e@&
61:2:3
3 fe Ind
4S, P
Ey renee
PEDOMAN
PENYELENGGARAAN MAKANAN
DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN DAN
RUMAH TAHANAN NEGARA
DEPARTEMEN KESEHATAN RI
Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat
Direktorat Bina Gizi Masyarakat
Jakarta, 2009Katalog Dalam Terbitan. Departemen Kesehatan RI
612.3
Ind Indonesia, Departemen Kesehatan, Direktorat Jenderal
Bina Kesehatan Masyarakat.
PR Pedoman penyelenggaraan makanan di lembaga perma-
syarakatan dan rumah tahanan negara. -- Jakarta :
Departemen Kesehatan RI, 2009.
|. Judul 1, NUTRITION REQUIREMENTS 2. FOOD
SERVICES 3, PRISONERSPemenuhan kebutuhan makanan merupakan suatu usaha kemanusiaan
yang mendasar, karena makanan merupakan salah satu kebutuhan
manusia untuk mempertahankan hidupnya dan melaksanakan aktifitas
sehari-hari. Seseorang yang asupan makanannya kurang dan kebutuhan
gizinya tidak terpenuhi akan mengalami gangguan kesehatan dan berisiko
menderita berbagai penyakit yang terkait dengan kekurangan gizi. Oleh
karena itu, makanan yang dikonsumsi hendaknya memenuhi kebutuhan
gizi dan aman.
Penyelenggaran makanan bagi narapidana dan tahanan
Lapas/Rutan/Cabang Rutan merupakan salah satu kegiatan untuk
memenuhi kebutuhan gizi narapidana dan tahanan sehingga aktifitas
sehari-hari baik jasmani dan rohani serta sosial dapat berjalan dengan
baik.
Dalam rangka meningkatkan kualitas pelaksanaan penyelenggaraan
makanan di Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan Negara,
Departemen Kesehatan telah menyusun buku tentang “Pedoman
Penyelenggaraan Makanan di Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah
Tahanan Negara’. Buku ini digunakan sebagai pegangan pengelolaLapas/Rutan dalam penyelenggaraan makanan bagi narapidana dan
tahanan di Lapas/Rutan/Cabang Rutan.
Pedoman ini disusun oleh Departemen Kesehatan bekerjasama dengan
Departemen Hukum dan HAM khususnya dalam menangani pembinaan
narapidana dan tahanan Lapas/Rutan/Cabang Rutan melalui
penyelenggaraan makanan di Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah
Tahanan Negara.
Semoga Buku Pedoman ini dapat bermanfaat dan membantu pengelola
penyelenggaraan makanan di Lembaga Pemasyarakatan dan Rumah
Tahanan Negara dalam melaksanakan penyelenggaraan pelayanan
makanan bagi narapidana dan tahanan.
Jakarta, 2009
Direktur Jenderal Bina Kesehatan MasyarakatPuji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas perkenan Nya
lah Buku Pedoman Penyelenggaraan Makanan bagi Narapidana dan
Tahanan di Lapas dan Rutan dapat disusun dan diterbitkan.
Pasal 14 UU No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan
mengamanatkan bahwa narapidana berhak memperoleh hak-hak yang
termuat dalam undang-undang tersebut termasuk hak dalam memperoleh
pelayanan makanan yang layak. Hal tersebut harus dilakukan karena
perlakuan kepada warga binaan pemasyarakatan harus tetap berpegang
pada konsep dasar atau nilai dasar yang terkandung dalam Deklarasi
Universal Hak Asasi Manusia, yang mengisyaratkan bahwa walaupun
mereka sebagai insan yang dinyatakan bersalah/tersesat dan sedang
menjalani pembinaan di Lapas/Rutan mereka tetap sebagian anggota
masyarakat dan sebagai manusia yang memiliki hak yang sama dengan
warga masyarakat lainnya yang berada di luar Lapas/Rutan, termasuk hak
dalam mendapatkan pelayanan makanan
Dalam standar internasional tentang perlakuan terhadap narapidana
(Standar Minimun Rules for the Treatment of Prisoners) khususnya yang
mengatur tentang pemberian makanan bagi narapidana yang berada
iiidalam Lapas/Rutan di tegaskan bahwa semua narapidana harus
mendapatkan makanan bergizi yang layak bagi kesehatan dan stamina
tubuh, berkualitas, dimasak dan dapat disajikan dengan baik.
Untuk memenuhi tuntutan-tuntutan diatas perlu dilakukan upaya-upaya
yang dilaksanakan secara terpadu baik secara sektoral maupun lintas
sektor sesuai dengan bidang dan tanggung jawab masing-masing melalui
kerjasama yang positif dan bermanfaat. Sejalan dengan hal-hal diatas
penyusunan buku pedoman penyelenggaraan makanan bagi narapidana
dan tahanan Lapas/Rutan yang merupakan hasil kerjasama antara
Departemen Hukum dan HAM dan Departemen Kesehatan ini diharapkan
dapat dijadikan acuan sekaligus dapat memberikan wawasan dan
pengetahuan bagi petugas Lapas/Rutan dalam pelaksanaan tugas
penyelenggaraan makanan bagi narapidana dan tahanan sehingga
optimalisasi pelayanan makanan bagi narapidana dan tahanan dapat
terlaksana dengan baik sesuai yang diharapkan.
Semoga buku ini dapat bermanfaat dalam peningkatan pelaksanaan tugas
pokok dan fungsi Direktorat Jenderal Pemasyarakatan khususnya dalam
meningkatkan pelayanan makanan bagi narapidana dan tahanan di
Lapas/Rutan.
Kami menyadari bahwa buku pedoman ini tidak terlepas dari kekurangan-
kekurangan, untuk itu maka masukan dan saran konstruktif dari semuapihak sangat diharapkan dalam rangka penyempurnaan buku ini di masa
yang akan datang
Jakarta, 2009
DIREKTUR JENDERAL PEMASYARAKATAN
gor
ee
Co
ae
UNTUNG SUGIYONO
NIP. 040029108SAMBUTAN DIRJEN BINA KESEHATAN MASYARAKAT .........sccoeoseeese
SAMBUTAN DIRJEN PEMASYARAKATAN il
DAFTAR ISI....0....0:.cccseeescss eee . costesseesveteesssseseensneseeas Mb
SAAS REE NDA HUAN costes cscs ss, cescersvsev sacs sscreresencocencovanesesoe 7 1
A. Latar Belakang ............esssees cara tes ee d 4
fe PUJUAN sescsvavasscnsveanssnpascsansssiasretnasssnersaenrevsior aggnaia
B 3
CC. SASAPAN ....eeeceeecceeseeeeteettettttressnnnns 3
D. Landasan Hukum .. . sane 3
E 4
. Pengertian dan Istilah....
BAB Il MEKANISME PENYELENGGARAAN MAKANAN DI
LEMBAGA PEMASYARAKATAN/RUMAHTAHANAN
7
A. Perencanaan Anggaran. 7
B. Perencanaan Menu
C. Perhitungan Kebutuhan Bahan Makanai 8
D. Pengadaan Bahan Makanan 8
E. Pemesanan, Penerimaan dan Penyimpanan
Bahan Makan ........sssseese , 9
viF. Persiapan, Pengolahan Bahan Makanan dan Pendistribusian
Bahan Makanan......... 2 10
G. Pencatatan dan Pelaporan . . 12
H. Monitoring dan Evaluasi . 14
BAB II] SUMBER DAYA MANUSIA DAN PERALATAN YANG
DIPERLUKAN PADA PENYELENGGARAAN
MAKANAN
A. Tenaga Yang Diperlukan Untuk Penyelenggaraan
IMGGiri cir seeeneetereeesteeeeteerettereerenetsrscemercceeeeseeceeees . 17
B. Sarana dan Prasarana Dalam Penyelenggaraan
Makanan....... 18
BAB IV PENUTUP..
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viiA. Latar Belakang
Sasaran umum pembangunan yang dilaksanakan Indonesia adalah
untuk mewujudkan manusia dan masyarakat Indonesia yang maju dan
mandiri. Upaya peningkatan status kesehatan dan gizi masyarakat
dalam rangka mewujudkan sumber daya manusia Indonesia yang
mandiri untuk hidup sehat diarahkan untuk mencapai suatu kondisi di
mana masyarakat Indonesia termasuk yang berada di_institusi
lembaga pemasyarakatan (Lapas) dan rumah tahanan (Rutan)
menyadari, mau dan mampu untuk mengenali, mencegah dan
mengatasi permasalahan kesehatan yang dihadapi, sehingga dapat
bebas dari gangguan kesehatan, baik yang disebabkan karena
penyakit termasuk gangguan kesehatan akibat bencana maupun
lingkungan dan perilaku yang tidak mendukung untuk hidup sehat.
Pada tahun 1988, Departemen Kesehatan berkerjasama dengan
Departemen Kehakiman melakukan studi mengenai menu makanan di
beberapa institusi rumah tahanan negara (Rutan) dan lembaga
pemasyarakatan (Lapas), memberikan informasi bahwa konsumsi
makanan yang disediakan di Rutan dan Lapas bagi warga binaan
masih kurang dibandingkan dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG)
yang dianjurkan menurut kelompok umur dan jenis kelamin
Selanjutnya, hasil studi tentang kesehatan warga binaan di Rutan dan
Lapas yang dilakukan Departemen Kesehatan dan Departemen
Kehakiman pada tahun 1990, menunjukkan bahwa_prevalensi
penyakit avitaminosis dan kurang gizi adalah 14,3%, anemia 8,2%
dan prevalensi penyakit-penyakit yang berhubungan dengan gizi
mencapai 40,9%.Status gizi masyarakat sangat dipengaruhi oleh kualitas dan jumlah
zat gizi yang dikonsumsi serta ada tidaknya penyakit. Faktor-faktor
yang mempengaruhi status gizi masyarakat tersebut sangat terkait
dengan tingkat ketersediaan pangan ditingkat rumah tangga dan pola
asuh anak serta akses ke pelayanan kesehatan, yang dipengaruhi
oleh daya beli keluarga, tingkat pengetahuan dan pendidikan, sanitasi
dasar, perilaku masyarakat akan pentingnya pelayanan kesehatan
(health care seeking), dan lain sebagainya. Perlindungan terhadap
setiap warga negara termasuk yang berada di lembaga
pemasyarakatan atau Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) dan
tahanan merupakan Hak Asasi Manusia (HAM). Oleh karena itu,
dengan meningkatkan kualitas dan jumlah zat gizi yang dikonsumsi
sangat berperan dalam meningkatkan status gizi masyarakat,
termasuk WBP dan tahanan di Lapas dan Rutan.
Pemberian makan bagi WBP dan tahanan diselenggarakan
berdasarkan Surat Edaran (SE) Menteri Kehakiman No:M.02-
Um.01.06 Tahun 1989 tentang Petunjuk Pelaksanaan Biaya Bahan
Makanan Bagi Napi/Tahanan Negara/Anak; dan SE Direktur Jenderal
Pemasyarakatan Departemen Hukum dan Hak Azasi Manusia
(Dephukham) tanggal 20 September 2007 tentang Peningkatan
Pelayanan Makanan Bagi Penghuni Lapas/Rutan/Cabang Rutan.
Dalam rangka peningkatan manajemen penyelenggaraan makanan di
Lapas dan Rutan yang memenuhi syarat kecukupan gizi, higiene
sanitasi, dan citarasa, diperlukan perbaikan dan penyempurnaan
pedoman yang ada terkait dengan penyelenggaraan makanan di
Lapas dan Rutan, sesuai dengan perkembangan situasi dan kondisi
terakhir.
Pedoman ini merupakan acuan petugas dalam rangka
penyelenggaraan makanan di Lapas dan Rutan, untuk mendukung
upaya pelayanan kesehatan, mengurangi angka kesakitan dan
memenuhi tuntutan HAM bagi WBP dan tahanan di Lapas dan Rutan.Owns
. Tujuan
4. Tujuan Umum
Terselenggaranya sistem penyelenggaraan makanan di
Lapas dan Rutan bagi WBP dan tahanan yang tepat sasaran
dan waktu, sehingga menunjang tugas pokok Lapas/Rutan di
bidang pembinaan, pelayanan dan keamanan.
2. Tujuan Khusus
a. Menyediakan makanan yang memenuhi syarat gizi, baik
jumlah dan mutu;
b. Menyediakan makanan yang memenuhi cita rasa;
c. Menyediakan makanan yang memenuhi — standar
keamanan pangan.
. Sasaran
Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) dan tahanan
. Landasan Hukum
. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945
Undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan;
. Undang-undang nomor 12 tahun 1995 tentang Pemasyarakatan;
. Undang-undang nomor 3 tahun 1997 tentang Pengadilan Anak;
. Undang-undang nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Azasi
Manusia (HAM);
. Undang-undang nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak;
. Peraturan Pemerintahan RI nomor 32 tahun 1999 tentang syarat
dan tata cara pelaksanaan hak WBP;
58.
9.
10.
E. Pi
As
Peraturan Pemerintah RI nomor 58 tahun 1999 tentang Syarat-
syarat dan tata cara Pelaksanaan, Wewenang, Tugas dan
Tanggung Jawab Perawatan Tahanan;
SE Menteri Kehakiman Nomor M.02-Um.01.06 Tahun 1989
tentang Petunjuk Pelaksanaan Biaya Bama Bagi Napi/Tahanan
Negara/Anak
SE Dirjen PAS tanggal 20 September 2007 tentang Peningkatan
Pelayanan Makanan Bagi Penghuni Lapas/Rutan/Cab. Rutan
engertian dan Istilah
Penyelenggaraan Makanan di Lapas dan Rutan adalah
rangkaian kegiatan mulai dari perencanaan sampai dengan
pendistribusian makanan serta monitoring dan evaluasi guna
mencapai status Kesehatan yang optimal bagi WBP dan
tahanan melalui pemberian makanan yang tepat.
Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) adalah unit pelaksana
teknis pemasyarakatan yang merawat dan membina
narapidana.
Rumah Tahanan Negara (Rutan) dan Cabang Rutan
(Cabrutan) adalah Unit Pelaksana Teknis. Pemasyarakatan
tempat tersangka atau terdakwa ditahan selama proses
penyelidikan, penuntutan dan pemeriksaan di sidang
pengadilan.
Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) adalah narapidana,
anak didik dan klien pemasyarakatan
Narapidana adalah seorang yang sedang menjalani pidana
hilang kemerdekaan di Lapas14;
Tahanan adalah tersangka atau terdakwa yang ditempatkan
di rutan untuk kepentingan penyelidikan, penuntutan dan
pemeriksaan di sidang pengadilan
Pemuka kerja adalah narapidana yang membantu tugas-tugas
pegawai dalam berbagai macam kegiatan yang diangkat oleh
kalapas
Tamping kerja adalah narapidana yang membantu pegawai
dalam macam-macam hal yang sifatnya lebih ringan dan
diangkat oleh kalapas bersangkutan
Pedoman adalah ketentuan dasar yang memberikan arah
bagaimana sesuatu dilaksanakan atau hal-hal pokok menjadi
dasar untuk melaksanakan sesuatu
. Gizi adalah segala sesuatu tentang makanan dalam
hubungannya dengan kesehatan
Status Gizi adalah keadaan yang diakibatkan oleh status
keseimbangan antara jumlah asupan zat gizi dan jumlah yang
dibutuhkan oleh tubuh untuk pertumbuhan _fisik,
perkembangan _kecerdasan, _—aktivitas, — pemeliharaan
kesehatan dan lain-lain.
. Gizi Seimbang adalah susunan makanan yang mengandung
zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur yang dikonsumsi
seseorang dalam satu hari yang sesuai dengan kecukupan
tubuhnya yang terdiri dari makanan pokok, lauk hewani, lauk
nabati, sayur dan buah
Gizi kurang adalah suatu keadaan kurang gizi yang
disebabkan ketidakseimbangan asupan gizi yaitu energi,
protein, karbohidrat dan lemak14. Gizi buruk adalah suatu keadaan kurang gizi yang berat yang
disebabkan oleh rendahnya konsumsi zat gizi dari makanan
sehari-hari dan terjadi dalam waktu yang lama
15. Gizi lebih adalah suatu keadaan yang disebabkan oleh
kelebihan konsumsi zat gizi dari makanan sehari-hari dari
terjadi dalam waktu yang lamaPenyelenggaraan makanan di Lapas dan Rutan dilaksanakan dimulai dari
proses perencanaan anggaran, perencanaan menu, perhitungan
kebutuhan bahan makanan, pemesanan dan pembelian bahan makanan,
penerimaan, penyimpanan, persiapan, pengolahan bahan makanan,
pendistribusian makanan, monitoring, evaluasi, pencatatan dan pelaporan.
A. Perencanaan Anggaran
Perencanaan anggaran adalah suatu kegiatan penyusunan biaya
yang diperlukan untuk pengadaan bahan makanan bagi WBP dan
tahanan. Adapun tujuan kegiatan ini adalah tersedianya taksiran
belanja. makanan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan,
macam dan jumlah bahan makanan bagi WBP dan tahanan sesuai
standar. Perencanaan anggaran dimulai usulan Lapas/Rutan melalui
Kanwil Dephuk dan HAM, dan selanjutnya diputuskan oleh Sekretariat
Jenderal Dephuk dan HAM
B. Perencanaan Menu
Perencanaan menu adalah suatu kegiatan penyusunan menu
dengan gizi seimbang yang akan diolah untuk memenuhi kebutuhan
zat gizi WBP dan tahanan. Tujuan perencanaan menu adalah
tersedianya siklus menu sesuai Klasifikasi pelayanan yang ada di
Lapas/Rutan dalam kurun waktu tertentu. Pada penyusunan menu
dipertimbangkan faktor yang mempengaruhi antara lain standar porsi
dan peraturan pemberian makanan. Penyusunan menu dilakukan oleh
Tim Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Departemen Hukum dan
HAM dengan memperhatikan kebiasaan makan dan ketersediaan
bahan makanan di daerah.C. Perhitungan Kebutuhan Bahan Makanan
Perhitungan Kebutuhan Bahan Makanan adalah proses
penyusunan kebutuhan bahan makanan yang diperlukan untuk
pengadaan bahan makanan sesuai menu yang ditetapkan dan jumlah
WBP dan tahanan, dengan tujuan untuk tercapainya usulan dan
kebutuhan bahan makanan untuk WBP dan tahanan selama satu
tahun.
Langkah-langkah perhitungan kebutuhan makanan, sebagai
berikut :
1. Tentukan jumlah WBP dan tahanan
2. Tentukan standar porsi tiap bahan makanan dalam berat kotor
3. Hitung berapa kali pemakaian bahan makanan setiap siklus menu
selama satu tahun
Contoh :
Jumlah rata-rata WBP dan tahanan per hari 3000 orang, standar porsi
daging 50 gram, satu siklus menu 10 hari, dan 3 kali pemakainan
daging.
Apabila dalam satu bulan terdiri dari 31 hari, maka pada hari ke-31
diberi sama dengan menu hari keenam.
Jadi kebutuhan daging satu tahun : jumlah WBP dan tahanan x
standar porsi x pemakaian dalam 1 tahun (365 hari) = 3000 orang x 50
gram x (365 hr/10 hr x 3) = 3000 orang x 50 gram x 109,5 kali =
16.425 kg
D. Pengadaan Bahan Makanan
Proses pengadaan bahan makanan bagi WBP dan tahanan
dilaksanakan sesuai mekanisme yang diatur dalam peraturanperundang-undangan yang berlaku tentang pengadaan barang dan
jasa.
. Pemesanan, Penerimaan dan Penyimpanan Bahan Makanan
Pemesanan adalah penyusunan permintaan bahan makanan
berdasarkan menu sesuai jumlah WBP dan tahanan. Tujuan
pemesanan adalah tersedianya pesanan sesuai standar atau
spesifikasi yang ditetapkan.
Langkah Pemesanan:
4. Tim pelaksana di Lapas/Rutan merekap kebutuhan bahan
makanan sesuai menu yang akan dimasak tiap hari
2. Hasil rekap diserahkan ke pemborong
Penerimaan Bahan Makanan adalah suatu kegiatan yang meliputi
pemeriksaan, pencatatan dan pelaporan tentang macam, jumlah dan
mutu bahan makanan yang diterima, sesuai dengan spesifikasi
pesanan.
Langkah Penerimaan:
4. Pemborong mengirim bahan makanan sesuai dengan
pesanan/order
2. Bahan makanan diterima oleh panitia penerima barang untuk
diperiksa kesesuaian dengan order dan spesifikasi
3. Setelah bahan makanan yang memenuhi syarat diterima dan
ditimbang, sebagian masuk ke ruang persiapan dan sebagian lagi
masuk ke ruang penyimpanan bahan makanan
Penyimpanan Bahan Makanan adalah suatu tata cara menata,
menyimpan, memelihara keamanan bahan makanan kering dan basah
baik kualitas maupun kuantitas digudang bahan makanan kering dan
basah serta pencatatan dan pelaporan.
9Langkah Penyimpanan:
4. Beras dan bahan makanan kering lainnya disimpan di gudang
yang tertutup, kering dan bersih (dengan suhu ruang, yang
dibersihkan 2 kali seminggu). Beras terbungkus rapat, diletakkan
diatas rak/trap yang cukup kuat dan tidak menempel ke lantai dan
ke dinding sesuai kapasitas gudang. Penggunaannya sesuai
dengan sistem First In First Out (FIFO).
2. Bahan makanan segar yang belum diolah disimpan ditempat
khusus yang aman dan terjaga kesegarannya. Suhu penyimpanan
disesuaikan dengan jenis bahan makanan yang akan disimpan
. Persiapan, Pengolahan Bahan Makanan dan Pendistribusian
Makanan
Persiapan Bahan Makanan adalah rangkaian kegiatan dalam
penanganan bahan makanan meliputi berbagai proses antara lain,
membersihkan, memotong, mengupas, menggiling, mencuci dan
merendam bahan makanan yang diolah.
Tujuan persiapan adalah mempersiapkan bahan makanan serta
bumbu sebelum diolah.
Langkah-langkah persiapan:
4, Bahan makanan yang akan diolah dibersihkan sesuai prosedur
2. Waktu persiapan dilakukan pagi, siang dan sore sesuai jadwal
makan dan menu yang telah ditetapkan
Pengolahan Bahan Makanan adalah suatu kegiatan memasak bahan
makanan mentah menjadi makanan yang siap saji, berkualitas dan
aman untuk dikonsumsi dengan cara menumis, menggoreng,
mengukus, dll sesuai teknik memasak yang diperlukan.
10Tujuan pengolahan bahan makanan adalah untuk meningkatkan nilai
cerna, cita rasa, keempukan dan bebas dari organisme berbahaya
untuk tubuh.
Langkah-langkah pengolahan:
1. Bahan makanan yang telah dipersiapkan dimasak sesuai dengan
resep menu pada hari tersebut
2. Waktu pengolahan dilakukan pagi, siang dan sore sesuai dengan
jadwal makan
3. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses pemasakan adalah
sebagi berikut:
a. Perhatikan lama pemasakan kerana setiap masakan
memerlukan waktu yang berbeda. Untuk daging sapi + 1-2
jam, ayam %-1 jam, ikan + 30 menit, sayuran + 15 menit
b. Dianjurkan untuk jenis sayuran dimasak untuk satu kali
penyajian. Tidak terlalu keras dan tidak terlalu lunak
Dicicip sebelum disajikan oleh petugas penanggung jawab
d. Contoh menu masakan untuk pagi, siang dan sore sebelum
didistribusikan pada hari tersebut diperiksa oleh tim pemeriksa
dan disimpan diruang Kalapas/Karutan
2
Pendistribusian Makanan adalah kegiatan penyaluran makanan
sesuai dengan jumlah WBP dan tahanan yang dilayani dengan cara
sentralisasi, desentralisasi atau gabungan.
Tujuan pendistribusian makanan adalah agar WBP dan tahanan
mendapat makanan sesuai dengan kebutuhan dan ketentuan yang
berlakuLangkah-langkah pendistribusian makanan:
1. Siapkan daftar jumlah WBP dan tahanan dalam setiap blok
2. Gunakan centong nasi porsi standar
3. Untuk distribusi secara sentralisasi, masukkan makanan kedalam
ompreng tertutup untuk dibawa ke blok dengan sarana yang layak
4, Untuk distribusi secara desentralisasi, masukkan makanan
kedalam wadah yang layak (plastik, stainlessteel, alumunium)
sesuai peruntukannya untuk nasi, sayur, lauk-pauk dan buah.
Kemudian dikirim ke blok untuk bagi kepada WBP dan tahanan
sesuai standar porsi yang telah ditetapkan
5. Penyerahan makanan dilampirkan dengan bukti tanda terima dari
petugas blok dan pendistribusiannya dibantu oleh
pemuka/tamping blok
. Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan adalah mencatat tiap langkah kegiatan dalam
penyelenggaraan makanan sedangkan pelaporan adalah _hasil
pengolahan dari pencatatan yang dilakukan secara berkala sesuai
dengan waktu dan kebutuhan yang diperlukan.
Pencatatan dan pelaporan dimaksudkan sebagai alat perekam dan
pemantau dari seluruh rangkaian proses penyelenggaraan makanan.
Pencatatan dan pelaporan antara lain mencakup penerimaan,
pemakaian, stok/sisa yang belum terpakai, dan lain-lain yang
dianggap perlu.
Pencatatan dilakukan setiap hari, yang dilaporkan secara berkala dan
berjenjang.Alur pelaporan:
1. Pelaporan Harian adalah dari pengelola kepada Kalapas/Karutan
mencakup bon permintaan bahan makanan, laporan tim
pemeriksa bahan dan menu makanan, jumlah WBP dan tahanan.
2. Pelaporan bulanan dari Kalapas/Karutan kepada Kanwil
Dephukham Provinsi dan Ditjen PAS, yang pada dasarnya adalah
rekapitulasi laporan harian.
3. Pelaporan triwulan dari Kalapas/Karutan kepada Kanwil
Dephukham dan Ditjen PAS mencakup permintaan dan stock
beras, berita acara penyusutan, perhitungan pemakaian beras.
Beberapa data yang diperlukan untuk pencatatan dan pelaporan
penggunaan bahan makanan, antara lain:
1. Pencatatan harian terdiri dari pencatatan tentang jumlah WBP dan
tahanan.
Laporan ini dibuat berdasarkan data jumlah WBP dan tahanan
yang ada di buku laporan penjagaan serta pencatatan harian
penerimaan dan penggunaan bahan makanan. Untuk membuat
laporan harian tersebut diperlukan data jenis bahan makanan
yang digunakan, jumlah bahan makan yang diterima dan harga
satuan bahan makanan.
2. Laporan bulanan penerimaan dan penggunaan bahan makanan
3. Untuk membuat laporan ini digunakan berdasarkan rekapitulasi
laporan harian tentang penerimaan dan penggunaan bahan
makanan
4. Laporan Triwulanan, meliputi penerimaan, — pemakaian,
penyusutan dan stock beras
13H. Monitoring dan Evaluasi
Monitoring adalah kegiatan untuk mengikuti dan mengetahui
perkel
langst
mbangan setiap proses kegiatan secara terus-menerus baik
ung maupun tidak langsung
Tujuan dari monitoring adalah:
1.
Agar faktor-faktor penyebab yang menimbulkan hambatan/
kendala dalam penyelenggaraan makanan di Lapas dan Rutan
dapat diketahui sedini mungkin sehingga dapat segera
ditentukan langkah perbaikan yang diperlukan.
Untuk menekan sekecil mungkin terjadinya kesalahan/
penyimpangan, sehingga kegiatan dapat dilaksanakan sesuai
dengan rencana yang telah ditetapkan baik dari segi
administratif, teknis maupun hasil yang dicapai
Langkah-langkah Monitoring:
1. Kalapas/Karutan
a.
b.
C.
Menerima laporan dari tim pemeriksaan bahan, barang dan
makanan serta menindaklanjuti jika diperlukan
Mencicipi dan memeriksa contoh menu masakan pagi, siang
dan sore yang ada diruang kalapas/karutan setiap hari
Menerima laporan, keluhan dari petugas, WBP dan tahanan
baik secara langsung maupun melalui kotak saran
2. Kanwil Dephuk dan HAM Provinsi:
a.
Melakukan peninjauan dan pengamatan langsung terhadap
kegiatan penyelenggaraan makanan yang berkaitan dengan
pelaksanaan/penerapan standar dan penerapan gizi WBP dan
tahanan disetiap Lapas/Rutan baik segi administrasi maupun
teknis
14b. Menerima dan menganalisis laporan dari Lapas/Rutan dengan
cara menginventarisasi dan mempelajari laporan-laporan
yang berkaitan dengan penyelenggaraan makanan bagi WBP
dan tahanan di Lapas/Rutan di seluruh Indonesia
3. Ditjen PAS
a. Melakukan peninjauan dan pengamatan langsung terhadap
kegiatan penyelenggaraan makanan yang berkaitan dengan
pelaksanaan/penerapan standar dan penerapan gizi WBP dan
tahanan disetiap Lapas/Rutan baik segi administrasi maupun
teknis
b. Menerima dan menganalisis laporan dari Lapas/Rutan dengan
cara menginventarisasi dan mempelajari laporan-laporan
yang berkaitan dengan penyelenggaraan makanan bagi WBP
dan tahanan di Lapas/Rutan di seluruh Indonesia
Evaluasi adalah kegiatan penilaian oleh Kalapas/Karutan terhadap
penyelenggaraan makanan sejak = perencanaan —sampai
pendistribusiannya secara rutin dan berkala
Evaluasi bertujuan untuk menilai pelaksanaan _kegiatan
penyelenggaraan makanan sesuai dengan rencana dan kebijakan
yang telah disusun sehingga dapat mencapai sasaran yang
dikehendaki. Evaluasi dilakukan pada WBP, Petugas pelaksana dan
Pengelola. Evaluasi dilakukan dengan cara observasi dan pengisian
kuesioner.
Langkah-langkah Evaluasi oleh Kalapas/Karutan:
4. Menindaklanjuti laporan, keluhan, temuan dalam pelaksanaan
penyelenggaraan makanan
152. Mengadakan rapat koordinasi setiap bulan dengan petugas yang
terkait dengan penyelenggaraan makanan
Langkah-langkah Evaluasi oleh Kanwil Dephuk dan HAM
Provinsi:
4. Menindaklanjuti laporan, keluhan, temuan dalam pelaksanaan
menyelenggaraan makanan
2. Mengadakan rapat koordinasi setiap triwulan dengan petugas
yang terkait dengan penyelenggaraan makanan
Langkah-langkah Evaluasi oleh Ditjen PAS:
1. Menindaklanjuti laporan, keluhan, temuan dalam pelaksanaan
penyelenggaraan makanan
2. Mengadakan rapat koordinasi setiap triwulan dengan petugas
yang terkait dalam penyelenggaraan makananA. Tenaga Yang Diperlukan Untuk Penyelenggaraan Makanan
Tenaga Pelaksana adalah petugas dapur yang dibantu WBP dan
tahanan, yaitu pemuka kerja dan tamping dapur.
1. Petugas dapur idealnya berlatar belakang pendidikan tata boga
atau berpengalaman dibidang tersebut;
2. Petugas dapur bertanggung jawab terhadap pengolahan bahan
makanan mulai dari persiapan bahan makanan sampai dengan
pendistribusian;
3. Pemuka dan tamping bertugas membantu proses pelaksanaan
penyelenggaraan makanan;
4. Idealnya pengelolaan penyelenggaraan makanan di Lapas/Rutan
melibatkan ahli gizi (D3 Gizi) yang bertugas sebagai supervisor,
mengawasi, dan mengendalikan penyelenggaraan makanan di
Lapas/Rutan, mulai dari perencanaan sampai dengan
pendistribusian makanan.
5. Rasio juru masak dengan WBP dan tahanan adalah 1:75-100
orang. Minimal juru masak sejumlah 5 orang
6. Dalam pelaksanaan tugasnya juru masak melakukan kegiatan:
Persiapan/peracikan bahan makanan
Memasak
Distribusi
Kebersihan sarana dan prasarana
eece
17B. Sarana Dan Prasarana Dalam Penyelenggaraan Makanan
1.
Sarana dan peralatan yang dibutuhkan di dapur:
Tempat penerimaan bahan makanan
Gudang penyimpanan beras dan barang kering
Tempat persiapan bahan makanan
Tempat pemasakan dan distribusi
Tempat pencucian dan penyimpanan alat
Tempat pembuangan sampah
Ruang petugas dapur
dan lain-lain
Sarana peralatan yang dibutuhkan di ruang penerimaan:
Meja tulis dan kursi
Timbangan bahan makanan
Rak bahan makanan/keranjang bahan makanan
Tempat sampah
Pisau
dan lain-lain
Sarana peralatan yang dibutuhkan di ruang penyimpanan:
Rak/trap kayu/besi
Lemari pendingin
Lemari bahan kering
Buku stok bahan makanan
Buku pencatatan pengeluaran dan pengeluaran
makanan
Formulir permintaan dan pengeluaran bahan makanar
* dan lain-lainSarana peralatan yang dibutuhkan di ruang pencucian alat:
Bak cuci
Kran air
Rak alat-alat
Sabun, dsb
dan lain-lain
Sarana peralatan yang dibutuhkan di ruang pengolahan:
Daftar (menu, petugas, pekerja)
Stock alat-alat masak
Celemek dan penutup kepala
Lemari terkunci untuk menyimpan benda-benda tajam
Bak cuci sayur-sayuran
Meja (persiapan, saji, distribusi) dilapis keramik
Exhaust fan
Lampu emergencies/darurat
Jam dinding
Airphone
Lonceng
Papan tulis
Wadah/kontainer bahan makanan matang
Troley makanan (sarana distribusi makanan)
Tempat nasi besar
Bak sampah tertutup (dilapis plastik hitam) bernoda
Alat pemadam kebakaran tradisional dan modern
Alat kebersihan (lap, sabun, sikat, dll)
Alat makan (untuk pekerja, pengelola dan WBP dan tahanan)
berupa ompreng tertutup
Ketel besar air minum
Penghalus bumbu (blender, cobek, lumpang)
Panci alumunium
Dandang besarWajan besar
Pengaduk nasi berbahan dasar kayu atau sfainlesstee!
Tungku masak
Tabung gas, minyak tanah, kayu baker
Sendok sayur
Sodet besar
Saringan kelapa
Serok
dan lain-lain
Peralatan di ruang lain (Poliklinik)
Timbangan berat badan
Pengukur tinggi badan
Buku pencatatan dan pelaporan
dan lain-lain
20if
Pelayanan makanan merupakan salah satu hak WBP dan tahanan yang
harus dipenuhi oleh penyelenggaraan Lapas/Rutan. Hal ini guna
mendukung pelaksanaan tugas pokok dan fungsi dibidang pembinaan,
pelayanan dan keamanan yang tercantum dalam pasal 14 Undang-undang
nomor 12 tahun 1995 tentang Pemasyarakatan.
Makanan dengan kaidah gizi seimbang dibutuhkan oleh WBP dan tahanan
di Lapas/Rutan, untuk mempertahankan dan meningkatkan derajat
kesehatan agar tidak sakit dan dapat melakukan aktifitasnya sehari-hari.
Pemberian makanan yang tidak cukup jumlah dan kualitasnya dapat
menimbulkan berbagai gangguan kesehatan, diantaranya dapat
menyebabkan kekurangan gizi sehingga mudah terserang penyakit, kurang
motivasi dan apatis. Kondisi ini dapat berakibat pada meningkatnya beban
Lapas/Rutan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan WBP dan tahanan.
Komitmen dan semangat kerja dari semua pihak yang terkait dengan
kegiatan penyelenggaraan makanan di Lapas/Rutan untuk menggunakan
pedoman ini sebagai acuan dalam melaksanankan tugas dan fungsinya,
akan mendukung terselenggaranya pemberian makanan dengan baik dan
terjaga kuantitas maupun kualitasnya sesuai ketentuan yang berlaku.
21Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Departemen Kehakiman dan
HAM RI. 2000. Himpunan Peraturan Perundang-undangan Tentang
Pemasyarakatan 6 Bidang Pembinaan. Jakarta : Dephukham RI
Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Departemen Kehakiman dan
HAM RI. 2000. Himpunan Peraturan Perundang-undangan Tentang
Pemasyarakatan 5 Bidang Perawatan. Jakarta : Dephukham RI
. Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Departemen Kehakiman dan
HAM RI. 2004. Himpunan Peraturan Perundang-undangan Tentang
Pemasyarakatan 1 Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah.
Jakarta : Dephukham RI
. Bagian Proyek Pendidikan Akademi Gizi Jakarta. 1988. Penilaian
Status gizi Secara Antropometri. Jakarta : Akademi Gizi Depkes RI
Departemen Kesehatan RI. 1992. Pedoman Makanan Bergizi untuk
Rutan dan Lapas. Jakarta : Depkes RI
Departemen Kesehatan RI. 1992. Manajemen Penyelenggaraan
Makanan Institusi di Rutan dan Lapas. Jakarta : Depkes RI
. Departemen Kesehatan RI. 1995. Kecukupan Makanan Warga Binaan
di Rutan dan Lapas. Jakarta : Depkes RI
Departemen Kesehatan RI. 1996. Padanan Bahan Makanan. Jakarta :
Depkes RI
2210.
iit
12.
Departemen Kesehatan RI dan Departemen Kehakiman RI. 1997.
Manual Pelayanan Kesehatan di Rutan/Lapas. Jakarta : Depkes RI
Direktorat Gizi Masyarakat Ditjen Binkesmas Depkes RI. 2000.
Pedoman Tata Laksana Kekurangan Energi dan Protein Pada Anak Di
Rumah Sakit kabupaten/Kota. Jakarta : Depkes RI
Departemen Kesehatan RI. 2003. Pedoman Umum Gizi Seimbang.
Jakarta : Depkes RI
Lembaga Iimu Pengetahuan Indonesia. 2004. Widya Karya Nasional
Pangan dan Gizi (WNPG) VIII. Jakarta : LIPI
23LAMPIRANLampiran 1
SISTEM PENYELENGGARAAN MAKANAN
24Lampiran 2
STANDAR KECUKUPAN GIZI YANG DIANJURKAN
(BERDASARKAN KETENTUAN KEMENTERIAN KEHAKIMAN)
Dasar Hukum:
SE Menteri Kehakiman R! Nomor: M.02-UM.01.06 tahun 1989
Tentang petunjuk pelaksanaan biaya bama bagi napi/tahanan negara/anak
25Lampiran 3
STANDAR KECUKUPAN GIZI YANG DIANJURKAN
(BERDASARKAN WIDYAKARYA PANGAN DAN GIZI TAHUN 2004)Lampiran 4
STANDAR BAHAN MAKANAN DAN BAHAN BAKARIORANGISIKLUS MENU 10 HARI
3.240
8.550
4.440,
4.500
5.550
7.000
4.2125,
2.400
48.750
1.785
324
1.150
4.875
6.000
(kayu
bakariminyak
~ Bahan bakar gas
20.587
Jumlah
Rata-rata/hari
Rp7.234,4
Rp 8.9026
ate 65 gr (11%)
~ KH: 430 gr (75%)
~ Lemak: 34 gr (14%)
27Catatan:
Konversi berdasarkan nilai gizi
= Konversi 1 kg daging sapi/kerbau = 2 kg ayam (tanpa kepala, leher dan
kaki)
= Konversi tempe 1 ptg (50 gr) = tahu 110 gr (2 ptg) = kacang tanah 20 gr
(2 sd mkn) = kacang merah kering 20 gr (2 sd mkn) = kacang ijo 20 gr (2
sendok makan)
= Konversi ubi jalar 1 buah besar (200 gr) = singkong (200 gr) = talas
(200gr) = kentang (200 gr) = gembili (talas Jawa)
= Konversi pisang 50 gr = pepaya 110 gr = jeruk manis 85 gr = salak 60 gr
= Konversi beras 100 gr = 50 gr sagu = 100 gr jagung pipil
= Konversi tauge = kangkung = kacang panjang = kol = sawi hijau
= Konversi buncis = kacang panjang
= Konversi wortel = labu kuning
28Lampiran 5
POLA MENU MAKANAN DEWASA PRIA/ WANITAIREMAJA
4 Pokok xX far x hat x ai
2 Lauk 2x x Setiap 2x
Hewani- seminggu hari seminggu
3 fata x «| Setiap x | Setiap
Hari 1 hari
Setiap Setiap Setiap
4 ‘Sayur x fal x hat x ban
5 | Buah (5x x 5x
per siklus) peminggu
6 Ekstra (10x Setiap
persiklus) hari
29Lampiran 6
FREKUENSI PENGGUNAAN BAHAN MAKANAN
(PER SIKLUS MENU 30 HARI)
30inkes | inkeg | ankeg ainkeg | ankeg ankes [ ankeg
IHWH Ob ANA SNTHIS) NNAW YALSVN
LuewsdweyTaVH 01 NNSW HOLNOD
g ueddweuojey yejwnf Guernfuew edue} yedwajas ueyeu Ueeselqay lenses Yeqnuip jedep nuayy =
IIA ueY nuew ueyeunBouew }¢ ey NuewW eye ‘UeY LE Wep UIpse} URIN | BIg =
suB}eye9,wey ng! ueyeque} UeUeyeW Isiod xz yeAuegas UeyLJeqIp Jedep ‘InsnKUeW ng! UeYeqWe) UeUeYeW ynUN)
suRye}e9
THOT 008 IVTINSS TINVH NEI HALNN NVHVEWVL NVNVYVI NVENCNY
6 uewdwe7
34Lampiran 10
MACAM-MACAM BUMBU DASAR
1. Standar Bumbu A (merah)
Standar bumbu A, digunakan untuk resep masakan:
- Sambal goreng kuah
- Rendang
- Singgang
- Kalio
- Gulai
2. Standar Bumbu B (putih)
35Standar bumbu B digunakan untuk resep masakan:
- Sayur bobor
- Opor
- Terik
- Gudeg
3. Standar Bumbu C
1 |Bawang bombay 0,75 kg
2 |Bawang putih 0,50 kg
3. |Merica 0,50 kg
Jumlah 1,75 kg
Standar bumbu C digunakan untuk resep masakan:
- Sup, Cap cay, Mi goreng
4. Standar Bumbu D (bumbu iris)
1_|Bawang merah 2,00 kg
2 [Bawang putih 0,25 kg
3 _|Cabe merah 1,00 kg
4 |Daun salam 0,25 kg
5 [Laos 0,50 kg
{ con a0 kg
Standar bumbu D digunakan untuk resep masakan:
- Tumis
- Sayur lodeh
= garang asam
- Sambal goreng bumbu iris
365. Standar Bumbu'E
Standar bumbu E digunakan untuk resep masakan:
- Sate
~ Pecel
- Gado-gado
Catatan:
1. Cara Membuat Bumbu Dasar
+ Haluskan semua bahan, kecuali gula dan minyak untuk menumis,
hingga halus benar
+ Panaskan minyak untuk menumis, serta bumbu hingga harum dan
matang. Masukkan gula tumis sebentar, angkat dan dinginkan.
+ Masukkan kedalam toples, siap digunakan.
+ Bumbu dasar bisa disimpan dalam kulkas selama 3 bulan. Jika
ingin memasak, ambil sedikit dan tambahkan bumbu lainnya seperti
daun salam, daun pandan atau daun jeruk
2. Ukuran pemakaian bumbu per porsi untuk setiap masakan:
= Masakan tumis, cah, cap cay : 3g
= Masakan berkuah : 5g
= Masakan bahan dasar ikan : 5 g
= Masakan rendang, kalio : 4 g
Contoh: Untuk pengolahan rendang 300 porsi, dibutuhkan bumbu A
sebanyak 300 porsi x 4 g = 1200 gr.
37Pengarah :
Dr. Ina Hernawati, MPH
Penyusun :
Ir. Kresnawan, M.Sc ( Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Depkes RI )
Cornelia SKM, M.Sc ( Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Depkes RI )
Dra. Engkuy Kurniasih Bc.IP.Hum ( Ditjen Pemasyarakatan, Dephukham )
Dra. Sri Dwiyarti, MH ( Ditjen Pemasyarakatan, Dephukham )
Galopong Sianturi, SKM.MPH ( Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Depkes RI )
Ir. Rd. Itje Aisah Ranida, M.Kes —_( Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Depkes RI )
Triyani Kresnawan, DCN,M.Kes —_( Instalasi Gizi RSCM Jakarta )
Suharyati, SKM.MKN (Instalasi Gizi RSCM Jakarta )
Djumadi Arya,SH,MH (LP Kelas 1 Cipinang Jakarta )
Sri Susuilarti,SH,M.Si ( Rutan Kelas Il Pondok Bambu Jakarta)
Pujo harianto,S.Sos.M.Si (LP Anak Pria Tangerang )
Suratmin, s.ip (Lp Kelas || Pemuda Tangerang )
Irfanny Z Anwar,S.Sos.M.Kes. ( Poltekkes Jakarta II Jakarta )
Djasmidar AT, SKM,M.Kes ( Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Depkes RI )
Lismartina, SKM ( Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Depkes RI )
Elmy Rindang, SKM.MKN ( Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Depkes RI )
Ir. Martini Markum. ( Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Depkes RI )
Rose Wahyu Wardhany, DCN —_( Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Depkes RI )