Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN PENDAHULUAN

SINDROMA ASPIRASI MEKONIUM


A. Definisi
Sindroma aspirasi mekonium (SAM) adalah kumpulan gejala yang diakibatkan oleh
terhisapnya mekonium / cairan amnion mekonial ke dalam saluran pernafasan bayi.
Sindroma aspirasi mekonium (SAM) adalah salah satu penyebab yang paling sering
menyebabkan kegagalan pernapasan pada bayi baru lahir aterm maupun postterm. Kandungan mekonium antara lain adalah sekresi gastrointestinal, hepar,dan pancreas
janin, debris seluler, cairan amnion, serta lanugo. lahir saat di dalam uterus atau saat
bernafas pertama kali.
B.

Etiologi
Asfiksiafetal
Prolonged labour
Peningkatan aktivitas usus janin.
Cairan amnion yang mengandung mekoneum terinhalasi oleh bayi. Mekonium dapat

keluar (intrauterin) bila terjadi stres/kegawatan intrauterin.


C.
1.
2.

Faktor Risiko
Usia kehamilan melebihi 40 minggu ( Postterm )
Berat badan lahir rendah. Bedakan dengan prematuritas, dimana SAM jarang terjadi

bila bayi lahir sebelum 34 minggu. Dengan demikian, prematuritas bukan faktor risiko untuk
terjadinya SAM
3.
Kesulitan dalam melahirkan
4.
Pre-eklampsia, eklampsia, hipertensi pada ibu, DM pada ibu, ibu yang perokok
berat/penderita penyakit paru kronik/penyakit kardiovaskular
D. Insidensi
Cairan amnionmekonial terdapat sekitar 10-15% dari semua jumlah kelahiran cukup bulan
(aterm), tetapi SAM terjadi pada 4-10% bayi ini. Dan sepertiga diantaranya membutuhkan
bantuan ventilator. Adanya mekonium pada cairan amnion jarang dijumpai pada
kelahiran preterm. Resiko SAM dan kegagalan pernapasan yang

terkait,

meningkat ketika mekoniumnya kental dan apabila diikuti dengan asfiksia perinatal.
Beberapa

bayi

yang

dilahirkan

dengan

cairan

amnion

yang

mekonial

memperlihatkan distres pernapasan walaupun tidak ada mekonium yang


terlihat dibawah korda vokalis setelah kelahiran. Pada beberapa bayi, aspirasi
mungki terjadi intrauterine sebelum dilahirkan.
E. Patofisiologi
SAM seringkali dihubungkan dengan suatu keadaan yang kita sebut fetal distress. Pada
keadaan ini, janin yang mengalami distres akan menderita hipoksia (kurangnya oksigen di
1

dalam jaringan). Hipoksia jaringan menyebabkan terjadinya peningkatan aktivitas usus


disertai dengan melemasnya spinkter anal. Maka lepaslah mekonium ke dalam cairan
amnion.
Asfiksia dan berbagai bentuk stres intrauterin dapat meningkatkan peristaltik usus janin
disertai relaksasi sfinkter ani eksterna sehingga terjadi pengeluaran mekoneum ke cairan
amnion. Saat bayi dengan asfiksia menarik napas (gasping) baik in utero atau selama
persalinan, terjadi aspirasi cairan amnion yang bercampur mekoneum ke dalam saluran
napas. Mekoneum yang tebal menyebabkan obstruksi jalan napas, sehingga terjadi gawat
napas.
Sindroma ini biasanya terjadi pada infant full-term. Mekonium ditemukan pada cairan
amnion dari 10% dari keseluruhan neonatus, mengindikasikan beberapa tingkatan aspiksia
dalam kandungan. Aspiksia mengakibatkan peningkatan peristaltik intestinal karena
kurangnya oksigenasi aliran darah membuat relaksasi otot spincter anal sehingga mekonium
keluar. Mekonium tersebut terhisap saat janin dalam kandungan.
Aspirasi mekonium menyebabkan obstruksi jalan nafas komplit atau partial dan vasospasme
pulmonary. Partikel garam dalam mekonium bekerja seperti detergen, mengakibatkan luka
bakar kimia pada jaringan paru. Jika kondisi berkelanjutan akan terjadi pneumothoraks,
hipertensi pulmonal persisten dan pneumonia karena bakteri.
Dengan intervensi yang adekuat, gangguan ini akan membaik dalam beberapa hari, tetapi
angka kematian mencapai 28% dari seluruh kejadian. Prognosis tergantung dari jumlah
mekonium yang teraspirasi, derajat infiltrasi paru dan tindakan suctioning yang cukup.
Suctioning termasuk aspirasi dari nasofaring selama kelahiran dan juga suctioning langsung
pada trachea melalui selang endotracheal setelah kelahiran jika mekonium ditemukan.
F.

Manifestasi klinis / Gejala dan Tanda

Cairan ketuban berwarna hijau tua dapat jernih maupun kental, mekonium pada cairan
ketuban, noda kehijauan pada kulit bayi, kulit bayi tampak kebiruan (sianosis), pernafasan
cepat (takipnea) , sesak nafas (apnea), frekuensi denyut jantung janin rendah sebelum
kelahiran , skor APGAR yang rendah , bayi tampak lemas , auskultasi: suara nafas abnormal
Kadang-kadang terdengar ronki pada kedua paru. Mungkin terlihat emfisema atau atelectasis
G.
1.
2.
3.

Komplikasi
Displasia bronkopulmoner
Pneumotoraks
Aspirasi pnemonia

Bayi yang menderita SAM berat mempunyai kemungkin lebih besar untuk menderita mengi
(wheezing) dan infeksi paru dalam tahun pertama kehidupannya. Tapi sejalan dengan
perkembangan usia, ia bisa meregenerasi jaringan paru baru. Dengan demikian, prognosis
jangka panjang tetap baik.
Bayi yang menderita SAM sangat berat mungkin akan menderita penyakit paru kronik,
bahkan mungkin juga menderita abnormalitas perkembangan dan juga ketulian. Pada kasus
yang jarang terjadi, SAM dapat menimbulkan kematian
H.

Pemeriksaan penunjang
Rontgen dada untuk menemukan adanya atelektasis, peningkatan diameter antero

posterior,

hiperinflation,

flatened

diaphragm

akibat

obstruksi

dan

terdapatnya

pneumothorax ( gambaran infiltrat kasar dan iregular pada paru )

Analisa gas darah untuk mengidentifikasi acidosis metabolik atau respiratorik dengan
penurunan PO2 dan peningkatan tingkat PCO2
I.
Penatalaksanaan medis
Tergantung pada berat ringannya keadaan bayi, mungkin saja bayi akan dikirim ke unit
perawatan intensif neonatal (neonatal intensive care unit [NICU]). Tata laksana yang
dilakukan biasanya meliputi :
1.

Umum
Jaga agar bayi tetap merasa hangat dan nyaman, dan berikan oksigen.

2.

Farmakoterapi
Obat yang diberikan, antara lain antibiotika. Antibiotika diberikan untuk mencegah terjadinya
komplikasi berupa infeksi ventilasi mekanik.

3.

Fisioterapi
Yang dilakukan adalah fisioterapi dada. Dilakukan penepukan pada dada dengan maksud
untuk melepaskan lendir yang kental.

4.

Pada SAM berat dapat juga dilakukan:

Pemberian terapi surfaktan.

Pemakaian ventilator khusus untuk memasukkan udara beroksigen tinggi ke dalam

paru bayi.

Penambahan nitrit oksida (nitric oxide) ke dalam oksigen yang terdapat di dalam

ventilator. Penambahan ini berguna untuk melebarkan pembuluh darah sehingga lebih banyak
darah dan oksigen yang sampai ke paru bayi.
Bila salah satu atau kombinasi dari ke tiga terapi tersebut tidak berhasil, patut
dipertimbangkan untuk menggunakan extra corporeal membrane oxygenation (ECMO). Pada
terapi ini, jantung dan paru buatan akan mengambil alih sementara aliran darah dalam tubuh
bayi. Sayangnya, alat ini memang cukup langka.
J.
1.
a.
b.
-

ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN FISIK
Riwayat antenatal ibu
Status infant saat lahir
Stress intra uterin
Full-term, preterm, atau kecil masa kehamilan
Apgar skor dibawah 5
Terdapat mekonium pada cairan amnion
Suctioning, rescucitasi atau pemberian therapi oksigen
Disstress pernafasan dengan gasping, takipnea (lebih dari 60 x pernafasan per menit),

grunting, retraksi, dan nasal flaring


Peningkatan suara nafas dengan crakles, tergantung dari jumlah mekonium dalam paru
Cyanosis
Barrel chest dengan peningkatan dengan peningkatan diameter antero posterior (AP)
c.
Pengkajian Behavioral
Disminished activity
2.
DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN
a. Resiko tingi insufisiensi pernafasan berhubungan dengan aspirasi meconium
b.Koping keluarga yang tidak efektif berhubungan dengan kecemasan, rasa bersalah dan
kemungkinan perawatan jangka panjang
c. Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan
kebutuhan kalori.
d. Kecemasan orangtua berhubungan dengan kemungkinan kematian pada infant, respon
terhadap perawatan yang lama, dan pemberian bantuan ventilator
e. Resiko tinggi deficit volume cairan berhubungan dengan IWL dari peningkatan pernafasan
f. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan pneumonia sebagai akibat mekonium pada paru
g. Resiko tinggi injury berhubungan dengan komplikasi pneumothoraks, atelectasis
h. Kegagalan pertukaran gas berhubungan dengan pneumonitis chemical dan kegagalan
fungsi paru akibat aspirasi meconium
i. Inefektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan aspirasi meconium
j.Deficit pengetahuan orangtua berhubungan dengan perawatan jangka panjang setelah
kepulangan.

DAFTAR PUSTAKA
4

Melson, Kathryn A. & Marie S. Jaffe, Maternal Infant Health Care Palnning, Second
Edition, Springhouse Corporation, Springhouse, 1994
Wong, Donna L., Clinical Manual of Pediatric Nursing, Fourth Edition, Mosby Year Book
Inc, Missouri 1996.
Doengoes, M. E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. EGC. Jakarta.
Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai