Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KONSEP-KONSEP DASAR
MANAJEMEN PERPAJAKAN

Oleh:
Annisa Amelia (121053
Novi Haryani (1210533027)
Risa Kurnia (121053

Program Studi Akuntansi


Fakultas Ekonomi
Universitas Andalas
2014/2015

KONSEP-KONSEP DASAR
MANAJEMEN PERPAJAKAN
I.

PENDAHULUAN
Bagi suatu negara, pajak adalah salah satu sumber penerimaan penting yang akan

digunakan untuk membiayai pengeluaran negara, baik pengeluaran rutin maupun pengeluaran
pembangunan. Sedangkan bagi perusahaan, pajak merupakan beban yang akan mengurangi
laba bersih, maka perusahaan akan berupaya semaksimal mungkin agar dapat membayar
pajak sekecil mungkin dan berupaya untuk menghindari pajak. Namun penghindaran pajak
harus dilakukan dengan cara-cara yang legal agar tidak merugikan perusahaan dikemudian
hari. Dalam pelaksanaannya, terdapat perbedaan kepentingan antara wajib pajak dengan
pemerintah. Wajib pajak berusaha untuk membayar pajak sekecil mungkin karena dengan
membayar pajak berarti mengurangi kemampuan ekonomis Wajib Pajak. Dilain pihak,
pemerintah memerlukan dana untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, yang
sebagian besar berasal dari penerimaan pajak. Adanya perbedaan kepentingan ini
menyebabkan wajib pajak cenderung untuk mengurangi jumlah pembayaran pajak baik
secara legal maupun illegal. Hal ini dimungkinkan jika ada peluang yang dapat dimanfaatkan,
baik karena kelemahan peraturan pajak maupun SDM (fiskus).
Manajemen Pajak adalah sarana untuk memenuhi kewajiban perpajakan dengan benar
tetapi jumlah pajak yang dibayar dapat ditekan serendah mungkin untuk memperoleh laba
dan likuiditas yang diharapkan. Untuk mencapai tujuan manajemen pajak ada 2 hal yang
perlu dikuasai dan dilaksanakan:
a. Memahami ketentuan peraturan perpajakan
Dengan mempelajari undang-undang, keputusan dan edaran, kita dapat
melihat celah-celah yang menguntungkan untuk melakukan penghematan
pajak.
b. Menyelenggarakan Pembukuan yang Memenuhi Syarat.
Oleh sebab itu, dalam makalah ini penulis akan memaparkan konsep-konsep dasar
dari manajemen perpajakan yang akan membantu wajib pajak untuk melakukan kewajiban
perpajakannya yang efisien dalam pembayaran pajak terhutang.

II.

PEMBAHASAN

III.

MANAJEMEN PAJAK DAN PERENCANAAN PAJAK


1. Pengertian Manajemen Perpajakan
Manajemen perpajakan adalah suatu strategi manajemen untuk mengendalikan,

merencanakan, dan mengorganisasikan aspek-aspek perpajakan dari sisi yang dapat


menguntungkan nilai bisnis perusahaan dengan tetap melaksanakan kewajiban perpajakan
sesuai peraturan dan perundang-undangan. Sehingga dengan adanya perencanaan pajak yang
didukung suatu konsep manajeman pajak yang jelas, diharapkan dapatmengoptimalkan
tingkat likuiditas perusahaan.
Manajemen

Pajak adalah

sarana

untuk memenuhi kewajiban perpajakan dengan

benar tetapi jumlah pajak yang dibayar dapat ditekan serendah mungkin untuk memperoleh
laba dan likuiditas yang diharapkan. Manajemen pajak merupakan upaya dalam melakukan
penghematan pajak secara legal.
2. Langkah-Langkah Manajemen Perpajakan
Manfaat manajemen perpajakan adalah untuk melakukan kewajiban perpajakan dan
usaha efisiensi untuk mencapai laba, mengefisiensikan pembayaran pajak terhutang,
melakukan

pembayaran

pajak

dengan

tepat

waktu, dan membuat data-data terbaru

untuk memperbaharui peraturan perpajakan yang dapat dilakukan dengan cara:


a. Perencanaan pajak
Langkah awal dalam manajemen pajak adalah perencanaan pajak. Pada tahap ini
dilakukan pengumpulan dan penelitian terhadap peraturan perpajakan agar diseleksi jenis
tindakan penghematan pajak yang akan dilakukan. Pada umumnya penekanan perencanaan pajak adalah
untuk meminimumkan kewajiban pajak. Tujuan dari perencanaan pajak adalah merekayasa
agar beban pajak (tax burden) dapat ditekan serendah mungkin dengan memanfaatkan
peraturan yang ada dan memaksimalkan penghasilan setelah pajak karena pajak merupakan
unsur pengurang. Tindakan tersebut legal karena penghematan pajak dapat dilakukan dengan
memanfaatkan hal-hal yang tidak diatur (loopholes). Perencanaan Pajak merupakan upaya
legal yang bisa dilakukan Wajib Pajak, karena penghematan pajak hanya dilakukan dengan
memanfaatkan

hal-hal

yang

tidak diatur

(loopholes)

Rencana

pengelakan

pajak

dapat ditempuh sebagai berikut:

Mengambil keuntungan sebesar-besarnya dari ketentuan mengenai pengecualian dan


potongan atau pengurangan yang diperkenankan.

Mengambil keuntungan dari pemilihan bentuk-bentuk perusahaan yang tepat

untuk menghemat pembayaran pajak.


Mendirikan perusahaan dalam satu jalur usaha sehingga dapat diatur secara

keseluruhan tarif pajak, potensi penghasilan, kerugian dan aktiva yang dapat dihapus.
Menyebarkan penghasilan menjadi pendapatan dari beberapa wajib pajak.
Menyebarkan penghasilan menjadi beberapa tahun mencegah penghasilan tersebut
dalam kategori pendapatan yang tarifnya tinggi.

b. Pelaksanaan Kewajiban Perpajakan


Apabila pada tahap perencanaan pajak telah ditetapkan faktor-faktor yang akan
dimanfaatkan untuk melakukan penghematan pajak, maka langkah selanjutnya adalah
mengimplementasikannya baik secara formal maupun material. Harus dipastikan bahwa
pelaksanaan kewajiban perpajakan telah memenuhi peraturan perpajakan yang berlaku.
Manajemen

pajak

tidak

dimaksudkan

untuk

melanggar

peraturan

dan jika dalam

pelaksanaanya menyimpang dari peraturan yang berlaku, maka praktik tersebut telah
menyimpang dari tujuan manajemen pajak.
c. Pengendalian Pajak.
Pengendalian pajak bertujuan untuk memastikan bahwa kewajiban pajak telah
dilaksanakan sesuai dengan yang telah direncanakan dan telah memenuhi persyaratan formal maupun
material. Hal terpenting dalam pengendalian pajak adalah pemeriksaan pembayaran pajak.
Oleh sebab itu, pengendalian dan pengaturan arus kas sangat penting dalam strategi
penghematan pajak, misalnya melakukan pembayaran pajak pada saat terakhir tentu lebih
menguntungkan jika dibandingkan dengan membayar lebih awal. Pengendalian pajak
termasuk pemeriksaan jika perusahaan telah membayar pajak lebih besar dari jumlah pajak
terutang. Cara untuk mencapai tujuan manajemen pajak adalah dengan memahami ketentuan
peraturan perpajakan. Dengan mempelajari undang-undang, keputusan dan edaran, kita dapat
melihat

celah-celah

yang

menguntungkan

untuk

melakukan

penghematan

pajak. Menyelenggarakan pembukuan yang memenuhi syarat sangat penting dalam


perpajakan karena memberikan informasi tentang jumlah pajak yang terutang.
IV.

ASPEK LEGALITAS MANAJEMEN PAJAK

a. Aspek Formal dan Administratif Perencanaan Pajak

Kewajiban perpajakan bermula dari implementasi Undang-undang perpajakan. Oleh


karena itu ketidakpatuhan terhadap Undang-undang perpajakan dapat dikenakan sanksi baik
administrasi maupun sanksi pidana. Sanksi administrasi maupun pidana merupakan
pemborosan sumber daya sehingga perlu dieliminasi melalui suatu perencanaan pajak yang
baik. Untuk dapat menyusun perencanaan pemenuhan kewajiban perpajakan yang baik
diperlukan pemahaman terhadap peraturan perpajakan, sehingga kepatuhan perpajakan wajib
pajak orang pribadi dapat dilaksanakan dengan baik.
Aspek administratif dari kewajiban perpajakan meliputi kewajiban mendaftarkan diri
untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan Pengukuhan Penghasilan Kena
Pajak

(PKP),

menyelenggarakan

pembukuan

atau

pencatatan,

membayar

pajak,

menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT), disamping memotong atau memungut


pajak. Kewajiban perpajakan berakhir pada saat pelunasan oleh Wajib Pajak.
b. Aspek Material dalam Perencanaan Pajak
Basis penghitungan pajak adalah objek pajak. Maka untuk mengoptimalkan alokasi
sumber dana, manajemen akan merencanakan pembayaran pajak yang tidak lebih (karena
dapat mengurangi optimalisasi alokasi sumber daya) dan tidak kurang (supaya tidak
membayar sanksi administrative yang merupakan pemborosan dana). Untuk itu objek pajak
harus dilaporkan secara benar dan lengkap yang harus bebas dari berbagai rekayasa negatif.
V.

TIPE-TIPE PERENCANAAN PAJAK

Dalam melakukan perencanaan pajak untuk mengefesiensikan beban pajak, terdapat


bermacam-macam tipe perencanaan pajak. Menurut Scholes dan Wolfson, aktivitas
perencanaan pajak mempunyai tiga tipe, yaitu:
1. Converting income from one type to another (mengubah penghasilan dari satu tipe ke
tipe lain).
Wajib pajak di banyak negara seringkali mengubah penghasilan yang diterima ke dalam
tipe penghasilan atas capital gain. Hal ini disebabakan karena penghasilan atas capital
gain dikenakan pajak yang lebih menguntungkan (musalnya dengan tarif yang lebih
rendah).
2. Shifting income from one pocket to another (memindahkan penghasilan ke subjek lain).
Pemindahan penghasilan ke subjek lain bertujuan untuk menghindari lapisan tarif pajak
yang tinggi pada system pajak progresif ke lapisan tariff pajak yang lebih rendah dengan
memberikan penghasilannya ke anak perusahaan.

3. Shifting income from one period to another (memindahkan penghasilan dari suatu
periode waktu ke periode waktu yang lain).
Jika tarif pajak tetap atau cenderung menurun, wajib pajak akan menunda pembayaran
pajaknya sampai penghasilan mereka dikenakan pajak dengan tarif sekecil mungkin.
VI.

TUJUAN, PERSYARATAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG HARUS


DICERMATI DALAM MANAJEMEN PAJAK

Tujuan manajemen pajak meliputi:


1. Usaha-usaha mengefisienkan beban pajak yang masih dalam ruang lingkup pemajakan
dan tidak melanggar ketentuan perundang-undangan perpajakan.
2. Memenuhi segala ketentuan administratif, sehingga terhindar dari pengenaan sanksisanksi, baik sanksi administratif maupun sanksi pidana seperti bunga, kenaikan, denda,
dan hukum kurungan atau penjara.
3. Melaksanakan secara efektif segala ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
yang terkait dengan pelaksanaan pemasaran, pembelian, dan fungsi keuangan, seperti
pemotongan dan pemungutan pajak (PPH pasal 21, pasal 22, dan pasal 23)
4. Usaha efisiensi untuk mencapai laba dan likuiditas yang seharusnya.
Tujuan dari manajemen pajak dapat dicapai melalui fungsi-fungsi manajemen pajak, yang
terdiri dari:
a. Perencanaan Pajak
Perencanaan pajak adalah langkah awal dalam manajemen pajak. Pada tahap ini
dilakukan pengumpulan dan penelitian terhadap peraturan perpajakan, dengan maksud
dapat diseleksi jenis tindakan penghematan pajak yang akan dilakukan. Pada umumnya
penekanan perencanaan pajak adalah untuk meminimumkan kewajiban pajak.
Setidaknya terdapat 3 hal yang harus diperhatikan dalam suatu perencanaan pajak,
yaitu:
1. Tidak melanggar ketentuan perpajakan. Bila suatu perencanaan pajak ingin
dipaksakan dengan melanggar ketentuan perpajakan, untuk wajib pajak merupakan
risiko yang sangat berbahaya dan mengancam keberhasilan perencanaan pajak itu
sendiri.
2. Secara bisnis masuk akal, karena perencanaan pajak itu merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari prencanaan menyeluruh perusahaan baik jangka panjang maupun
jangka pendek, maka perencanaan pajak yang tidak masuk akal akan menperlemah
perencanaan itu sendiri.
3. Bukti-bukti pendukungnya memadai. Misalnya dukungan perjanjian, faktur, dan juga
perlakuan akuntansinya.

b. Pelaksanaan Kewajiban Perpajakan


Apabila pada tahap perencanaa pajak telah diketahui faktor-faktor yang akan
dimanfaatkan untuk melakukan penghindaran pajak, maka langkah selanjutnya adalah
mengimplementasikannya baik secara formal maupun material. Harus dipastikan bahwa
pelaksanaan kewajiban perpajakan telah memenuhi peraturan perpajakn yang berlaku.
Manajemen pajak tidak dimaksudkan untuk melanggar peraturan dan jika dalam
pelaksanaannya menyimpang dari peraturan yang berlaku, maka praktik tersebut telah
menyimpang dari tujuan manajemen pajak.
Untuk mencapai tujuan manajemen pajak, ada dua hal yang perlu dikuasai dan
dilaksanakan:
1. Memahami ketentuan peraturan perpajakan. Dengan mempelajari undang-undang,
keputusan dan edaran, kita dapat melihat celah-celah yang menguntungkan untuk
melakukan penghematan pajak.
2. Menyelenggarakan pembukuan yang memenuhi syarat. Pembukuan merupakan sarana
yang sangat penting dalam penyajian informasi keuangan perusahaan yang disajikan
dalam bentuk laporan keuangan dan menjadi dasar dalam menghitung besarnya pajak
terutang.
c. Pengendalian Pajak
Pengendalian pajak bertujuan untuk memastikan bahwa kewajiban pajak telah
dilaksanakan sesuai dengan yang telah direncanakan dan telah memenuhi persyaratan
formal maupun material. Hal terpenting dalam pengendalian pajak adalah pemeriksaan
pembayaran pajak. Oleh sebab itu, pengendalian dan pengaturan arus kas sangat penting
dalam strategi penghematan pajak, misalnya melakukan pembayaran pajak pada saat
terakhir tentu lebih menguntungkan jika dibandingkan dengan membayar lebih awal.
Pengendalian pajak ter,asuk pemeriksaan jika perusahaan telah membayar pajak lebih
besar dari jumlah pajak terutang.
VII.

TAHAPAN-TAHAPAN DALAM PERENCANAAN PAJAK

1) Menganalisis Informasi data yang ada


Tahapan pertama dari proses pembuatan tax planning adalah menganalisis komponen
yang berbeda atas pajak yang terlibat dalam suatu proyek dan menghitung seakurat mungkin
beban pajak yang harus ditanggung.
Ini hanya bisa dilakukan dengan mempertimbangkan masing-masing elemen dari pajak
baik secara sendiri-sendiri maupun secara total pajak yang harus dapat dirumuskan sebagai

perencanaan pajak yang paling efisien. Adalah juga penting untuk memperhitungkan
kemungkinan besarnya penghasilan suatu proyek dan pengeluaran-pengeluaran lain diluar
pajak yang mungkin terjadi. Untuk itu seorang manajer perpajakan harus memperhatikan
faktor-faktor baik dari segi internal maupun eksternal yaitu:
a. Fakta yang Relevan
Dalam arus globalisasi serta tingkat persaingan yang semakin kompetitif maka seorang
manajer perusahaan dalam melakukan perencanaan pajak untuk perusahaannya dituntut
harus benar-benar menguasai situasi yang dihadapi, baik dari segi internal maupun
eksternal dan selalu dimutakhirkan dengan perubahan-perubahan yang terjadi agar
perencanaan pajak dapat dilakukan secara tepat dan menyeluruh terhadap situasi maupun
transaksi-transaksi yang mempunyai dampak dalam perpajakan.
b. Faktor Pajak
Dalam menganalis setiap permasalahan yang dihadapi dalam penyusunan perencanaan
pajak adalah tidak terlepas dari dua hal yang berkaitan dengan faktor-faktor :
Sistem perpajakan nasional yang dianut oleh suatu negara
Sikap fiskus dalam menafsirkan peraturan perpajakan baik undang-undang domestik
maupun kebijakan perpajakan.
Kedua hal utama sebelumnya akan diuraikan secara komprehensif sebagai berikut:
a. Jenis pajak yang ada
Pemerintah dalam membuat suatu kebijakan perpajakan akan memungut berbagai
jenis pajak yang disesuaikan dengn tujuan yang ingin dicapainya. Untuk itu, seorang
manajer dalam merencanakan pajak harus mengetahui secara pasti apa saja kewajiban
perpajakan yang dihadapi baik pajak lokal maupun pajak luar negeri.
b. Masalah penafsiran atas suatu undang-undang/perjanjian
Masalah yang sering timbul dalam menentukan definisi dari suatu masalah istilah,
baik dalam konteks sistem legal yang dianut maupun dalam hubungannya dengan
sistem yang lain ataupun dalam suatu perjanjian adalah msalah penafsiran atas suatu
undang-undang atau perjanjian. Masalah-masalah perencanaan pajak internasional
seringkali timbul terutama disebabkan oleh pengenaan pajak berganda baik oleh
negara domisili maupun oleh negara sumber, karena masing-masing negara
menerapkan konsep perpajakan yang berbeda.
c. Faktor penghubung
Kewajiban perpajakan memang sangat bergantung pada keberadaan faktor
penghubung antara yurisdiksi perpajakan pada satu sisi dan wajib pajak atau peristiwa
kena pajak di sisi lain.
Dalam hal wajib pajak perorangan yang menjadi faktor penghubung utama adalah
residen/domisili dan kewarganegaraan, sedangkan dalam hal WP badan yang menjadi
faktor penghubungnya adalah manajemen dan tempat didirikannya badan tersebut,

serta penghubung penting lainnya adalah pusat kepentingan ekonomi maupun


keberadaan dari bentuk usaha tetap.
d. Residen/domisili dan kebangsaan pembayar pajak
Masalah residen/domisili sering merupakan faktor yang sangat penting dalam
menentukan dasar pengenaan pajak. Dalam melakukan perencanaan pajak, banyak
wajib pajak yang memanfaatkan faktor ini dengan cara sengaja memiliki atau
mempunyai residin lebih dari satu negara demi kepentingan pajak.
Untuk menghindari pembayaran pajak, banyak begara yang berusaha menciptakan
suatu faktor penghubung yang lebih luas, agar usaha pengurangan beban pajak oleh
seseorang bisa diminimalkan atau dicakup oleh undang-undang.
e. Bentuk badan dari pembayar pajak
Sistem perpajakan dihampir semua negara mempunyai perlakuan yang berbeda atas
kewajiban perpajakannya bergantung atas bentuk badan wjib pajak, apakah
perseorangan, persekutuan, perserikatan (trust), atau dalam bentuk badan lainnya.
Masing-masing bentuk badan dari wajib pajak akan memperoleh perlakuan yang
berbeda mulai dari beban pajak, pengurangan-pengurangan yang diberikan, maupun
tarif yang dikenakan.
f. Sumber penghasilan
Sumber penghasilan merupakan dasar pertimbangan apakash seseorang dikenakan
pajak atau tidak, terutama bagi negara yang menganut sistem perpajakn sekunder. Hal
ini penting karena sistem sekunder mengatur penghasilan apa yang dikenakan pajak,
siapa saja yang akan dikenakan pajak, apa dasar pengenaan pajaknya, berapa tarifnya,
apa saja yang bisa dikurangkan, dan lain-lain
g. Sifat dari transaksi atau operasi
Dalam bisnis terdapat bermacam-macam transaksi. Transaksi tertentu mungkin
mendapatkan perlakuan pajak yang merugikan, misalnya karena pengenaan pajak
kepada perusahaan dan menganut paham pendekatan entitas terpisah (separate entity
approach). Namun di pihak lan, juga ada pembebasan dalam bentuk restitusi atas bea
masuk yang sudah dibayar apabila hasil keluarannya diekspor. Jadi, sudah seharusnya
kita memerhatikan setiap aspek perpajakn yang mungkin akan terjadi terhadap
transaksi yang akan kita lakukan.
h. Hubungan antara pembayar dengan pihak lain
Penentuan dasar pengenaan pajak, bahkan tarif suatu pajak, dipengaruhi oleh
beberapa hal, antara lain dengan siapa dan dalam bentuk apa kita berhubungan.
Banyak negara memberikan perlakuan khusus kepada induk perusahaan dan anak
perusahaan yang melaporkan keuntungan dan kerugian secara terkonsolidasi sebagai
satu perusahaan.
i. Insentif pajak

Umunya terdapat empat masam bentuk insentif pajak :


Pengecualian dari pengenaan pajak
Pengurangan dasar pengenaan pajak
Pengurangan tarif pajak
Penangguhan pajak
Insentif juga dapat berupa kompensasi kerugian, baik yang dapat dilakukan pada

tahun berikutnya maupun pada tahun sebelumnya.


j. Perlindungan pajak
Perlindungan pajak berkaitan dengan kondisi :
Dimana tidak ada pajak yang harus dipungut
Dimana pajak hanya dipungut untuk kejadian pajak internasional atau dipungut
pada tarif terendah, atau hanya dipungut dari keuntungan yang diperoleh dari

sumber luar negeri


Dimana perlakuan khusus diberikan kepada wajib pajak tertentu atau kejadian

tertentu
Tujuan perlindungan pajak adalah untuk memberikan kepastian hukum bagi
perpajakan di masa akan datang.
k. Anti penghindaran
Di dalam sistem perpajakan anti penghindaran ini berkaitan dengan transaksi yang
wajar terutama dalam lingkup internasional. Banyak negara menyadari kemungkinana
hal tersebut sering terjadi. Terutama pada perusahaan multinasional.
Secara universal, harga transfer merupakan transaksi merupakan transaksi antara
wajib pajak yang mempunyai hubungan istimewa, yang dapat mengakibatkan kurang
wajarnya harga, biaya atau imbalan lain yang direalisasikan dalam transaksi usaha.
Harga transfer domestik merupakan kegiatan yang berhubungan dengan perhitungan
harga transfer barang atau jasa antar badana dalam satu kelompok perusahaan atau
antardivisi dalam satu perusahaan si satu wilayah, sedangkan harga transfer
internasional merupakan aktivitas yang berkenaan dengan transaksi antardivisi dalam
satu badan hukum atau beberapa badan hukum yang dimiliki oleh pemegang saham
yang sama.
c. Faktor non Pajak lainnya
Beberapa faktor bukan pajak yang relevan untuk diperhatikan dalam penyusunan
suatu perencanaan pajak antara lain:
Masalah badan hukum
Sistem hukum yang berbeda terdiri dari berbagai tipe dari pada perusahaan.
Pemilihan bentuk badan usaha yang diusulkan sering dibuat sebagai fungsi
daripada seluruh peraturannya (baik untuk pajak maupun bukan pajak) dalam

rangka administrasi pembentukan dan pembubarannya.


Masalah mata uang dan nilai tukar

Dalam ruang lingkup perencanaan pajak yang bersifat internasional masalah nilai
tukar mata uang mempunyai dampak yang besar terhadap finansial suatu
perusahaan. Nilai tukar mata uang yang berfluktuasi atau tidak stabil memberikan
resiko usaha yang cukup tinggi. Apalagi jika ada masalah devaluasi maupun
revaluasi. Dari dampak finansial tentunya berakibat pada posisi laba-rugi, apalagi
bila terdapat banyak transaksi baik ekspor atau impor maupun pinjaman dalam

bentuk mata uang asing.


Masalah pengendalian devisa
Sistem pengendalian devisa yang dimuat suatu negara menjadi bahan
pertimbangan penting terutama jika suatu negara menganut pembahasan atau
larangan untuk mengadakan pertukaran atau transfer dana dari transaksi
internasional ataupun adanya larangan untuk menjamin uang atau menarik uang
dari luar tanpa adanya izin Bank Sentral atau Menteri Keuangan. Berbagai macam
aturan yang dibuat tentunya menjadi bahan pertimbanagan bagi pengusaha untuk
menanamkan modalnya atau tidak, karena perhitungan laba-rugi akhirnya selalu

menjadi patokan dasar dalam mengambil keputusan.


Masalah Program intensif investasi
Masalah program insentif yang ditawarkan negara tertentu memberikan pilihan
bagi wajib pajak untuk melakukan investasi atau pemekaran usaha pada suatu
lokasi negara tertentu. Insentif inventasi yang merangsang bisa berupa pemberian
pinjaman dengan tarif bunga rendah, bebas bunga ataupun adanya pemberian

bantuan dari pemerintah.


Masalah faktor bukan pajak lainnya
Faktor bukan pajak lainnya seperti hukum dan sistem administrasi yang berlaku,
kestabilan ekonomi dan politik, tenaga kerja, pasar, ada/tidaknya tenaga
profesional, fasilitas perbankan, iklim usaha, bahasa, sistem akuntansi,
kesemuanya harus dipertimbangkan dalm penyusunan tax planning terutama
berkaitan dengan pemilihan lokasi investasi apakah berupa cabang, subsidiari atau
untuk keperluan lainnya.

2) Membuat satu model atau lebih rencana kemungkinan besarnya pajak


Model perjanjian internasional dapat melibatkan satu atau lebih tindakan berikut ini:
a. Pemilihan bentuk transaksi operasi atau hubungan internasional.
Hampir semua sistem perpajakan internasional paling tidak ada dua negara yang
ditentukan lebih dahulu. Dari sudut pandang perpajakan dalam hal ini proses

perencanaan tidak bisa berada di luar dari tahapan pemilihan transaksi, operasi dan
hubungan yang paling menguntungkan. Dividen, bungan, royalti dan keuntungan
modal sering memperoleh perlakuan perpajakan yang berbeda, baik ditingkat
nasional maupun dalam perjanjian antarnegara. Dengan demikian, perlu
diperhitungkan dalam memutuskan suatu perencanaan pajak. Sebagai contoh apakah
investasi harus dilakukan dalam bentuk saham sebagai hasil dari pemilihan saham
atau dalam bentuk bunga sebagai hasil peminjaman uang. Dalam kasus industrial
dan properti intelektual mungkin perlu diputuskan apakah suatu hak harus dijual
atau dieklpolitasi melalui royalti.
Metode yang harus diterapkan dalam menganalisis dan membandingkan beban
pajak maupun pengeluaran lainnya dari suatu proyek adalah:
1. Apabila tidak ada rencana pembatasan minimum pajak yang diterapkan.
2. Apabila ada rencana pembatasan minimum diterapkan, berhasil atau pun gagal.
b. Pemilihan dari negara asing sebagai tempat melakukan investasi atau menjadi
residen dari negara tersebut.
Dalam rencana perpajakan internasional mungkin diberi perlakuan khusus dengan
memilih antara dua atau lebih kemungkinan investasi di negara-negara berbeda.
Tidak hanya pertimbangan bisnis yang harus diperhatikan tetapi juga keunggulan
pengenaan pajaknya dalam memutuskan antara penawaran untuk memiliki saham
perusahaan diberbagai negara, pertimbangan-pertimbangan berikut juga harus
diperhitungkan :
1. Tarif yang dikenakan atas laba perusahaan di negara investasi
2. Apakah dividen yang dibagikan terutang weithholding taxes, jika ya berapa
tarifnya.
3. Apakah ada kredit pajak atau pengurangan pajak lainnya di negara domisili dari
pemegang saham sehubungan dengan pajak yang dibayak di negara investasi.
Dalam penbentukan anak perusahaan, faktor pajak dan nonpajak harus
diperbandingkan secara luas. Mungkin diperlukan pula perhitungan pajak penjualan
atau pajak pertambahan nilai (PPn). PPn secara umum adalah pajak atas komsumsi
yang dikenakan sehubungan dengan :
1. Penyerahan barang
2. Sewa atau jasa
3. Impor barang
Dalam hal penyerahan barang atau jasa, jumlah pajak total tertagih dalam
pembayaran yang berbeda dari berbagai individu yang terlibat dengan dasar nilai
yang ditambahkan dari mereka (individu). Dalam hal impor, pajak yang dikenakan
dasarnya adalah nilai dari barang yang diimpor atau pengembalian (return) dari PPn
yang usdah dibayar atas barang atau jasa yang diekpor tersebut.

c. Penggunaan satu atau lebih negara tambahan.


Dalam banyak kasus, pertimbangan penghemaan pajak tidak hanya di pengaruhi
oleh pemilihan yang hati-hati dari bentuk transaksi, operasi maupun hubungan
internasional, tetapi juga oleh penggunaan satu atau lebih negara sebagai tambahan
dari negara yang bersangkutan yang sudah ada dalam data base. Perencanaan pajak
internasional sebetulnya merupakan perluasan yang sederhana dari perencanaan
pajak nasional.
Dalam membuat model pengaturan yang paling tepat, penting sekali untuk
mempertimbangkan :
Apakah kepemilikan dari hak, surat berharga, dan lain-lain harus
dikuasakan kepada satu atau lebih perusahaan, individu, atau

kombinasi dari semuanya itu.


Adakah hubungan antara berbagai individu dan entitas.
Oleh karena itu belum ditentukan lebih dahulu, dimana entitas
tersebut harus ditempakan.

3) Mengevaluasi pelaksanaan rencana pajak


Perencanaan pajak sebagai suatu perencanaan merupakan bagian kecil dari seluruh
perencanaan strategik perusahaan. Oleh karena itu, perlu dilakukan evaluasi untuk melihat
sejauh mana hasil pelaksanaan suatu perencanaan pajak terhadap beban pajak. Evaluasi
tersebut meliputi :

Bagaimana jika rencana tersebut dilaksanakan


Bagaimana jika rencana tersebut dilaksanakan dan berhasil dengan baik
Bagaimana jika rencana tersebut dilaksanakan tapi gagal.

Dari ketiga hipotesis di atas akan memberikan hasil yang berbeda. Dari hasil tersebut
barulah dapat ditentukan apakah pajak tersebut layak untuk dilakasanakan atau tidak.
Perusahaan tentu akan memilih untuk melaksanakan perencanaan pajak karena ia bisa
menghemat pajak jika perencanaan pajak tersebut berhasil sesuai sasaran. Namun perlu
diperhatikan bahwa ada tambahan biaya hukum dan lain-lainnya yang mungkin terjadi
apabila pihak otoritas pajak tidak setuju dengan pos-posnya yang dikurangkan dari
perhitungan pajak (deductictive items) yang dapat dibawa ke pengadilan.
4) Mencari kelemahan dan kemudian memperbaiki kembali rencana pajak
Hasil suatu perencanaan pajak bisa dikatakan baik atau tidak tentunya harus dievaluasi
melalui berbagai rencana yang dibuat. Dengan demikian keputusan yang terbaik atas suatu
perencanaan pajak harus sesuai dengan bentuk transaksi dan tujuan operasi perbandingan

berbagai rencana harus dibuat sebanyak mungkin sesuai bentu perencanaan pajak yang
diinginan. Kadang suatu rencana harus diubah mengingat adanya perubahan peraturan
perundang-undangan.

Walaupun

diperlukan

penambahan

biaya

atau

kemungkinan

keberhasilan sangat kecil. Sepanjang masih besar penghematan pajak yang bisa diperoleh,
rencana tersebut harus tetap dijalankan. Karena begaimanapun juga kerugian yan ditanggung
merupakan kerugian minimal.
Jadi akan sangat membantu jika pembuatan suatu rencana disertai dengan gambaran
atau perkiraan berapa peluang kesuksesan dan berapa laba potensial yang akan diperoleh jika
berhasil maupun kerugian potensial jika terjadi kegagalan.
5) Memutakhirkan rencana pajak (Updating the tax plan)
Meskipun suatu rencana pajak telah dilaksanakan dan proyek juga telah berjalan,
namun juga masih perlu mempertimbangkan setiap perubahan yang terjadi baik undangundang maupun pelaksanaannya di negara dimana aktivitas tersebut dilakukan yang mungkin
mempunyai dampak terhadap komponen dari suatu perjanjian, yang berkenaan dengan
perubahan yang terjadi di luar negeri atas berbagai macam pajak maupun aktifitas informasi
bisnis yang tersedia sangat terbatas.
Pemutakhiran dari suatu rencana adalah konsekuensi yang perlu dilakukan sebagaimana
dilakukan oleh masyarakat yang dinamis. Dengan memberikan perhatian terhadap
perkembangan yang akan datang maupun situasi yang terjadi saat ini, seorang manajer akan
mampu mengurangi akibat yang merugikan dari adanya perubahan, dan pada saat yang
bersamaan mampu mengambil kesempatan untuk memperoleh manfaat yang potensial.
a. Perencanaan pajak domestik
Sebelum melakukan suatu perencanaan pajak domestik, diperlukan pemahaman yang
mendalam mengenai maksud dan tujuan dari undang-undang dan peraturan perpajakan
yang berlaku, teori dan praktek akuntansi yang berlaku, serta praktik administrasi
perpajakan.
b. Perencanaan pajak internasional
Berbicara tentang perencanaan pajak internasional tidak terlepas dari perusahan grup
mulri nasional. Tujuan utama di dalam perusahaan multinasional sebagaimana di banyak
perusahaan, selalu ingin meminimumkan biaya-biaya dan pajak. Namun, pengertian
minimalisasi total biaya pajak grup yang dibayar melalui masing-masing negara di mana
anggota grup tersebut berada. Setiap anggota grup tentunya membayar pajak seusai

hukum yang berlaku dan transfer yang dilakukan haruslah bersifat legal. Inilah yang
disebut sebagai penghindaran pajak atas pajak yang seharusnya dibayar.

VIII. PENUTUP
a. Kesimpulan
Manajemen Pajak adalah sarana untuk memenuhi kewajiban perpajakan dengaan
benar tetapi jumlah pajak yang dibayar dapat ditekan serendah mungkin untuk memperoleh
laba dan likuiditas yang diharapkan. Manajemen pajak merupakan upaya dalam melakukan
penghematan pajak secara legal. Cara untuk mencapai tujuan manajemen pajak adalah
dengan memahami ketentuan peraturan perpajakan. Dengan mempelajari undang-undang,
keputusan dan edaran, kita dapat melihat celah-celah yang menguntungkan untuk melakukan

penghematan pajak. Menyelenggarakan pembukuan yang memenuhi syarat sangat penting


dalam perpajakan karena memberikan informasi tentang jumlah pajak yang terutang.
Manfaat manajemen perpajakan adalah untuk melakukan kewajiban perpajakan dan
usaha efisiensi untuk mencapai laba, mengefisiensikan pembayaran pajak terhutang,
melakukan

pembayaran

pajak

dengan

tepat

waktu, dan membuat data-data terbaru

untuk memperbaharui peraturan perpajakan yang dapat dilakukan dengan cara perencanaan pajak,
pelaksanaan kewajiban perpajakan serta dengan pengendalian pajak.
b. Saran
Menyadari bahwa perkembangan dunia bisnis begitu pesat dan karena dalam
pelaksanaannya terdapat perbedaan kepentingan antara wajib pajak dengan pemerintah,
kebijakan perpajakan

Indonesia harus selaras dengan standar perpajakan dengan tetap

memperhatikan kepentingan Indonesia sebagaimana dituangkan dalam ketentuan UU.


Pemerintah diharapkan mampu mengawasi bahwa pelaksanaan kewajiban perpajakan telah
memenuhi peraturan perpajakan yang berlaku. Penghindaran pajak oleh perusahaan harus
dilakukan dengan cara-cara yang legal agar tidak merugikan perusahaan dikemudian hari. Hal
yang terpenting adalah bahwa manajemen pajak tidak dimaksudkan untuk melanggar
peraturan dan jika dalam pelaksanaannya menyimpang dari peraturan yang berlaku, maka
praktik tersebut telah menyimpang dari tujuan manajemen pajak.

IX.

DAFTAR PUSTAKA

Salasar, Fauzan. 2008. Perencanaan Pajak dalam Rangka Diversifikasi Usaha di Bidang
Properti untuk Meminimalisasi Beban Pajak. Skripsi Program Sarjana Reguler.
Universitas Indonesia. Jakarta.
Suandy, Erly. 2011. Perencanaan Pajak. Jakarta: Salemba Empat.
Zain, Muhammad. 2003. Manajemen Perpajakan. Jakarta: Salemba Empat.

www.google.com

Anda mungkin juga menyukai