Anda di halaman 1dari 20

BAB II

KAJIAN TEORITIS

2.1 Sistem Informasi


2.1.1 Pengertian Sistem Informasi
Istilah sistem informasi sering dijumpai, baik dalam media grafik, seperti surat
kabar dan majalah, maupun media elektronik, seperti radio dan televisi. Istilah
tersebut merupakan gabungan dari dua istilah yaitu sistem dan informasi. Lucas
(1987:35) mengartikan sistem sebagai suatu kumpulan atau himpunan dari unsur,
komponen, atau variabel-variabel yang terorganisasi, saling berinteraksi, saling
bergantung satu sama lain dan terpadu. Sedangkan Indrajit (2000:29) mendefinisikan
sistem sebagai kumpulan dari komponen-komponen yang memiliki unsur keterkaitan
antara satu dan lainnya. Sedangkan Zwass (1997:679) menyatakan sistem adalah Set of
components (subsystems or elementary parts) that operate together to achieve a
common objective (or multiple objectives). Sehingga dapat dikatakan bahwa sistem
adalah merupakan suatu hal yang saling terkait satu sama lain untuk mencapai sebuah
tujuan yang sama.
Istilah informasi, menurut Davis (1988:28) adalah data yang telah diolah
menjadi sebuah bentuk yang berarti bagi penerimanya dan bermanfaat dalam mengambil
keputusan saat ini atau mendatang. Sedangkan menurut Zwass (1997:674 ) adalah
an increment in knowledge. May be obtained by processing data into meaningful and
useful content and form. Adanya perbedaan definisi di atas maka dapat disimpulkan
bahwa sebuah informasi adalah data yang mempunyai makna, artinya ketika sesuatu
hal (data) tidak mempunyai makna maka belum dapat dikatakan sebagai sebuah
informasi.
Istilah Sistem Informasi didefinisikan Oetomo (2002:11) sebagai kumpulan
elemen yang saling berhubungan satu sama lain yang membentuk satu kesatuan untuk
mengintegrasikan data, memproses dan menyimpan serta mendistribusikan informasi.
Definisi ini menggambarkan adanya interaksi

1
Universitas Sumatera Utara

diantara elemen yang sistematis dan teratur untuk menciptakan dan


membentukaliran informasi yang mendukung pembuatan keputusan dan
melakukan kontrol terhadap jalannya perusahaan (perpustakaan). Sedangkan
Indrajit (2000:29) mendefinisikan sistem informasi sebagai suatu kumpulan dari
komponen-komponen dalam perusahaan atau organisasi yang berhubungan
dengan proses penciptaan dan pengaliran informasi. Sistem informasi juga sering
didefinisikan sebagai sistem informasi manajemen. Davis (1988:2) mengatakan
bahwa istilah sistem informasi manajemen sendiri belum ada kesepakatan,
beberapa penulis bahkan memilih istilah sistem pengolahan informasi, sistem
informasi/keputusan, atau sekedar sistem informasi sehubungan dengan sistem
pengolahan informasi berdasarkan komputer yang dirancang untuk mendukung
fungsi operasi, manajemen, dan keputusan sebuah organisasi. Davis memilih
memakai istilah sistem informasi manajemen dengan mendefinisikan sebagai
sebuah sistem manusia/mesin yang terpadu (integrated), untuk menyajikan
informasi guna mendukung fungsi operasi, manajemen, dan pengambilan
keputusan dalam sebuah organisasi.
Dari definisi tersebut terlihat bahwa sistem informasi merupakan sebuah
rangkaian komponen sistem (sub sistem) yang disusun dan dirancang untuk
mengumpulkan, menyebarkan, menyimpan dan memproses data agar informasi
dapat diberikan untuk melakukan tindakan-tindakan yang diperlukan. Jadi jelas
terlihat bahwa sistem informasi merupakan bentuk keterpaduan yang akan
menghasilkan sebuah informasi yang digunakan untuk pengambilan tindakan
selanjutnya.
Dari definisi sistem, informasi dan sistem informasi, maka kita dapat
mendefinisikan istilah sistem informasi perpustakaan. Pada kebanyakan literatur,
sistem informasi perpustakaan termasuk di dalam kajian sistem informasi
manajemen (SIM). Oetomo (2002:173) memasukkan sistem informasi
perpustakaan dalam sistem informasi manajemen berdasarkan bidang minat
perusahaan/organisasi. Sehingga dengan memodifikasi apa yang disampaikan
Davis (1988:2) tentang definisi Sistem Informasi Manajemen, maka Sistem
Informasi (Manajemen) Perpustakaan dapat didefinisikan sebagai sebuah sistem

manusia dan atau mesin yang terpadu/terintegrasi, untuk menyajikan informasi


2
Universitas Sumatera Utara

guna mendukung fungsi operasional, manajemen, dan pengambilan keputusan


dalam sebuah perpustakaan.
Rowley (1998) menyatakan bahwa fokus sistem informasi (manajemen)
perpustakaan adalah untuk mendukung layanan secara efektif bagi pengguna,
manajemen pengadaannya, dan secara umum manajemen layanan-layanan yang
diberikan oleh perpustakaan dan badan-badan lainnya yang menyelenggarakan
akses terhadap koleksi-koleksi dokumen.
Pada penelitian ini istilah sistem informasi perpustakaan digunakan
sebagai istilah yang biasa digunakan sebagai sistem informasi manajemen (SIM)
perpustakaan.

2.1.2 Sistem Informasi Perpustakaan


Sistem Informasi Perpustakaan dikembangkan dari pemikiran dasar
bagaimana kita melakukan otomatisasi terhadap berbagai business process dalam
suatu perpustakaan. Sistem Informasi Perpustakaan (SIPERPUS) merupakan
sebuah sistem yang terintegrasi untuk menyediakan informasi guna mendukung
operasi, manajemen, dan fungsi pengambilan keputusan dalam Perpustakaan.
Sistem Informasi Perpustakaan (SIPERPUS) merupakan perangkat lunak
yang didesain khusus untuk mempermudah pendataan koleksi perpustakaan,
katalog, data anggota/peminjam, transaksi dan sirkulasi koleksi perpustakaan.
Keseluruhannya bekerja secara sistematis sehingga dapat memperbaiki
administrasi dan operasional perpustakaan serta dapat menghasilkan bentukbentuk laporan yang efektif dan berguna bagi manajemen perpustakaan
(Lutfian.Sofware, 2009:1).
Menurut Harmawan (2009:1) sistem perpustakaan merupakan sistem
automasi perpustakaan. Di dalam sistem perpustakaan terdapat modul-modul yang
terintegrasi dari sistem yang satu ke sistem yang lain. Adapun modul-modul yang
dapat terintegrasi yaitu:
a) Modul Pengadaan
Pengadaan merupakan kegiatan pokok dari perpustakaan atau puast
dokumentasi karena kegiatan ini mengusahakan buku-buku yang dibutuhkan

3
Universitas Sumatera Utara

ada dalam koleksi. Modul pengadaan ini berfungsi untuk membuat daftar
usulan buku dan daftar pengadaan buku.
b) Modul Pengatalogan
Katalog adalah daftar barang yang berada pada suatu tempat, sedangkan
katalog perpustakaan adalah daftar bahan pustaka yang ada dalam
perpustakaan. Yang tujuannya adalah untuk memudahkan para anggota
perpustakaan untuk mengetahui koleksi perpustakaan dengan cepat. Adapun
fungsi modul pengatalogan adalah untuk mengelola data koleksi buku
maupun koleksi berkala.
c) Modul keanggotaan
Keanggotaan perpustakaan sagat perlu untuk mempermudah pengguna
dalam meminjam koleksi perpustakaan. Untuk pengurusan keanggotaan
setiap perpustakaan memiliki kebijakan sendiri. Modul keanggotaan
berfungsi untuk mengelola data anggota seperti penambahan, pengeditan
dan penghapusan data anggota.
d) Modul sirkulasi dalam kalimat yang sederhana adalah proses edar suatu
benda. Jika koleksi yang dimaksud adalah buku maka arti sirkulasi adalah
proses peredaran buku dengan berbagai jenis kegiatan transaksi antara
pengguna dengan petugas perpustakaan. Adapun pendapat SjahrialPamuntjak (2000: 97) yang menyatakan :
Peminjaman buku atau sirkulasi adalah kegiatan pengedaran koleksi
perpustakaan, baik untuk dibaca di dalam perpustakaan maupun untuk
keluar perpustakaan. Pelayanan dapat diberikan dengan sistem pelayanan
terbuka dan dengan sistem pelayanan tertutup.
d) OPAC
Otomasi perpustakaan akan memudahkan pengguna/pustakawan dalam
menelusur informasi khususnya katalog melalui OPAC.
Pengguna/pustakawan dapat menelusur suatu judul buku secara bersamaan.
Disamping itu, mereka juga dapat menelusur buku dari berbagai pendekatan.
Misalnya melalui judul, kata kunci, pengarang, kata kunci pengarang,
subyek, kata kunci subyek dsb. Sedangkan apabila menggunakan katalog
manual, pengguna/pustakawan hanya dapat akses melalui tiga pendekatan
yaitu judul, pengarang, dan subyek (Harmawan 2009:1).

Pada sistem informasi perpustakaan terdapat jaringan (network) yaitu


kumpulan dua atau lebih sistem komputer yang terhubung seperti Local Area
Network (LAN) adalah jaringan komputer yang jaringannya hanya mencakup
wilayah kecil; seperti jaringan komputer kampus, gedung, kantor, dalam rumah,
sekolah atau yang lebih kecil. Saat ini, kebanyakan LAN berbasis pada teknologi
IEEE 802.3 Ethernet menggunakan perangkat switch, yang mempunyai kecepatan
transfer data 10, 100, atau 1000 Mbit/s. Selain teknologi internet, teknologi
802.1 1b (atau biasa disebut Wi-fi) juga sering digunakan untuk membentuk LAN.

Tempat-tempat yang menyediakan koneksi LAN dengan teknologi Wi-fi biasa


4
Universitas Sumatera Utara

disebut hotspot. Secara teknis operasional, Wi-Fi merupakan salah satu varian
teknologi komunikasi dan informasi yang bekerja pada jaringan dan perangkat
WLAN (wireless local area network). Dengan kata lain, Wi-Fi adalah sertifikasi
merek dagang yang diberikan pabrikan kepada perangkat telekomunikasi
(internet) yang bekerja di jaringan WLAN dan sudah memenuhi kualitas kapasitas
interoperasi yang dipersyaratkan. Teknologi internet berbasis Wi-Fi dibuat dan
dikembangkan sekelompok insinyur Amerika Serikat yang bekerja pada Institute of
Electrical and Electronis Engineers (IEEE) berdasarkan standar teknis
perangkat bernomor 802.1 1b, 802.1 1a dan 802.16. Perangkat Wi-Fi sebenarnya
tidak hanya mampu bekerja di jaringan WLAN, tetapi juga di jaringan Wireless
Metropolitan Area Network (WMAN).
2.1.3 Manfaat Sistem Informasi Bagi Perpustakaan
Manfaat dari penerapan sistem informasi pada perpustakaan menurut
(Ishak, 2008:89) diantaranya adalah:
1 .Mengefisiensikan dan mempermudah pekerjaan dalam perpustakaan.
2.Memberikan layanan yang lebih baik kepada pengguna perpustakaan.
3.Meningkatkan citra perpustakaan
4.Pengembangan infrastruktur nasional, regional dan global.

2.1.4 Penggunaan Sistem Informasi


Penggunaan sistem informasi dapat berarti menggunakan sistem yang baru
untuk menggantikan sistem yang lama secara keseluruhan atau untuk
memperbaiki sistem yang sudah ada. Sistem yang sudah lama perlu diperbaiki
atau bahkan diganti, dapat disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya yaitu :
1. Kesalahan yang tidak sengaja, yang menyebabkan kebenaran data kurang
terjamin.
2. Tidak efisiensinya operasi pengolahan data tersebut.
3. Adanya instruksi-instruksi atau kebijaksanaan yang baru baik dari pemimpin
atau dari luar organisasi seperti peraturan pemerintah.

Untuk memudahkan para pengguna dalam mencari bahan pustaka


dibutuhkan sebuah sistem informasi perpustakaan yang baik untuk kemudahan
5
Universitas Sumatera Utara

dalam pelayanan. Dalam pembuatan sistem ini digunakan dua sistem pelayanan
terhadap pengguna perpustakaan yaitu sistem pelayanan terbuka dan sistem
pelayanan tertutup. Sistem pelayanan terbuka, pengguna dapat masuk ke ruang
penyimpanan koleksi untuk mencari dan menemukan sendiri bahan pustaka yang
di butuhkan. Sedangkan sistem pelayanan tertutup, pengguna harus minta bantuan
petugas untuk mencari bahan pustaka yang diperlukan. Dengan menggunakan
kedua sistem pelayanan tersebut dapat memberikan keleluasaan terhadap para
pengguna untuk mencari bahan pustaka yang dibutuhkan dengan bebas dan cepat.
Pengguna juga dapat mencari informasi buku yang diinginkan dengan
menyebutkan judul dan pengarang ke petugas apabila tidak dapat menemukan
pada rak buku yang ada.

2.1.5 Metode Pengembangan Sistem Informasi Perpustakaan


1. Project Coordinator
2. System Analyst & Design
3. Programmer
4. Network Designer
5. Technician (Hardware)
6. Database Administrator
7. Documenter
8. Software Tester
9. Graphic Designer

2.1.6 Azas-Azas Sistem Informasi


Azaz -azaz di sini berupa prinsip yang menjiwai sistem informasi baik
pengembangan,

pemeliharaan

dan

pengoperasiannya.

Untuk

lingkungan

perpustakaan ada lima azaz menurut Effendi, (2008:4) yaitu :

6
Universitas Sumatera Utara

1. Azas pengelola
Suatu sistem informasi dapat diselenggarakan apabila ada suatu unit kerja yang
diberi tanggug jawab untuk mengelolanya. Tugas pengelola ini adalah
melaksanakan

koordinasi

dalam

pengembangan,

pemeliharaan

dan

pengoperasian, melayani permintaan data, pengembangan teknik atau


metode analisis dalam rangka pendayagunaan informasi, dan bertanggung
jawab atas semua kualitas data dan informasi yang dihasilkan.
2. Azas kepekaan
Sistem informasi dapat berguna apabila memberi layanan sesuai dengan
apa yang seharusnya diperlukan. Untuk itu diperlukan peremajaan
(update) agar penyusunan informasi sesuai dengan keadaan lapangan.
Suatu mekanisme yang harmonis antara sumber data dengan pusat
penyimpanan data harus saling menguntungkan. Oleh karena itu informasi
yang dihasilkan harus mempunyai beragam bentuk dan secara langsung
mampu memberikan semacam "warning" kepada penerima informasi
tentang adanya faktor-faktor negatif yang perlu segera ditanggulangi.
3. Azas kesederhanaan
Sistem informasi harus tersusun dari serangkaian perangkat keras,
perangkat lunak dan juga prosedur yang mudah dimengerti maupun
dioperasikan serta dipelihara oleh seluruh unit kerja, agar dapat dihindari
kemungkinan kesalah pahaman atau peluang terjadinya penyimpangan.
Untuk itu harus ada ketentuan yang jelas dan sistematik dalam membantu
terselenggaranya perputaran roda sistem informasi manajemen.
Dari semua pengertian dasar dan azaz-azaz ini, serta saling keterkaitan
yang terkandung di dalamnya maka dapat ditarik beberapa kesimpulan di mana
secara ringkas dapat dinyatakan menurut Effendi, (2008:5) bahwa :
1. Ouput dari sistem informasi adalah informasi. Relevansi dan kualitas
informasi yang dihasilkan tergantung sepenuhnya pada keinginan manusia.
Sistem informasi harus mengandung empat komponen, yaitu: data, perangkat
keras, perangkat lunak, dan manusia. Perangkat keras maupun perangkat lunak

7
Universitas Sumatera Utara

hanya merupakan alat bantu yang tidak akan melakukan apapun apabila tidak ada
data yang diproses dan tidak ada yang memerintahkan. Ada tiga peranan manusia
yang diperlukan oleh sistem informasi yaitu sebagai pemberi data, pengolah, dan
pengguna data. Ketiga peranan ini merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan
dimana yang satu tidak merasa lebih penting dari yang lain. Peranan ini tidak ada
hubungannya dengan jabatan struktural dan berlaku sangat relatif terhadap lingkup
permasalahannya.
2. Sistem informasi harus mempunyai kejelasan tujuan dan bukan berarti
komputerisasi total. Komputerisasi hanya dikenakan secara selektif terhadap
aktivitas-aktivitas yang berhubungan dengan data yang berskala besar tapi
memerlukan proses yang menuntut ketelitian dan kecepatan tinggi dimana
pekerjan secara manual sudah tidak mungkin dipertahankan.

3. Sistem informasi adalah proses yang berlangsung secara periodik dan


beroperasi dalam suatu siklus yang bergerak secara teratur. Oleh karena
itu, suatu sistem informasi lebih berorientasi pada informasi yang bersifat
rutin.
4. Sistem informasi memerlukan satu pengelola yang berperanan sebagai
koordinator baik dalam pemeliharaan maupun dalam pengembangannya. Ini
berarti bahwa sistem informasi perlu diwadahi dalam bentuk fungsi tersendiri
dari suatu organisasi atau unit kerja. Dari konsepsi teoritis di atas jika
dikaitkan

dengan

pengelolaan

perpustakaan

maka

sistem

informasi

diperpustakaan harus dikelola oleh tenaga yang professional yang memiliki


keahlian dalam menata dan menyimpan literatur sehingga memudahkan
pengunjung dalam mencari literatur yang di perlukan. Dalam penyimpanan
penataan buku sebagaimana perlu diingat aspek-aspek kepekaan, dalam arti
dalam menata buku harus mampu memberikan pelayanan terbaik bagi para
pengunjung, aspek Kesederhanaan artinya penataan buku harus memudahkan
para pengunjung dalam mencari literaturnya sebab yang mereka butuhkan
adalah informasi.

8
Universitas Sumatera Utara

2.1.7 Fitur-Fitur Sistem Informasi


Fitur-fitur yang biasa digunakan dalam menerapkan sistem informasi
manajemen pada perpustakaan (Lutfian Sofware, 2009:2) yaitu:
1. Modul Data Induk Anggota
Menyediakan fasilitas untuk menambah, mengedit dan menghapus data
anggota perpustakaan.
2. Modul Data Induk Buku
Fasilitas untuk menambah, mengedit dan menghapus data buku -buku
perpustakaan.
3. Modul Data Induk Inventaris Buku
Digunakan untuk memasukkan data inventaris buku (fisik), seperti Nomor
Inventaris, Tanggal Inventaris dan Asal Buku.
4. Modul Transaksi
Merupakan fasilitas untuk mencatat peminjaman dan pengembalian buku
maupun perpanjangan peminjaman.
5. Modul Pencatatan Buku Hilang/Rusak
Pendataan buku yang hilang / rusak serta biaya penggantiannya.
6. Konfigurasi
Konfigurasi sistem seperti jumlah maksimal peminjaman buku, lama
peminjaman, denda per hari, jumlah maksimal perpanjangan buku, dan
lain-lain.
7. Cetak Laporan
Laporan-laporan yang dapat dihasilkan, antara lain :
Laporan Anggota Berdasar Jurusan
Laporan Anggota Berdasar Tanggal Mendaftar
Laporan Buku Berdasar Jurusan
Laporan Inventaris Buku
Laporan Peminjaman Per Periode
Laporan Peminjaman Berdasar No. Mhs
Laporan Pengembalian Per Periode
Laporan Buku Yang Belum Dikembalikan
Laporan Denda Per Periode
Laporan Buku Hilang/Rusak, dan lain-lain.
8. Setup User
Setting administrator dan user beserta hak akses terhadap sistem.

9
Universitas Sumatera Utara

2.2 Evaluasi
2.2.1 Pengertian Evaluasi
Istilah evaluasi atau penilaian adalah sebagai terjemahan dari istilah asing
evaluation. Sebagaimana dikemukakan Bloom (1971:1) Evaluasi adalah
pengumpulan bukti-bukti yang cukup untuk kemudian dijadikan dasar penetapan
ada tidaknya perubahan dan derajat perubahan yang terjadi pada diri siswa atau
anak didik.
Sedangkan menurut Worthen dan Sanders (1979:129) evaluasi adalah,
process of delineating, obtaining and providing useful information for judging
decision alternatives. Dengan kata lain ada beberapa unsur yang terdapat dalam
evaluasi yaitu: adanya sebuah proses, perolehan, penggambaran, penyediaan
informasi yang berguna dan alternatif keputusan.
Dari pendapat di atas, evaluasi atau penilaian dapat di artikan sebagai
suatu usaha untuk memberikan nilai terhadap hasil pengukuran untuk pencapaian
tujuan.
Arikunto (2002:36) menyatakan bahwa,
evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang
bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk
menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil keputusan. Fungsi
utama evaluasi dalam hal ini adalah menyediakan informasi-informasi
yang berguna bagi pihak decision maker untuk menentukan kebijakan
yang akan diambil berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan.
Sedangkan menurut Matthews (2007:7),
Evaluasi adalah process of delineating, obtaining and providing useful
information for judging decision alternatives. Artinya evaluasi merupakan
proses menggambarkan, memperoleh, dan menyajikan informasi yang
berguna untuk merumuskan suatu alternative keputusan. Dalam evaluasi
ada beberapa unsur yang terdapat dalam evaluasi yaitu : adanya sebuah
proses (process), perolehan (obtaining), penggambaran (delineating),
penyediaan (providing), informasi yang berguna (useful information) dan
alternative keputusan (decision alternatives).

10
Universitas Sumatera Utara

Roznovski (2001:4) juga memaparkan evaluasi sebagai setiap usaha atau


proses dalam menentukan nilai. Secara khusus evaluasi atau penilaian juga
diartikan sebagai proses pemberian nilai berdasarkan data kuantitatif hasil
pengukuran untuk keperluan pengambilan keputusan.
Menurut Worthen dan Sanders (1979:1) mengartikan evaluasi adalah
mencari sesuatu yang berharga (worth). Sesuatu yang berharga tersebut dapat
berupa informasi tentang suatu program, produksi serta alternatif pro sedur
tertentu. Karenanya evaluasi bukan merupakan hal baru dalam kehidupan
manusia sebab hal tersebut senantiasa mengiringi kehidupan seseorang. Seorang
manusia yang telah mengerjakan suatu hal, pasti akan menilai apakah yang
dilakukannya tersebut telah sesuai dengan keinginannya semula.
Evaluasi adalah sebuah proses dimana keberhasilan yang dicapai
dibandingkan dengan seperangkat keberhasilan yang diharapkan. Perbandingan
ini kemudian dilanjutkan dengan pengidentifikasian faktor-faktor yang
berpengaruh pada kegagalan dan keberhasilan. Evaluasi ini dapat dilakukan secara
internal oleh mereka yang melakukan proses yang sedang dievaluasi ataupun oleh
pihak lain, dan dapat dilakukan secara teratur maupun pada saat-saat yang tidak
beraturan. Proses evaluasi dilakukan setelah sebuah kegiatan selesai, dimana
kegunaannya adalah untuk menilai/menganalisa apakah keluaran, hasil ataupun
dampak dari kegiatan yang dilakukan sudah sesuai dengan yang diinginkan.
Karenanya, dalam keberhasilan ada dua konsep yang terdapat didalamnya
yaitu efektifitas dan efisiensi. Efektifitas merupakan perbandingan antara output
dan inputnya, sedangkan efisiensi adalah taraf pendayagunaan input untuk
menghasilkan output lewat suatu proses.
Kriteria untuk memilih efektifitas standar (Sulistina, 2009:7) adalah :
a. Tingkat yang sesuai dengan kebutuhan yang telah dirancang sebelumnya.
b. Kemudian penerapannya
c. Informasi standar yang tepat serta terpilih padanya
d. Pemakai menerimanya
e. Apabila diterapkan pada masyarakat yang berbeda atau sesuai terkenal akan
mempunyai hasil yang sesuai.

11
Universitas Sumatera Utara

Penelitian evaluasi adalah pengumpulan informasi tentang hasil yang telah


dicapai oleh sebuah program yang dilaksanakan secara sistematik dengan
menggunakan metodologi ilmiah sehingga dapat dihasilkan data yang akurat dan
obyektif.
Dari pengertian-pengertian tentang evaluasi yang telah di kemukakan
beberapa ahli di atas, dapat diambil kesimpulan tentang evaluasi yakni, evaluasi
merupakan suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk mengukur dan
memberi nilai secara obyektif dan valid, dimana seberapa besar manfaat
pelayanan yang telah dicapai berdasarkan tujuan dari obyek yang seharusnya
diberikan dan yang nyata apakah hasil-hasil dalam pelaksanaan telah efektif dan
efisien.

2.2.2 Teknik Evaluasi


Secara garis besar alat penilaian dapat dibedakan menjadi dua macam,
yaitu tes dan non-tes. Alat yang berupa non-tes dapat berupa (1) skala bertingkat
untuk mengukur sikap, pendapat, keyakinan, dan nilai, (2) wawancara, dan (3)
pengamatan. Penggunaan alat-alat evaluasi tergantung pada apa yang akan di
evaluasi (Umar, 2002 : 45).
Suatu sistem informasi bisa dievaluasi menurut tiga ukuran (Davis,
1988:3) yaitu :
1. Evaluasi Teknis
Evaluasi teknis atas aplikasi baru menyelidiki apakah secara teknis
layak untuk menjalankan pengolahan informasi yang diusulkan. Banyak
aplikasi adalah diluar jangkauan kemampuan teknis dari perangkat keras dan
perangkat lunak yang tersedia untuk pemakaian.
2.Evaluasi Operasional
Pertimbangan kelayakan operasional bertalian dengan masalah
apakah data masukan dapat disediakan dan keluaran dapat digunakan dan benar
dipakai. Misalnya, secara teknis adalah mungkin bagi penjual untuk
mengadakan hubungan telepon dengan pembeli dalam setiap penjualan, tetapi
secara operasional hal ini adalah tidak praktis.

12
Universitas Sumatera Utara

3 .Evaluasi Ekonomis
Bilamana suatu proyek diusulkan, proyek itu perlu mangalami pengujian
kelayakan ekonomis. Setelah pemasangannya, proyek itu perlu ditelaah secara
periodik menurut ukuran biaya/efektifitas. Dalam menilai kelayakan ekonomis
dari proyek dan mengevaluasi manfaat ekonomis SIM.

2.2.3 Model Evaluasi Sistem Informasi


Penerimaan terhadap sistem informasi dapat diukur dengan beberapa
model evaluasi yang sudah dikembangkan saat ini. Banyak model evaluasi yang
digunakan untuk mengukur penerimaan sebuah sistem informasi.
Ada beberapa model yang biasa digunakan dalam evaluasi sistem
informasi, diantaranya adalah :
1. Technology Acceptance Model (TAM)
Technology Acceptance Model (TAM). Model (TAM) dikembangkan oleh
Davis (1989) yang mengadaptasi model TRA (Theory of Reasoned Action).
Perbedaan mendasar antara TRA dan TAM adalah penempatan sikap-sikap dari
TRA, dimana TAM memperkenalkan dua variabel kunci, yaitu perceived ease of
use (kemudahan) dan perceived usefulness (kebermanfaatan) yang memiliki
relevancy pusat untuk memprediksi sikap penerimaan pengguna (Acceptance of
IT) terhadap teknologi komputer. Davis (1989) dalam 2 penelitian yang
melibatkan 152 pengguna dan 4 buah aplikasi program menemukan adanya dua
variabel penting yang menentukan penerimaan terhadap teknologi informasi yakni
kebermanfaatan dan kemudahan. Selain itu Davis (1989) menemukan bahwa
faktor kebermanfaatan secara signifikan berhubungan dengan penggunaan sistem
saat ini dan mampu memprediksi penggunaan yang akan datang. Faktor
kebermanfaatan disini didefinisikan sebagai sejauh mana seseorang meyakini
bahwa penggunaan teknologi/sistem tertentu akan meningkatkan kinerja.
Sementara kemudahan diartikan sebagai tingkat dimana seseorang meyakini
bahwa penggunaan sistem informasi adalah mudah dan tidak memerlukan usaha
keras dari pemakainya untuk bisa menggunakannya. Oleh karena itu, berdasarkan
studi yang sudah dilakukan oleh Davis dapat dikatakan bahwa dalam
mengembangkan sebuah sistem informasi (termasuk sistem informasi

perpustakaan) perlu dipertimbangkan faktor kebermanfaatan dan kemudahan dari


13
Universitas Sumatera Utara

pengguna sistem informasi (Surachman, 2008:10).


2. End-User Computing (EUC) Satisfaction
Perceived
usefulness
Behavioral
Intention to Use

Actual System
Use

Perceived
Ease of Use
Sumber : Davis et.al. (1989), Venkatesh et. al. (2003)

Gambar 1 Technology Acceptance Model (TAM)

Merupakan satu metode yang menggunakan pengukuran kepuasan sebagai


satu bentuk evaluasi sistem informasi. Model evaluasi ini dikembangkan oleh Doll
& Torkzadeh dimana menekankan pada kepuasan (satisfaction) pengguna akhir
terhadap aspek teknologi. Penilaian kepuasan tersebut dilihat dari 5 buah
perspektif yakni, isi (content), keakuratan (accuracy), format, kemudahan
pengunaan (ease of use), dan waktu (timeliness). Model ini telah banyak
diujicobakan oleh peneliti lain untuk menguji reliabilitasnya dan hasilnya
menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna meskipun instrumen ini
diterjemahkan dalam berbagai bahasa yang berbeda (Eris L. 2006: 1).

Sumber : Doll et al. 1995 disitasi oleh Chin et al. 2000


Gambar 2 End-User Computing (EUC) Satisfaction

3. Task Technology Fit (TTF) Analysis.


Dikembangkan oleh Goodhue dan Thompson pada tahun 1995. Inti dari
14
Universitas Sumatera Utara

model Task Technology Fit adalah sebuah konstruk formal yang dikenal sebagai
Task-Technology Fit (TTF), yang merupakan kesesuaian dari kapabilitas teknologi
untuk kebutuhan tugas dalam pekerjaan yaitu kemampuan teknologi informasi
untuk memberikan dukungan terhadap pekerjaan (Dishaw et al., 2002). Model
TTF memiliki 4 konstruk kunci yaitu Task Characteristics, Technology
Characteristics, yang bersama-sama mempengaruhi konstruk ketiga TTF yang
balik mempengaruhi variabel outcome yaitu Performance atau Utilization. Model
TTF menempatkan bahwa teknologi informasi hanya akan digunakan jika fungsi
dan manfaatnya tersedia untuk mendukung aktivitas pengguna (Eris L. 2006:1).

T
a
s
k

Performance
Impacts

C
h
a
r
a
c
t
e
r
i
s
t
i
c
s

15
Universitas Sumatera Utara

16
Universitas Sumatera Utara

Task-Technology
Fit

17
Universitas Sumatera Utara

18
Universitas Sumatera Utara

Utilization

Technology
Characteristics
Sumber : Goodhue and Thompson (1995) Dishaw et al., 2002

Gambar 3 Task Technology Fit (TTF) Analysis

4. Human-Organization-Technology (HOT) Fit Model


Yusof et al. (2006) memberikan suatu kerangka baru yang dapat
digunakan untuk melakukan evaluasi sistem informasi yang disebut HumanOrganization-Technology (HOT) Fit Model. Model ini menempatkan komponen
penting dalam sistem informasi yakni Manusia (Human), Organisasi

19
Universitas Sumatera Utara

(Organization) dan Teknologi (Technology) dan kesesuaian hubungan di


antaranya. Komponen Manusia (Human) menilai sistem informasi dari sisi
penggunaan sistem (system use) pada frekwensi dan luasnya fungsi dan
penyelidikan sistem informasi. System use juga berhubungan dengan siapa yang
menggunakan (who use it), tingkat penggunanya (level of user), pelatihan,
pengetahuan, harapan dan sikap menerima (acceptance) atau menolak (resistance)
sistem. Komponen ini juga menilai sistem dari aspek kepuasan pengguna (user
satisfaction). Kepuasan pengguna adalah keseluruhan evaluasi dari pengalaman
pengguna dalam menggunakan sistem informasi dan dampak potensial dari sistem
informasi. User satisfaction dapat dihubungkan dengan persepsi manfaat
(usefulness) dan sikap pengguna terhadap sistem informasi yang dipengaruhi oleh
karakteristik personal. Kepemimpinan, dukungan dari top manajemen dan
dukungan staf merupakan bagian yang penting dalam mengukur keberhasilan
sistem. Sedangkan lingkungan organisasi terdiri dari sumber pembiayaan,
pemerintahan, politik, kompetisi, hubungan interorganisasional dan komunikasi.
Komponen teknologi terdiri dari kualitas sistem (system quality), kualitas
informasi (information quality) dan kualitas layanan (service quality). Kualitas
sistem dalam sistem informasi di institusi pelayanan kesehatan menyangkut
keterkaitan fitur dalam sistem termasuk performa sistem dan user interface.
Kemudahan penggunaan (ease of use), kemudahan untuk dipelajari (ease of
learning), response time, usefulness, ketersediaan, fleksibilitas, dan sekuritas
merupakan variabel atau faktor yang dapat dinilai dari kualitas sistem. Kualitas
informasi berfokus pada informasi yang dihasilkan oleh sistem informasi
termasuk rekam medis pasien, laporan dan peresepan. Kriteria yang dapat
digunakan untuk menilai kualitas informasi antara lain adalah kelengkapan,
keakuratan, ketepatan waktu, ketersediaan, relevansi, konsistensi, dan data entry.
Sedangkan kualitas layanan berfokus pada keseluruhan dukungan yang diterima
oleh service provider sistem atau teknologi. Service quality dapat dinilai dengan
kecepatan respon, jaminan, empati dan tindak lanjut layanan (Eris L. 2006:1).

20
Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai