Anda di halaman 1dari 7

Abstrak

Organisasi menurut Stephen P. Robbins dan Mary Coulter merupakan suatu


pengaturan orang-orang dengan sengaja untuk mencapai tujuan tertentu. Himastron
ITB sebagai salah satu organisasi kemahasiswaan di kampus ITB tak luput dari upaya
memberdayakan orang-orang ini. Mau tidak mau, para anggotanya dilatih
secara direct practices untuk memenej organisasi yang terbilang unik ini. Unik karena,
untuk saat ini, masih merupakan satu-satunya organisasi mahasiswa Astronomi satusatunya di Indonesia dengan kuantitas anggotanya yang jauh lebih sedikit dari
himpunan departemen lain di ITB. Sebagai organisasi mahasiswa dengan laju
pergantian kepengurusan yang cepat, kurang lebih satu tahun masehi, upaya
pembenahan maupun pengembangan organisasi menjadi tantangan tersendiri. Tak
bisa dipungkiri, grafik naik dan turunnya organisasi ditentukan oleh para pemegang
kekuasaan yang direpresentasikan sebagai Pengurus Himastron ITB. Dari pengalaman
penulis selama kurang lebih lima tahun berada di Himastron ITB, penulis menggali
remah-remah manis-pahitnya masa lalu yang pernah penulis alami untuk mencoba
meneropong dan memberi gambaran bagaimana Himastron ITB ke depannya.
Kata Kunci. himastron itb sejarah; PDCA Plan, Do, Check, Action

1. Gerbang Pembuka
Permintaan Taufiqurrahman selaku Ketua Divisi Kaderisasi untuk memberikan suatu wacana
ke-Himastron-an kepada kawan-kawan 2004 sungguh suatu kegembiraan bagi saya. Saya seperti
diingatkan pada masa lalu saat harus melakukan kegiatan kaderisasi awal, bersama-sama
Pengurus Himastron ITB pada saat itu, berhadapan dengan muka-muka baru yang tentu saja
menyegarkan sekaligus juga membuat grogi. Melihat wajah-wajah muda membuat saya serasa
seperti seumuran dengan kawan-kawan 2004. Penuh semangat dan sangat berenergi!
Saya diamanati oleh pengurus untuk menyampaikan materi tentang sejarah Himastron
(periode 1999-sekarang), Himastron ITB dan Kemahasiswaan ITB, serta gambaran Himastron ITB
masa datang. Tidak mudah memang untuk menyampaikan seluruh materi ini secara lengkap
namun saya akan mencoba menyusun garis besarnya dalam manuskrip ini karena, mengutip
tulisan Malasan pada acara Latihan Kepemimpinan dan Organisasi (LKO) Himastron ITB tanggal 28
Januari 1996, Untuk menyurutkan pikiran 5 tahun ke belakang bukanlah pekerjaan
ringan. Berbeda dengan Malasan, kali ini selain menyurutkan pikiran, saya juga dituntut untuk
memanjangkan pikiran beberapa tahun ke depan yang tentu saja membuat dahi saya berkerut.
Tapi tak mengapa, justru ini menjadi tantangan bagi saya.
Dalam proses menyurutkan pikiran tentunya saya tidak bisa menyandarkan pada memori di
otak saya saja. Kodifikasi Laporan Pertanggung- jawaban (LPJ) yang dimulai sejak kepengurusan
Himastron ITB periode 2001/2002 sampai dengan LPJ Pengurus periode 2003/2004 sungguh
sangat membantu saya. Budaya pengkodifikasian ini sebaiknya terus dilakukan agar generasigenerasi Himastron ITB masa datang dapat belajar dari masa lalu agar tidak mengulangi
kesalahan yang pernah terjadi. Dengan demikian Himastron ITB akan selalu dalam kondisi
perbaikan dan pengembangan. Tentunya apabila ada nilai-nilai positif yang bisa diambil dari masa
lalu tidak ada salahnya untuk diteruskan dengan dibumbui inovasi masa kini. Catatan-catatan
pribadi penulis yang terangkum dalam Buku Catatan Perjalanan Pengembara Malam juga sangat
membantu me-refresh-kan memori penulis dengan kondisi masa lalu Himastron ITB yang penuh
gejolak. Diharapkan manuskrip ini dapat menambah wawasan kawan-kawan Himastron ITB agar
dapat berkiprah dalam wadah yang kita cintai ini.

2. Menengok Masa Lalu


Tidak banyak yang bisa penulis ceritakan pada tahun 1999 karena saat itu posisi saya,
bersama rekan-rekan 1999, merupakan calon anggota Himastron ITB yang sedang menjalankan

kaderisasi anggota. Berhubung kawan-kawan 2004 saat ini sedang menjalankan kaderisasi awal,
tentunya kurang bijak jika penulis paparkan apa saja yang penulis alami saat penulis menjalankan
kaderisasi karena ibarat UTS (Ujian Tengah Semester) atau UAS (Ujian Akhir Semester), tentu
ujian nggak asyik jika soalnya telah kita ketahui. Nggakmenantang bok! Berdasarkan pengamatan
penulis, materi kaderisasi untuk setiap himpunan pada prinsipnya sama hanya saja metode
pelaksanaannya berbeda-beda tergantung dari kebijakan pengurusnya. Hal ini diperkuat dalam
manuskrip yang berhasil dikodifikasi pada saat Kabinet KM-ITB dipimpin oleh Dawam (2002)
tentang kaderisasi anggota beberapa himpunan di ITB.
Perlu dicatat di sini, setiap kepengurusan di Himastron ITB (mungkin juga sama di himpunan
lain) dibangun dan dilakukan oleh dua angkatan. Mengingat kuantitas anggota yang sedikit, maka
jangan takut kalau di Himastron ITB kawan-kawan 2004 tidak dapat belajar. Saya lebih memilih
menggunakan kata belajar daripada bekerja karena di Himastron ITB, seperti halnya di himpunanhimpuanan lain, Anda tidak pernah mendapat suatu gaji apabila berkecimpung di dalamnya.
Bekerja identik dengan kita dapat uang, namun yang kita lakukan di Himastron ITB lebih bersifat
suka rela. Kita berupaya untuk selalu belajar dan dalam belajar ini, kita akan mendapatkan
pengalaman yang tidak dapat diukur dengan materi. Materi terkadang akan menyusul begitu kita
mau belajar. Saya ambil contoh apabila kita melakukan kegiatan pengamatan langit di berbagai
sekolah-sekolah di seantero jagat, maka biasanya pihak-pihak sekolah ini akan memberikan
semacam fee kepada kita. Dari materi ini kita dapat melakukan semacam acara keakraban bagi
para anggota sehingga kita dapat merasakan bagaimana nikmatnya mengkonsumsi makanan yang
berasal dari keringat kita sendiri walaupun hanya tahu-tempe sebagai lauknya. Tentunya ini hanya
contoh kecil dan masih banyak contoh-contoh lain yang tidak bisa saya sebutkan satu-persatu di
sini mengingat media yang terbatas. Jadi, persiapkan diri kawan-kawan 2004 untuk membuka
gerbang pintu Himastron ITB agar dapat BELAJAR di dalamnya! Kemauan adalah kunci
pembelajaran.
Saya akan membagi masa lalu dalam rentang beberapa kepengurusan dan sebelumnya kita
akan menyamakan istilah dulu. Para awak Himastron ITB biasanya menggunakan panggilan
sayang kepada Himastron ITB dengan sebutan H* (baca: H Bintang). Selanjutnya saya akan
menggunakan panggilan sayang ini, H*, yang mengacu pada Himastron ITB.
2.1 Masa Kepengurusan Ajie Wibowo
Masa kepengurusan ini merupakan masa kepengurusan dengan mahasiswa Astronomi
angkatan 98 yang menjadi nahkodanya (baca: Kahim). Komponen kepengurusan adalah angkatan
98 dan 99. Bagi penulis, kepengurusan ini merupakan pengalaman pertama dalam menaiki kapal
H*. Nahkoda kapal memercayakan penulis sebagai Ketua Divisi Rumah Tangga, sebuah posisi yang
strategis karena berhubungan dengan seketariat kita yang berada di puncak gedung Labtek III.
Pada masa ini, H* lebih berkutat pada permasalahan intern sehingga dalam urusan ke luar, baik
berhubungan dengan Kabinet KM-ITB maupun berhubungan dengan kegiatan pengabdian
masyarakat, H* sudah kehabisan energi. Kegiatan pengabdian masyarakat yang pernah dilakukan
adalah pemutaran film Astronomi selama sepekan disertai dengan diskusi singkat tentang film
tersebut dilihat dari aspek Astronomi. Yang menarik adalah mimpi untuk melaksanakan
kegiatan Spaceweek, suatu kegiatan masif yang membutuhkan dukungan semua anggota,
telah kepikiran namun belum bisa dilaksanakan karena permasalahan intern tadi. Saat rapat
anggota di akhir kepengurusan, LPJ kepengurusan ditolak oleh anggota H*.
2.2 Masa Presidium
Presidium merupakan masa di mana hubungan eksternal dan pembenahan internal H*
dilakukan dengan membagi puncak pimpinan menjadi tiga yaitu Maria Masniari sebagai Ketua
Presidium Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia, M. Zaid Wachyudi sebagai Ketua
Presidium Bidang Intern, dan Rukman Nugraha sebagai Ketua Presidium Bidang Ekstern. Perlu
diketahui, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Himastron ITB (AD/ART H*) yang
menjadi arah gerak H* masih tumpang tindih. Hal ini disebabkan adanya dua AD/ART H* yang
berlaku yaitu AD/ART 1978 dan AD/ART revisi. AD/ART 1978 merupakan AD/ART resmi namun
dari segi aturan sudah sangat tidak representatif untuk dipakai pada masa kini. Sedangkan

AD/ART revisi tentunya belum dapat digunakan karena AD/ART revisi ini belum disahkan.
Karenanya, salah satu tugas dari Presidium adalah menggodok AD/ART baru dan Alhamdulliah,
tugas ini berhasil dilakukan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Himastron ITB
2001 sebagai produknya.
Hal lain yang menurut penulis penting pada masa ini adalah penyelenggaraan LKO tanggal 2526 Agustus 2001 di Cihanjuang, Lembang. Peserta dari LKO ini antara lain anggota H* angkatan
99 dan 2000. Pembahasan SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Treat) sangat membantu
penulis, yang nantinya diamanahi jabatan Ketua H*, dalam mengarahkan kapal H* dengan ujung
tombak anggota H* angkatan 99 dan 2000.
2.3 Masa Kepengurusan Aldino Adry Baskoro
Boleh dikatakan, kepengurusan periode ini merupakan uji coba dari Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga Himastron ITB 2001. Kondisi internal diperbaiki dan hubungan dengan
lembaga lain semisal Departemen Astronomi maupun himpunan lain mulai dijalin kembali.
Perbaikan kondisi internal meliputi menyamankan suasana rapat, memperbaiki sistem
pengarsipan, melakukan pembersihan sekretariat secara kontinu, dan meningkatkan kas H*.
Dulu, kebanyakan anggota pengurus H* pada masa itu, ketika mendengar kata rapat, persepsi
yang terbayang di kepala adalah sesuatu yang sangat membosankan karena suasana yang serius.
Rapat-rapat H* kemudian dirombak dengan suasana yang santai dan serius, terkadang bercanda
namun tidak melupakan inti pembahasan. Pimpinan rapat pada setiap pertemuan dirolling (bergantian), agar setiap anggota pengurus merasakan bagaimana nikmatnya menjadi
pimpinan rapat ini. Hal ini juga berlaku apabila H* membuat suatu kegiatan baik itu syukuran
wisuda, pengamatan langit malam, maupun kegiatan lainnya. Tujuannya sama, agar setiap
anggota, khususnya pengurus, merasakan bagaimana pengalaman menjadi pucuk pimpinan.
Hubungan dengan pihak departemen mulai membaik setelah H* mulai melakukan sosialisasi di
awal kepengurusan. Kepanitian syukuran wisuda yang diambil alih oleh pengurus menjadi momen
bagi departemen untuk melihat H* baru. Di bidang pengabdian masyarakat, kepercayaan diri H*
mulai tumbuh manakala H* menerima tawaran dari Pembinaan Anak Salman ITB untuk melakukan
pengamatan di daerah Cipatujah, Tasikmalaya. Perlu diketahui, saat itu, kegiatan yang sifatnya
pengabdian masyarakat lebih sering dilakukan oleh Himpunan Astronomi Amatir Bandung (HAAB)
yang notabenenya banyak menyerap anggota H* sebagai pekerjanya. Hal ini tentu saja kurang
baik sehingga Divisi Ekstern, bersama Ketua H*, pada permulaan tugasnya mulai melakukan
pembicaraan terhadap pentolan HAAB yang salah satu poinnya adalah mengatur pemberdayaan
anggota H* di HAAB. Sangat disayangkan HAAB sekarang ini sudah tidak eksis lagi.
Media komunikasi H* bertambah dengan mulai di-launching-nya homepage H* versi 1 yang
dapat diakses pada www.as.itb.ac.id/himastron. Selain itu dalam jagat maya, H* mendapat
fasilitas
berupa
alamat
email
yang
diperoleh
dari
departemen
dengan
alamathimastron@as.itb.ac.id (Terima kasih buat Departemen Astronomi!). Media email ini
terbilang efektif karena kita bisa menjalin hubungan dengan pihak luar termasuk juga memberikan
masukan-masukan kepada masyarakat baik yang ingin masuk ke Departemen Astronomi maupun
yang menanyakan tentang konsep-konsep Astronomi.
Di bidang eksternal, hubungan dengan Kabinet KM-ITB boleh dikatakan kurang karena Ketua
H* jarang mampir ke sekretariat kabinet. Namun, hubungan dengan himpunan departemen lain
cukup baik melalui forum komunikasi antara ketua himpunan departemen (FKHD = Forum
Komunikasi Himpunan Departemen). Bahkan H* pernah menjadi koordinator bulanan yaitu bulan
Juli 2002 dengan tempat pelaksanaan rapat di sekretariat H*. Banyak ketua himpunan yang
berkomentar positif ketika melihat sekretariat himpunan kita yang eksotis dan romantis ini. Eksotis
karena letaknya yang paling tinggi sehingga pemandangan ITB dari atas maupun langit biru dapat
terlihat, romantis karena jika kita beruntung, kita dapat meneropong menggunakan binokular
untuk melihat prilaku burung-burung yang sedang pacaran. Hal lainnya adalah H* mulai
melakukan hubungan dengan pihak dari luar negeri yaitu dengan Anglo Australian
Observatory (AAO) via David Malin. H* diberikan secara gratis beberapa image Astronomi
beresolusi tinggi (tepatnya 34 image) yang dapat dimanfaatkan bagi pembuatan poster maupun
dicetak dalam kertas foto. Produk ini diperbolehkan dijual di Indonesia yang tentunya sangat

bermanfaat bagi H* untuk menambah kasnya. Kerjasama ini dilakukan dalam bentuk
penandatanganan nota kesepahaman antara tiga belah pihak yaitu Ketua H*, Ketua Departemen
Astronomi, dan David Malin.
2.4 Masa Kepengurusan Achmad Setio Adinugroho
Zaman Adinugroho merupakan zaman di mana H* berhasil, untuk pertama kalinya, melakukan
kegiatan besar dalam produk yang dinamakan Spaceweek 2003 bertema October Sky:
Astronomy for all dengan diketuai oleh Dewi Pramesti (H* 01). Kegiatan ini tergolong besar bagi
Himastron karena mengingat dengan jumlah anggota yang sedikit ternyata kita mampu
melakukan hal-hal yang biasanya bisa dilakukan oleh himpunan bermassa besar. Baligo H* untuk
pertama kalinya terpasang dengan megah di boulevard. Acara yang dilakukan pada Spaceweek
2003 antara lain: Observasi Malam, Talk Show bertema Asal Usul Alam Semesta, Pemutaran
Film-Film bertema Astronomi, Seminar berjudul Mars dan Eksplorasi Angkasa, dan ditutup
oleh Astrofair. Astrofair itu sendiri terdiri dari beberapa kegiatan antara lain Astrokids berupa acara
lomba menggambar bagi anak SD, Observasi Matahari, Pameran yang menampilkan poster sejarah
penerbangan antariksa yang memiliki panjang kurang lebih 37 meter, Lomba Water Rocket antar
SMU se-Bandung, dan pagelaran musik serta hiburan.
Poster panjang antariksa ini kemudian dilirik oleh pihak departemen sehingga H* diberi
kesempatan untuk kembali menampilkan poster ini pada acara Peringatan 80 tahun Observatorium
Bosscha yang dilakukan selama seminggu bertempat di Aula Barat dan Observatorium Bosscha.
Poster ini mendapat pujian dari pihak Kementrian Ristek Republik Indonesia saat berkunjung di
Bosscha. Momen Oposisi Mars 2003 merupakan kebanggaan tersendiri bagi H*. Para pemandu
teropong di Observatorium Bosscha, selain beberapa dosen dan petugas observatorium, banyak
melibatkan anggota H*. Pada puncak Oposisi Mars yaitu tanggal 27 Agustus 2003, H* juga
melakukan observasi malam di ITB bertempat di pelataran Plaza Oktagon. Para pengunjung yang
mencapai ratusan orang menjadi tantangan tersendiri bagi H* karena dengan peralatan teropong
yang minim kita berupaya memberikan informasi yang benar tentang fenomena ini. Sepanjang
penulis di H*, baru kali ini merasakan antusiasme masyarakat terhadap astronomi. Tidak bisa
dipungkiri peran media sangat ampuh. Kepengurusan Adinugroho merupakan kepengurusan
dengan kegiatan sosialisasi ilmu astronomi terbanyak selama pengalaman penulis di H*. Istilahnya
dari kota sampai ke desa, dari gunung sampai ke lembah, telah kita susuri dengan membawa
senjata berupa teropong dan ilmu langit.
2.5 Masa Kepengurusan Muhammad Yusuf
Kepengurusan Muhammad Yusuf juga berhasil melaksanakan Spaceweek 2004 dengan
dikomandani oleh Anton William sebagai ketua Spaceweek 2004. Saat ini, William mendapat
amanah sebagai Ketua H* periode 2004/2005. Kegiatan yang dilakukan pada Spaceweek kali ini
mirip dengan tahun lalu. Yang membedakan adalah Spaceweek yang diselenggarakan oleh H*
telah tercatat di SIA (Spaceweek International Association) dengan Dennis A. Stone sebagai
koordinator volunternya. Nama H* pun kembali tercatat di dunia internasional sebagai salah satu
lembaga yang telah melakukan sosialisasi ilmu Astronomi di negaranya. Hal lain yang dilakukan
pada kepengurusan ini adalah melakukan revisi terhadap Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga Himastron ITB 2001. Revisi dianggap penting karena terdapat aturan-aturan yang ternyata
ambigu. Pembentukan tim Ad Hoc pun dilakukan dan telah menelurkan draft AD/ART baru yang
sayangnya belum sempat disahkan karena waktu yang dialokasikan untuk pembahasan pada
forum Rapat Anggota Perubahan AD/ART kurang mencukupi (sudah terbentur masa ujian dan
akhir kepengurusan).
Di bidang Astronomi, pihak Bosscha memercayakan Kuncoroyakti (H*01) sebagai koordinator
Malam Umum Bosscha. Malam Umum merupakan kegiatan open house yang dilakukan Bosscha di
mana pengamatan langit malam dilakukan dengan menggunakan teropong. Kegiatan ini
dilaksanakan pada musim kemarau sebanyak tiga hari dalam satu bulan, yaitu ketika bulan berada
pada fase bulan setengah (menuju purnama). Kegiatan pelatihan Astronomi untuk mengupgrade sisi keilmuan Astronomi anggota H* juga tetap dilanjutkan.

Yang patut dibanggakan adalah H* mendapatkan apresiasi yang baik dari Kabinet KM-ITB
saat mereka mengadakan acara yang sifatnya mengumpulkan massa anggota himpunan. Momen
ITB Fair merupakan sukses H* karena stand yang ditampilkan H* mendapat komentar yang
sangat positif dari banyak pengunjung. Arak-arakan ITB Fair yang sebelumnya dilakukan, yaitu
dengan berkeliling Bandung dengan menggunakan becak yang dihias ala himpunan departemen
diikuti oleh H* dengan cantik. Jumlah anggota H* yang turut dalam arak-arakan ini ternyata lebih
banyak dari anggota himpunan-himpunan lain. Inilah salah satu keunggulan himpunan bermassa
kecil yaitu dari segi jalur komunikasi, H* yang bermassa kecil lebih mudah mengkoordinasikan
anggotanya.

3. Meneropong Masa Depan


Louis Pasteur, penemu antibiotika penicillin, pernah mengatakan Chance Favours The
Prepared Mind, artinya kesempatan berpihak pada mereka yang siap. Pernyataan ini sangat
relevan dan jika kita hubungkan dengan H*, kita akan melihat di mana pernyataan ini berlaku.
Saya akan mengambil contoh dari salah satu misi H* yaitu mensosialisasikan ilmu Astronomi. Ada
yang beranggapan antara kuliah dan kegiatan mahasiswa keduanya tidak pas. Pernyataan ini tidak
sepenuhnya tepat. Di H*, sosialisasi ilmu Astronomi melalui kegiatan-kegiatan pengamatan baik di
Bandung maupun di luar Bandung, dapat dilakukan apabila anggotanya memiliki kemampuan
dasar tentang ilmu-ilmu Astronomi. Nah, bayangkan jika Anda tidak belajar dengan tekun saat
kuliah, maka ketika Anda harus menyampaikan ilmu ini ke publik, Anda tidak akan bisa bercerita
banyak. Pendalaman materi Astronomi di kuliah dapat diaplikasikan di H*.
Kesempatan untuk bisa mensosialisasikan ilmu ini datangnya bisa sewaktu-waktu. APRIM yang
akan dilakukan di Bali misalnya. Apa yang akan H* lakukan apabila H* diundang untuk mengisi
acara di sana? Apakah sudah ada persiapan? Atau misalnya H* diundang oleh suatu perusahaan
multinasional untuk memberikan wawasan-wawasan baru ala Astronomi kepada para manajer top
perusahaan tersebut? Apakah H* PD menerima tawaran tersebut? Kawan-kawanlah yang nantinya
harus bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang timbul dari kesempatan-kesempatan yang
mungkin datang ini.
Saya akan membagi H* masa depan menjadi dua bagian yaitu dari sudut ilmiah dan dari sudut
popularisasi ilmu Astronomi di Indonesia. Keduanya menurut penulis sangat penting karena sisi
ilmiah tidak bisa kita lepaskan karena kita belajar di sebuah institusi ilmiah bermerk gajah duduk
(ITB), sedangkan dari sisi popularisasi Astronomi, tidak bisa kita pungkiri bahwa masyarakat
Indonesia masih banyak yang mempertanyakan apa guna ilmu ini bagi mereka.

3.1 Sisi Ilmiah


H* harus berani merutinkan kajian-kajian yang sifatnya Astronomi dengan pemateri dari
anggotanya sendiri, minimal sebulan sekali. Menurut Malasan, dulu kajian-kajian seperti ini rutin
dilaksanakan di Bosscha namun sekarang tidak pernah lagi dilakukan. Malasan sendiri berniat
menghidupkan kembali Bosscha dengan kajian seperti ini dengan memanfaatkan ke-16 anak
bimbingannya. Penulis harapkan H* juga dapat meramaikan kajian ini karena sifatnya memang
terbuka.
Telah beberapa kala teropong-teropong di Bosscha merasa sangat kesepian karena
ditinggalkan mahasiswanya. Saat ini tercatat tiga teropong portable sering terlihat menganggur di
Kantor GOTO. H* harus bisa, penulis mengistilahkan, Menghimastronkan Bosscha dan MemBosscha-kan Himastron. Kegiatan-kegiatan pengamatan yang sifatnya ilmiah seharusnya dapat
dilaksanakan secara kontinu. Targetnya adalah H* mampu membuat jurnal-jurnal ilmiah yang
dipublikasikan secara internasional. Tak menutup kemungkinan H* akan diundang ke berbagai
negara untuk mempresentasikan hasil pengamatannya. Kegiatan ini tentu saja sangat didukung
oleh pihak departemen. Malasan bahkan pernah berjanji akan membuka akses sebesar mungkin

bagi penggunaan teropong walaupun sebenarnya hal itu sudah bukan lagi tanggung jawabnya. Hal
lain yang tak kalah pentingnya adalah pengadaan teropong Astronomi di H*. Teropong ini sangat
berguna apabila ada anggota-anggota H* yang bermalam di sekretariat H*. Apabila cuaca cerah,
maka dengan adanya teropong yang bersemayam di sekre H*, anggota akan lebih mudah
mempraktekkan skill penggunaan alat astronomi pengintip ini.
Tak boleh dilupakan juga hubungan-hubungan yang telah terjalin dengan luar negeri harus
tetap dijaga dan selalu ditambah baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya.
3.2 Popularisasi keilmuan Astronomi.
Pengalaman penulis ketika nimbrung di sebuah pelatihan tentang Migas di Hotel
Hyatt Bandung baru-baru ini menjadikan mimpi tersendiri bagi penulis. Training yang dilakukan
bersifat eksklusif karena pesertanya hanya empat orang dengan ruangan ber-AC yang sangat
nyaman. Kedepannya penulis sangat mengharapkan H* bisa melakukan hal yang serupa. Serupa
yang dimaksud tentunya bukan tema tetapi lebih ke suasananya yang eksklusif. Presentasi yang
kita lakukan, tentunya tentang Astronomi, ditujukan bagi masyarakat kelas atas yang haus akan
ilmu pengetahuan (sudah penulis kemukakan di atas). Tentunya mereka akan berani membayar
mahal untuk kegiatan semacam ini. Poinnya adalah kita tunjukkan dulu bahwa kita ada, baik
melalui homepage yang selalu ter-update maupun melalui profile yang kita sebarkan.
Mungkin ada yang berpendapat kok kita jadi doyan duit dan menjadi eksklusif? Tidak, bukan
ini tujuannya. Dari dana-dana besar yang kita peroleh maka kita dapat melakukan subsidi silang.
Artinya H* bisa melakukan road show, misalnya ke 10 kota besar (atau kurang banyak?) di
Indonesia, saat masa liburan akhir semester genap. Kita bisa menjangkau ke sekolah-sekolah atau
ke institusi-institusi yang kurang mampu. Dengan demikian fungsi mahasiswa sebagai guardian of
knowledge dapat kita lakukan. Kita turut mencerdaskan bangsa ini dengan produk ilmu yang kita
punyai.
Di kampus, kegiatan yang dilakukan difokuskan pada kegiatan yang melibatkan multi
himpunan.
Himpunan-himpunan
di
FMIPA
dapat
bergabung
untuk
menyelenggarakan eventsemacam Sains Fair bagi SMU-SMU di Indonesia. Konsepnya mirip dalam
film October Sky. Peserta dituntut untuk menciptakan alat. Dalam film October Sky, alat yang
dibuat oleh siswa SMU adalah roket dengan Von Braun sebagai inspiratornya.

4. Siklus PDCA berpadu dalam Riak Lingkar Gelombang Air


Mungkin apa yang saya tulis tentang masa depan H* itu terasa mengada-ada. Memang
mengada-ada karena itu tugas kitalah untuk bisa mengadakannya. Di dunia ini manusia akan
selalu melakukan dua penciptaan. Penciptaan pertama adalah di kepala kita yang berupa ide,
konsep, impian, dan sebagainya. Impian-impian ini menjadi tidak berguna apabila kita tidak
menciptakannya di alam nyata. Di alam nyata, konsep-konsep akan menjadi lebih berguna karena
dapat dilihat, dirasakan, dan diambil manfaatnya oleh orang lain maupun oleh kita sendiri.
Saya akan mencoba merumuskan pelaksanaan impian tersebut dalam suatu formula yang
akan kita sebut sebagai siklus PDCA. Formula ini saya dapatkan dari hasil diskusi dengan seorang
rekan yang telah menamatkan kuliahnya di Departemen Teknik Industri ITB.
Formula PDCA merupakan suatu siklus kerja dimana perubahan dan perbaikan menjadi dasar
utama. PDCA merupakan kependekkan dari: P = Plan (merencanakan), D = Do(mempersiapkan
rencana), C = Check (melakukan pemeriksaan terhadap rencana), dan A =Action (melakukan
aksi). Untuk mempermudahnya saya akan menggunakan contoh berikut. Andaikan H* akan
melakukan
suatu pengamatan di
pulau
Bali
dalam
acara Star Party.
H* akan
melakukan PLAN berupa mengadakan pertemuan antar anggota untuk membuat konsep seperti
apa acara yang akan dilakukan. Selanjutnya DO, H* akan mencari dan meminjam peralatan yang
diperlukan dalam pengamatan misalnya teropong, slide, proyektor dan sebagainya. Langkah
berikutnya adalah CHECK, sebelum hari H*, semua alternatif kegiatan diperiksa ulang apakah
segala perlengkapannya telah siap. Tibalah hari H, yaitu ACTION. Pengamatan pun dilakukan di
Bali. Nah, tentu saja terkadang Plan yang kita buat tidak sempurna, dalam istilah komputasi,

ada bug-nya. Karena itu dibuatlah suatu evaluasi yang nantinya akan berguna pada saat H*
melakukan kegiatan yang sama. Plan yang dibuat tentunya akan lebih mengalami perbaikan
karena telah dievaluasi dari kegiatan sebelumnya. Demikian siklus ini terus berlangsung, terlihat
pada Gambar 1, sehingga H* akan selalu menuju ke arah yang lebih baik. Nah, hasil evaluasi ini
terangkum dalam bukom rapat atau biasanya juga terkodifikasi dalam LPJ tahunan pengurus. LPJ
ini bukanlah buku yang hanya disimpan begitu saja tetapi banyak pelajaran yang bisa diambil di
dalamnya. Masa lalu adalah pelajaran, masa kini adalah pelaksanaan, masa depan adalah
perencanaan.

Anda mungkin juga menyukai