Peneliti:
dr. Ni Made Gita Saraswati, S.Ked
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Ulkus kornea merupakan keadaan patologis kornea yang ditandai oleh adanya infiltrat
supuratif disertai defek kornea bergaung, diskontinuitas jaringan kornea dapat terjadi dari
epitel sampai stroma. Penyebab ulkus kornea adalah bakteri, jamur, akantamuba, dan herpes
simpleks. Bakteri yang sering mengakibatkan ulkus kornea adalah streptokokus alfa
hemolitik, stafilokokus aureus, moraxella likuefasiens, pseudomonas aeruginosa, nocardia
astroides, alcaligenes sp, streptokokus anaerobik, streptokokus betahemolitik, enterobakter
hafniae, proteus sp, stafilokokkus epidermidis, infeksi campuran aerogenes dan moraxella
sp.1,2
Hasil Survei Kesehatan Indera Penglihatan dan Pendengaran tahun 1993-1996
menunjukkan angka kebutaan di Indonesia menduduki peringkat ketiga di dunia, yaitu
mencapai 1,5% dari jumlah penduduk. Penyebab utama kebutaan adalah katarak (0,78%),
glaukoma (0,20%), kelainan refraksi (0,14%), kelainan di retina (0,13%), serta kelainan di
kornea (0,10%).
Berdasarkan data di atas tampak bahwa penyakit pada kornea menempati urutan lima
besar penyebab kebutaan di Indonesia. Data WHO tahun 2004 menyebutkan bahwa ulkus
kornea merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama dalam pembangunan dunia
yang dapat menyebabkan morbiditas berkepanjangan, kehilangan penglihatan, dan dibanyak
kasus menyebabkan kehilangan kedua mata.
Gangguan penglihatan ini sebenarnya dapat dicegah bila diagnosis penyebabnya
ditetapkan secara dini dan diobati secara memadai. Sehingga penatalaksanaan yang tepat
akan dapat mengurangi komplikasi yang dapat ditimbulkan. Untuk itu, maka penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui bakteri terbanyak penyebab ulkus kornea dan pola kepekaan
serta resistensinya terhadap antibiotik sehingga dapat membantu dalam melakukan terapi
ulkus kornea sebelum terjadi komplikasi permanen pada pasien.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.2.1 Apa sajakah bakteri penyebab pada pasien ulkus kornea di RSUP Sanglah?
1.2.2 Bagaimanakah sensitivitas serta resistensi bakteri penyebab pada pasien ulkus kornea
di RSUP Sanglah?
1.3 TUJUAN PENELITIAN
1.3.1 Tujuan umum
Untuk mengetahui deskripsi pasien ulkus kornea secara umum
1.3.2 Tujuan khusus
1.3.2.1. Untuk mengetahui bakteri terbanyak penyebab ulkus kornea.
1.3.2.2. Untuk mengetahui pola kepekaan bakteri penyebab ulkus kornea terhadap
antibiotika.
1.4 MANFAAT PENELITIAN
1.4.1. Manfaat Akademik
Sebagai data dasar dalam penelitian berikutnya.
1.4.2. Manfaat Praktis
Sebagai dasar dalam pemilihan antibiotik untuk pasien ulkus kornea.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Ulkus kornea adalah terdapatnya destruksi (kerusakan) pada bagian epitel kornea. Ulkus
kornea merupakan hilangnya sebagian permukaan kornea akibat kematian jaringan kornea,
yang disebabkan oleh adanya kolagenase yang dibentuk oleh sel epitel baru dan sel radang,
serta ditandai dengan adanya infiltrat supuratif disertai defek kornea bergaung, dan
diskontinuitas jaringan kornea yang dapat terjadi dari epitel sampai stroma.
2.2 Anatomi, Fisiologi, dan Histologi Kornea
2.2.1 Anatomi dan Fisiologi Kornea
Kornea adalah jaringan transparan, yang ukurannya sebanding dengan kristal sebuah jam
tangan kecil. Kornea ini disisipkan ke sklera di limbus, lengkung melingkar pada
persambungan ini disebut sulkus skelaris. Kornea dewasa rata-rata mempunyai tebal 0,54
mm di tengah, sekitar 0,65 di tepi, dan diameternya sekitar 11,5 mm dari anterior ke
posterior, kornea mempunyai lima lapisan yang berbeda-beda: lapisan epitel (yang
bersambung dengan epitel konjungtiva bulbaris), lapisan Bowman, stroma, membran
Descement, dan lapisan endotel. Batas antara sclera dan kornea disebut limbus kornea.
Kornea merupakan lensa cembung dengan kekuatan refraksi sebesar + 43 dioptri. Kalau
kornea udem karena suatu sebab, maka kornea juga bertindak sebagai prisma yang dapat
menguraikan sinar sehingga penderita akan melihat halo.1
Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensorik terutama berasal dari saraf siliar longus,
saraf nasosiliar, saraf ke V, saraf siliar longus berjalan supra koroid, masuk ke dalam stroma
kornea, menembus membran Bowman melepaskan selubung Schwannya. Bulbus Krause
untuk sensasi dingin ditemukan diantara. Daya regenerasi saraf sesudah dipotong di daerah
limbus terjadi dalam waktu 3 bulan.5
Sumber nutrisi kornea adalah pembuluh-pembuluh darah limbus, humour aquous, dan air
mata. Kornea superfisial juga mendapat oksigen sebagian besar dari atmosfir. Transparansi
kornea dipertahankan oleh strukturnya seragam, avaskularitasnya dan deturgensinya. 5
Ulkus kornea oleh virus herpes simplex cukup sering dijumpai. Bentuk khas dendrit dapat
diikuti oleh vesikel-vesikel kecil dilapisan epitel yang bila pecah akan menimbulkan ulkus.
Ulkus dapat juga terjadi pada bentuk disiform bila mengalami nekrosis di bagian sentral.
Infeksi virus lainnya varicella-zoster, variola, vacinia (jarang).4,5,8
- Acanthamoeba
Acanthamoeba adalah protozoa hidup bebas yang terdapat didalam air yang tercemar yang
mengandung bakteri dan materi organik.4,5,8
2. Non-infeksi
- Bahan kimia, bersifat asam atau basa tergantung PH.
- Radiasi atau suhu
- Sindrom Sjorgen
- Defisiensi vitamin A
- Obat-obatan
Obat-obatan yang menurunkan mekanisme imun, misalnya: kortikosteroid, IDU (Iodo 2
dioxyuridine), anestesi lokal dan golongan imunosupresif.5,6
- Kelainan dari membran basal, misalnya karena trauma.5,6
- Pajanan (exposure)5,6
- Neurotropik5,6
3. Sistem Imun (Reaksi Hipersensitivitas)
- Granulomatosa wagener5,6
- Rheumathoid arthritis5,6
2.5 Patofisiologi
Kornea merupakan bagian anterior dari mata, yang harus dilalui cahaya, dalam perjalanan
pembentukan bayangan di retina, karena jernih, sebab susunan sel dan seratnya tertentu dan
tidak ada pembuluh darah. Biasan cahaya terutama terjadi di permukaan anterior dari kornea.
Perubahan dalam bentuk dan kejernihan kornea, segera mengganggu pembentukan bayangan
yang baik di retina. Oleh karenanya kelainan sekecil apapun di kornea, dapat menimbulkan
gangguan penglihatan yang hebat terutama bila letaknya di daerah pupil. 5,6
Karena kornea avaskular, maka pertahanan pada waktu peradangan tidak segera datang,
seperti pada jaringan lain yang mengandung banyak vaskularisasi. Maka badan kornea,
wandering cell dan sel-sel lain yang terdapat dalam stroma kornea, segera bekerja sebagai
makrofag, baru kemudian disusul dengan dilatasi pembuluh darah yang terdapat dilimbus
dan tampak sebagai injeksi perikornea. Sesudahnya baru terjadi infiltrasi dari sel-sel
mononuclear, sel plasma, leukosit polimorfonuklear (PMN), yang mengakibatkan timbulnya
infiltrat, yang tampak sebagai bercak berwarna kelabu, keruh dengan batas-batas tak jelas
dan permukaan tidak licin, kemudian dapat terjadi kerusakan epitel dan timbullah ulkus
kornea.6
Kornea mempunyai banyak serabut saraf maka kebanyakan lesi pada kornea baik
superfisial maupun profunda dapat menimbulkan rasa sakit dan fotofobia. Rasa sakit juga
diperberat dengan adanaya gesekan palpebra (terutama palbebra superior) pada kornea dan
menetap sampai sembuh. Kontraksi bersifat progresif, regresi iris, yang meradang dapat
menimbulkan fotofobia, sedangkan iritasi yang terjadi pada ujung saraf kornea merupakan
fenomena reflek yang berhubungan dengan timbulnya dilatasi pada pembuluh iris.6
Penyakit ini bersifat progresif, regresif atau membentuk jaringan parut. Infiltrat sel
leukosit dan limfosit dapat dilihat pada proses progresif. Ulkus ini menyebar kedua arah
yaitu melebar dan mendalam. Jika ulkus yang timbul kecil dan superficial maka akan lebih
cepat sembuh dan daerah infiltrasi ini menjadi bersih kembali, tetapi jika lesi sampai ke
membran Bowman dan sebagian stroma maka akan terbentuk jaringan ikat baru yang akan
menyebabkan terjadinya sikatrik.6,7
2.6 Klasifikasi
Berdasarkan penyebabnya ulkus kornea terbagi atas :9
1. Ulkus kornea infeksi
2. Ulkus kornea non infeksi
Berdasarkan lokasinya ulkus kornea terbagi atas :9
1. Ulkus kornea sentral
a. Ulkus kornea bakterialis
b. Ulkus kornea fungi
c. Ulkus kornea virus
kuningan. Penyebaran ulkus sangat cepat dan sering terlihat ulkus yang menggaung dan di
daerah ini terdapat banyak kuman. Ulkus ini selalu di temukan hipopion yang tidak
selamanya sebanding dengan beratnya ulkus yang terlihat.diagnosa lebih pasti bila
ditemukan dakriosistitis.4,9,10
c. Ulkus Kornea Pseudomonas aeruginosa
Ulkus kornea Pseudomonas dimulai dengan infiltrate berwarna kuning atau keabuabuan pada epitel kornea yang tidak intak. Ulkus kornea yang disebabkan
Pseudomonas sering disertai rasa sakit. Lesi cenderung menyebar dengan cepat ke
semua arah karena enzim proteolitik yang diproduksi oleh Pseudomonas. Pada
awalnya hanya mengenai kornea superficial, namun dengan cepat akan menyebar ke
seluruh kornea yang dapat menyebabkan perforasi kornea dan infeksi intraocular
berat. Perforasi berhubungan dengan IL-12 yang dilepaskan pada saat inflamasi.
Sering terdapat hipopion yang membesar seiring dengan perluasan ulkus. Infiltrat dan
eksudat berwarna hijau kebiruan karena pigmen yang diproduksi oleh Pseudomonas,
warna tersebut merupakan patognomonic untuk infeksi P. aeruginosa. Ulkus kornea
karena Pseudomonas biasanya berhubungan dengan pemakaian lensa kontak lunak
terutama jenis pemakaian jangka panjang. Selain itu juga berhubungan dengan
pemakian larutan fluoresensi dan tetes mata yang terkontaminasi. Hasil kerokan pada
lesi memperlihatkan batang Gram-negatif tipis. 9,10
d. Ulkus Kornea Moraxella liquefanciens
M liquefaciens (diplobacillus of Petit) menyebabkan ulkus berbentuk oval yang
biasanya terletak di inferior kornea kemudian menginfeksi stroma bagian dalam dalam
periode beberapa hari. Biasanya tidak disertai hipopion atau disertai namun hanya
berupa hipopion kecil berjumlah satu, kornea di sekitar ulkus biasanya jernih. Ulkus
M liquefaciens sering terjadi pada pasien dengan alkoholisme, diabetes, dan keadaan
imunosupresi. Hasil kerokan memperlihatkan nakteri batang Gram-negatif, besar, dan
square-ended diplobacilli.10
e. Ulkus Kornea Mycobacterium Fortuitum-chelonei dan Nocardia
Ulkus yang ditimbulkan M Fortuitum-chelonei dan Nocardia jarang dijumpai. Ulkus ini
sering timbul setelah ada trauma dan sering menyertai riwayat berkontak dengan tanah.
Ulkusnya indolen, dan dasar ulkusnya sering menampakkan garis-garis memancar sehingga
tampak sebagai kaca yang retak. Hipopion bisa ada bisa tidak. Kerokan dapat mengandung
batang-batang tahan-asam langsing (M Fortuitum-chelonei) atau organisme gram positif
berfilamen yang sering bercabang (Nocardia).4,9
f. Ulkus kornea Group A Streptococcus
Ulkus yang disebabkan Streptokokus beta- hemolitikus grup A tidak memiliki ciri
khusus. Sekitar stroma kornea terdapat infiltrat dan edema, terdapat juga hipopion.
Hasil kerokan lesi didapatkan kokus gram positif dalam bentuk rantai. 10
2. Ulkus Kornea Fungi
Ulkus kornea jamur, yang pernah banyak dijumpai pada pekerja pertanian, kini makin
banyak dijumpai diantara penduduk perkotaan sejak mulai dipakainya obat kortikosteroid
dalam pengobatan mata. Ulkus jamur tersebut indolen, dengan infiltrat kelabu, sering
dengan hipopion, peradangan nyata pada bola mata, ulserasi superfisial dan lesi-lesi satelit
(umumnya menginfiltrasi tempat-tempat yang jauh dari daerah ulserasi utama). Di bawah
lesi utama dan juga lesi-lesi satelit sering terdapat plak endotel disertai reaksi bilik mata
depan yang hebat. Abses kornea sering dijumpai.4,9,10
Kerokan dari ulkus kornea jamur, kecuali yang disebabkan oleh candida, mengandung
unsur-unsur hifa; kerokan dari ulkus candida umumnya mengandung pseudohifa atau bentuk
ragi, yang menampakkan kuncup-kuncup khas.4 Penampakan klinis : penderita keratitis
jamur biasanya mengeluhkan sensasi benda asing, fotofobia, penglihatan yang
kabur dan abnormal sekret. Progresi penyakit lebih lambat dan lebih tidak sakit
daripada keratitis karena bakteri. Penggunaan topikal steroid akan meningkatkan
replikasi jamur dan invasi kornea. 10
3. Ulkus Kornea Virus
a. Ulkus Kornea Herpes Zoster
Secara morfologi sama dengan penyakit herpes simpleks namun beda dari segi
antigen dan klinis. Zoster lebih sering menginfeksi pasien lanjut usia. Kerusakan
mata akibat penyakit ini dapat dikarenakan
keterlibatan
nervus
eksternal
nasal,
keterlibatan
nervus
maksilaris,
dan
peningkatan usia.
b. Ulkus Kornea Herpes simplex
Herpes Simplex Virus (HSV) adalah virus DNA yang hanya menginfeksi manusia,
sekitar 90% dari populasi seropositif terhadap antibodi HSV-1, walaupun sebagian
besar bersifat subklinis. HSV-1 biasanya menginfeksi bagian di atas pinggang dan
HSV-2 pada bagian bawah pinggang. HSV-2 dapat ditransmisikan ke mata melalui
sekret genital yang terinfeksi dan persalinan pervaginam. Infeksi primer terjadi
pada masa kanak- kanak muda melalui droplet atau inokulasi langsung. Infeksi
jenis ini jarang terjadi di awal kelahiran karena proteksi dari antibodi si ibu. 10,12
Tanda : vesikel pada kulit melibatkan alis dan area periorbital. Kondisi akut,
unilateral,
konjungtivitis
folikuler
berhubungan
dengan
limphadenopathy
preauriculer. Epitelial keratitis dapat terjadi di segala usia, sakit ringan, mata
berair dan penglihatan kabur.
Tanda yang muncul secara kronologis opaknya sel epitelial yang tersusun dalam
coarse punctate atau stellalte pattern, deskuamasi sentral yang menghasilkan lesi
garis linear bercabang (dendritik) dengan akhir terminal bulb, berkurangnya
sensasi kornea, infiltrat pada anterior stromal, perluasan sentrifugal progresif yang
dapat menghasilkan konfigurasi amoeboid, dalam masa pemulihan pada epitel
dapat terjadi bentuk garis lurus yang persisten yang mencerminkan arah dari sel
pemulihan epitel. Bentuk dendrit Herpes simplex kecil, ulceratif ,jelas diwarnai
dengan fluoresin dengan benjolan diujungnya .12,13
3. Ulkus Kornea Acanthamoeba
Acanthamoeba adalah protozoa hidup-bebas yang terdapat di dalam air tercemar yang
mengandung bakteri dan materi organik. Infeksi kornea oleh Acanthamoeba biasanya
dihubungkan dengan penggunaan lensa kontak lunak, termasuk lensa hidrogel silikon, atau
lensa kontak rigid (permeabel-gas) yang dipakai semalaman untuk memperbaiki kelainan
refraksi (orthokeratologi). Infeksi ini juga ditemukan pada individu bukan pemakai lensa
kontak setelah terpapar air atau tanah yang telah tercemar.4
Gejala awal adalah rasa nyeri yang tidak sebanding dengan temuan klinisnya, kemerahan
dan fotofobia. Tanda klinis yang khas adalah ulkus kornea indolen, cincin stroma dan
Bentuk ulkus marginal dapat simpel atau cincin. Bentuk simpel berbentuk ulkus superfisial
yang berwarna abu-abu dan terdapat pada infeksi stafilococcus, toksit atau alergi dan
gangguan sistemik pada influenza disentri basilar gonokok arteritis nodosa, dan lain-lain.
Yang berbentuk cincin atau multiple dan biasanya lateral. Ditemukan pada penderita
leukemia akut, sistemik lupus eritromatosis dan lain-lain.4,8
2. Ulkus Mooren
Merupakan ulkus yang berjalan progresif dari perifer kornea kearah sentral. ulkus mooren
terutama terdapat pada usia lanjut. Penyebabnya sampai sekarang belum diketahui. Banyak
teori yang diajukan dan salah satu adalah teori hipersensitivitas tuberculosis, virus, alergi
dan autoimun. Biasanya menyerang satu mata. Perasaan sakit sekali. Sering menyerang
seluruh permukaan kornea dan kadang meninggalkan satu pulau yang sehat pada bagian
yang sentral.4,9,10
3. Ring Ulcer
Terlihat injeksi perikorneal sekitar limbus. Di kornea terdapat ulkus yang berbentuk
melingkar dipinggir kornea, di dalam limbus, bisa dangkal atau dalam, kadang-kadang
timbul perforasi. Ulkus marginal yang banyak kadang-kadang dapat menjadi satu
menyerupai ring ulcer. Tetapi pada ring ulcer yang sebetulnya tak ada hubungan dengan
konjungtivitis kataral. Perjalanan penyakitnya menahun.4,9
2.7 Manifestasi Klinis
Gejala klinis pada ulkus kornea secara umum dapat berupa gejala subjektif dan gejala
objektif. 5
Gejala subjektif dapat berupa : eritema pada kelopak mata dan konjungtiva, sekret
mukopurulen, merasa ada benda asing di mata, pandangan kabur, mata berair, bintik putih
pada kornea sesuai lokasi ulkus, silau, nyeri. Infiltrat yang steril dapat menimbulkan sedikit
nyeri, jika ulkus terdapat pada perifer kornea dan tidak disertai dengan robekan lapisan
epitel kornea.5
Gejala objektif dapat berupa : kekeruhan berwarna putih pada kornea, hilangnya sebagian
jaringan kornea dan adanya infiltrat, injeksi siliar, dan hipopion.5
Biasanya coccus Gram positif, Staphylococcus aureus, dan Streptococcus pneumoni akan
memberikan gambaran ulkus yang terbatas, bentuk bulat atau lonjong, berwarna putih abu-
abu pada ulkus yang supuratif. Bila disebabkan Pseudomonas maka ulkus akan terlihat
melebar dengan cepat, bahan purulen berwarna kuning hijau terlihat melekat pada
permukaan ulkus. Bila disebabkan jamur maka infiltrat akan berwarna abu-abu di keliling
infiltrat halus di sekitarnya.4,5
2.8 Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
klinis dengan menggunakan slit lamp dan pemeriksaan laboratorium. Anamnesis pasien
penting pada penyakit kornea, sering dapat diungkapkan adanya riwayat trauma, benda
asing, abrasi, adanya riwayat penyakit kornea yang bermanfaat, misalnya keratitis akibat
infeksi virus herpes simplek yang sering kambuh. Hendaknya pula ditanyakan riwayat
pemakaian obat topikal oleh pasien seperti kortikosteroid yang merupakan predisposisi bagi
penyakit bakteri, fungi, virus terutama keratitis herpes simplek. Juga mungkin terjadi
imunosupresi akibat penyakit sistemik seperti diabetes, AIDS, keganasan, selain oleh terapi
imunosupresi khusus.6,8
Pada pemeriksaan fisik didapatkan gejala obyektif berupa adanya injeksi siliar, kornea
edema, terdapat infiltrat, hilangnya jaringan kornea. Pada kasus berat dapat terjadi iritis
yang disertai dengan hipopion. 4,5
Disamping itu perlu juga dilakukan pemeriksaan diagnostik seperti : ketajaman
penglihatan; tes refraksi; tes air mata; pemeriksaan slit-lamp; keratometri (pengukuran
kornea); respon reflek pupil; pewarnaan kornea dengan zat fluoresensi; goresan ulkus untuk
analisa atau kultur (pulasan gram, giemsa atau KOH).4,5
2.9 Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan ulkus kornea secara umum adalah untuk mencegah berkembangnya
bakteri dan mengurangi reaksi radang. 12
1. Benda asing dan bahan yang merangsang harus lekas dihilangkan. Erosi kornea yang
sekecil apapun harus diperhatikan dan diobati sebaik-baiknya. 12
2. Pemberian sikloplegika
Sikloplegika yang sering digunakan adalah sulfas atropin karena bekerjanya lama 1-2
minggu. Efek kerja atropin adalah sebagai berikut :
-
m.siliaris mata tidak mempunyai daya akomodasi sehingga mata dalam keadaan istirahat.
Dengan lumpunya m.konstriktor pupil, terjadi midriasis, sehingga sinekia posterior yang
telah terjadi dapat dilepaskan dan dicegah pembentukan sinekia posterior yang baru. 12,13
3. Antibiotik
Antibiotik yang sesuai dengan kuman penyebabnya atau yang berspektrum luas dapat
diberikan sebagai salep, tetes, atau suntikan subkonjunctiva. Pada pengobatan ulkus
sebaiknya tidak diberikan salap mata karena dapat memperlambat penyembuhan dan juga
dapat menimbulkan erosi kornea kembali.13,14
4.
Anti jamur
5.
Anti Viral
6.
Bedah (keratoplasti)
Indikasi keratoplasti9,10
-
2.10 Komplikasi
Komplikasi yang timbul berupa :9
Kebutaan parsial atau komplit dalam waktu sangat singkat
Kornea perforasi dapat berlanjut menjadi endoptalmitis dan panopthalmitis
Prolaps iris
Sikatrik kornea
Katarak
Glaukoma sekunder
Komplikasi dari ulkus kornea yang sering timbul adalah perforasi kornea.
2.11 Pencegahan
Pencegahan terhadap ulkus dapat dilakukan dengan segera berkonsultasi kepada ahli mata
setiap ada keluhan pada mata. Sering kali luka yang tampak kecil pada kornea dapat
mengawali timbulnya ulkus dan mempunyai efek yang sangat buruk bagi mata.9
Lindungi mata dari segala benda yang mungkin bisa masuk kedalam mata. Jika mata
sering kering, atau pada keadaan kelopak mata tidak bisa menutup sempurna, gunakan tetes
mata agar mata selalu dalam keadaan basah.
Jika memakai lensa kontak harus sangat diperhatikan cara memakai dan merawat lensa
tersebut.9,10
2.12 Prognosis
Prognosis ulkus kornea tergantung pada tingkat keparahan dan cepat lambatnya mendapat
pertolongan, jenis mikroorganisme penyebabnya, dan ada tidaknya komplikasi yang timbul.
Ulkus kornea yang luas memerlukan waktu penyembuhan yang lama, karena jaringan
kornea bersifat avaskular. Semakin tinggi tingkat keparahan dan lambatnya mendapat
pertolongan serta timbulnya komplikasi, maka prognosisnya menjadi lebih buruk.
Penyembuhan yang lama mungkin juga dipengaruhi ketaatan penggunaan obat. Dalam hal
ini, apabila tidak ada ketaatan penggunaan obat terjadi pada penggunaan antibiotika maka
dapat menimbulkan resistensi.6
Ulkus kornea harus membaik setiap harinya dan harus disembuhkan dengan pemberian
terapi yang tepat. Ulkus kornea dapat sembuh dengan dua metode; migrasi sekeliling sel
epitel yang dilanjutkan dengan mitosis sel dan pembentukan pembuluh darah dari
konjungtiva. Ulkus superfisial yang kecil dapat sembuh dengan cepat melalui metode yang
pertama, tetapi pada ulkus yang besar, perlu adanya suplai darah agar leukosit dan fibroblast
dapat membentuk jaringan granulasi dan kemudian sikatrik.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. KERANGKA BERPIKIR
Ulkus kornea merupakan keadaan patologis kornea yang ditandai oleh adanya infiltrat
supuratif disertai defek kornea bergaung, diskontinuitas jaringan kornea dapat terjadi dari
epitel sampai stroma. Penyebab ulkus kornea adalah bakteri, jamur, akantamuba, dan herpes
simpleks. Bakteri yang sering mengakibatkan ulkus kornea adalah streptokokus alfa
hemolitik, stafilokokus aureus, moraxella likuefasiens, pseudomonas aeruginosa, nocardia
astroides, alcaligenes sp, streptokokus anaerobik, streptokokus betahemolitik, enterobakter
hafniae, proteus sp, stafilokokkus epidermidis, infeksi campuran aerogenes dan moraxella
sp.1,2
Data WHO tahun 2004 menyebutkan bahwa ulkus kornea merupakan masalah
kesehatan masyarakat yang utama dalam pembangunan dunia yang dapat menyebabkan
morbiditas berkepanjangan, kehilangan penglihatan, dan dibanyak kasus menyebabkan
kehilangan kedua mata.
Gangguan penglihatan ini sebenarnya dapat dicegah bila diagnosis penyebabnya
ditetapkan secara dini dan diobati secara memadai. Sehingga penatalaksanaan yang tepat
akan dapat mengurangi komplikasi yang dapat ditimbulkan. Untuk itu, maka penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui bakteri terbanyak penyebab ulkus kornea dan pola kepekaan
serta resistensinya terhadap antibiotik sehingga dapat membantu dalam melakukan terapi
ulkus kornea sebelum terjadi komplikasi permanen pada pasien.
3.2 KERANGKA KONSEP
Kornea yang intak
AGEN
Bakteri
Virus
Hospes
Jamur
Lingkung
an
Status
imun
..
Kepekaan
terhadap
antibiotik
Ulkus kornea
= yang diteliti
BAB IV
METODE PENELITIAN
q = 1 p =1-
d = derajat akurasi yang diinginkan yaitu (1%, 5%, 10%, 15%) 0.01 atau 0.05 atau 0.1
atau 0.15
Atas dasar informasi di atas, besar sampel adalah.
Sampel dikumpulkan secara Convenient Purposive Non Random Sampling yaitu sampel
yang memenuhi kriteria inklusi dimasukkan sebagai sampel penelitian sampai memenuhi
jumlah sampel minimal penelitian.
Kene rumusne git :
Z =1.96
Z = 0.842 (power yang diinginkan 80%)
P1 = 2/100.000 (proporsi yang diinginkan)
P2 = 5.3/100.000 (proporsi sebelumnya)
Jadi hitungannya :
580688
Kuesioner
Jarum 26G
Amies
4.7.3. Alat dan bahan uji mikrobiologi (kultur, identifikasi dan kepekaan bakteri):
-
Slide/object glass
dimasukkan ke dalam sungkup lilin. Preparat dan media agar segera dibawa ke Instalasi
Mikrobiologi Klinik RSUP Sanglah Denpasar untuk di proses lebih lanjut.
4.8.2. Pelaksanaan Gram, kultur dan uji kepekaan
Sampel kerokan kornea dan pusnya diletakkan di gelas objek sebagai bahan pewarnaan
Gram, dan ditanam di media agar darah dan agar coklat. Objek gelas yang mengandung sampel
dibawa ke Instalasi Mikrobiologi Klinik RSUP Sanglah untuk dilakukan pengecatan. Sampel
yang ditanam di media agar darah dan agar coklat dibawa ke Instalasi Mikrobiologi Klinik RSUP
Sanglah untuk diinkubasi pada incubator bersuhu 370 C selama 18-24 jam. Koloni bakteri yang
tumbuh pada media agar darah dan agar coklat diidentifikasi dengan pengecatan Gram dan Vitex
Compact Card untuk identifikasi. Uji kepekaan bakteri tersebut terhadao antibiotik dilakukan
dengan Vitex Compact Card AST.
4.8.2 ALUR PENELITIAN
Pemeriksaan pasien
Pengumpulan
dan penegakkan
sampel
penelitian
diagnosis
berdasarkan kriteria
inklusi & eksklusi
pengambilan
sampel dengan
scrapping pada
ulkus kornea
Pengiriman sampel ke bagian
mikrobiologi untuk dilakukan kultur
dan uji sensitivitas.
DAFTAR PUSTAKA
1. Vaughan D. Opthalmologi Umum. Edisi 14. Widya Medika, Jakarta, 2000
2. Anonimous. Ulkus Kornea. Dikutip dari www.medicastore.com 2007.
3. Suharjo, Fatah widido. Tingkat keparahan Ulkus Kornea di RS Sarjito Sebagai Tempat
Pelayanan Mata Tertier. Dikutip dari www.tempo.co.id. 2007.
4. Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata, Edisi ketiga FKUI, Jakarta, 2004
5. Perhimpunan Dokter Spesislis Mata Indonesia, Ulkus Kornea dalam : Ilmu Penyakit Mata
Untuk Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran, edisi ke 2, Penerbit Sagung Seto,
Jakarta,2002
6. Wijaya. N. Kornea dalam Ilmu Penyakit Mata, cetakan ke-4, 1989
7. Anonymous, Corneal Ulcer. Dikutip dari www.HealthCare.com. 2007-04-14