Anda di halaman 1dari 17

ANTI HIPERTENSI

Irene Ratnasari

Regulasi Tekanan Darah


Ginjal memegang peranan penting pada pengaturan tingginya
TD, yang berlangsung melalui suatu sistem khusus, yaitu
RENIN-ANGIOTENSIN (RAS). Bila volume darah yang
mengalir melalui ginjal berkurang dan TD di glomeruli ginjal
menurun, misalnya karena penyempitan arteri setempat, maka
ginjal dapat membentuk dan melepaskan enzim proteolitis
renin. Dalam plasma, renin ini menghidrolisa protein
Angiotensinogen (yang terbentuk dalam hati) menjadi
angiotensin I (AT I ). Zat ini diubah oleh enzim ACE
( Angiotensin Converting Enzim ) yang disintesa antara lain di
paru-paru, menjadi zat aktif angiotensin II (AT II). AT II ini
antara lain berdaya vasokontriktif kuat dan menstimulasi
sekresi hormon aldosteron oleh anak ginjal dengan sifat retensi
garam dan air. Akibatnya ialah volume darah dan TD naik lagi
menjadi normal.

Disamping regulasi hormonal tersebut dengan RAS,


masih terdapat beberapa faktor fisiologis yang dapat
mempengaruhi TD, antara lain :
1.

2.

3.

Volume pukulan jantung, yaitu jumlah darah yang pada setiap


kontraksi dipompa keluar jantung.
Semakin besar volume ini, semakin tinggi TD. Beberapa zat misal
garam dapur (NaCl) dapat mengikat air, sehingga volume darah total
meningkat. Sebagai efeknya tekanan atas dinding arteri meningkat
pula dan jantung harus memompa lebih keras untuk menyalurkan
volume darah yang bertambah. Hasilnya TD akan naik.
Kelenturan dinding arteri
Pembuluh yang dindingnya sudah mengeras karena endapan
kolesterol dan kapur (atheroma) mengakibatkan TD lebih tinggi
dibandingkan dinding yang masih elastis.
Pelepasan neurohormon
Antara lain : adrenalin dan noradrenalin

Ada beberapa faktor yang dapat


meningkatkan TD secara reversibel,
antara lain:

Garam, ion natrium mengakibatkan retensi air, sehingga


volume darah bertambah dan menyebabkan daya tahan
pembuluh meningkat. Juga memperkuat efek
vasokontriksi noradrenalin.
Drop (liquorice), sejenis gula-gula yang dibuat dari
succus liquiritae mengandung asam glizirinat dengan
khasiat retensi air.
Stress (ketegangan emosional) dapat meningkatkan TD
untuk sementara akibat pelepasan adrenalin dan
noradrenalin (hormon stress), yang bersifat
vasokontrikstif. TD meningkat pula pada waktu
ketegangan fisik (pengeluaran tenaga, olah raga)

Ada beberapa faktor yang dapat


meningkatkan TD secara reversibel,
antara lain:

Merokok. Nikotin dalam rokok berkhasiat vasokontriksi


dan meningkatkan TD. Merokok memperkuat efek buruk
hipertensi terhadap sistem pembuluh.
Pil anti hamil, mengandung hormon wanita estrogen,
yang juga bersifat retensi garam dan air.
Hormon pria dan kortikosteroida juga berkhasiat retensi
air.
Kehamilan. Kenaikan TD yang terjadi selama kehamilan.
Mekanisme hipertensi ini serupa dengan proses di ginjal;
bila uterus direnggangkan terlampau banyak (oleh janin)
dan menerima kurang darah, maka dilepaskannya zat-zat
yang meningkatkan tekanan darah.

Penggolongan Obat Hipertensi

Diuretik (Hidroklorotiazida)
Alfa-receptor Bloker
Beta-receptor Bloker
Antagonis kalsium
Penghambat ACE dan AT II receptor Bloker
Vasodilator

Diuretik
Obat-obatan

jenis diuretik bekerja


dengan cara mengeluarkan cairan tubuh
(lewat kencing) sehingga volume cairan
ditubuh berkurang yang mengakibatkan
daya pompa jantung menjadi lebih
ringan.
Contoh obatannya adalah
Hidroklorotiazid

Penghambat Simpatetik
Golongan

obat ini bekerja dengan


menghambat aktivitas saraf simpatis
(saraf yang bekerja pada saat kita
beraktivitas ).
Contoh obatnya adalah : Metildopa,
Klonidin dan Reserpin

Betabloker

Mekanisme kerja anti-hipertensi obat ini adalah melalui


penurunan daya pompa jantung. Jenis betabloker tidak
dianjurkan pada penderita yang telah diketahui mengidap
gangguan pernapasan seperti asma bronkial.
Contoh obatnya adalah : Metoprolol, Propranolol dan
Atenolol. Pada penderita diabetes melitus harus hati-hati,
karena dapat menutupi gejala hipoglikemia (kondisi
dimana kadar gula dalam darah turun menjadi sangat
rendah yang bisa berakibat bahaya bagi penderitanya).
Pada orang tua terdapat gejala bronkospasme
(penyempitan saluran pernapasan) sehingga pemberian
obat harus hati-hati.

Vasodilator
Obat

golongan ini bekerja langsung pada


pembuluh darah dengan relaksasi otot
polos (otot pembuluh darah). Yang
termasuk dalam golongan ini adalah :
Prasosin, Hidralasin. Efek samping yang
kemungkinan akan terjadi dari
pemberian obat ini adalah : sakit kepala
dan pusing.

Penghambat ensim konversi


Angiotensin
Cara

kerja obat golongan ini adalah


menghambat pembentukan zat
Angiotensin II (zat yang dapat
menyebabkan peningkatan tekanan
darah).
Contoh obat yang termasuk golongan ini
adalah Kaptopril. Efek samping yang
mungkin timbul adalah : batuk kering,
pusing, sakit kepala dan lemas.

Antagonis kalsium
Golongan

obat ini menurunkan daya


pompa jantung dengan cara
menghambat kontraksi jantung
(kontraktilitas). Yang termasuk golongan
obat ini adalah : Nifedipin, Diltiasem dan
Verapamil. Efek samping yang mungkin
timbul adalah : sembelit, pusing, sakit
kepala dan muntah.

Penghambat Reseptor Angiotensin II

Cara kerja obat ini adalah dengan menghalangi


penempelan zat Angiotensin II pada reseptornya yang
mengakibatkan ringannya daya pompa jantung. Obatobatan yang termasuk dalam golongan ini adalah
Valsartan (Diovan). Efek samping yang mungkin timbul
adalah : sakit kepala, pusing, lemas dan mual.
Dengan pengobatan dan kontrol yang teratur, serta
menghindari faktor resiko terjadinya hipertensi, maka
angka kematian akibat penyakit ini bisa ditekan.

Mekanisme Kerja

Meningkatkan pengeluaran air dari tubuh :

Diuretik
Memperlambat kerja jantung ; beta bloker
Memperlebar pembuluh; vasodilator langsung
(Di/Hidralazin, minoxidil), antagonis Ca,
penghambat ACE dan AT II Bloker
Menstimulasi SSP; alfa 2-agonis sentral
seperti klonodin dan moxonidin, metildopa,
guanfasin dan reserpin.

Efek Samping
Hampir

semua obat anti hipertensi


menimbulkan efek samping umum,
seperti hidung mampat (akibat
vasodilaatasi mukosa) dan mulut kering,
bradikardia, rasa letih dan lesu,
gangguan penglihatan, lambung dan
usus (mual, diare).

Lebih serius adalah sejumlah besar


efek samping khusus, antara lain:

Hipotensi ortostatik, yakni turunnya TD lebih kuat bila tubuh tegak


daripada dalam keadaan berbaring.
Depresi, terutama pada obat-obat yang bekerja sentral, khususnya
reserpin dan metildopa, juga -bloker; propanolol, alprenolol dan
metiprolol.
Retensi garam dan air, dengan bertambahnya berat badan dan atau
terjadinya udem, antara lain antagonis Ca, reserpin, metildopa dan
hidralazin. Efek samping ini dapat diatasi dengan kombinasi
bersama suatu diuretik
Penurunan ratio HDL:LDL
Sejumlah obat mempengaruhi metabolisme lipid secara buruk, yakni
menurunkan kadar kolesterol-HDL plasma yang dianggap sebagai
faktor pelindung terhadap penyakit jantung pembuluh. Atau juga
meningkatkan kolesterol-LDL yang dianggap sebagai faktor resiko
bagi penyakit jantung pembuluh (PJP). Khususnya diuretik
(kelompok tiazid dan klortalidon) dan pada Beta-Bloker.

Penggunaan

Untuk mengurangi atau menghindari efek samping yang


timbul, maka digunakan dengan cara pentakaran
menyelinap, artinya dimulai dengan dosis rendah yang
berangsur-angsur dinaikkan. Dengan demikian,
penurunan TD mendadak dapat dihindarkan. Begitu pula
obat sebaiknya diminum setelah makan agar kadar obat
dalam plasma jangan mendadak mencapai puncak tinggi
(dengan akibat hipotensi kuat). Penghentian terapi pun
tidak boleh secara mendadak, melainkan berangsurangsur untuk mencegah bahaya meningkatnya TD
dengan kuat.

Anda mungkin juga menyukai