Anda di halaman 1dari 10

BAB I

( PENDAHULUAN )

1.1. LATAR BELAKANG


Untuk mengidentifikasikan dan memisahkan orang yang tampaknya sehat, tetapi
kemungkinan beresiko terkena penyakit, dari mereka yang mungkin tidak terkena penyakit
diperlukan suatu metode untuk mempermudah dalam mengidentifikasinya. Screening dilakukan
untuk mengidentifikasi mereka yang diduga mengidap penyakit sehingga mereka dapat dikirim
untuk menjalani pemeriksaan medis dan studi diagnostik yang lebih pasti. Uji tapis bukan untuk
mendiagnosis tapi untuk menentukan apakah yang bersangkutan memang sakit atau tidak
kemudian bagi yang diagnosisnya positif dilakukan pengobatan intensif agar tidak menular
dengan harapan penuh dapat mengurangi angka mortalitas.

1.2. RUMUSAN MASALAH


1. Apa yang disebut dengan uji tapis ?
2. Bagaimana batasan dilakukannya uji tapis ?
3. Bagaimana proses pelaksanaan uji tapis ?
4. Apa saja dasar pemikiran dilakukannya uii tapis ?
5. Apa tujuan dan sasaran dilakukannya uji tapis ?
6. Apa saja criteria uji tapis ?
7. Apa saja konsep dasar sensitivitas dan spesivisitas ?
8. Apa saja pertimbangan dilakukannya uji tapis ?

1.3. TUJUAN
1

1. Untuk mengetahui apa yang disebut dengan uji tapis ?


2. Untuk mengetahui batasan dilakukannya uji tapis ?
3. Untuk mengetahui proses pelaksanaan uji tapis ?
4. Untuk mengetahui dasar pemikiran dilakukannya uii tapis ?
5. Untuk mengetahui tujuan dan sasaran dilakukannya uji tapis ?
6. Untuk mengetahui criteria uji tapis ?
7. Untuk mengetahui konsep dasar sensitivitas dan spesivisitas ?
8. Untuk mengetahui pertimbangan dilakukannya uji tapis ?

BAB II
( PEMBAHASAN )

A.

PENGERTIAN
Screening adalah suatu strtegi yang digunkan dalam suatu populasi untuk mendeteksi
penyakit pada individu tanpa tanda-tanda atau gejala penyakit itu, atau suatu usaha secara aktif
untuk mendeteksi atau mencari pendeerita penyakit tertentu yang tampak gejala atau tidak
tampak dalam suatu masyarakat atau kelompok tertentu melalui suatu tes atau pemeriksaan yang
secara singkat dan sederhana dapat memisahkan mereka yang sehat terhadap mereka yang
kemungkinan besar menderita, yang selanjutnya diproses melalui diagnosis dan pengobatan.
Screening dapat didefinisikan sebagai pelaksanaan prosedur sederhana dan cepat untuk
mengidentifikasikan dan memisahkan orang yang tampaknya sehat, tetapi kemungkinan
beresiko terkena penyakit, dari mereka yang mungkin tidak terkena penyakit tersebut. Screening
dilakukan untuk mengidentifikasi mereka yang diduga mengidap penyakit sehingga mereka
dapat dikirim untuk menjalani pemeriksaan medis dan studi diagnostik yang lebih pasti.
Uji tapis bukan untuk mendiagnosis tapi untuk menentukan apakah yang bersangkutan
memang sakit atau tidak kemudian bagi yang diagnosisnya positif dilakukan pengobatan intensif
agar tidak menular dengan harapan penuh dapat mengurangi angka mortalitas. Screening pada
umumnya bukan merupakan uji diagnostic dan oleh karenanya memerlukan penelitian follow-up
yang cepat dan pengobatan yang tepat pula.

B.

DASAR PEMIKIRAN ADANYA SCREENING

1. Yang diketahui dari gambaran spectrum penyakit hanya sebagian kecil saja sehingga dapat
diumpamakan sebagai puncak gunung es sedangkan sebagian besar masih tersamar.
2. Diagnosis dini dan pengobatan secara tuntas memudahkan kesembuhan.

3. Biasanya penderita datang mencari mencari pengobatan setelah timbul gejala atau penyakit telah
berada dlm stadium lanjut hingga pengobatan menjadi sulit atau bahkan tidak dapat disembuhkan
lagi.
4. Penderita tanpa gejala mempunyai potensi untuk menularkan penyakit.
C.

TUJUAN

1. Deteksi dini penyakit tanpa gejala atau dengan gejala tdk khas terdapat pada orang yang tampak
sehat,tapi mungkin menderita penyakit ( population risk)
2. Dengan ditemukannya penderita tanpa gejala dapat dilakukan pengobatan secara tuntas hingga
mudah disembuhkan dan tidak membahayakan dirinya maupun lingkungannya dan tidak menjadi
sumber penularan hingga epidemic dapat dihindari
3. Mendapatkan penderita sedini mungkin untuk segera memperolleh pengobatan.
4. Mendidik masyarakat untuk memeriksakan diri sedini mungkin
D.

SASARAN
Sasaran utama Uji tapis ataU Skrining adalah :
Penderita penyakit KRONIS

1. Infeksi bakteri ( Lepra,TBC, dll)


2. Infeksi Virus ( hepatitis )
3. Penyakit non infeksi :
a. Hipertensi
b. Diabetus miletus
c. Penyakit jantung
d. Karsinoma serviks
e. Prostate
f. glaukoma
4. Aids

E.

PRINSIP PELAKSANAAN
Proses Uji tapis terdiri dari dua tahap :
4

1. Melakukan pemeriksaan terhadap kelompok penduduk yang dianggap mempunyai resiko tinggi
menderita penyakit dan bila hasil test negative maka dianggap orang tersebut tidak menderita
penyakit.
2. Bila hasil positif maka dilakukan pemeriksaan diagnostic
Pemeriksaan yang biasa digunakan untuk uji tapis dapat berupa pemeriksaan laborat atau
radiologist misalnya :
1.

Pemeriksan gula darah

2.

Pemeriksaan radiology untuk uji tapis TBC


Pemeriksaan tersebut harus dapat dilakukan :

1.

Dengan cepat dapat memilah sasaran utk periksan lebih lanjut

2.

Tidak mahal

3.

Mudah dilakukan oleh petugas kesehatan

4.

Tidak membahayakan yang diperiksa maupun yang memeriksa

F.

MACAM SCREENING

1.

Penyaringan Massal (Mass Screening)


Penyaringan yang melibatkan populasi secara keseluruhan.
Contoh: screening prakanker leher rahim dengan metode IVA pada 22.000 wanita

2.

Penyaringan Multiple
Penyaringan yang dilakukan dengan menggunakan beberapa teknik uji penyaringan

pada

saat yang sama.


Contoh: skrining pada penyakit aids
3.

Penyaringan yg. Ditargetkan


Penyaringan yg dilakukan pada kelompok kelompok yang terkena paparan yang spesifik.
Contoh : Screening pada pekerja pabrik yang terpapar dengan bahan Timbal.

4.

Penyaringan Oportunistik
Penyaringan yang dilakukan hanya terbatas pada penderita penderita yang berkonsultasi
kepada praktisi kesehatan
5

Contoh: screening pada klien yang berkonsultasi kepada seorang dokter.


G.

KRITERIA UNTUK MELAKSANAKAN SCREENING

1.

Sifat Penyakit

Serius

Prevalensi tinggi pada tahap praklinik

Periode yg panjang diantara tanda tanda pertama sampai timbulnya penyakit

2.

Uji Diagnostik

Sensitif dan Spesifik

Sederhana dan Murah

Aman dan Dapat Diterima

Reliable

Fasilitas adekwat

3.

Diagnosis dan Pengobatan

Efektif dan dapat diterima

Pengobatan g aman telah tersedia.

H.

LOKASI SCREENING
Uji tapis dapat dilakukan di lapangan,rumah sakit umum,rumah sakit khusus,pusat pelayanan
khusus dll :

1.

Lapangan : Uji skrining TBC

2.

RSU

: Pap smear

3.

RSK

: Uji tapis glaikoma di RS mata

4.

Yan Khu : RS jantung, RS kanker

I.

VALIDITAS TES UJI SKRINING


Agar hasil pengukuran dari Penyaringan/Screening itu Valid, maka harus diukur dengan
menggunakan Sensitivitas & Spesifitas;

a.

SENSITIVITAS
Adalah Proporsi dari orang orang yang benar benar sakit yang ada di dalam populasi yang
disaring, yang diidentifikasi dengan menggunakan uji penyaringan sebagai penderita sakit.

b.

SPESIFISITAS
Adalah proporsi dari orang orang yang benar benar sehat, yang juga diidentifikasi dengan
menggunakan uji penyaringan sebagai individu sehat.

J.

KRITERIA EVALUASI
Screening mengandalkan tes, tidak hanya satu tes, tetapi sederetan tes. Oleh karena itu,
kegiatan screening hanya akan efektif bila tes dan pemeriksaan yang digunakan juga efektif.
Dengan demikian, setiap tes memerlukan validitas dan reliabilitas yang kuat. Validitas tes
ditunjukkan melalui seberapa baik tes secara aktual mengukur apa yang semestinya diukur. Jika
ini adalah tes screening kolesterol, pertanyaannya adalah: dapatkah tes itu memberikan informasi
yang cukup akurat sehingga individu dapat mengetahui tinggi atau rendahnya kadar
kolesterolnya sekarang? Validitas ditentukan oleh sensitivitas dan spesifitas uji.
Reliabilitas didasarkan pada seberapa baik uji dilakukan pada waktu itudalam hal
keterulangannya (repeatibility). Dapatkah uji memberikan hasil yang dapat dipercaya setiap kali
digunakan dan dalam lokasi atau populasi yang berbeda?
Yield (hasil) merupakan istilah lain yang terkadang digunakan untuk menyebut tes screening.
Yield adalah angka atau jumlah screening yang dapat dilakukan suatu tes dalam suatu periode
waktujumlah penyakit yang dapat terdeteksi dalam proses screening. Validitas suatu uji dapat
dipengaruhi oleh keterbatasan uji dan sifat individu yang diuji. Status penyakit, keparahan,
tingkat dan jumlah pajanan, kesehatan giz, kebugaran fisik, dan faktor lain yang mempengaruhi
dan berdampak pada responden dan temuan tes.

a.

Validitas : merupakan tes awal baik untuk memberikan indikasi individu mana yg benar sakit
dan mana yang tidak sakit. Dua komponen validitas adalah sensitivitas dan spesifitas
7

b.

Reliabilitas : adalah bila tes yang dilakukan berulang ulang menunjukan hasil yang konsisten.

c.

Yield : merupakan jumlah penyakit yang terdiagnosis dan diobati sebagai hasil dari uji tapis.

K.

PERTIMBANGAN SCREENING

1. Penyakit atau kondisi yang sedang diskrining harus merupakan masalah medis utama
2. Pengobatan yang dapat diterima harus tersedia untuk individu berpenyakit yg

terungkap saat

proses skrining dilakukan (obat yang potensial).


3. Harus tersedia akses kefasilitas dan pelayanan perawatan kesehatan untuk diagnosis dan
pengobatan lanjut penyakit yang ditemukan.
4. Penyakit harus memiliki perjalanan yang dapat dikenali dengan keadaan awal dan lanjutnya yang
dapat diidentifikasi.
5. Harus tersedia tes atau pemeriksaan yang tepat dan efektif untuk penyakit.
6. Tes dan proses uji harus dapat diterima oleh masyarakat umum.
7. Riwayat alami penyakit atau kondisi harus cukup dipahami termasuk fase regular dan perjalanan
penyakit dengan periode awal yang dapat diidentifikasi melalui uji .
8. Kebijakan ,prosedur dan tingkatan uji harus ditentukan untuk menentukan siapa yang harus
dirujuk untuk pemeriksaan .diagnosis dan tindakan lebih lanjut.
9. Proses harus cukup sederhana sehingga sebagian besar kelompok mau berpartisipasi.
10. Screening jangan dijadikan kegiatan yang sesekali saja ,tetapi harus dilakukan dalam proses yang
teratur dan berkelanjutan.
11. alat yg digunakan
12. waktu
13. mendapat pengobatan
14. alat untuk diagnosis
L.

CARA TES SCREENING


Sebelum melakukan skrining terlebih deahulu harus ditentukan penyakit atau kondisi medis apa
yang akan dicari pada skrining.
Contoh uji Skrining:
Pap smear yaitu tes screening kanker serviks
8

Pap smear dilakukan di ruang dokter dan hanya beberapa menit. Pertama anda berbaring di atas
meja periksa dengan lutut ditekuk. Tumit anda akan diletakkan pada alat stirrups. Secara
perlahan dokter akan memasukkan alat spekulum ke dalam vagina anda. Lalu dokter akan
mengambil sampel sel serviks anda dan membuat apusan (smear) pada slide kaca untuk
pemeriksaan mikroskopis.
Dokter akan mengirim slide ke laboratorium, dimana seorang cytotechnologist (orang yang
terlatih untuk mendeteksi sel abnormal) akan memeriksanya. Teknisi ini bekerja dengan bantuan
patologis (dokter yang ahli dalam bidang abnormalitas sel). Patologis bertanggung jawab untuk
diagnosis akhir.
Pendekatan terbaru dengan menggunakan cairan untuk mentransfer sampel sel ke laboratorium.
Dokter akan mengambil sel dengan cara yang sama, namun dokter akan mencuci alat dengan
cairan khusus, yang dapat menyimpan sel untuk pemeriksaan nantinya. Ketika sampel sampai ke
laboratorium, teknisi menyiapkan slide mikroskopik yang lebih bersih dan mudah
diinterpretasikan dibanding slide yang disiapkan dengan metode tradisional.Umumnya dokter
akan melakukan Pap smear selama pemeriksaan panggul (prosedur sederhana untuk memeriksa
genital eksternal, uterus, ovarium, organ reproduksi lain dan rektum). Walaupun pemeriksaan
panggul dapat mengetahui masalah reproduksi, hanya Pap smear yang dapat mendeteksi kanker
serviks atau prakanker sejak dini.

BAB III
PENUTUP

3.1. KESIMPULAN
9

Screening adalah suatu strtegi yang digunkan dalam suatu populasi untuk mendeteksi
penyakit pada individu tanpa tanda-tanda atau gejala penyakit itu, atau suatu usaha secara aktif
untuk mendeteksi atau mencari pendeerita penyakit tertentu yang tampak gejala atau tidak
tampak dalam suatu masyarakat atau kelompok tertentu melalui suatu tes atau pemeriksaan yang
secara singkat dan sederhana dapat memisahkan mereka yang sehat terhadap mereka yang
kemungkinan besar menderita, yang selanjutnya diproses melalui diagnosis dan pengobatan.

DAFTAR PUSTAKA

Maryani & Muliani.2010. Epidemiologi Kesehatan. Yogyakarta: Graha Ilmu


Hikmawati, Isma.2011. Buku Ajar Epidemiologi. Yogyakarta: Nuha Medika
Noor, Nur Nasry. 2008. Epidemiologi. Jakarta: Rineka Cipta
10

Anda mungkin juga menyukai