Anda di halaman 1dari 8

III.

Prinsip Percobaan
Percobaan ini berdasarkan pada reaksi pengendapan zat yang cepat mencapai
kesetimbangan pada setiap penambahan titran. Adapun pentiter yang digunakan adalah
larutan baku AgNO3.

Ilmu kimia adalah ilmu yang mempelajari tentang komposisi,struktur dan sifat kimia
atau materi berdasarkan perubahan yang menyertai terjadinya reaksi kimia atau suatu materi yang
di ciptakan atau memusnahkan serta dapat dijelaskan proses atau reaksi yang ditimbulkan dari
kejadian tersebut misalnya terjadi perubahan materi dan energy.
Kita hidup dalam era polimer Bahan bahan polimer alam yang sejak dahulu telah dikenal
dan dimanfaatkan, seperti kapas, wool, dan damar Polimer sintesis. Setelah semua ion klorida
mengendap maka kelebihan ion Ag pada saat titik akhir titrasi dicapai akan bereaks idengan
indicator membentuk endapan coklat kemerahan. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, yang
sering disingkat AMDAL, merupakan reaksi terhadap kerusakan lingkungan akibat aktivitasmia
yang semakin meningkatkan
Kadar halogen dalam air dapat dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan suatu
metode analisis titrimetri titrasi yang digunakan adalah titrasi argentometri
Banyak sekali reaksi yang digunakan dalam analisis anorganik kualitatif melibatkan
pembentukan endapan. Endapan adalah zat yang memisahkan diri sebagai suatu fase padat keluar
dari larutan. Endapan mungkin berupa Kristal atau koloid,dan dapat dikeluarkan dari larutandengan
penyaringan atau pemusingan. Endapan terbentuk jika larutn menjadi terlalu jenuh dengan zat yang
bersangkutan. Kelarutan suatu endapan,menurut defenisi adalah sama dengan konsenterasi molar
dari

larutan

jenuhnya.

Kelarutan

tergantung

pada

berbagai

kondisi,seperti

suhu,tekanan,konsentrasi bahan-bahan lain dalam larutan itu,dan pada komposisi pelarutnya.


(G.Svehla, 1979)
Terdapat dua cara dalam menentukan konsentrasi suatu larutan. Cara pertama membuat
larutan dengan konsentrasi tertentu,yaitu dengan menimbang zat secara tepat menggunakan
peralatan yang akurat. Cara kedua menggunakan perkiraan jumlah zat yang terlarut dan perkiraan
jumlah zat pelarut,kemudian konsentrasinya ditentukan dengan metode titrasi. Titrasi adalah
metode analisis kuantitatif untuk menentukan kadar suatu larutan. Larutan yang telah diketahui
konsentrasinya dengan tepat disebut larutan baku atau larutan standar,sedangkan indicator adalah

zat yang memberikan tanda perubahan pada saat titrasi berakhir yang dikenal dengan istilah titik
akhir titrasi.(Nana Sutresna, 2008)

Pada analisis titrimetri atau volumetrik, untuk mengetahui saat reaksi sempurna
dapat dipergunakan suatu zat yang disebut indikator. Indikator umumnya adalah senyawa
yang berwarna, dimana senyawa tersebut akan berubah warnanya dengan adanya
perubahan pH. Indikator dapat menanggapi munculnya kelebihan titran dengan adanya
perubahan warna. Indikator berubah warna karena system kromofornya diubah oleh
reaksi asam basa (Suirta, 2010).

Volumetri (titrasi) merupakan cara penentuan kadar suatu zat dalam larutannya yang
didasarkan pada

pengukuran volumenya. Berdasarkan pada jenis reaksinya,

volumetri dibedakan atas :


1. Asidimetri dan Alkalimetri : volumetri ini berdasarkan atas reaksi asam-basa.
2. Oksidimetri : volumetri ini berdasarkan atas reaksi oksidasi-reduksi.
3. Argentometri : volumetri ini berdasarkan atas reaksi kresipilasi (pengendapan dari
ion Ag).

2.1 Pengertian Titrasi Pengendapan


Titrasi pengendapan adalah salah satu golongan titrasi dimana hasil reaksi titrasinya
merupakan endapan atau garam yang sukar larut. Prinsip dasarnya ialah reaksi pengendapan yang
cepat mencapai kesetimbangan pada setiap penambahan titran, tidak ada pengotor yang
mengganggu serta diperlukan indikator untuk melihat titik akhir titrasi. Hanya reaksi pengendapan
yang dapat digunakan pada titrasi. (Khopkar, 1990)
2.2 Pengertian Argentometri
Istilah argentometri diturunkan dari bahasa latin argentum, yang berarti perak. Jadi
argentometri merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar zat dalam suatu larutan yang
dilakukan dengan titrasi berdasar pembentukan endapan dengan ion Ag +. Pada titrasi argentometri,

zat pemeriksaan yang telah dibubuhi indikator dicampur dengan larutan standar garam perak nitrat
AgNO3. Dengan mengukur volume larutan standar yang digunakan sehingga seluruh ion Ag + dapat
tepat diendapkan, kadar garam dalam larutan pemeriksaan dapat ditentukan. (Underwood, 1992)

Argentometri adalah suatu proses titrasi yang menggunakan garam argentum nitrat
(AgNO3) sebagai larutan standard. Dalam titrasi argentometri, larutan AgNO 3 digunakan untuk
menetapkan garam-garam halogen dan sianida karena kedua jenis garam ini dengan ion Ag +
dari garam standard AgNO3 dapat memebentuk suatu endapan atau suatu senyawa kompleks
sesuai dengan persamaan reaksi berikut ini :
NaX + Ag+

AgX + Na+

KCN + Ag+

AgCN + K+

KCN + AgCN

( X = halida )

K{Ag(CN)2}

Garam AgNO3 mempunyai kemurnian yang tinggi, sehingga garam tersebut dapat
digunakan sebagai larutan standard primer. Larutan standard AgNO 3 0,1 N dapat dibuat
dengan melarutkan 16,99 gram AgNO3 dalam 1 liter aquades. PEMBAHASAN
Argentometri termasuk salah satu cara analisis kuantitatif dengan sistem
pengendapan. Cara analisis ini biasanya dipergunakan untuk menentukan ion-ion halogen,
ion perak, ion tiosianat serta ion-ion lainnya yang dapat diendapkan oleh larutan standardnya.
Pada proses titrasi, pereaksi ditambahkan secara bertetes-tetes ke dalam analit,
biasanya menggunakan buret. Pereaksi adalah larutan standar yang konsentrasinya telah
diketahui dengan pasti dengan cara distandarisasi. Penambahan pereaksi dilakukan terus
menerus hingga teracapai ekivalen antara pereaksi dan analit, keadaan ini disebut titik
ekivalen. Agar dapat mengetahui kapan terjadinya ekivalen antara pereaksi dan analit, para
kimiawan menambahakan zat kimia yang dinamakan indikator. Indikator akan memberikan
reaksi berupa perubahan warna larutan, terbentuknya endapan, atau terbentuknya senyawa
kompleks berwama. Saat terjadinya tanggap tersebut disebut titik akhir titrasi (Soebiyanto, et
al., 2005).

Ketajaman titik ekuivalen tergantung dari kelarutan endapan yang terbentuk dari
reaksi antara analit dan titrant. Endapan dengan kelarutan yang kecil akan menghasilkan
kurva titrasi argentometri yang memiliki kecuraman yang tinggi sehingga titik ekuivalen
mudah ditentukan, akan tetapi endapan dengan kelarutan rendah akan menghasilkan kurva
titrasi yang landai sehingga titik ekuivalen agak sulit ditentukan. Hal ini analog dengan kurva
titrasi antara asam kuat dengan basa kuat dan anatara asam lemah dengan basa kuat.

Dalam titrasi argentometri ini terdapat 4 cara untuk menentukan titik akhir atau titik
ekivalen, yaitu :
1. Dengan cara Liebig
Dalam titrasi argentometri yang disebut dengan titrasi pembentukan kompleks adalah
titrasi terhadap larutan garam sianida. Proses ini mula-mula dikemukakan oleh Liebig pada
tahun 1851, akhirnya dikenal sebagai titrasi argentometri cara Liebig. Apabila ke dalam
larutan garam sianida ditambahkan larutan AgNO 3 mula-mula akan terjadi endapan putih dari
garam AgCN. Tetapi oleh karena di dalam larutan masih terdapat kelebihan ion sianida maka
apabila larutan tersebut digoyang-goyang, endapan AgCN yang telah terbentuk akan segera
larut kembali karena terjadinya garam kompleks dari logamnya yang cukup stabil, sesuai
dengan persamaan reaksi berikut ini :
KCN + AgNO3
2KCN + AgCN

AgCN + KNO3
K2{Ag(CN)3}

Apabila semua ion CN- dalam larutantelah membentuk ion kompleks {Ag(CN) 2}- ,
kemudian ke dalam larutan tersebut ditambahkan sedikit larutan AgNO 3 akan sesgera
terbentuk endapan yang stabil (permanen) dari garam kompleks argentum disianoargentat (I)
sesuai dengan persamaan reaksi berikut ini :
K{Ag(CN)2} + AgNO3

Ag{Ag(CN)2} + KNO3

Dalam hal ini jelaslah bahwa pada titrasi argentometri terhadap ion CN -, tercapai titik
ekivalen ditandai dengan terbentuknya endapan (kekeruhan) permanen dari garam kompleks
Ag{Ag(CN)2}.

Titrasi argentometri secara Liebig ini tidak dapat dilakukan dalam suasana
ammoniakal, karena garam kompleks Ag{Ag(CN) 2} dalam larutan ammoniakal akan larut
menjadi ion kompleks diammin.
Ag{Ag(CN)2} + 4NH3

2{Ag(NH3)2}+ + 2CN-

2. Dengan pembentukan endapan berwarna (metode Mohr)


Pada metode ini, titrasi halide dengan AgNO 3 dilakukan dengan K2CrO4. Pada titrasi
ini akan terbentuk endapan baru yang berwarna. Pada titik akhir titrasi, ion Ag + yang berlebih
diendapkan sebagai Ag2CrO4 yang berwarna merah bata. Larutan harus bersifat netral atau
sedikit bas, tetapi tidak boleh terlalu basa sebab Ag akan diendapkan sebagai Ag(OH) 2. Jika
larutan terlalu asam maka titik akhir titrasi tidak terlihat sebab konsentrasi CrO 4-berkurang.
Pada kondisi yang cocok, metode mohr cukup akurat dan dapat digunakan pada
konsentrasi klorida yang rendah. Pada jenis titrasi ini, endapan indikator berwarna harus
lebih larut disbanding endapan utama yang terbentuk selama titrasi. Indikator tersebut
biasanya digunakan pada titrasi sulfat dengan BaCl2, dengan titik akhir akhir terbentuknya
endapan garam Ba yang berwarna merah. (Khopkar, 1990)
Dalam cara ini, ke dalam larutan yang dititrasi ditambahkan sedikit larutan kalium
kromat (K2CrO4) sebagai indikator. Pada akhir titrasi, ion kromat akan bereaksi dengan
kelebihan ion perak membentuk endapan berwarna merah dari perak kromat, dengan reaksi :
CrO42- + 2Ag+

Ag2CrO4

Untuk menghindari terjadinya pengendapan perak kromat sebelum pengendapan


perak halida sempurna, maka konsentrasi ion kromat yang ditambahkan sebagai indikator
harus sangat kecil, umumnya konsentrasi ion kromat dalam larutan berkisar 3.10 -3 M hingga
5.10-3 M.

3. Dengan cara pembentukan ion kompleks berwarna (metode Volhard)

Titrasi Ag dengan NH4SCN dengan garam Fe(III) sebagai indikator adalah contoh
metode volhard, yaitu pembentukan zat berwarna didalam larutan. Selama titrasi, AgSCN
terbentuk sedangkan titik akhir tercapai bila NH 4SCN yang berlebih bereaksi dengan Fe(III)
membentuk warna merah gelap [FeSCN]2+.
Pada metode volhard, untuk menentukan ion klorida suasana haruslah asam karena
pada suasana basa Fe3+ akan terhidrolisis. AgNO3 berlebih yang ditambahkan ke larutan
klorida tentunya tidak bereaksi. Larutan Ag + tersebut kemudian dititrasi balik dengan
menggunakan Fe(III) sebagai indikator. (Khopkar, 1990)
Dalam cara ini, larutan standard perak nitrat ditambahkan secara berlebih ke dalam
larutan analit, kemudian kelebihan ion perak dititrasi dengan larutan standard amonium atau
kalium tiosianat dengan menambahkan ion feri (Fe 3+) sebagai indikator. Pada akhir titrasi, ion
feri akan bereaksi dengan kelebihan ion tiosianat memebentuk ion kompleks {Fe(SCN) 6}3yang berwarna coklat.

X + Ag+

AgX + Ag+ sisa

Ag+ sisa + SCN-

Fe3+ + 6 SCN-

AgSCN
{Fe(SCN)6}3-

4. Dengan menggunakan indikator adsorpsi (metode Fajans)


Dalam titrasi fajans digunakan indikator adsorpsi. Indikator adsorpsi ialah zat yang
dapat diserap pada permukaan endapan dan menyebabkan timbulnya warna. Penyerapan ini
dapat diatur agar terjadi pada titik ekuivalen, antara lain dengan memilih macam indikator
yang dipakai dan pH.
Indikator ini ialah asam lemah atau basa lemah organic yang dapat membentuk
endapan dengan ion perak. Misalnya flouresein yang digunakan dalam titrasi ion klorida.
Dalam larutan, flouresein akan mengion (untuk mudahnya ditulis HFI) :
HFI H+ + FIIon FI- inilah yang diserap oleh endapan AgX dan menyebabkan endapan berwarna
merah muda.

Flouresein sendiri dalam larutan berwarna hijau kuning, sehingga titik akhir dalam titrasi ini
diketahui berdasar tiga macam perubahan, yakni (i) endapan yang semula putih menjadi merah
muda dan endapan terlihat menggumpal, (ii) larutan yang semula keruh menjadi lebih jernih, dan
(iii) larutan yang semula kuning hijau hampir tidak berwarna lagi. (Harjadi, 1990)
Titik akhit titrasi dalam titrasi dengan cara ini ditandai dengan berubahnya warna
endapan AgX sebagai akibat dari adanya adsorpsi endapan AgX terhadap pereaksi pewarna
yang ditambahkan. Indikator yang sering digunakan adalah fluorescein dan eosin.
2.6 Penetapan Titik Akhir Dalam Reaksi Pengendapan
A. Pembentukan suatu endapan berwarna
Ini dapat diilustrasikan dengan prosedur mohr untuk penetapan klorida dan bromide.
Pada titrasi suatu larutan netral dari ion klorida dengan larutan perak nitrat, sedikit
larutan kalium kromat ditambahkan untuk berfungsi sebagai indikator. Pada titik akhir,
ion kromat ini bergabung dengan ion perak untuk membentuk perak kromat merah yang
sangat sedikit sekali dapat larut. Titrasi ini hendaknya dilakukan dalam suasana netral
atau sangat sedikit sekali basa, yakni dalam jangkauan pH 6,59. (Bassett, 1994)
B. Pembentukan suatu senyawaan berwarna yang dapat larut
Contoh prosedur ini adalah metode volhard untuk titrasi perak dengan adanya asam nitrat
bebas dengan larutan kalium atau ammonium tiosianat standar. Indikatornya adalah
larutan besi(III) ammonium sulfat. Penambahan larutan tiosianat menghasilkan mulamula endapan perak klorida. Kelebihan tiosianat yang paling sedikitpun akan
menghasilkan pewarnaan coklat kemerahan, disebabkan oleh terbentuknya suatu ion
kompleks.
Ag+ + SCN- AgSCN
Fe3+ + SCN- [FeSCN]2+
Metode ini dapat diterapkan untuk penetapan klorida, bromide dan iodide dalam larutan
asam. Larutan perak nitrat standar berlebih ditambahkan dan kelebihannya dititrasi balik
dengan larutan tiosianat standar. (Bassett, 1994)
Ag+ + Cl- AgCl
Ag+ + SCN- AgSCN
C. Penggunaan indikator adsorpsi
Aksi dari indikator-indikator ini disebabkan oleh fakta bahwa pada titik ekuivalen,
indikator itu diadsorpsi oleh endapan dan selama proses adsorpsi terjadi suatu perubahan
dalam indikator yang menimbulkan suatu zat dengan warna berbeda, maka dinamakan
indikator adsorpsi.
Zat-zat yang digunakan adalah zat-zat warna asam, seperti warna deret flouresein
misalnya flouresein an eosin yang digunakan sebagai garam natriumnya.
Untuk titrasi klorida, boleh dipakai flouresein. Suatu larutan perak klorida dititrasi
dengan larutan perak nitrat, perak klorida yang mengendap mengadsorpsi ion-ion klorida.

Ion flouresein akan membentuk suatu kompleks dari perak yang merah jambu. (Bassett,
1994)

Anda mungkin juga menyukai