Anda di halaman 1dari 16

Catatan Panca Neutron (Putra Mahkota)

Panca Neutron (Putra Mahkota)


Lihat profil lengkapku

Jumat, 11 Mei 2012


MAKALAH NYAMUK Aedes sp
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Nyamuk (Diptera: Culicidae) merupakan vektor beberapa penyakit baik pada hewan
mau pun manusia. Banyak penyakit pada hewan dan manusia dalam penularannya mutlak
memerlukan peran nyamuk sebagai vektor dari agen penyakitnya, seperti filariasis dan
malaria. Sebagian pesies nyamuk dari genus Anopheles dan Culex yang bersifat zoofilik
berperan dalam penularan penyakit pada binatang dan manusia, tetapi ada juga spesies

nyamuk antropofilik yang hanya menularkan penyakit pada manusia. Salah satu penyakit
yang mempunyai vektor nyamuk adalah Demam Berdarah Dengue.
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan
lingkungan yang cenderung meningkat jumlah penderita dan semakin luas daerah
penyebarannya, sejalan dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk. Penyakit
demam yang ditularkan oleh nyamuk Ae. aegypti selain demam berdarah dengue (Dengue
Hemorrhagic Fever) adalah demam dengue (Dengue Fever) yang dikenal sebagai
Cikungunyah (Break Bone Fever) di Indonesia (Supartha,2008). Aedes aegypti lebih berperan
dalam penularan penyakit ini, karena hidupnya di dalam dan di sekitar rumah, sedangkan
Aedes albopictus di kebun, sehingga lebih jarang kontak dengan manusia. Menurut WHO
tahun 2006, Indonesia pernah mengalami kasus terbesar (53%) DBD pada tahun 2005 di Asia
Tenggara yaitu 95.270 kasus dan kematian 1.298 orang (CFR = 1,36 %).
Penyebaran penyakit DBD di suatu kawasan harus dikontrol sehingga penyakit tersebut
mendapat penanganan yang tepat. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengontrol
penyebaran penyakit yaitu dengan melakukan pemetaan vektor penyakit tersebut. Belum
ditemukannya obat dan vaksin untuk mengatasi penyakit DBD mengakibatkan cara
pencegahan melalui pemutusan rantai penularan dengan mengendalikan populasi vektor
penyakit menjadi penting (Lestari,2010).
B. Tujuan
1. Mengetahui karakteristik nyamuk Aedes
BAB II
ISI
A. Taksonomi
Taksonomi Aedes adalah
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Diptera
Family : Culicidae
Genus : Aedes
Aedes mempunyai 1162 spesies dan 100 speseies diantaranya adalah: A. (Aedimorphus),
A. (Aedimorphus) vexans, A. (Finlaya), A. (Finlaya) japonicus, A. (Finlaya) niveus, A.
(Ochlerotatus), A. (Ochlerotatus) caspius, A. (Ochlerotatus) detritus, A. (Ochlerotatus)
punctor , A. (Ochlerotatus) rusticus, A. (Ochlerotatus) scapularis, A. (Stegomyia), A.
(Stegomyia) aegypti, A. (Stegomyia) albopictus, A. (Stegomyia) cretinus, A. (Stegomyia)
riversi, A. (Stegomyia) simpsoni, A. abditus, A. abnormalis, A. aboriginis (Morthwest Coast
Mosquito), A. abserratus, A. acrophilus, A. aculeatus, A. adami, A. adenensis, A. adersi, A.
aegypta, A. aegyptii, A. aenigmaticus, A. affirmatus, A. africanus, A. agastyai, A. agrestis, A.
agrihanensis, A. aitkeni, A. akkeshiensis, A. albescens, A. albicosta, A. albifasciatus, A.
albilabris, A. alboannulatus, A. alboapicus, A. albocephalus, A. albocinctus, A. albodorsalis,
A. albolateralis, A. albolineatus, A. albomarginatus, A. alboniveus,A. albonotatus, A.
albopictus (Asian Tiger Mosquito), A. alboscutellatus, A. albotaeniatus, A. albothorax, A.
alboventralis A. alcasidi A. aldrichi A. alektorovi A. alius A. alleni A. allotecnon A.
alocasicola, A. alongi, A. aloponotum, A. alorensis, A. alternans, A. alticola, A. altiusculus, A.
amabilis, A. amaltheus, A. amamiensis, A. ambreensis, A. amesii, A. ananae, A.
andamanensis, A. andersoni, A. andrewsi, A. anggiensis, A. angustivittatus, A. angustus, A.
annandalei, A. annulipes, A. annulirostris, A. annuliventris, A. antipodeus, A. antuensis, A.

aobae, A. apicoannulatus, A. apicoargenteus, A. arabiensis, A. arborealis, A. arboricola, A.


argenteitarsis, A. argenteopunctatus, A. argenteoscutellatus, A. argenteoventralis, A.
argentescens, A. Argenteus.
B. Morfologi
1. Aedes Dewasa
Nyamuk memiliki ukuran tubuh yang relatif kecil, memiliki kaki panjang dan merupakan
serangga yang memiliki sepasang sayap sehingga tergolong pada ordo Diptera dan family
Culicidae. Nyamuk jantan berukuran lebih kecil daripada nyamuk betina. Tubuh nyamuk
terdiri atas tiga bagian yaitu kepala, dada dan perut.

Gambar 2.1 Morfologi nyamuk Ae aegypti


Nyamuk memiliki sepasang antena berbentuk filiform berbentuk panjang dan langsing
serta terdiri atas 15 segmen. Antena dapat digunakan sebagai kunci untuk membedakan
kelamin pada nyamuk dewasa. Antena nyamuk jantan lebih lebat daripada nyamuk betina.
Bulu lebat pada nyamuk jantan disebut plumose sedangkan pada nyamuk betina yang
jumlahnya lebih sedikit disebut pilose. Proboscis merupakan bentuk mulut modifikasi untuk
menusuk. Nyamuk betina mempunyai proboscis yang lebih panjang dan tajam, tubuh
membungkuk serta memiliki bagian tepi sayap yang bersisik. Dada terdiri atas protoraks,
mesotoraks dan metatoraks. Mesotoraks merupakan bagian dada yang terbesar dan pada
bagian atas disebut scutum yang digunakan untuk menyesuaikan saat terbang. Sepasang
sayap terletak pada mesotoraks.
Nyamuk memiliki sayap yang panjang, transparan dan terdiri atas percabanganpercabangan (vena) dan dilengkapi dengan sisi. Abdomen nyamuk tediri atas sepuluh
segmen, biasanya yang terlihat segmen pertama hingga segmen ke delapan, segmen-segmen
terakhir biasanya termodifikasi menjadi alat reproduksi. Nyamuk betina memiliki 8 segmen
yang lengkap. Seluruh segmen abdomen berwarna belang hitam putih, membentuk pola
tertentu dan pada betina ujung abdomen membentuk titik (meruncing).
Secara morfologis Ae.aegypti dan Ae.albopictus sangat mirip, berukuran tubuh kecil.
Panjang 3-4 mm dan bintik hitam dan putih pada badan, kaki dan mempuntai ring putih di
kaki. Namun dapat dibedakan dari strip putih yang terdapat pada bagian skutumnya. Skutum
Ae. aegypti berwarna hitam dengan dua strip putih sejajar di bagian dorsal tengah yang diapit
oleh dua garis lengkung berwarna putih. Sementara skutum Ae. albopictus yang juga
berwarna hitam hanya berisi satu garis putih tebal di bagian dorsalnya. Aedes aegypti Aedes
albopictus
2. Telur

Gambar 2.3 Telur Ae.aegypti

Telur yang baru dikeluarkan berwarna putih tetapi sesudah 1 2 jam berubah menjadi
hitam. Telur Aedes berbentuk bulat panjang (oval) menyerupai torpedo, mempunyai dinding
yang bergaris-garis yang menyerupai sarang lebah. Telur tidak berpelampung dan diletakkan
satu persatu terpisah di atas permukaan air dalam keadaan menempel pada dinding tempat
perindukannya.
Telur tersebut diletakkan secara terpisah di permukaan air untuk memudahkannya
menyebar dan berkembang menjadi larva di dalam media air. Media air yang dipilih untuk
tempat peneluran itu adalah air bersih yang stagnan (tidak mengalir) dan tidak berisi spesies
lain sebelumnya. Sejauh ini, informasi mengenai pemilihan air bersih stagnant sebagai habitat
bertelur Ae. aegypti banyak dilaporkan oleh peneliti serangga vektor tersebut dari berbagai
negeri.
Laporan terakhir yang disampaikan oleh penelitian IPB Bogor bahwa ada telur Ae.
aegypti yang dapat hidup pada media air kotor dan berkembang menjadi larva. Sementara Ae.
albopictus meletakkan telurnya dipinggir kontener atau lubang pohon di atas permukaan air.
Percobaan yang hati-hati menunjukkan bahwa cangkang telur memiliki pola mosaik tertentu.
Telur Aedes dapat bertahan pada kondisi kering pada waktu dan intensitas yang bervariasi
hingga beberapa bulan, tetapi tetap hidup. Jika tergenang air, beberapa telur mungkin menetas
dalam beberapa menit, sedangkan yang lain mugkin membutuhkan waktu lama terbenam
dalam air, kemudian penetasan berlangsung dalam beberapa hari atau minggu.
Seekor nyamuk betina meletakkan telurnya rata-rata sebanyak 100 butir setiap kali
bertelur. Telur dapat bertahan sampai berbulan-bulan dalam suhu 2-24C, namun akan
menetas dalam waktu 1-2 hari pada kelembaban rendah. Telur diletakkan di air akan menetas
dalam waktu 7 hari pada suhu 16C dan akan membutuhkan yang direndam akan menetas
sebanyak 80% pada hari pertama dan. Setelah 2-4 hari telur menetas menjadi larva yang
hidup di dalam air.
3. Larva atau Jentik

Gambar 2.4 Larva Ae. Aegypti


Larva Aedes memiliki sifon yang pendek dan hanya ada sepasang sisir subventral yang
jaraknya tidak lebih dari bagian dari pangkal sifon dengan satu kumpulan rambut. Pada
waktu istirahat membentuk sudut dengan permukaan air. Terdapat empat tahapan dalam
perkembangan larva yang disebut instar. Larva nyamuk semuanya hidup di air yang
tahapannya terdiri atas empat instar. Keempat instar itu dapat diselesaikan dalam waktu 4 hari
2 minggu tergantung keadaan lingkungan seperti suhu air persediaan makanan. Larva
menjadi pupa membutuhkan waktu 68 hari.
4. Pupa atau Kepompong

Gambar 2.5 Pupa Ae.aegypti


Pupa adalah fase inaktif yang tidak membutuhkan makan, namun tetap membutuhkan
oksigen untuk bernafas. Untuk keperluan pernafasannya pupa berada di dekat permukaan air.
Lama fase pupa tergantung dengan suhu air dan spesies nyamuk yang lamanya dapat berkisar
antara satu hari sampai beberapa minggu. Setelah melelewati waktu itu maka pupa membuka
dan melepaskan kulitnya kemudian imago keluar ke permukaan air yang dalam waktu singkat
siap terbang. Pupa sangat sensitife terhadap pergerakan air dan belum dapat dibedakan antara
jantan dan betina. Bentuk pada stadium pupa ini seperti bentuk terompet panjang dan
ramping.
C. Siklus Hidup
Nyamuk termasuk serangga yang mengalami metamorfosis sempurna (holometabola)
karena mengalami empat tahap dalam masa pertumbuhan dan perkembangan. Tahapan yanag
dialami oleh nyamuk yaitu telur, larva, pupa dan dewasa. Telur nyamuk akan menetas
menjadi larva dalam waktu 1-2 hari pada suhu 20-40C. Kecepatan pertumbuhan dan
perkembangan larva dipengaruhi oleh suhu, tempat, keadaan air dan kandungan zat makanan
yang ada di tempat perindukan. Pada kondisi optimum, larva berkembang menjadi pupa
dalam waktu 4-9 hari dan pada kondisi ini nyamuk tidak makan tapi tetap membutuhkan
oksigen yang diambilnya melalui tabung pernafasan (breathing trumpet) , kemudian pupa
menjadi nyamuk dewasa dalam waktu 2-3 hari sehingga waktu yang dibutuhkan dari telur
hingga dewasa yaitu 7-14 hari.

Suhu udara merupakan salah satu faktor lingkungan yang mempengaruhi perkembangan
jentik nyamuk Aedes aegypti. Pada umumnya nyamuk akan meletakkan telurnya pada

temperatur sekitar 20 30C. Toleransi terhadap suhu tergantung pada spesies nyamuk. telur
nyamuk tampak telah mengalami embriosasi lengkap dalam waktu 72 jam dalam temperatur
udara 25 - 30C. Rata-rata suhu optimum untuk pertumbuhan nyamuk adalah 25 27C dan
pertumbuhan nyamuk akan berhenti sama sekali bila suhu kurang dari 10C atau lebih dari
40C.
Kelembaban udara juga merupakan salah satu kondisi lingkungan yang dapat
mempengaruhi perkembangan jentik nyamuk Aedes aegypti. kelembaban udara yang berkisar
81,5 - 89,5% merupakan kelembaban yang optimal untuk proses embriosasi dan ketahanan
hidup embrio nyamuk. Sedangkan tempat perindukan yang paling potensial dalam siklus
hidup nyamuk adalah di kontainer atau tempat perindukan yang digunakan untuk keperluan
sehari - hari seperti drum, tempayan, bak mandi, bak WC, ember, dan sejenisnya.
Nyamuk lebih menyukai tempat perindukan yang berwarna gelap, terlindung dari sinar
matahari, permukaan terbuka lebar, berisi air tawar jernih dan tenang. Tempat perindukan
nyamuk (tempat nyamuk meletakkan telur) terletak di dalam maupun di luar rumah. Tempat
perindukan di dalam rumah yaitu tempat-tempat penampungan air antara lain bak air mandi,
bak air WC, tandon air minum, tempayan, gentong air, ember, dan lainlain. Tempat
perindukan di luar rumah antara lain dapat ditemukan di drum, kaleng bekas, botol bekas, pot
bekas, pot tanaman hias yang terisi air hujan dan lain-lain. Tempat perindukan nyamuk juga
dapat ditemukan pada tempat penampungan air alami misalnya pada lubang pohon dan
pelepah-pelepah daun.
Ae albopictus berkembang biak pada kontainer temporer tetapi lebih suka pada
kontainer alamiah di hutan-hutan, seperti lubang pohon, ketiak daun, lubang batu dan batok
kelapa, serta berkembang biak lebih sering di luar rumah di kebun dan jarang ditemukan di
dalam rumah pada kontainer buatan seperti gentong dan ban mobil. Spesies ini memiliki telur
yang dapat bertahan pada kondisi kering tetapi tetap hidup.
Nyamuk Aedes betina menghisap darah untuk mematangkan telurnya. Waktu mencari
makan (menghisap darah) adalah pada pagi atau petang hari. Kebanyakan spesies menggigit
dan beristirahat di luar rumah tetapi di kota-kota daerah tropis, Ae aegypti berkembang biak,
menghisap darah dan beristirahat di dalam dan sekitar rumah. Ada pula yang menemukan
Aedes menghisap darah di dalam rumah dan beristirahat sebelum dan sesudah makan di luar
rumah.
A. Bionomi
Bionomik vektor meliputi kesenangan tempat perindukan nyamuk, kesenangan nyamuk
menggigit, kesenangan nyamuk istirahat, lama hidup dan jarak terbang :
1. Kesenangan tempat perindukan nyamuk.

Tempat perindukan nyamuk biasanya berupa genangan air yang tertampung disuatu
tempat atau bejana. Nyamuk Aedes tidak dapat berkembangbiak digenangan air yang
langsung bersentuhan dengan tanah. Genangannya yang disukai sebagai tempat perindukan
nyamuk ini berupa genangan air yang tertampung di suatu wadah yang biasanya disebut
kontainer atau tempat penampungan air bukan genangan air di tanah.Survei yang telah
dilakukan di beberapa kota di Indonesia menunjukkan bahwa tempat perindukan yang paling
potensial adalah TPA yang digunakan sehari hari seperti drum, tempayan, bak mandi, bak
WC, ember dan sejenisnya. Tempat perindukan tambahan adalah disebut non-TPA, seperti
tempat minuman hewan, vasbunga, perangkap semut dan lain-lainnya, sedangkan TPA
alamiah seperti lubang pohon, lubang batu, pelepah daun, tempurung kelapa, kulit kerang,
pangkal pohon pisang, potongan bambu, dan lain-lainnya.
Nyamuk Aedes aegypti lebih tertarik untuk meletakkan telurnya pada TPA berair yang
berwarna gelap, paling menyukai warna hitam, terbuka lebar, dan terutama yang terletak di
tempat-tempat terlindungsinar matahari langsung.Tempat perindukan nyamuk Aedes yaitu
tempat di mana nyamuk Aedes meletakkan telurnya terdapat di dalam rumah (indoor)
maupun di luar rumah(outdoor). Tempat perindukan yang ada di dalam rumah yang paling
utama adalah tempat-tempat penampungan air: bak mandi, bak air WC, tandon air
minum,tempayan, gentong tanah liat, gentong plastik, ember, drum, vas tanaman
hias,perangkap semut, dan lain-lain. Sedangkan tempat perindukan yang ada di luar rumah
(halaman): drum, kaleng bekas, botol bekas, ban bekas, pot bekas, pottanaman hias yang
terisi oleh air hujan, tandon air minum, dan lain-lain.
2. Kesenangan nyamuk menggigit
Nyamuk Aedes hidup di dalam dan di sekitar rumah sehingga makanan yang diperoleh
semuanya tersedia di situ. Boleh dikatakan bahwa nyamuk Aedes aegypti betina sangat
menyukai darah manusia (antropofilik). Kebiasaan menghisap darah terutama pada pagi hari
jam 08.00-12.00 dan sore hari jam 15.00-17.00. Nyamuk betina mempunyai kebiasaan
menghisap darah berpindah-pindah berkali-klali dari satu individu ke individu yang lain. Hal
ini disebabkan karena pada siang harimanusia yang menjadi sumber makanan darah
utamanya dalam keadaan aktif bekerja/bergerak sehingga nyamuk tidak dapat menghisap
darah dengan tenang sampai kenyang pada satu individu. Keadaan inilah yang menyebabkan
penularan penyakit DBD menjadi lebih mudah terjadi.Waktu mencari makanan, selain
terdorong oleh rasa lapar, nyamuk Aedes juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu bau
yang dipancarkan oleh inang,temperatur, kelembaban, kadar karbon dioksida dan warna.
Untuk jarak yang lebih jauh, faktor bau memegang peranan penting bila dibandingkan
dengan

faktor

lainnya.

Sedangkan nyamuk Aedes Albopictus betina aktif di luar ruangan yang teduh dan terhindar
dari angin. Nyamuk iniaktif menggigit pada siang hari. Puncak aktivitas menggigit ini
bervariasi tergantung habitat nyamuk meskipun diketahui pada pagi hari dan petang hari
3. Kesenangan nyamuk istirahat
Kebiasaan istirahat nyamuk Aedes aegypti lebih banyak di dalam rumah pada bendabenda yang bergantung, berwarna gelap, dan di tempat-tempat lain yangterlindung. Di
tempat-tempat tersebut nyamuk menunggu proses pematangan telur. Setelah beristirahat dan
proses pematangan telur selesai, nyamuk betina akanmeletakan telurnya di dinding tempat
perkembangbiakannya, sedikit di ataspermukaan air. Pada umumnya telur akan menetas
menjadi jentik dalam waktu 2 hari setelah telur terendam air. Setiap kali bertelur nyamuk
betina dapat mengeluarkan telur sebanyak 100 butir. Telur tersebut dapat bertahan sampai
berbulan-bulan bila berada di tempat kering dengan suhu -2C sampai 42C, danbila di tempat
tersebut tergenang air atau kelembabannya tinggi maka telur dapat menetas lebih cepat.
4. Jarak terbang
Penyebaran nyamuk Aedes Aegypti betina dewasa dipengaruhi oleh beberapa faktor
termasuk ketersediaan tempat bertelur dan darah, tetapi tampaknya terbatas sampai jarak 100
meter dari lokasi kemunculan.Akan tetapi penelitian terbaru di Puerto Rico menunjukkan
bahwa nyamuk ini dapat menyebar sampai lebih dari 400 meter terutama untuk mencari
tempat bertelur.Transportasi pasif dapat berlangsung melalui telur dan larva yang ada di
dalam penampung.
5. Lama hidup
Nyamuk Aedes Aegypti dewasa memiliki rata-rata lama hidup 8 hari. Selama musim
hujan, saat masa bertahan hidup lebih panjang, risiko penyebaran virus semakin besar.Dengan
demikian, diperlukan lebih banyak penelitian untuk mengkaji survival alami Aedes Aegypti
dalam berbagai kondisi.
Untuk dapat memberantas nyamuk Aedes Aegypti secara efektif diperlukan
pengetahuan tentang pola perilaku nyamuk tersebut yaitu perilaku mencari darah, istirahat
dan berkembang biak, sehingga diharapkan akan dicapai Pemberantasan Sarang Nyamuk dan

a)
1)
2)
3)

jentik Nyamuk Aedes Aegypti yang tepat.


Perilaku tersebut meliputi :
Perilaku Mencari Darah
Setelah kawin, nyamuk betina memerlukan darah untuk bertelur
Nyamuk betina menghisap darah manusia setiap 2 3 hari sekali
Menghisap darah pada pagi hari sampai sore hari, dan lebih suka pada jam 08.00 12.00 dan

4)

jam 15.00 17.00


Untuk mendapatkan darah yang cukup, nyamuk betina sering menggigigt lebih dari satu

orang
5) Jarak terbang nyamuk sekitar 100 meter
6) Umur nyamuk betina dapat mencapai sekitar 1 bulan.

b) Perilaku Istirahat
Setelah kenyang menghisap darah, nyamuk betina perlu istirahat sekitar 2 3 hari untuk
mematangkan telur. Tempat istirahat yang disukai :
1) Tempat-tempat yang lembab dan kurang terang, seperti kamar mandi, dapur, WC
2) Di dalam rumah seperti baju yang digantung, kelambu, tirai.
3) Di luar rumah seperti pada tanaman hias di halaman rumah.
c) Perilaku berkembangbiak
Nyamuk aedes aegypti bertelur dan berkembang biak di tempat penampungan air bersih
seperti:
1) Tempat penampungan air untuk keperluan sehari-hari :bak mandi, WC, tempayan, drum air,
bak menara( tower air) yang tidak tertutup, sumur gali.
2) Wadah yang berisi air bersih atau air hujan: tempat minum burung, vas bunga, pot bunga,
potongan bambu yang dapat menampung air, kaleng, botol, tempat pembuangan air di kulkas
dan barang bekas lainnya yang dapat menampung air meskipun dalam volume kecil.
B. Pengendalian
Pemberantasan nyamuk Ae. aegypti dan Ae. albopictus bertujuan untuk menurunkan
angka kesakitan dan kematian penyakit demam berdarah dengue hingga ke tingkat yang
bukan merupakan masalah kesehatan masyarakat lagi. Kegiatan pemberantasan nyamuk
Aedes yang dapat dilaksanakan dengan dua cara yaitu:
1. Pemberantasan Nyamuk Dewasa
Pemberantasan terhadap nyamuk dewasa dilakukan dengan cara :
a) Pengasapan (Fogging)
Pengasapan atau fogging dengan menggunakan jenis insektisida.
b) Repelen
Repelen, yaitu bahan kimia atau non-kimia yang berkhasiat mengganggu kemampuan insekta
untuk mengenal bahan atraktan dari hewan atau manusia.
c) Teknik Serangga Mandul (TSM)
Radiasi dapat dimanfaatkan untuk pengendalian vektor yaitu untuk membunuh secara
langsung dengan teknik desinfestasi radiasi dan membunuh secara tidak langsung yang lebih
dikenal dengan Teknik Serangga Mandul (TSM), yaitu suatu teknik pengendalian vektor yang
potensial, ramah lingkungan, efektif, spesies spesifik dan kompatibel.
2. Pemberantasan jentik
Pemberantasan terhadap jentik Aedes aegypti yang dikenal dengan istilah Pemberantasan
a)

Sarang Nyamuk (PSN) dilakukan dengan cara :


Fisik
Cara ini dilakukan dengan menghilangkan atau mengurangi tempat-tempat perindukkan.
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) yang pada dasarnya ialah pemberantasan jentik atau
mencegah agar nyamuk tidak dapat berkembang biak. PSN ini dapat dilakukan dengan :

1)

Menguras bak mandi dan tempat-tempat penampungan air sekurangkurangnya seminggu


sekali. Ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa perkembangan telur menjadi nyamuk

selama 7-10 hari.


2) Menutup rapat tempat penampungan air seperti tempayan, drum dan tempat air lain
3) Mengganti air pada vas bunga dan tempat minum burung sekurangkurangnya seminggu
4)
5)
6)
7)
b)

sekali
Membersihkan pekarangan dan halaman rumah dari barang-barang bekas seperti kaleng
bekas dan botol pecah sehingga tidak menjadi sarang nyamuk.
Menutup lubang-lubang pada bambu pagar dan lubang pohon dengan tanah
Membersihkan air yang tergenang diatap rumah
Memelihara ikan.
Kimia
Dikenal sebagai Larvasidasi atau Larvasiding yakni cara memberantas jentik nyamuk
Aedes aegypti dengan menggunakan insektisida pembasmi jentik (larvasida).

c) Biologi
Pengendalian ini dilakukan dengan menggunakan makhluk hidup, baik dari golongan
mikroorganisme, hewan invertebrata atau hewan vertebrata. Organisme tersebut dapat
berperan sebagai patogen, parasit atau pemangsa.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Nyamuk Aedes merupakan ordo Diptera mempunyai 1162 spesies. Aedes aegypti dan
Ae. Albopictus merupakan vektor Demam Berdarah Dengue. Ae. aegypti selain vektor
demam berdarah dengue (Dengue Hemorrhagic Fever) adalah demam dengue (Dengue
Fever) yang dikenal sebagai Cikungunyah (Break Bone Fever). Ciri khas yang membedakan
Aedes aegypti dan Ae. Albopictus adalah strip putih yang terdapat pada bagian skutumnya.
Skutum Ae. aegypti berwarna hitam dengan dua strip putih sejajar di bagian dorsal tengah
yang diapit oleh dua garis lengkung berwarna putih. Sementara skutum Ae. albopictus yang
juga berwarna hitam hanya berisi satu garis putih tebal di bagian dorsalnya. Nyamuk
termasuk serangga yang mengalami metamorfosis sempurna (holometabola). Tahapan yanag
dialami oleh nyamuk yaitu telur, larva, pupa dan dewasa. Bionomik vektor meliputi
kesenangan tempat perindukan nyamuk, kesenangan nyamuk menggigit, kesenangan nyamuk
istirahat, lama hidup dan jarak terbang.

DAFTAR PUSTAKA
http://2.bp.blogspot.com/BAedes%2Bdan%2Bpengendaliannya.png
http://artisbergaya.blogspot.com/2010/04/pengertian-penyakit-demam-berdarah.html
http://isearch.avg.com/nyamuk-aedes-aegypti-di-sekitar-kita/
www.informasikesehatan.org/pencegahan-penyakit-demam-berdarah-dengan-pemeriksaanjentik.html
Diposkan oleh Panca Neutron (Putra Mahkota) di 20.17
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest
Tidak ada komentar:
Poskan Komentar
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)

ANALIS MUHAMMADIYAH '10

KOMUNITAS ANALIS KESEHATAN B1

Widget Animasi

Ada kesalahan di dalam gadget ini

PANCA'S blog

Menurut Anda Bagaimana tentang sipembuat BLOG


ini ?????
Share it
Cari Blog Ini

Daily Calendar
Pengikut
Arsip Blog

2012 (15)
o Juli (1)
o Juni (6)
o Mei (8)

Morfologi Kutu Kucing

MORFOLOGI LALAT BUAH (Drosophila melanogaster)

GAMBAR MORFOLOGI LALAT RUMAH (Musca domestica)

MAKALAH KARBONDIOKSIDA AGRESIF

MAKALAH LEUKIMIA KRONIK

Kutu Busuk

MAKALAH NYAMUK Aedes sp

Contoh Laporan Imunoserologi

2011 (6)

2010 (5)
Template Watermark. Gambar template oleh pixhook. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai