pdf
prabowoeko2012.wordpress.com/2012/09/21/konsep-bayi-baru-lahir

14

Anda mungkin juga menyukai