Anda di halaman 1dari 15

TECHNOPRENEURSHIP

PROPOSAL
Pembuatan Sabun Padat dari Minyak Jelantah

DISUSUN OLEH :

1. Winda Rahma Tiara

( 03121403018 )

2. Putri Ayu Wulandari

( 03121403024 )

3. Yulianto

( 03121403025 )

4. Faddel Pinasthika

( 03121403065 )

Universitas Sriwijaya
Jurusan Teknik Kimia 2012/2013

BIODATA PENGUSUL

1. Nama
NIM
Alamat
No. HP
Email

: Winda Rahma Tiara


: 03121403018
: Jalan Sapta Marga Kompleks Citra Damai 2 Blok. M. 15
Palembang
: 081373104396
: wiindarahmatiara@gmail.com

2. Nama
NIM
Alamat
No. HP
Email

:
:
:
:
:

3. Nama
NIM
Alamat

: Yulianto
: 03121403025
: Jalan Batang Hari Raya No.8 RT.42 RW.11 Perumnas Sako

No. HP
Email
4. Nama
NIM
Alamat
No. HP
Email

Putri Ayu Wulandari


03121403024
Jl. Makrayu Lrg. Masjid Assalam No. 68 RT. 24 RW. 08
085769139434
putriayuwulandarii@gmail.com

Palembang
: 082178670309
: yulianto_xavega5@hotmail.com
: Faddel Pinasthika
: 03121403065
: Jl.Rawasari No.089 RT 47 RW 10 Kel. Bukit Sangkal
Kec.Kalidoni Palembang
: 08989893305
: faddel_pinasthika@ymail.com

1. Latar Belakang Usaha


Salah satu dari sembilan bahan pokok yang dikonsumsi oleh seluruh
lapisan masyarakat ialah minyak goreng. Minyak goreng adalah minyak yang
berasal dari lemak tumbuhan atau hewan yang dimurnikan, berbentuk cair
dalam suhu kamar dan biasanya digunakan untuk menggoreng makanan.
Minyak goreng dari tumbuhan dihasilkan dari tanaman seperti kelapa, bijibijian, kacang-kacangan, jagung dan kedelai (Ketaren, 1986).
Minyak goreng dapat digunakan hingga 3 - 4 kali penggorengan. Jika
digunakan berulang kali, minyak akan berubah warna. Zat warna dalam
minyak terdiri dari dua golongan, yaitu zat warna alamiah dan warna dari
hasil degradasi zat warna alamiah. Zat warna tersebut terdiri dari dan
karotein, xanthofil, klorofil dan anthosyanin. Zat warna ini menyebabkan
minyak berwarna kuning, kuning kecoklatan dan kemerah merahan
(Djatmiko dan Widjaja, 1973, Ketaren, 1986).
Minyak yang baik adalah minyak yang mengandung asam lemak tak
jenuh yang lebih banyak dibandingkan dengan kandungan asam lemak
jenuhnya. Setelah penggorengan berkali-kali, asam lemak yang terkandung
dalam minyak akan semakin jenuh. Dengan demikian minyak tersebut dapat
dikatakan telah rusak atau dapat disebut minyak jelantah. Suhu yang semakin
tinggi dan pemanasan yang semakin dengan kadar asam lemak jenuh yang
tinggi akan mengakibatkan makanan yang lama akan meningkatkan kadar
asam lemak jenuh dalam minyak. Minyak nabati lama lama akan
meningkatkan kadar asam lemak jenuh dalam minyak. Minyak nabati dengan

kadar asam lemak jenuh yang tinggi akan mengakibatkan makanan yang
digoreng menjadi menjadi berbahaya bagi kesehatan, seperti deposit lemak
yang tidak normal, kanker, kontrol tidak sempurna pada pusat syaraf
(Djatmiko dan Widjaja, 1973, Ketaren, 1986).
Pertumbuhan jumlah penduduk, serta perkembangan industri, restoran,
dan usaha fastfood akan menyebabkan dihasilkannya minyak goreng bekas
dalam jumlah yang cukup banyak. Minyak goreng bekas ini apabila
dikonsumsi dapat menimbulkan penyakit yang membuat tubuh kita kurang
sehat dan stamina menurun. Namun apabila minyak goreng bekas tersebut
dibuang sangatlah tidak efisien dan mencemari lingkungan. Karena itu
minyak goreng bekas dapat dimanfaatkan kembali, salah satunya menjadi
produk berbasis minyak seperti sabun cair.
Sabun merupakan senyawa natrium atau kalium dengan asam lemak dari
minyak nabati atau lemak hewani bebentuk padat, lunak atau cair, dan
berbusa. Sabun dihasilkan oleh proses saponifikasi, yaitu hidrolisis lemak
menjadi asam lemak dan gliserol dalam kondisi basa. Pembuat kondisi basa
yang biasa digunakan adalah Natrium Hidroksida (NaOH) dan Kalium
Hidroksida (KOH). Jika basa yang digunakan adalah NaOH, maka produk
reaksi berupa sabun keras (padat), sedangkan basa yang digunakan berupa
KOH maka produk reaksi berupa sabun cair (Ketaren,1986).
Garam dari alkali asam lemak merupakan sabun dari reaksi saponifikasi
dengan cara memanaskan lemak dan Kalium Hidroksida (KOH) sampai
terhidrolisis sempurna. Pada penelitian terdahulu, Nur Asyiah (2009), telah

berhasil membuat sabun Natrium Hidroksida dengan konsentrasi NaOH 40%


dan temperatur proses penyabunan 450 C dari minyak goreng bekas. Untuk
proses pemurnian minyak goreng bekas, dilakukan proses netralisasi dengan
menambahkan NaOH 15% dan proses bleaching dengan menggunakan arang
aktif buatan sendiri dari arang tempurung kelapa sebanyak 7,5% dari berat
minyak goreng yang digunakan. Nur Asyiah menemukan bahwa konsentrasi
NaOH dan temperatur proses pembuatan sabun mandi mempunyai pengaruh
yang penting terhadap kualitas sabun yang dihasilkan, yaitu bila konsentrasi
NaOH yang digunakan > 40% maka sabun yang dihasilkan adalah sabun
keras yang dapat menimbulkan iritasi pada kulit. Sedangkan bila konsentrasi
NaOH yang digunakan < 40% maka sabun yang dihasilkan adalah sabun
yang sulit berbusa dan sukar membentuk sabun padat.
Sampel minyak yang digunakan berupa minyak goreng bekas
(menggoreng tahu, tempe) setelah pemakaian 1 4 kali penggorengan.
Peneliti mencoba untuk mengamati pengaruh minyak jelantah pada beberapa
kali pemakaian (1 4x) terhadap asam lemak bebas, bilangan iodin dan
warna. Serta menganalisa kualitas sabun yang dihasilkan dengan penambahan
pewarna alami yaitu pandan, sirih, dan kunyit terhadap sabun cuci piring cair.
Sehingga menghasilkan sabun cuci piring cair dengan karakterisasi yang
sesuai syarat mutu sabun cuci piring cair SNI 06-3532-1994.

2. Konsep
Pemanfaatan limbah rumah tangga berupa minyak jelantah dalam pembuatan
sabun yang berbasis teknologi ramah lingkungan diharapkan bahwa pencemaran
lingkungan sungai dan tanah akibat limbah dari minyak jelantah terhadap
masyarakat sekitar yang memanfaatkan sungai dan tanah menjadi berkurang serta
ekosistem makhluk hidup di sungai terjaga.
Kami memilih ide bisnis sabun dikarenakan pembuatan sabun termasuk
dalam salah satu proses kimia yang tidak terlalu rumit dan bisa dilakukan dalam
skala industri rumahan.
Variasi sabun yang ingin kami kembangkan adalah dari aspek bentuk
sabun tersebut. Sabun yang beredar di pasaran biasanya hanya berbentuk
sederhana seperti persegi dan oval. Maka kami ingin mencoba membuat berbagai
variasi bentuk sabun unik yang berbeda dari pasaran. Selain bentuk, kami juga
akan memberikan variasi terhadap warna-warna sabun yang akan dibuat nanti.
Konsep utama sabun yang akan kami buat tidak hanya sebagai pembersih
badan tetapi juga sabun yang bisa dijual sebagai souvenir ataupun bingkisan.
Untuk menerapkan konsep ini, maka kami membuat berbagai macam bentuk
kemasan yang menarik dan menjual.

3. Tujuan
Pemanfaatan minyak jelantah ini bertujuan untuk :
a. Untuk membuat sabun berbentuk padat;
b. Memperoleh keuntungan dengan prinsip technopreneurship;
c. Menggunakan peluang yang ada untuk memulai bisnis.

4. Manfaat
Hasil dari pemanfaatan minyak jelantah ini bermanfaat:
a. Sebagai salah satu alternatif untuk mengurangi limbah rumah tangga,
berupa minyakgoreng bekas menggoreng tahu dan tempe, yang dapat
digunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun cuci piring cair;
b. Sebagai informasi bahwa sabun cuci piring cair dapat dibuat pada
percobaan ini dari minyak goreng bekas setelah melalui proses pemurnian
yang sesuai dengan syarat mutu sabun cuci SNI 06-3532-1994;
c.
d.
e.
f.

Menginspiratif mahasiswa lain untuk berbisnis;


Melatih kemampuan technopreneurship;
Mengaplikasikan salah satu proses kimia sebagai mahasiswa teknik kimia;
Mengembangkan industri rumahan.

5. Tinjauan
Sabun adalah senyawa kimia yang dihasilkan dari reaksi lemak atau
minyak dengan Alkali. Sabun juga merupakan garam-garam Monofalen dari
Asam Karboksilat dengan rumus umumnya RCOOM, R adalah rantai lurus
(alifatik) panjang dengan jumlah atom C bervariasi, yaitu antara C12-C18 dan
M adalah kation dari kelompok alkali atau Ion Ammonium. Sabun sendiri
tidak pernah secara aktual ditemukan, namun berasal dari pengembangan
campuran antara senyawa alkali dan lemak/minyak.
Bahan baku dalam pembuatan sabun adalah minyak atau lemak dan
senyawa alkali (basa). Bahan pendukung dalam pembuatan sabun digunakan
untuk menambah kualitas produk sabun, baik dari nilai guna maupun dari
daya tarik. Bahan pendukung yang umum dipakai dalam proses pembuatan

sabun di antaranya natrium klorida, natrium karbonat, natrium fosfat, parfum,


dan pewarna.
Sabun dibuat dengan reaksi penyabunan . Reaksi penyabunan atau yang
biasanya dikenal dengan reaksi saponifikasi, dengan menggunakan alkali
adalah adalah reaksi trigliserida dengan alkali (NaOH atau KOH) yang
menghasilkan sabun dan gliserin. Reaksi penyabunan dapat ditulis sebagai
berikut :
C3H5(OOCR)3 + 3 NaOH -> C3H5(OH)3 + 3 NaOOCR (Fessenden &
fesssenden)
Reaksi pembuatan sabun atau saponifikasi menghasilkan sabun sebagai
produk utama dan gliserin sebagai produk samping. Gliserin sebagai produk
samping juga memiliki nilai jual. Sabun merupakan garam yang terbentuk
dari asam lemak dan alkali. Sabun dengan berat molekul rendah akan lebih
mudah larut dan memiliki struktur sabun yang lebih keras. Sabun memiliki
kelarutan yang tinggi dalam air, tetapi sabun tidak larut menjadi partikel yang
lebih kecil, melainkan larut dalam bentuk ion.
Sabun pada umumnya dikenal dalam dua wujud, sabun cair dan sabun
padat. Perbedaan utama dari kedua wujud sabun ini adalah alkali yang
digunakan dalam reaksi pembuatan sabun. Sabun padat menggunakan
natrium hidroksida/soda kaustik (NaOH), sedangkan sabun cair menggunakan
kalium hidroksida (KOH) sebagai alkali. Selain itu, jenis minyak yang
digunakan juga mempengaruhi wujud sabun yang dihasilkan. Minyak kelapa

akan menghasilkan sabun yang lebih keras daripada minyak kedelai, minyak
kacang, dan minyak biji katun.
Bahan Baku: Minyak/Lemak
Minyak/lemak merupakan senyawa lipid yang memiliki struktur berupa
ester dari gliserol. Pada proses pembuatan sabun, jenis minyak atau lemak
yang digunakan adalah minyak nabati atau lemak hewan. Perbedaan antara
minyak dan lemak adalah wujud keduanya dalam keadaan ruang. Minyak
akan berwujud cair pada temperatur ruang ( 28C), sedangkan lemak akan
berwujud padat.
Minyak

tumbuhan

maupun

lemak

hewan

merupakan

senyawa

trigliserida. Trigliserida yang umum digunakan sebagai bahan baku


pembuatan sabun memiliki asam lemak dengan panjang rantai karbon antara
12 sampai 18. Asam lemak dengan panjang rantai karbon kurang dari 12 akan
menimbulkan iritasi pada kulit, sedangkan rantai karbon lebih dari 18 akan
membuat sabun menjadi keras dan sulit terlarut dalam air. Kandungan asam
lemak tak jenuh, seperti oleat, linoleat, dan linolenat yang terlalu banyak akan
menyebabkan sabun mudah teroksidasi pada keadaan atmosferik sehingga
sabun menjadi tengik. Asam lemak tak jenuh memiliki ikatan rangkap
sehingga titik lelehnya lebih rendah daripada asam lemak jenuh yang tak
memiliki ikatan rangkap, sehingga sabun yang dihasilkan juga akan lebih
lembek dan mudah meleleh pada temperatur tinggi.
Campuran minyak dan lemak. Industri pembuat sabun umumnya
membuat sabun yang berasal dari campuran minyak dan lemak yang berbeda.

Minyak kelapa sering dicampur dengan tallow karena memiliki sifat yang
saling melengkapi. Tallow adalah lemak padat pada temperatur kamar dan
merupakan hasil pencampuran Asam Oleat (0-40%), Palmitat (25-30%),
stearat (15-20%). Minyak kelapa memiliki kandungan asam laurat dan
miristat yang tinggi dan dapat membuat sabun mudah larut dan berbusa.
Kandungan stearat dan dan palmitat yang tinggi dari tallow akan
memperkeras struktur sabun.
( Sumber : http://inuyashaku.wordpress.com/2011/06/04/483/ )

6. Metodologi
Minyak goreng yang habis dipakai untuk memasak, kadang langsung
dibuang, bahkan kadang dibuang ke parit yang mengalir ke sungai, sehingga
mencemari air sungai. Ternyata, minyak jelantah dapat diolah kembali menjadi
sabun (recycle). Selain mengurangi pencemaran dari limbah dari minyak bekas/
minyak jelantah, juga bisa digunakan untuk pembersih yang murah. Berikut cara
pembuatannya.

BAHAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Minyak bekas terpakai/minyak jelantah


Air
Bubuk kaustik soda
Gula
Parfum atau essential oil
NaOH

PERALATAN
1. Saringan / Kain kasa untuk menyaring;
2. Wadah plastic dari polypropylene atau kaca;

250 mL
100-110 mL
120 gram
1 atau 2 sendok the
15mL
35 gram

3. Pengaduk kayu atau plastic;


4. Timbangan;
5. Masker, kacamata, sarung tangan, digunakan saat bekerja dengan kaustik
soda;
6. Cetakan.
PROSES PEMBUATAN
1. Siapkan air di mangkok;
2. Tambahkan 35gr NaOH yang sudah ditakar menggunakan neraca dan
dilarutkan dalam air;
3. Aduklah sampai larut secara perlahan;
4. Diamkan 20 menit atau hingga dingin;
5. Minyak jelantah yang sebelumnya ditakar menggunakan tabung ukur
kemudian dimasukkan kedalam campuran NaOH dan air ;
6. Aduk minyak jelantah secara perlahan;
7.

Parfum dan pewarna dicampurkan kedalam campuran sambil diaduk


sampai berubah warna menjadi keruh dan kental;

8. Kemudian, campuran tersebut dimasukkan ke dalam cetakan;


9. Hasil campuran tersebut lalu didiamkan selama 3-5 hari;
Tips: Hati-hati saat bekerja dengan kaustik soda, gunakan masker,
kacamata, dan sarung tangan plastik untuk mencegah terjadi kontak
dengan bahan yang bersifat korosif ini. Jika tidak sengaja terkena
kulit, segera cuci dengan menggunakan cuka.
10. Sabun yang telah jadi, dikemas agar terlihat lebih menarik.

SKEMA PEMBUATAN SABUN PADAT DARI MINYAK JELANTAH

Minyak
Jelantah

Dipanaskan

NaOH +
Air
( Dilarutkan)

Dicampurkan

Dicampurkan
kembali
dengan
Parfume
dan
Pewarna
Parfum

Pewarn

ee

ae
Pengadukan
Hingga
Tercampur
Merata

Dimasukkan
kedalam Cetakan

Pencetakan
Sabun

7. Biaya
RINCIAN BIAYA
Nama Bahan
Minyak Jelantah
Cetakan Plastik
Parfume 15ML

Harga Satuan
1 x @Rp. 5.000
2 x @ Rp. 5.000
15 x @ Rp. 1.500

Jumlah
Rp. 5.000
Rp. 10.000
Rp. 22.500

NaOH

x @ Rp. 40.000

Rp. 10.000

8. Kesimpulan
1. Desain produk
Desain produk harus bagus. Agar dapat menarik minat beli konsumen.
2. Jenis produk
Produk ini memiliki banyak pilihannya, agar konsumen dapat memilih
sabun yang sesuai dengan keinginannya berdasarkan aroma dan khasiat
masing-masing sabun tersebut.
3. Kualitas bahan yang digunakan
Kualitas bahan yang digunakan adalah kualitas yang terbaik. Bahan
dasarnya dibuat dari bahan alami tanpa deterjen sintetik, demikian pula
dengan bahan aktifnya, juga dari bahan organik
4. Ukuran Produk
Ukuran sabun padat dengan berat 75 gram
5. Pilihan Warna
Pilihan warna produk ini banyak. Disesuaikan dengan keinginan
konsumen dan aroma tiap produknya.
6. Bahan dasar pembuatan sabun secara sederhana adalah dengan
memanaskan campuran antara lemak/minyak dengan basa.
7. Dalam proses saponifikasi lemak akan terhidrolisis menghasilkan sabun
dan gliserol.
8. Aroma yang terdapat pada sabun, tidak secara alami hadir dalam proses
kimia, melainkan dari pewangi buatan yang dicampurkan.

Serta, dampak pencemaran lingkungan sungai dan tanah akibat limbah


dari minyak jelantah terhadap masyarakat sekitar yang memanfaatkan
sungai dan tanah menjadi berkurang dan komunitas kehidupan makhluk
hidup di sungai-sungai terjaga. Kegunaan lainnya adalah menemukan
variasi baru wujud sabun yang belum berada di pasaran. Selain itu adalah
dapat membantu industri pangan dalam mengolah limbah minyak jelantah
menjadi sesuatu yang memberikan nilai tambah dengan pembuatan sabun
dari limbah minyak jelantah.

Anda mungkin juga menyukai