Anda di halaman 1dari 10

SISTEM PENDIDIKAN KEJURUAN INDONESIA

Pendidikan
terutama

kejuruan adalah pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik


untuk
bekerja
dalam
bidang
tertentu.(Wikipedia.com)

A.

Filosofi

Pendidikan

Kejuruan

Filosofi adalah apa yang diyakini sebagai suatu pandangan hidup yang diianggap benar dan
baik. Dalam pendidikan kejuruan ada dua aliran filosofi yang sesuai dengan keberadaanya,
yaitu
eksistensialisme
dan
esensialisme.
Eksistensialisme berpandangan bahwa pendidikan kejuruan harus mengembangkan
eksistensi manusia untuk bertahan hidup, bukan merampasnya. Sedangkan esensialisme
berpandangan bahwa pendidikan kejuruan harus mengaitkan dirinya dengan sistem-sistem
yang lain seperti ekonomi, politik, sosial, ketenaga kerjaan serta religi dan moral.

B.Tujuan

pendidikan

kejuruan

Tujuan pendidikan kejuruan di Indonesia masih mendua, di satu sisi


menyiapkan peserta didik memasuki dunia kerja, di sisi lain melanjutkan
pendidikan
ke
tingkat
lebih
tinggi.
Akibatnya lulusan sekolah menengah kejuruan tidak sepenuhnya
memfokuskan perhatian untuk memasuki dunia kerja. Pendidikan kejuruan
adalah pendidikan yang spesifik, demokratis, dapat melayani berbagai
kebutuhan
individu.
Program pendidikan kejuruan tidak hanya menyiapkan peserta didik
memasuki dunia kerja, tetapi juga menempatkan lulusannya pada pekerjaan
tertentu.
C. Sistem

pendidikan

kejuruan

di

Indonesia

Untuk meningkatkan keterampilan dan keahlian sumber daya manusia, perlu


perubahan kebijaksanaan berkenaan dengan pendidikan kejuruan. Upayaupaya itu antara lain perubahan dari sistem pendidikan supply-driven atas
kebutuhan masyarakat luas ke sistem pendidikan demand-driven yang
dipandu oleh kebutuhan pasar kerja, perubahan dari sistem pendidikan yang
berbasis sekolah dengan pemberian ijazah ke sistem pendidikan yang

memberikan kompetensi sesuai dengan standar nasional yang baku.


Salah satu upaya peningkatan keterampilan dan keahlian sumber daya
manusia yang dikembangkan adalah sistem pendidikan kejuruan
berdasarkan kompetensi yang dipacu oleh kebutuhan pasar. Pengembangan
sistem ini didasarkan kepada asumsi bahwa sistem pendidikan kejuruan
supply-driven yan diterapkan selama ini tidak dapat memenuhi kebutuhan
pelanggan, baik pelanggan masa kini maupun pelanggan maa depan.
Sistem pendidikan berdasarkan kompetensi mengupayakan agar keluaran
dari suatu lembaga pendidikan kejuruan memiliki keterampilan dan keahlian
yang relevan dengan kebutuhan pasar. Upaya ini dilakukan dengan
mengembangkan suatu standar kompetensi dengan masukan dari industri
dan badan usaha lain. Standar kompetensi yang dihasilkan selanjutnya
digunakan sebagai pemberian sertifikat kompetensi. Dengan demikian maka
sistem pendidikan kejuruan yang dikembangkan mempunyai ciri, di samping
mengacu pada profesi dan keterampilan yang baku, juga dipandu oleh
kebutuhan
pasar
kerja
yang
nyata.
Sistem pendidikan yang dikembangkan berfokus tidak hanya pada
pendidikan formal. Tetapi juga meliputi non-formal. Ada tiga jenis siswa
yang merupakan sasaran sistem pendidikan kejuruan yang harus
dikembangkan; yaitu siswa sekolah kejuruan formal, para karyawan yang
sudah bekerja, dan para generasi muda calon pekerja. Standar kompetensi
digunakan sebagai ukuran untuk menilai tingkat keterampilan dan
profesionalisme ketiga jenis siswa tanpa memandang darimana dan
bagaimana diperoleh, baik melalui lembaga pendidikan formal , pendidikan
luar sekolah ( off job training) atau pelatihan sambil bekerja (on the job
training). Setiap individu dapat menempuh ujian di lembaga yang telah
ditentukan dan memperoleh sertifikat kompetensi sesuai dengan
keterampilan yang dimiliki, Untuk lembaga pendidikan kejuruan formal,
kepada para lulusan akan diberikan sertifikat kompetensi sesuai dengan
tingkat keterampilan dan keahlian yang dimiliki, disamping Surat Tanda
Tamat Belajar (STTB) yang selama ini diberikan. Sertifikat kompetensi yang
telah dimiliki oleh seseorang akan digunakan sebagai dasar untuk
pengembangan
kompetensi
ke
tinkat
selanjutnya.
Lembaga pendidikan luar sekolah ( off the job training), atau lembaga
pelatihan sambil bekerja ( on the job training) mengacu pada standar
kompetensi yang baku. Sistem juga memberi penghargaan kemampuan
awal sebelum memasuki suatu program pendidikan. Hal ini dilakukan
dengan melakukan transfer kredit. Dengan demikian, untuk memasuki suatu
program tertentu seorang siswa hanya perlu menambah kekurangan
keterampilan dan pengetahuannya saja melalui bridging course atau bridging

training. Dengan sistem ini, seorang yang berdasarkan pengalaman dan


hasil uji kompetensi yang dilakukan, telah memiliki keterampilan dan
keahlian tertentu dapat memasuki suatu program dengan tidak harus
menempuh
pelajaran
yang
tidak
dikuasai.
Untuk menjadi tenaga kerja yang profesional, siswa tidak hanya perlu
memiliki pengetahuan dan keerampilan, tetapi perlu memiliki kiat ( arts).
Pengetahuan dan keterampilan dapat dipelajari dan dilatih di sekolah, akan
tetapi unsur kiat hanya dapat dikuasai melalui proses pembiasan dan
internalisasi. Sekolah pada umumnya hanya dapat memberikan berbagai
keterampilan dan pengetahuan dalam bentuk simulasi sehingga tidak
mungkin diharapkan untuk menghasilkan tenaga kerja yang profesional.
Oleh karena itu, diperlukan suatu kerjasama yang erat antara sekolah dan
industri, baik dalam perencanaan dan penyelenggaraan, maupun dalam
pengolalaan pendidikan.Sehubungan dengan itu perlu dikembangkan suatu
sistem
pendidikan
kejuruan
yang
disebut
sistem
ganda.
Pendidikan sistem ganda adalah suatu bentuk penyelenggaraan pendidikan
dan pelatihan keahlian kejuruan yang memadukan secara sistematik dan
sinkron program pendidikan di sekolah dan program program pengusaan
keahlian yang diperoleh melalui bekerja langsung di dunia kerja, dan terarah
untuk
mencapai
suatu
tingkat
keahlian
profesional
tertentu.
Dalam PSG, lembaga pendidikan atau lembaga pelatihan lainnya dan industri
secara bersama-sama menyelenggarakan suatu program pendidikan atau
program pelatihan mulai dari perencanaan, penyelenggaraan, dan penilaian,
sampai dengan upaya penempatan lulusan. Penaturan penyelenggaraan
program kapan diselenggarakan di sekolah dan kapan diselenggarakan di
industri dapat mempergunakan hour release, day release, atau block
release.Komponen pendidikan Normatif, Adaftif, dan sub komponen Teori
Kejuruan diselenggarakan di sekolah, sedangkan subkomponen Praktek
Keahlian Produktif diselenggarakan di industri. Subkomponen Praktek Dasar
Kejuruan
dapat
dilaksanakan
di
sekolah
atau
industri.
Dalam era pasar setiap industri akan mengupayakan nilai tambah terhadap
produksinya dan ini akan dilakukan dengan memanfaatkan teknologiteknologi tinggi. Sementara itu, teknologi itu sendiri berkembang secara
terus menerus. Para ahli melaporkan bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi
berubah 15 % setiap tahun dan perubahan ini akan meningkat menjadi 2
kali lipat dalam lima tahun. Suatu hal yang perlu difahami bahwa teknologi
tinggi tidak dapat memberikan nilai tambah terhadap upaya manusia..
Hanya manusialah yang dapat menghasilkan nilai tambah dengan
memanfaatkan bantuan teknologi. Oleh karena itu,kepada siswa perlu
ditanamkan pemahaman yang mendasar akibat hakekat teknologi dan rasa

ingin mendapatkan nilai tambah terhadap setiap upaya yang dilakukan


dengan bantuan teknologi.Tanpa sikap ini maka akan terbentuk suatu
bangsa yang sekaligus tenaga kerja, yang apatis terhadap perubahan
teknologi dan merasa teknologi sebagai milik suatu kelompok atau bangsa
elit tertentu. Pendidikan teknologi merupakan bagian yang sangat penting
dalam
membentuk
warga
negara.
Sesungguhnya, penerapan Pendidikan Sistem Ganda (PSG) di SMK telah
berjalan sejak tahun 1993/1994 hingga sekarang. Sistem ini merupakan
implementasi dari konsep mitch and match. Dengan PSG, perancangan
kurikulum, proses pembelajaran, dan penyelenggaraan evaluasinya didesain
dan dilaksanakan bersama-sama antara pihak sekolah dan industri.
Diharapkan nantinya para lulusan SMK akan menjadi para lulusan yang siap
kerja. Melalui PSG, siswa belajar di dua tempat, yaitu sekolah dan industri.
Di sekolah, para siswa belajar teori dari para guru atau instruktur yang
kegiatannya yang pada umumnya dibiayai pemerintah. Sedangkan kegiatan
belajar yang diselenggarakan di perusahaan/industri, artinya para siswa ini
belajar dan mendapatkan pelatihan praktik dari para instruktur dari pihak
sekolah yang bersangkutan. Pembiayaannya dilakukan oleh perusahaan
terkait.
Dalam
konteks
ini,
bisa
dikatakan
bahwa
sekolah
melakukan
semacamoutsourcing yang dikerjakan oleh industri dalam bentuk penyediaan
alat, instruktur, dan pengalaman praktik di lapangan. Sedangkan industri
melihat sekolah sebagai bagian dari Human Resources Development (HRD)
atau sumber daya manusia perusahaannya yang mencetak tenaga ahli yang
andal
dan
sesuai
dengan
kebutuhan
perusahaan.
Untuk memuluskan kerjasama antar sekolah dan industri dalam
penyelenggaraan PSG, MPKN tingkat provinsi yang beranggotakan unsurunsur dari kedua belah pihak, berfungsi menjembataninya. Melalui
kelompok-kelompok bidang keahliannya, MPKN membantu SMK dalam
mengembangkan standar penyelenggaraaan pendidikan dan pelatihan,
maupun
bahan
ajar
yang
diperlukan.
Pada awalnya bagi para siswa SMK, diberlakukan masa praktik kerja industri
selama 3 bulan. Namun menurut Gatot, hasil dan prosesnya dinilai kurang
efisien dan terlalu sebentar. Maka, mulai tahun 1999 hingga sekarang,
diterapkan masa praktik kerja industri selama 6 bulan. Malah, sebenarnya
waktu 6 bulan ini juga masih dirasa cukup singkat bagi proses praktik kerja
industri. Gatot membandingkannya dengan sistem pendidikan kejuruan yang
ada di Jerman. Dalam sepekan, selama 2 hari anak-anak mendapatkan teori
di kelas, sedangkan tiga hari berikutnya kegiatan pembelajaran berlangsung

di industri. Mungkin, di Indonesia masih perlu berubah setahap demi


setahap.
Setelah pemberlakuan masa praktik kerja yang diperpanjang menjadi 6
bulan, proses ini juga memudahkan para siswa untuk memperoleh peluang
praktik kerja ke luar negeri. Kegiatan praktik kerja di luar negeri ini telah
dilakukan sejak tahun 1999. Pada mulanya, Direktorat Pendidikan Menengah
dan Kejuruan (Dikmenjur) mengirimkan 200 kepala sekolah SMK untuk
melakukan studi banding ke Malaysia. Berikutnya, giliran para siswanya
yang diberangkatkan magang ke luar negeri. Di tahun yang sama, sekitar
400 siswa SMK berangkat praktik kerja
ke luar negeri. Hingga
perkembangannya sampai dengan tahun 2004, telah ada sekitar 2.000 siswa
SMK seluruh Indonesia yang dikirim ke Malaysia. 80% nya melakukan
praktik
kerja
di
bidang
perhotelan
dan
pariwisata.
Negara tujuannya tak hanya sebatas Tanah Melayu Malaysia, melainkan juga
ke negara-negara lain misalnya ke Singapura, Jepang, Inggris, Jerman,
Oman, dan Kuwait. Saat itu, Gatot Hari Priowirjanto berharap, pada tahun
2020 nanti sebanyak 10% dari bisnis hotel dan pariwisata di dunia, tenaga
kerjanya berasal dari Indonesia. Ini memang sebuah mimpi besar. Dan kita
harus menyiapkannya secara serius, ucapnya. Selain memfasilitasi para
siswa SMK melakukan praktik kerja di luar negeri, Direktorat Dikmenjur
juga mendorong dan memberi kesempatan bagi para guru, kepala sekolah,
pejabat Dinas Pendidikan dan pengajaran di tingkat provinsi maupun
kabupaten/kota
untuk
ikut
memperluas
pengetahuan
konsep
penyelenggaraan
pendidikan
kejuruan
di
luar
negeri.
Kini setiap tahun, Direktorat Dikmenjur telah mengirim 100 sampai 200
pejabat terkait dengan penyelenggaraan pendidikan kejuruan untuk
berangkat ke luar negeri. Mereka dikirim dalam beberapa gelombang, ke
negara yang berbeda-beda, dengan biaya yang sebagian ditanggung oleh
pemda masing-masing, sebagian lainnya ditanggung oleh Direktorat
Dikmenjur.
Menginjak periode kepemimpinan Dr. Joko Sutrisno, Direktorat Dikmenjur
(sejak 2005) lebih menyempurnakan desain reposisi pendidikan SMK melalui
beberapa terobosan. Beberapa hal diantaranya adalah mengembangkan SMK
bertaraf internasional dengan metode bilingual, pencitraan kredibilitas SMK
melalui program sosialisasi, dan memenuhi kebutuhan peralatan produksi
secara
mandiri
lewat
unit
produksi
di
masing-masing
SMK.
Termasuk didalamnya, program penguatan pengetahuan eksakta/sains
melalui peningkatan bobot jam belajar hingga 6 jam setiap minggunya bagi
SMK jurusan elektronika, automotif dan jurusan eksaskta lainnya.

Diharapkan, ini dapat membuka peluang seluas-luasnya bagi siswanya


melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Selain itu, Direktorat
Dikmenjur juga melakukan sertifikasi kompetensi untuk para lulusan SMK
bidang otomotif, perhotelan, Teknologi Informasi, sekretaris, busana, dan
tata
boga.
Perkembangan reposisi terakhir, ada pada penguatan potensi lokal. Program
Dikmenjur disesuaikan dengan kebijakan pemerintah. Kini, kebijakan
Presiden menganjurkan untuk kembali ke potensi go green. Kami beri nama
program Agro Industri. Tahun 2008, melalui program ini kami akan
membesarkan 20 SMK di seluruh Indonesia. Mereka akan diberikan program
pengembangan untuk produksi pangan dengan bahan dasar lokal. Misalnya
kripik pisang. Bukan roti karena selain bukan makanan tradisional orang
Indonesia,
bahan-bahannya
juga
masih
import,
tuturnya.
Selain itu, Direktorat Dikmenjur juga mengarahkan praktek kerja industri
untuk lebih memilih ke lokasi dalam negeri. Pertimbangannya adalah, untuk
mendukung program penguatan ekonomi lokal dan potensi produksi pangan
dalam negeri. Ini juga supaya petani dan peternak di Indonesia memahami
nilai ekonomi produk mereka. Jadi, mereka bersama para lulusan SMK bisa
tingkatkan perekonomian di daerah masing-masing, ucapnya berharap.
D.

Karakteristik

Pendidikan

Teknologi

dan

Kejuruan

Meskipun pendidikan kejuruan tidak terpisahkan dari sistim pendidikan


secara keseluruhan, namun sudah barang tentu mempunyai kekhususan
atau karakteristik tertentu yang membedakannya dengan pendidikan yang
lain. Perbedaan ini tidak hanya dalam definisi, struktur organisasi dan tujuan
pendidikannya saja, tetapi juga tercermin dalam aspek-aspek lain yang erat
kaitannya
dengan
perencanaan
kurikulum,
yaitu
:
1.
Orientasi
pendidikannya
Keberhasilan belajar berupa kelulusan dari sekolah kejuruan adalah tujuan
terminal, sedangkan keberhasilan program secara tuntas berorientasi pada
penampilan
para
lulusannya
kelak
dilapangan
kerja
2.
Justifikasi
untuk
eksistensinya
Untuk mengembangan PTK perlu alasan atau jastifikasi khusus yang ini tidak
begitu dirasakan oleh pendidikan umum. Jastifikasi khusus adalah adanya
kebutuhan
nyata
yang
dirasakan
di
lapangan.
3.
Fokus
kurikulumnya
Stimuli dan pengalaman belajar yang disajikan melalui pendidikan kejuruan
mencakup rangsangan dan pengalaman belajar yang mengembangkan

domain afektif, kognitif dan psikomotor berikut paduan integralnya yang siap
untuk dipadukan baik pada situasi kerja yang tersimulasi lewat proses
belajar mapupun nanti dalam situasi kerja yang sebenarnya. Ini termasuk
sikap kerja dan orientasi nilai yang mendasari aspirasi, motivasi dan
kemampuan
kerjanya.
4.
Kriteria
keberhasilannya
Berlainan dengan pendidikan umum, kriteria untuk menentukan
keberhasilan suatu lembaga pendidikan kejuruan pada dasarnya
menerapkan ukuran ganda yaitu in school succes dan out of school succes.
Kriteria pertama meliputi aspek keberhasilan siswa dalam memenuhi
persyaratan kurikuler yang sudah diorientasikan ke persyaratan dunia kerja,
sedang kriteria yang kedua diindikasikan oleh keberhasilan atau penampilan
lulusan
setelah
berada
di
dunia
kerja
yang
sebenarnya.
5.
Kepekaannya
terhadap
perkembangan
masyarakat
Karena komitmen yang tinggi untuk selalu berorientasi ke dunia kerja,
pendidikan kejuruan mempunya ciri lain berupa kepekaan atau daya suai
yang tinggi terhadap perkembangan masyarakat dan dunia kerja.
Perkembangan ilmu dan teknologi pasang surutnya dunia suatu bidang
pekerjaan, inovasi dan penemuan-penemuan baru di bidang produksi barang
dan jasa, semuanya itu sangat besar pengaruhnya terhadap kecenderungan
perkembangan
pendidikan
kejuruan.
6.
Perbekalan
Dilihat dari segi peralatan belajar, maka untuk mewujudkan
pengalaman belajar yang dapat mencerminkan situasi dunia
realistis dan edukatif diperlukan banyak perlengkapan,
perbekalan logistik yang lain. Bengkel dan laboratorium adalah
umum
yang
menyertai
eksistensi
suatu
sekolah

logistiknya
situasi atau
kerja secara
sarana dan
kelengkapan
kejuruan.

7.
Hubungannya
dengan
masyarakat
dunia
usaha.
Hubungan lebih jauh dengan masyarakat yang mencakup daya dukung dan
daya serap lingkungan yang sangat penting perannya bagi hidup dan
matinya suatu lembaga pendidikan kejuruan. Perwujudan hubungan timbal
balik yang menunjang ini mencakup adanya dewan penasehat kurikulum
kejuruan (curriculum advisory commite), kesediaan dunia usaha
menampung anak didik sekolah kejuruan dalam program kerjasama yang
memungkinkan
kesempatan
pengalaman
belajar
dilapangan.
E. Peningkatan

mutu

lulusan

Kualitas SMK ditentukan setidaknya oleh mutu para lulusannya. Dukungan

metode belajar mengajar juga jadi ujung tombaknya. Melihat latar belakang
perkembangan kurikulumnya, tercatat bahwa pada kurikulum tahun 1994
telah
dicantumkan
istilah
pembelajaran
berbasis
kompetensi
atau competency based training (CBT). Namun pelaksanaannya belum
optimal. Dan pada tahun 1999 Direktorat Dikmenjur meluncurkan suplemen
untuk penyempurnaan pelaksanaan konsep pembelajaran berbasis
kompetensi ini. Konsep CBT merupakan gabungan antara pendidikan
kentrampilan,
pengetahuan,
dan
sikap.
Standar kompetensi itu pun disusun setelah berkonsultasi dengan para
pengelola industri, pengelola perusahaan, para pekerja, dan asosiasi profesi.
Setiap program keahlian harus memiliki sederet kompetensi. Ukurannya
menyangkut pada dua hal, yaitu presisi dan waktu. Misalnya, seorang
tenaga kerja cleaning service di sebuah hotel dikatakan memiliki kompetensi
jika ia bisa membersihkan toilet dalam waktu 7 menit. Artinya, seseorang
dikatakanan kompeten jika ia dapat menyelesaikan pekerjaan di bidangnya
dengan cermat, tepat, dan cepat sesuai standar waktu yang telah
ditentukan. Kurikulum berbasis kompetensi yang mengacu pada CBT, isinya
lebih sederhana dibandingkan dengan kurikulum tahun 1994 yang lalu.
Kurikulum berbasis kompetensi, lebih menekankan pada tujuan (hasil) atau
out put nya, dan bukan pada proses yang terlalu mengacu pada text
book (buku panduan pelajaran/buku paket). Dalam pelaksanaannya,
diberikan pula rekomendasi tahapan-tahapan yang harus dicapai. Namun
tahapan ini hanya bersifat acuan saja, dan proses pencapaiannya menjadi
tanggung jawab dan kreatifitas sekolah masing-masing. Selain itu,
Direktorat Dikmenjur juga memasukkan pelajaran komputer dan
kewirausahaan sebagai mata pelajaran wajib bagi semua siswa SMK di
seluruh
Indonesia.
Pertimbangannya adalah tuntutan kebutuhan yang cukup tinggi dari dunia
industri atas kompetensi siswa di bidang komputerisasi dan kewirausahaan.
Tongkat estafet peningkatan mutu lulusan SMK, dilanjutkan Dr. Joko
Sutrisno dengan peningkatan kualitas guru kejuruan yang juga dibidani oleh
P4TK (Pusat Pengembangan Penataran Pendidik dan Tenaga Kependidikan)
melalui program pendidikan dan pelatihan yang diadakan rutin lima tahun
sekali dengan jumlah peserta sekitar 4.000 s/d 5.000 orang guru kejuruan.
Joko menuturkan bahwa pelaksanaan diklat selama ini belum mempunyai
format yang baku. Untuk kedepan, ia mengharapkan Direktorat Jenderal
PMPTK (Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan) dapat
membuat format baku pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan
pengembangan dan peningkatan mutu lulusan SMK. Di sisi lain, Direktorat
Dikmenjur juga menuturkan masih kurangnya pasokan tenaga guru

kejuruan dari lulusan pendidikan guru kejuruan. Selama ini pasokan tenaga
guru kejuruan hanya mencapai angka 4.500 pertahun dan masih jauh dari
kebutuhan tenaga guru (sebanyak 10.000 orang pertahunnya) di seluruh
Indonesia.
Tapi Joko tetap optimis. Direktorat Dikmenjur sedang melakukan penelitian
jumlah kebutuhan guru SMK di seluruh Indonesia yang dipandu oleh
Universitas Negeri Semarang. Targetnya diselesaikan akhir tahun 2007.
Data kebutuhannya akan lebih detail. Dan pihak kami akan terus mendorong
pemerintah pusat dan daerah untuk menambah jumlah rekrutmen tenaga
guru
kejuruan,
tegas
Joko.
Perkembangan mutu lulusan SMK kini dipandu oleh kurikulum baru.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Penerapannya, dibawah
bimbingan BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan). Sekolah sudah bisa
improvisasi
dalam
penyusunan
kurikulum.
Hal
ini
mendukung
pengembangan bobot jam belajar teori dan ptraktik. Kini, bobot disamakan
menjadi sama rata, dan bukan mengurangi jam belajar teori untuk
kemudian
menggelembungkan
waktu
belajar
praktik.
Dalam rangka mendukung upaya peningkatan mutu lulusan SMK,
pemerintah mengalokasikan anggaran khusus untuk peningkatan mutu
SMK. Tahun 2007, alokasi dananya naik sebesar 50% dibanding tahun
2006, menjadi sekitar Rp 1,6 triliun. Untuk anggaran peningkatan mutu SMK
tahun 2008, sudah ada kenaikan mencapai 25% hingga dananya meningkat
menjadi Rp 1,9 triliun. Jumlah yang sangat menggembirakan untuk
mendukung
program
peningkatan
mutu
para
lulusannya.
Pihak Direktorat Dikmenjur juga sangat optimis terhadap kompetensi lulusan
SMK. Joko menjelaskan bahwa sesungguhnya SMK melahirkan para lulusan
yang lebih siap adaptasi dan siap latih. Kami melahirkan para lulusan yang
bukan hanya siap kerja saja, tetapi juga cerdas dan kreatif, ujarnya sedikit
berpromosi.
Idealnya pihak dunia usaha, industri, dunia kerja yang lebih berperan
menentukan, mendorong, dan menggerakkan pendidikan kejuruan, karena
mereka adalah pihak yang lebih berkepentingan dari sudut kebutuhan
tenaga
kerja.
Asosiasi kejuruan di Indonesia merupakan kumpulan lembaga pendidikan
kejuruan (SMK, Program Diploma, Politeknik, FT, FPTK, JPTK, P3G Teknologi
dan Kesenian, dan Balai-balai Diklat Industri), serta kumpulan orang-orang
sebagai pendidik (guru, instruktur, dosen, widyaiswara) pada lembaga

pendidikan

teknologi

dan

kejuruan.

Referensi

- Basuki, Kurniawan. Pendidikan

Kejuruan

Harus

Demokratis.

2008

- khalidmustafa.wordpress.com/2008/01/17/strategi-pendidikan-nasional
- Djojonegoro, Wardiman, 1998, Pengembangan Sumber Daya Manusia,
Jakarta.
- Andini, Ayu N. Sistem Pendidikan Kejuruan Berbasiskan Kompetensi.
2007

Anda mungkin juga menyukai