http://pencegahan-asma.blogspot.com/2013/07/mencegah-asma-kambuh.html
1. Kesulitan bernapas yang disebabkan sesak napas atau napas yang sering terengah-engah.
Gejala ini menjadi penanda asma yang paling umum.
2. Sering batuk. Batuk bisa menjadi tanda adanya sesuatu yang salah pada paru-paru atau saluran
pernapasan.
3. Mengi
4. Dada terasa sesak. Kondisi ini menunjukkan bahwa paru-paru berada di bawah tekanan dan
sebagai akibatnya timbul rasa sakit konstan yang terjadi di daerah tersebut.
5. Perasaan lelah dan lesu. Kedua hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat cukup oksigen yang
didistribusikan ke tubuh oleh paru-paru.
6. Cepat lelah ketika melakukan aktivitas fisik seperti olahraga.
7. Susah tidur. Kondisi ini dapat menyebabkan tubuh terasa lesu keesokan harinya.
8. Lebih sensitif terhadap alergi.
9. Pembacaan rendah bila diperiksa menggunakan peak flow meter. Peak flow meter adalah alat
yang digunakan untuk mengukur fungsi paru-paru dan untuk menentukan apakah paru-paru
bekerja di tingkat normal dalam memanfaatkan oksigen.
10. Ketidakmampuan untuk terlibat dalam aktivitas fisik yang panjang tanpa mengalami masalah
pernapasan.
Dengan batasan atau definisi asthma di atas kita akan mudah memahami patofisiologi dan
menentukan diagnosa asthma.
Pada saat serangan asthma, terjadilah inflamasi (peradangan) pada bronkus dan bronkiolus.
Berikut patofisiologi inflamasi asthma:
1. Otot-otot bronkus menyempit (vasokonstriksi) sehingga pada auskultasi (pemeriksaan
dengan stetoskop) terdengar bunyi wheezing (yaitu ngik-ngik) serta ekspirasi memanjang
2. Terjadi pembengkakan (edema) mukosa bronkus sehingga penderita merasa sesak. Zatzat radang seperti histamin, leukotrien, serotonin banyak ditemukan di daerah edema
3. Kelenjar bronchial banyak mengeluarkan secret cairan mukosa sehingga lendir dan dahak
banyak dihasilkan oleh penderita asma
4. Banyaknya lendir menyulitkan pergerakan silia sehingga menyebabkan batuk
Pada orang asthma saluran bronchial menjadi sangat sensitive terhadap berbagai iritan (bahan
pengiritasi) termasuk infeksi, udara dingin, udara panas, stres dan alergi baik makanan, debu,
bulu binatang maupun pollen (serbuk sari).
Berikut ini adalah daftar bahan-bahan yang dapat memicu serangan asthma:
Berikut ini adalah beberapa allergen yang memicu serangan asthma pada anak-anak:
Diagnosis asthma ditegakkan berdasarkan histori (riwayat penyakit) dan pemeriksaan klinis.
Histori (Riwayat Penyakit)
Pada histori ditanyakan riwayat alergi pada pasien dan keluarganya. Kemudian ditanyakan (what,
who, where, when, dan how) apakah pernah ada serangan seperti ini? Serangan pada waktu sore
atau malam? Sehabis makan apa? Seberapa sering? Di mana biasanya serangan muncul? Di
rumah, di tempat kerja ataukah di ladang?
Pemeriksaan Klinis
Pemeriksaan fisik sangat penting untuk menegakkan diagnosis asthma. Pemeriksaan didasarkan
pada symptom dan sign. Symptom adalah gejala yang merupakan keluhan pasien seperti batuk,
sesak napas dan sebagainya. Sedangkan sign adalah tanda yaitu temuan dari pemeriksaan dokter
seperti wheezing, ekspirasi memanjang, napas cepat (> 20 kali/menit pada dewasa), prominensi
otot sternocleidomastoideus dan sebagainya.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan asthma dibagi 2 yaitu penanganan pada serangan asthma akut dan manajemen
penanganan asthma stabil.
Terapi Serangan Akut
Bronkodilator yaitu obat-obat yang menyebabkan relaksasi otot polos bronkus seperti golongan
agonis seperti salbutamol, terbutalin dan ipratropium bromide. Untuk yang terakhir ini
(ipratropium bromide) memiliki beberapa keunggulan selain sebagai bronkodilator ia dapat
menurunkan angka hospitaisasi pasien. Salbutamol dapat diberikan secara nebulizer (diuapkan)
yaitu 2,5-5 mg salbutamol dalam 2,5 ml normal salin. Bronkodilator selain agonis adalah
golongan teofilin seperti aminofilin dapat diberikan secara bolus intravena dengan pelan (jangan
kurang dari 10 menit) atau dalam drip infusan Dekstrosa 5%.
Kemudian terapi oksigenasi untuk membantu pernapasan. Penyebab kematian pada asthma
adalah gagal napas sekunder akibat hipoksia. Oksigenasi menggunakan slang masker agar
saturasi O2 bisa mencapai lebih dari 90%.
Kemudian terapi kortikosteroid sebagai anti-inflamasi. Bisa diberikan prednison per-oral atau
metilprednisolon dalam injeksi intravena. Dosis hendaknya diindividualisasi pada setiap pasien.
Dapat juga dicoba kortikosteroid inhalasi yaitu beclometasone dipropionate.
Dapat pula diberikan kromolin sebagai stabilisasi membran Mast-Cell, sebuah sel yang berperan
pada reaksi alergi.
Untuk keluhan batuk diberikan golongan mukolitik (pemecah lendir mukus) seperti bromheksin,
ambroksol dan asetil-sistein. Ini sangat bagus pada kasus obstruksi jalan nafas karena di antara
sebab kematian pasien asthma adalah adanya pembuntuan oleh mucous yang mengental pada
saluran bronkial.
Edukasi Penderita
Pasien hendaknya diberitahukan bagaimana dirinya bisa menangani dan meminimalisasi
penyakitnya. Minimal diberitahu tentang:
1. Cara penggunaan obat inhalasi yang benar
2. Kepatuhan pada obat yang diresepkan
3. Menghindari faktor pencetus dan alergen
4. Kemampuannya menggunakan alat pengukur (peak flow meter) untuk memonitor
penyakitnya