Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada awalnya obesitas di pandang sebagai tren atau gaya hidup
sebagai tanda kesuksesan seseorang, dengan memiliki badan yang gemuk
menandakan seseorang hidup berkecukupan. Namun sekarang obesitas
telah menjadi masalah yang serius karena memicu timbulnya berbagai
komplikasi penyakit yang menyertainya. Masalah obesitas kini telah
menjadi perhatian khusus badan kesehatan dunia .
Dewasa ini masalah kegemukan (obesitas) merupakan masalah
global yang melanda masyarakat dunia baik di negara maju maupun
negara berkembang. Perubahan gaya hidup termasuk kecenderungan
mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak tinggi merupakan
faktor yang mendukung terjadinya kelebihan berat badan (overweight) dan
obesitas.
Obesitas di Indonesia sudah mulai dirasakan secara nasional
dengan semakin meningginya angka kejadiannya. Selama ini, kegemukan
di Indonesia belum menjadi sorotan karena masih disibukkan masalah
anak yang kekurangan gizi. Meskipun obesitas di Indonesia belum
mendapat perhatian khusus, namun kini sudah saatnya Indonesia mulai
melirik masalah obesitas pada anak. Jika dibiarkan, akan mengganggu
sumber daya manusia (SDM) di kemudian hari. Prevalensi obesitas di
Indonesia mengalami peningkatan mencapai tingkat yang membahayakan.
Berdasarkan data SUSENAS tahun 2004 prevalensi obesitas pada anak
telah mencapai 11%. Di Indonesia hingga tahun 2005 prevalensi gizi baik
68,48%, gizi kurang 28%, gizi buruk 88%, dan gizi lebih 3,4% (Data
SUSENAS,2005).

Agustin Checaratama Maydiati S1 Gizi

Sedangkan berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)


tahun 2007, prevalensi nasional obesitas umum pada penduduk berusia
15 tahun adalah 10,3% terdiri dari (laki-laki 13,9%, perempuan 23,8%).
Sedangkan prevalensi berat badan berlebih anak-anak usia 6-14 tahun pada
laki-laki 9,5% dan pada perempuan 6,4%. Angka ini hampir sama dengan
estimasi WHO sebesar 10% pada anak usia 5-17 tahun.
Kegemukan badan sangat rentan terhadap penyakit terutama yang
paling sering kena penyakit dari badan yang terlalu gemuk adalah
obesitas,diabetes dan lainnya. Lalu mengapa badan mudan menjadi
gemuk? Tentunya itu semua tergantung dari apa yang kita lakukan dan apa
yang kita makan. Yang dari kita lakukan adalah kurangnya melakukan
aktifitas untuk menggerakkan seluruh badan atau kurangnya aktifitas
untuk berolah-raga. Dan kemudian untuk yang kita makan adalah terlalu
sering mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak terlebih yang
suka mengemil makanan.
Kegemukan ini memang menjadi masalah penting dan utama bagi
tubuh kita karena efeknya akan membuat badan atau tubuh kita menjadi
lambat bergerak, kolestrol, sesak nafas, serta membuat kita malas untuk
bergerak. Penimbunan lemak dalam tubuh yang tanpa disertai adanya
pergerakan untuk mengolah lemak menjadi karbohidrat membuat tubuh
akan menimbun lemak terus-menerus sehingga terjadilah kegemukan atau
obesitas.

Agustin Checaratama Maydiati S1 Gizi

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Obesitas ?
2. Apa tipe tipe atau jenis Obesitas ?
3. Apa gejala gejala Obesitas ?
4. Apa penyebab timbulnya Obesitas ?

C. Pertanyaan Penulis
1. Bagaimana cara mengukur Obesitas ?
2. Bagaimana mekanisme terjadinya Obesitas ?
3. Penyakit apa saja yang akan timbul bila sudah mengalami Obesitas ?
4. Bagaimana cara menanggulangi Obesitas ?

D. Tujuan Penulisan
Tujuan umum penulisan makalah ini adalah sebagai pemenuhan
tugas Pengantar Biologi Manusia .
Tujuan khusus penulisan makalah ini adalah menjawab pertanyaan
yang telah dijabarkan pada rumusan masalah agar penulis ataupun
pembaca mengetahui tentang apa saja yang berhubungan dengan Obesitas
(Kegemukan).

Agustin Checaratama Maydiati S1 Gizi

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka Tentang Obesitas


WHO menyatakan bahwa obesitas telah menjadi masalah dunia.
Data yang dikumpulkan dari seluruh dunia memperlihatkan bahwa terjadi
peningkatan prevalensi overweight dan obesitas pada 10-15 tahun terakhir,
saat ini diperkirakan sebanyak lebih dari 100 juta penduduk dunia
menderita obesitas. Angka ini akan semakin meningkat dengan cepat. Jika
keadaan ini terus berlanjut maka pada tahun 2230 diperkirakan 100%
penduduk dunia akan menjadi obes (Sayoga dalam Rahmawaty, 2004).
Prevalensi obesitas di Indonesia mengalami peningkatan mencapai
tingkat yang membahayakan. Berdasarkan data SUSENAS tahun 2004
prevalensi obesitas pada anak telah mencapai 11%.
Di Indonesia hingga tahun 2005 prevalensi gizi baik 68,48%, gizi
kurang 28%, gizi buruk 88%, dan gizi lebih 3,4% (Data SUSENAS,2005).
Obesitas

merupakan

suatu

keadaan

fisiologis

akibat

dari

penimbunan lemak secara berlebihan di dalam tubuh. Saat ini gizi lebih
dan obesitas merupakan epidemik di negara maju, seperti Inggris, Brasil,
Singapura dan dengan cepat berkembang di negara berkembang, terutama
populasi kepulauan Pasifik dan negara Asia tertentu. Prevalensi obesitas
meningkat secara signifikan dalam beberapa dekade terakhir dan dianggap
oleh banyak orang sebagai masalah kesehatan masyarakat yang utama
(Lucy A. Bilaver,2009).
Terjadinya obesitas lebih ditentukan oleh terlalu banyak makan,
terlalu sedikit beraktivitas atau latihan fisik, maupun keduanya
(Misnadierly, 2007).

Agustin Checaratama Maydiati S1 Gizi

Pasien obesitas memerlukan perhatian lebih pada keperawatan


kebutuhan fisik dan emosinal ( Camden, Shaver, & Cole, 2007 ).
Dikutip dari Times of India, setidaknya ada 10 penyakit yang dapat
muncul dari kondisi seseorang yang mengalami kegemukan.

Agustin Checaratama Maydiati S1 Gizi

BAB III
PEMBAHASAN

A. Definisi Obesitas

Obesitas (obesity) berasal dari bahasa latin yaitu ob yang berarti


akibat dan esum yang artinya makan. Sehingga obesitas dapat
didefinisikan sebagai akibat dari pola makan yang berlebihan. Menurut
WHO Obesitas adalah penumpukan lemak yang berlebihan ataupun
abnormal yang dapat mengganggu kesehatan.
Terjadinya obesitas lebih ditentukan oleh terlalu banyak makan,
terlalu sedikit beraktivitas atau latihan fisik, maupun keduanya
(Misnadierly, 2007). Dengan demikian tiap orang perlu memperhatikan

Agustin Checaratama Maydiati S1 Gizi

banyaknya masukan makanan (disesuaikan dengan kebutuhan tenaga


sehari-hari) dan aktivitas fisik yang dilakukan. Perhatian lebih besar
mengenai kedua hal ini terutama diperlukan bagi mereka yang kebetulan
berasal dari keluarga obesitas, berjenis kelamin wanita, pekerjaan banyak
duduk, tidak senang melakukan olahraga, serta emosionalnya labil.
Setiap orang memerlukan sejumlah lemak tubuh untuk menyimpan
energi, sebagai penyekat panas, penyerap guncangan dan fungsi lainnya.
Rata-rata wanita memiliki lemak tubuh yang lebih banyak dibandingkan
pria. Perbandingan yang normal antara lemak tubuh dengan berat badan
adalah sekitar 25-30% pada wanita dan 18-23% pada pria. Wanita dengan
lemak tubuh lebih dari 30% dan pria dengan lemak tubuh lebih dari 25%
dianggap mengalami obesitas.

Seseorang yang memiliki berat badan 20% lebih tinggi dari nilai
tengah kisaran berat badannya yang normal dianggap mengalami obesitas.
1. Obesitas digolongkan menjadi tiga kelompok , yaitu :
a. Obesitas ringan

: kelebihan 20-40% dari BB

b. Obesitas sedang

: kelebihan 41-100% dari BB

c. Obesitas berat

: kelebihan >100% dari BB ( Obesitas berat

ditemukan sebanyak 5% dari antara orang-orang yang gemuk).


2. Klasifikasi Obesitas
Klasifikasi berat badan rendah, normal, berat badan lebih
berdasarkan indeks masa tubuh.

Indeks Massa Tubuh (BMI)


Berat Badan Rendah
Normal
Berat Badan Lebih

Agustin Checaratama Maydiati S1 Gizi

Kg/m2
<18,5
18,5 22,9
23,0

Berat Bdan Lebih dengan Resiko


Obes 1 (ringan)
Obes 2 (sedang)

23,0 24,9
25,0 40,0
40,0 100,0

Antropometri berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) / Body


Mass Index (BMI) . BMI merupakan suatu pengukuran yang
menghubungkan (membandingkan) berat badan dengan tinggi badan .
IMT=

BB ( Kg)
2
T (m)

dimana BB adalah berat badan dalam satuan

kilogram dan T adalah tinggi badan dalam meter

B. Tipe Tipe Obesitas

Tipe pada obesitas dapat dibedakan berdasarkan bentuk tubuh dan


sel lemak, yaitu:
1. Tipe Obesitas Berdasarkan Bentuk Tubuh
a. Obesitas tipe buah apel (Apple Shape)

Agustin Checaratama Maydiati S1 Gizi

Type seperti ini biasanya terdapat pada pria. Dimana lemak


tertumpuk di sekitar perut. Kegemukan tipe buah apel ini sering
pula disebut kegemukan sentral atau terpusat karena lemak banyak
berkumpul di rongga perut dan karena banyak terdapat pada lakilaki disebut juga sebagai kegemukan android. Resiko kesehatan
pada tipe ini lebih tinggi dibandingkan dengan tipe buah pear
(Gynoid).
b. Obesitas tipe buah pear (Gynoid)
Tipe ini cenderung dimiliki oleh wanita. Kelebihan lemak
pada perempuan disimpan dibawah kulit bagian daerah pinggul dan
paha sehingga tubuh berbentuk buah pir (pear type). Kegemukan
tipe buah pir ini disebut juga sebagai kegemukan perifer karena
lemak berkumpul dipinggir tubuh, yaitu pinggul dan paha. Oleh
karena tipe ini banyak terdapat pada perempuan disebut juga
sebagai kegemukan tipe perempuan atau kegemukan tipe gynoid.
Resiko terhadap penyakit pada tipe gynoid umumnya kecil.
c. Tipe Ovid (Bentuk Kotak Buah)
Ciri dari tipe ini adalah "besar di seluruh bagian badan".
Tipe Ovid umumnya terdapat pada orang-orang yang gemuk secara
genetic.
2. Tipe Obesitas Berdasarkan Keadaan Sel Lemak
a. Obesitas Tipe Hyperplastik
Obesitas terjadi karena jumlah sel lemak yang lebih banyak
dibandingkan keadaan normal tetapi ukuran sel-selnya tidak
bertambah besar. Ini biasa terjadi pada masa anak-anak.
b. Obesitas Tipe Hypertropik

Agustin Checaratama Maydiati S1 Gizi

Obesitas terjadi karena ukuran sel lemak menjadi lebih


besar dibandingkan keadaan normal, tetapi jumlah sel tidak
bertambah banyak dari normal. Ini terjadi pada masa dewasa .

Agustin Checaratama Maydiati S1 Gizi

10

c. Obesitas Tipe Hyperplastik Dan Hypertropik ( Tipe Gabungan )


Obesitas terjadi karena jumlah dan ukuran sel lemak
melebihi normal. Pembentukan sel lemak baru terjadi segera
setelah derajat hypertropi mencapai maksimal dengan perantaraan
suatu sinyal yang dikeluarkan oleh sel lemak yang mengalami
hypertropik.

C. Gejala Gejala Timbulnya Obesitas

1. Kelemahan, cenderung terus mengantuk.


2. Ketidakmampuan atau kurang keinginan untuk aktif atau melakukan
latihan teratur.
3. Riwayat faktor budaya atau pola hidup mempengaruhi pilihan makan.
4. Berat badan dapat atau tidak dapat diterima sebagai masalah.
5. Makan menghilangkan perasaan tak senang, mis, kesepian, frustasi,
kebosanan.
6. Nyeri atau ketidaknyamanan pada sendi yang menopang berat badan
atau tulang belakang.
7. Gangguan menstruasi, amenorea ( di-lep ) nyeri saat menstruasi.
8. Gangguan pernapasan yang bisa terjadi pada saat tidur.

Agustin Checaratama Maydiati S1 Gizi

11

9. Mengeluarkan keringat yang lebih banyak.


10. Merasa nyeri pada bagian bawah terutama di daerah pinggul, lutut, dan
pergelangan kaki.

D. Penyebab Penyebab Timbulnya Obesitas

Obesitas dapat terjadi karena faktor internal dan eksternal.


Penyebab-penyebab tersebut antara lain adalah:
1. Faktor Internal
a. Genetik

Agustin Checaratama Maydiati S1 Gizi

12

Seperti kondisi medis lainnya, obesitas adalah perpaduan


antara genetik dan lingkungan. Gen yang ditemukan diduga dapat
mempengaruhi jumlah dan besar sel lemak, distribusi lemak dan
besar penggunaan energi untuk metabolisme saat tubuh istirahat.
Polimorfisme dalam variasi gen mengontrol nafsu makan dan
metabolisme menjadi predisposisi obesitas ketika adanya kalori
yang cukup. Obesitas terjadi pada penderita Sindrom Prader-Willi
adalah penyakit genetic yang menimpa kira-kira satu dari 15 ribu
kelahiran. Mutasi gen terjadi pada kromosom ke 15 yang mengatur
nafsu makan. Sindrom ini dikenali sebagai gen penyebab obesitas
pada anak kecil. Symptoms yang timbul akibat sindrom ini
disebabkan oleh disfungsi hipotalamus yang salah satu fungsinya
adalah mengatur rasa lapar.
Jenis kelamin juga berpengaruh terhadap obesitas. Pria
memiliki lebih banyak otot dibandingkan dengan wanita. Otot
membakar lebih banyak lemak daripada sel-sel lain. Oleh karena
wanita lebih sedikit memiliki otot, maka wanita memperoleh
kesempatan yang lebih kecil untuk membakar lemak. Hasilnya,
wanita lebih berisiko mengalami obesitas.
b. Kelainan endokrin
1) Hipotiroidisme
Hipotiroidisme

terjadi

ketika

kelenjar

tiroid

tidak

memproduksi hormone tiroid sesuai kebutuhan tubuh. Oleh karena


itu, apabila hormone tiroid yang dihasilkan tidak sesuai dengan
kebutuhan tubuh, pertumbuhan akan terganggu. Hormon tiroid
sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan tubuh. Terganggunya
produksi

hormon

ini

dapat

mempengaruhi

metabolisme,

perkembangan otak, pernafasan, system jantung dan saraf,


temperature tubuh, kekuatan otot, kulit, sirkulasi menstruasi pada

Agustin Checaratama Maydiati S1 Gizi

13

wanita, berat badan, dan tingkat kolesterol. Produksi hormone


tiroid diatur oleh hormone TSH yang diproduksi oleh hipofisis
anterior. TSH akan merangsang kelenjar tiroid untuk mensekresi
hormone tiroid, yaitu triidotironin (T3) dan tiroksin (T4). Apabila
dalam darah terdapat sedikit hormone tiroid tersebut, maka kadar
TSH akan meningkat untuk merangsang kelenjar tiroid mensekresi
hormone tiroid. Sebaliknya, apabila dalam darah telah cukup atau
bahkan lebih banyak terdapat hormone tiroid, kadar TSH akan
menurun. Sekresi TSH diatur oleh hormone hipotalamus, yaitu
TRH. Penurunan respons hipofisis terhadap TRH sangat jarang
terjadi. Yang terjadi pada hipotiroidisme adalah kadar TSH
meningkat akibat dari fungsi kelenjar tiroid yang menurun. Selain
itu, hipotiroidisme dapat disebabkan oleh kelenjar hipofisis tidak
bekerja dengan normal. Terganggunya kerja hipofisis dapat
menyebabkan produksi TSH terganggu dan akibatnya kelenjar
tiroid pun akan terganggu. Seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya, hipotiroidisme menyebabkan metabolisme tubuh
terganggu. Hipotiroidisme menyebabkan kecepatan metabolisme
karbohidrat dan lemak menurun. Hal ini akan menyebabkan
obesitas. Hipotiroidisme yang berat disebut Miksedema.
2) Sindrom Cushing
Sindrom Cushing disebabkan karena kadar cortisol
berlebih. Hipotalamus mensekresikan CRH (Coticotropin releasing
hormone) ke hipofisis. CRH menyebabkan hipofisis mensekresi
ACTH (Adrenocorticotropin hormone) yang menstimulus kelenjar
adrenal menghasilkan cortisol ke dalam darah. Tanda-tanda dan
keluhan yang terjadi antara lain obesitas di bagian atas tubuh,
wajah membulat, kulit terluka dengan mudah, lemah tulang,
mentruasi tidak teratur pada wanita, dan infertilitas pada pria.

Agustin Checaratama Maydiati S1 Gizi

14

Agustin Checaratama Maydiati S1 Gizi

15

3) Kelainan pada Hipotalamus


Pusat makan dan kenyang, yang mengatur rasa lapar dan
kenyang, terdapat pada hipotalamus. Pusat kenyang berfungsi
menghambat pusat makan, begitu pula sebaliknya. Yang mengatur
semua hal tersebut adalah polipeptida. Polipeptida tersebut antara
lain adalah neuropeptida Y dan Leptin. Neuropeptida Y
meningkatkan nafsu makan sedangkan leptin menurunkan nafsu
makan dan meningkatkan konsumsi energi. Obesitas terjadi apabila
leptin tidak tersedia di otak atau rusak. Yang terjadi adalah gen
reseptor leptin mengalami defek. Reseptor leptin terdapat pada
jaringan

adipose

coklat.

Kemungkinan

lainnya

adalah

terganggunya transportasi leptin ke dalam otak atau defek dalam


mekanisme

yang

diaktifkan

oleh

gen

manusia.

Leptin

menyebabkan peningkatan liplisis dan penurunan lipogenesis.


Selain itu, leptin merangsang sekresi insulin.
2. Faktor Eksternal
a. Gaya Hidup dan Tingkah Laku
Kemajuan teknologi, seperti adanya kendaraan bermotor,
lift, dan lain sebagainya dapat memicu terjadinya obesitas karena
kurangnya aktifitas fisik yang dilakukan oleh sesorang. Gaya hidup
yang seperti ini yang meningkatkan risiko obesitas. Mengonsumsi
makanan junk food juga dapat menyebabkan obesitas karena pada
umumnya berkalori tinggi.
b. Faktor Makanan
Pada beberapa individu makan lebih banyak dari biasa bila
merasa diperlukan suatu kebutuhan khusus untuk keamanan
emosional (security food).

Agustin Checaratama Maydiati S1 Gizi

16

Jika seseorang mengkonsumsi makanan dengan kandungan


energi sesuai yang dibutuhkan tubuh, maka tidak ada energi yang
disimpan.sebaliknya jika mengkonsumsi makanan dengan energi
melebihi yang dibutuhkan tubuh, maka kelebihan energi akan
disimpan, Sebagai cadangan energi terutama sebagai lemak.
c. Pemakaian Obat obatan.
Efek

samping

beberapa

obat

dapat

menyebabkan

meningkatnya berat badan, misalnya obat kontrasepsi.


d. Lingkungan dan Faktor Lain
Obesitas juga dapat disebabkan oleh emosi. Orang mungkin
makan berlebihan ketika depresi, merasa putus asa, marah, bosan,
dan berbagai sebab lain yang sebenarnya tidak butuh makan. Ini
umum terjadi pada wanita muda. Perasaan mereka berpengaruh
terhadap kebiasaan makannya. Selain itu, faktor status sosial dan
ekonomi sangat memengaruhi. Pada masyarakat menengah ke
bawah, obesitas sangat identik dengan makmur. Namun, pada
masyarakat modern, obesitas adalah hal yang harus dihindari.

E. Cara Mengukur Tingkat Obesitas


1. Pengukuran Secara Antropometri
a. Body Mass Index (BMI)
BMI adalah sebuah ukuran berat terhadap tinggi badan
yang umum digunakan untuk menggolongkan orang dewasa ke
dalam

kategori

Underweight

(kekurangan

berat

badan),

Overweight (kelebihan berat badan) dan Obesitas (kegemukan).

Agustin Checaratama Maydiati S1 Gizi

17

b. RLPP (rasio lingkar pinggang dan pinggul)


Untuk menilai timbunan lemak perut dapat digunakan cara
lain, yaitu dengan mengukur rasio lingkar pinggang dan pinggul
(RLPP) atau mengukur lingkar pinggang (LP).
Rumus yang digunakan cukup sederhana yaitu : Sebagai
patokan, pinggang berukuran 90 cm merupakan tanda bahaya
bagi pria, sedangkan untuk wanita risiko tersebut meningkat bila
lingkar pinggang berukuran 80 cm.
c. Indeks BROCCA
Salah satu cara lain untuk mengukur obesitas adalah dengan
menggunakan indeks Brocca, dengan rumus sebagai berikut:
Bila hasilnya : 90 - 110% = Berat badan normal 110 - 120%
= Kelebihan berat badan (Overweight) > 120% = Kegemukan
(Obesitas)
2. Pengukuran Secara Laboratorik
a. BOD POD
b. DEXA ( dual energy X - ray absorptiometry )
c. Bioelectric Impedance Analysis (analisa tahanan bioelektrik)

F. Mekanisme Terjadinya Obesitas


Obesitas terjadi karena energi intake lebih besar dari energi
expenditure. Apapun penyebabnya, yang menjadikan seseorang obesitas
pada dasarnya adalah energi intake atau masukan yang didapat dari
makanan atau lainnya lebih besar dibandingkan energi expenditure atau
energi yang dikeluarkan.

Agustin Checaratama Maydiati S1 Gizi

18

Mekanisme dasar terjadinya kegemukan adalah masukan kalori


yang melebihi pemakaian kalori untuk memelihara dan pemulihan
kesehatan yang ,berlangsung lama. Kelebihan kalori tersebut akan
disimpan dalam bentuk lemak, yang lama kelamaan akan mengakibatkan
kegemukan.

G. Penyakit Yang Timbul Akibat Obesitas ( Komplikasi )

Obesitas memiliki dampak buruk bagi kesehatan. Pasalnya,


obesitas memicu beragam penyakit di dalam tubuh. Dikutip dari Times of
India, setidaknya ada 10 penyakit yang muncul dari kondisi seseorang
yang mengalami kegemukan, antara lain :
1. Diabetes tipe dua
Banyak studi mengungkapkan obesitas berkaitan dengan risiko
diabetes. Bahkan, jika sudah kena penyakit ini maka bisa menjalar
untuk mengalami komplikasi penyakit yang lebih serius. Misalnya
serangan jantung, stroke, kebutaan, gagal ginjal, hingga kerusakan
saraf yang berujung amputasi.

Agustin Checaratama Maydiati S1 Gizi

19

2. Serangan jantung
Lemak dalam tubuh bisa menutupi pembuluh darah jantung dan
menyumbatnya. Ini yang kemudian menyebabkan serangan jantung
koroner.
3. Hipertensi
Orang gemuk cenderung memiliki tekanan darah tinggi. Hal ini
bisa diatasi dengan mengurangi berat badan dan berolahraga.
4. Sleep apnea
Tandanya adalah sulit tidur nyenyak dan suka mengorok saat tidur.
Ini adalah gangguan pernafasan yang membuat jalan udara seakan
berhenti beberapa kali kala terlelap. Sleep apnea dikaitkan dengan
kemunculan hipertensi, gagal jantung, dan penyakit lainnya.
5. Asam urat
Orang obesitas empat kali lebih berisiko mengalami asam urat atau
gout. Penyakit ini menyerang sendi yang diakibatkan tingginya kadar
purin di daerah sendi. Sendi bisa bengkak, memerah, dan nyeri.
Mengurangi berat badan bisa menjadi salah satu solusi.
6. Kolesterol tinggi
Kegemukan cenderung memicu tingginya kolesterol jahat (LDL)
ketimbang kolesterol baik (HDL). Banyaknya kolesterol jahat menjadi
penyebab penyakit kardiovaskular dan stoke.

Agustin Checaratama Maydiati S1 Gizi

20

7. GERD atau refluks asam


Obesitas meningkatkan refluks karena lemak perut memberikan
tekanan pada cincin otot yang ada di bawah kerongkongan. Ukuran
tabung cincin ini sekitar 10 inci yang menghubungkan tenggorokan ke
perut. Dalam kondisi tidak obesitas, fungsinya mencegah kembalinya
asam lambung ke kerongkongan.
8. Osteoarthritis
Kelebihan berat badan menyebabkan sendi mengalami tekanan
berlebih untuk menopang tubuh. Akibatnya, dimungkinkan sendi
mengalami osteoarthritis yang justru akan merusaknya dalam jangka
panjang.
9. Kanker
Obesitas punya peran penting dalam pembentukan sel kanker
secara aktif. Dan, risiko kanker yang kerap ditemui pada tubuh gemuk
adalah kanker usus, payudara, dan tenggorokan.
10. Gagal jantung
Peningkatan indeks massa tubuh dikaitkan dengan peningkatan
risiko gagal jantung.

Agustin Checaratama Maydiati S1 Gizi

21

H. Cara Menanggulangi Obesitas


Menurut perhimpunan Studi Obesitas Indonesia atau Indonesian
Society for the Study of Obesity, penanganan Obesitas dilaksanakan
berpedoman pada lima prinsip yaitu :
1. Motivasi
Jika seseorang menganggap gemuk bukan hal yang merisaukan,
tentu program penurunan berat badan tidak akan berhasil. Sebagai
contoh ada seorang pembawa acara yang berbadan gemuk dan senang
akan

kondisi

tubuhnya.

Beberapa

kali

diwawancarai,

yang

bersangkutan dengan semangat mengatakan bahwa ia tidak akan


menurunkan berat badannya. Tetapi apa yang terjadi? Saat ini terlihat
sang presenter kurus akibat mengalami penyakit tertentu.
Sebelum memulai program penurunan berat badan, pertama-tama
yang harus diubah adalah pola pikir dari orang gemuk. Motivasi
menjadi kurus harus kuat tertanam di dalam dirinya, bukan sekedar
ikut-ikutan karena misalnya baru saja membaca tulisan ini. Motivasi
ini bis diperkuat dengan bergabung dalam kelompok mereka yang
mempunyai program sama, berdiskusi dengan pakarnya, dan lain
sebagainya. Biasanya dalam kelompok, para anggota bisa saling
mengingatkan dan saling berkompetisi. Begitu pula dengan adanya
pakar dalam kelompok tersebut, usaha yang dilakukan menjadi
sistematik dan terarah. Jadi , lebih baik jika penurunan berat badan
dilakukan pada saat belum mengalami kondisi penyakit tertentu, bukan
akibat dari penyakit yang diderita.

Agustin Checaratama Maydiati S1 Gizi

22

2. Pengaturan Diet
Makin gemuk seseorang maka makin mudah untuk merasa lapar.
Ini karena pengaruh zat atau hormon yang terdapat dalam sel-sel
lemak. Maka usaha pembatasan diet harus dilakukan sesegera
mungkin. Jika yang bersangkutan menganggap bahwa usaha
pembatasan diet bisa dilakukan kapan saja (tetapi tidak saat ini), tentu
usahanya menjadi lebih sulit. Karena itu, pada saat ini juga,
tetapkanlah bahwa saya harus membatasi diet saya, sebelum menjadi
lebih gemuk lagi dengan risiko lebih susah lagi untuk berdiet. Carilah
makanan yang rendah kalori. Mulailah hari kita hanya dengan
mengonsumsi setengah dari porsi makan Anda sehari-hari. Semua
porsi yang kita makan dikurangi separoh. Itu saja. Jangan lupa pula
membatasi makanan manis, asin, dan lemak. Tetapi harus diingat,
jangan sampai kebablasan mengatasi kegemukan. Anjuran WHO,
jumlah penurunan massa tubuh yang baik dan aman adalah sekitar
setengah hingga 1 kg per minggu.
3. Pola Hidup Sehat
Selain pengaturan diet, biasakanlah menimbang badan Anda untuk
mengevaluasi usaha Anda. Hal ini kelihatan sepele namun memberi
efek yang tidak kalah besarnya dengan program diet itu sendiri. Begitu
pula dengan berolahraga, lakukan dengan baik dan benar.
4. Terapi Kedokteran
Meskipun banyak obat-obatan yang ditawarkan agar bisa menjadi
langsing, namun sebaiknya sebelum menggunakan obat-obatan,
berkonsultasi dulu dengan dokter. Tanyakanlah bagaimana cara kerja,
efek samping, atau bahaya jika obat tersebut secara berlebihan terdapat
dalam tubuh. Obat yang cocok pada seseorang belum tentu cocok dan
sesuai pada orang lain. Dan program penurunan berat badan tidak bisa
hanya bergantung pada obat-obatan.

Agustin Checaratama Maydiati S1 Gizi

23

5. Pembedahan
Pembedahan

berupa

pengambilan

lemak

perut

(omentum)

dilakukan jika seseorang telah memiliki BMI sama atau lebih dari 40.
Selain itu bisa juga dilakukan pada BMI kurang dari 35, jika telah
memiliki penyakit yang bisa mengancam jiwa akibat berat tubuh
berlebihan.

Agustin Checaratama Maydiati S1 Gizi

24

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pola hidup sehat, penting untuk mencegah dan mengatasi obesitas
dari risiko penyakit yang ditimbulkannya. Lingkar perut adalah barometer
kesehatan anda. Bila bagian pinggang dari pakaian anda terasa sempit,
waspadai adanya Sindrom Metabolik. Obesitas terjadi karena adanya
kelebihan energi yang disimpan dalam bentuk jaringan lemak. Gangguan
keseimbangan energi ini dapat disebabkan oleh faktor eksogen (obesitas
primer) sebagai akibat nutrisional (90%) dan faktor endogen (obesitas
sekunder) akibat adanya kelainan hormonal, sindrom atau defek genetik
(meliputi 10%).
Dampak-dampak

yang

ditimbulkan

dari

obesitas

selain

menyebabkan masalah fisiologis, timbulnya beberapa penyakit, juga


menyebabkan masalah emosional dan psikologis seperti berkurangnya
kepercayaan diri karena penampilan fisik kurang menarik.

A. Saran
Sesuai dengan kecukupan tubuhnya. Selain itu disarankan pula
melakukan exercise dengan prinsip bagi penderita obesitas disarankan
untuk bisa memilih makanan yang baik dan sehat serta FIT (frequency,
intensity and time).
Bagi penderita super obesitas disarankan untuk berkonsultasi
dengan dokter untuk mengetahui treatment (jenis bedah atau terapi) apa
yang dibutuhkan dan cocok untuk keadaannya.

Agustin Checaratama Maydiati S1 Gizi

25

Anda mungkin juga menyukai