PENDAHULUAN
DEFINISI
Laringofaringeal Reflux (LPR) atau Refluks
Laringofaring adalah aliran balik cairan
lambung ke laring, faring, trakea dan
bronkus.
Nama lain bagi LPR adalah
ektraesophageal reflux, supraesophageal
reflux, gastroesophageal reflux, reflux
laryngitis, silent reflux dan atypical reflux
disease.
ANATOMI
1.
FARING
Faring cont
Faring cont
Nasofaring : batas nasofaring di bagian atas
adalah dasar tengkorak, di bagian bawah
adalah palatum molle, ke depan adalag
rongga hidung sedangkan ke belakang
adalah vertebra servikalis.
Faring cont
Orofaring : disebut juga mesofaring, dengan
batas atasnya adalah palatum molle, batas
bawahnya adalah tepi atas epiglotis, ke
depan adalah rongga mulut, sedangkan ke
belakang adalah vertebra servikal
Faring cont
Laringofaring : batas laringofaring di sebelah
superior adalah tepi atas epiglotis, batas
inferior ialah esophagus, serta batas
posterior ialah vertebra servikal
2. LARING
Laring cont
Laring merupakan bagian yang terbawah dari
saluran napas bagian atas. Bentuknya
menyerupai limas segitiga terpancung,
dengan bagian atas lebih besar daripada
bagian bawah. Batas atas laring adalah
aditus laring, sedangkan bagian bawahnya
ialah batas kaudal kartilago krikoid.
Fisiologi menelan
Dalam proses menelan akan terjadi hal-hal
seperti berikut : 1) pembentukan bolus makanan
dengan ukuran dan konsistensi yang baik, 2)
upaya sfingter mencegah terhamburnya bolus ini
dalam fase-fase menelan, 3) mempercepat
masuknya bolus makanan ke dalam faring pada
saat respirasi, 4) mencegah masuknya makanan
dan minuman dalam nasofaring dan laring, 5)
kerjasama dari otot-otot rongga mulut untuk
mendorong bolus makanan ke arah lambung, 6)
usaha untuk membersihkan kembali ke
esofagus.
Epidemiologi
Kejadian refluks sering ditemukan di negaranegara barat dengan angka kejadian 10-15%
dan umumnya mengenai usia diatas 40 tahun
(35%).
Hal ini berhubungan dengan pola konsumsi
masyarakat barat, olahraga dan kebiasaan
berobat.
LPE biasanya didapatkan lebih banyak pada lakilaki berbanding dengan wanita dengan ratio 2:1.
Presentase pasien LPR semakin menurun
dengan umur diatas 44 tahun.
Etiologi
Etiologi terjadinya refluks pada LPR
sebagian besar masih belum diketahui
Disfungsi Upper esophageal sphincter
(UES) telah dihipotesiskan sebagai
faktor yang memungkinkan
Patofisiologi
Terdapat 2 hipotesis tentang bagaimana
asam lambung menimbulkan respon
patologis pada ekstraesofageal.
1. Kerusakan struktur laring dan jaringan
sekitarnya akibat kontak langsung dengan
asam
2. Asam lambung pada esofagus distal
menstimulasi refleks vagal yang
menyebabkan bronkokonstriksi dan batukbatuk kronis sehingga menyebabkan lesi
pada mukosa.
Patofisiologi cont
Terdapat 4 barier untuk melindungi daerah
aerodigestif bagian atas dari bahan refluks, yaitu :
1. lower esophageal sphincter (LES)
2. Fungsi motorik esophagus dalam proses
pembersihan asam
3. Resistensi mukosa esophagus
4. Upper esophageal sphincter (UES)
Patofisiologi cont
Disfungsi silia ini akan menyebabkan
penumpukan mukus menimbulkan gejala
sering berdehem.
Iritasi langsung oleh asam lambung pada
saluran napas akan menyebabkan spasme
laring dan menimbulkan batuk kronis.
Gejala Klinis
Perubahan suara
Peningkatan refleks gerakan mendehem
Hasil mukus atau dahak yang banyak
Terasa seperti benjolan di bagian tenggorokan
Susah menelan
Kadang bisa disertai dengan rasa terbakar
tetapi jarang
Batuk kronis
Terasa nyeri atau kurang nyaman pada
daerah tenggorokan
Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan melalui
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang.
Untuk membantu dari anamnesis telah
dibuat scoring Reflex Symptoms Index (RIS).
RIS ini berguna untuk mendokumentasikan
gejala LPR dan menilai derajat keparahan
LPR.
Skor maksimal 45, skor diatas 13
menegakkan diagnosis LPR secara pasti
Diagnosis cont..
Dalam pemeriksaan fisik untuk membantu
diagnosis LPR dibuat Reflex Finding Score
(RFS).
RFS adalah indeks yang dirancang untuk
menilai keparahan klinis berdasarkan temuan
laryngoskopi.
Skor berkisar dari 0 (normal)
sampai 26 (paling parah).
Dengan skor 11 atau diatas dianggap
menjadi indikasi LPR.
Pemeriksaan penunjang
1.
2.
3.
4.
Barium esophagografi
Laringoskopi
Endoskopi
Monitoring pH 24 jam faringoesofageal
Diagnosis Banding
LPR
INFECTI
ON
RHINOS
INUSITI
S
ALLERGI
BENIGN
VOCAL
FOLD
LESION
MALIGN
ANT
VOCAL
FOLD
LESION
GERD
Suara
parau
Hilang
timbul
Akut, / -
Akut/kro
nik /
rekuren
Hilang
timbul
konstan
progresif
Tidak
ada
Nyeri
menelan
Biasa
dgn
batuk,
mendeh
em
Ada
Jarang
Tidak
ada
Karena
teganga
n otot
sekunde
r
Lambat
bersifat
lokal dan
tertump
u
Tidak
ada
Sekresi
(tebal,
kotor),
edema
Edema,
sekresi
jernih,
mukosa
licin
Nodul,
polip,
kista,
luka
parut
Ulkus
atau
kaku
eksofitik
Normal
Lingkung
an
musiman
Merokok
, trauma
vokal,
LPR
Merokok,
LPR
Makanan
yang
merangs
ang
lambung
Merokok,
obesiti,
gaya
hidup/di
et
Infeksi
LPR
sistemik, alergi,
immunos merokok
upresi
Penatalaksanaan
1.
Medikamentosa
A. Terdapat 4 kategori obat yang dipakai yaitu obat
golongan :
1.
2.
3.
4.
3.
Operasi
A. Jika dengan medikamentisa gagal.
Komplikasi
Odinofagia
Batuk-batuk kronis
Sinusitis
Infeksi telinga
Pembengkakan pita suara
Ulkus pada plika vokalis
Pembentukan granuloma (massa) di tenggorokan
Perburukan asma
Emfisema
bronkitis
prognosis