Anda di halaman 1dari 22

TUGAS EKONOMI MIKRO

PASAR

Oleh :
Nama

: I Wayan Septiyana

NIM

: 1317041001

Jurusan

: Manajemen

Kelas

: II A

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2014

PASAR
1.1 Pasar Persaingan Sempurna
Supaya perusahaan mencapai laba maksimum, maka jumblah output yang
dihasilkan harus dalam jumblah tertentu dan pada saat MR = MC. Secara teoritis
ada dua bentuk pasar yang bersifat ekstrem, yaitu pasar persaingan sempurna dan
pasar monopoli.
Karakteristik pasar persaingan sempurna meliputi, barang yang diproduksi
bersifat homogen, produsen dan konsumen memiliki pengetahuan atau informasi
sempurna tentang pasar, output sebuah perusahaan jumblahnya relatif kecfil
dibandingkan dengan output keseluruhan di pasar, perusahaan tidak bisa
mempengaruhi harga barang di pasar, semua perusahaan bebas masuk dan keluar
pasar (free entry and exit).
a. Barang yang diproduksi homogen
Maksudnya homogen, bahwa produk mampu memberikan
kepuasan yang sama kepada konsumen, tanpa perlu mengetahui
produsennya, sebab produsen manapun yang memproduksi barang tersebut
barangnya homogen dalam segala-galanya. Karena barangya homogen,
maka semua perusahaan dianggap mampu menghasilkan barang dan jasa
dengan karakteristik dan kualitas yang sama
b. Produsen dan konsumen memiliki pengetahuan/informasi sempurna
tentang pasar
Pelaku pasar (produsen dan konsumen) memiliki pengetahuan
sempurna tentang keadaan pasar seperti, tahu persis jenis barang yang
dijual, harga pokok barang, harga input, kualitas barang, dan lain-lainya.
Karena barang bersifat homogen atau sama antara yang dihasilkan
produsen satu dengan yang lainya.
c. Output sebuah perusahaan relatif kecil dibandingkan dengan output
keseluruhan

Semua perusahaan bisa berproduksi secara efisien dengan jumblah


output tertentu, tetapi karena produsenya begitu banyak, menyebabkan
tiap-tiap produsen memiliki jatah dalam jumblah output yang relatif kecil
bila dibandingkan dengan output keseluruhan yang ada di pasar. Dengan
kata lain jumblah output yang dihasilkan masing-masing produsen seolaholah tidak ada artinya bila dibandingkan dengan output keseluruhan yang
diperdagangkan.
d. Perusahaan tidak bisa mempengaruhi harga
Begitu kecilnya jumblah output tersebut sehingga setiap produsen
atau penjual tidak memiliki kekuatan untuk mengubah harga yang telah
berlaku di pasar, atau bertindak sebagai pengikut harga. Oleh karena itu
mereka hanya bisa mengikuti harga yang telah berlaku.
e. Semua perusahaan bebas masuk dan keluar pasar
Munculnya karakteristik ini disebabkan oleh adanya anggapan
bahwa faktor-faktor

produksi yang digunakan dalam proses produksi

memiliki mobilitas yang tinggi untuk berpindah dari suatu pekerjaan ke


pekerjaan lainya, tanpa perlu mengeluarkan tambahan biaya. Perpindahan
maksudnya produsen berusaha untuk mengalihkan usaha atau kegiatan
produksinya ke usaha lain yang lebih menguntungkan.
1) Permintaan dalam Pasar Persaingan Sempurna
Karena harga output di Pasar Persaingan Sempurna relatif tetap, dan
perusahaan secara individual tidak bisa mempengaruhi atau mengubah harga,
maka kurve permintaan perusahaan secara indovidual berbentuk garis
horisontal.

P
D
P

S
P

Q
Q
0
0
Gambar 5.1a Permintaan dalam
Gambar 5.1b Permintaan Individual
Persaingan Sempurna
Gambar 5.1a menunjukan jumblah permintaan di Pasar Persaingan
Sempurna dengan Keseimbangan Pasar yang dibentuk oleh titik perpotongan
permintaan (D) dengan penawaran (S) dan tingkat harga setinggi OP. Harga
setinggi itu hanya dapat diikuti oleh permintaan dari perusahaan-perusahaan
secara individual seperti diperlihatkan oleh Gambar 5.1b.
2) Penerimaan dalam Pasar Persaingan Sempurna
Permintaan keseluruhan perusahaan jumblahnya sebanyak ouput kali
harga atau TR = Q.P. Karena harga tetap, maka Penerimaan Rata-rata (AR)
perusahaan sama besar dengan Penerimaan Marginal (MR), sama dengan
Harga (P), dan sama pula dengan Permintaan (D). Jadi TR = AR = MR = P =
D. Perhatikan gambar 5.2a, dan 5.2b.

P
TR = Q.P

D = AR = MR = P

Q Gambar 5.2a D=AR=MR=P


0 5.2b Permintaan Total
Gambar
0 Q
Penerimaan total seperti dalam Gambar 5.2b berbentuk garis lurus
dengan sudut kemiringan positif dari titik nol.
3) Keseimbangan Perusahaan
Syarat yang harus dipenuhi dalam Pasar Persaingan Sempurna supaya
perusahaan bisa mencapai keseimbangan adalah :
a) Jumblah output yang diproduksi sebaiknya dalam jumblah tertentu, dan
pada saat jumblah tersebut, Biaya Variabel (VC) sama dengan Penerimaan
Total (TR), atau Biaya Variabel Rata-rata (AVC) sama besar dengan
tingkat harga (P). Dalam keadaan AC =TR atau AVC = P, maka
perusahaan hanya mengalami kerugian Biaya Tetap (FC), karena biaya ini

akan tetap dikeluarkan saat perusahaan berpoduksi atau dalam keadaan


tidak berproduksi.
b) Jumblah output yang dihasilkan dalam jumblah tertentu, dan pada saat
jumblah output tersebut MR = MC. Kemungkinan yang bisa terjadi adalah
perusahaan akan memperoleh Laba Maksimum, atau perusahaan berada
dalam kondisi tidak menguntungkan yang ditandai oleh terjadinya
kerugian minimum.
Gambar 5.3 memperlihatkan perusahaan memperoleh Laba Maksimum di
Pasar Persaingan Sempurna.

Gambar 5.3 Laba Maksimum


P
MC

P2

P1

D = AR = MR = P
AC

Q
Q
Laba Maksimum dalam Pasar Persaingan Sempurna sebesar segi empat

P1P2 EB dicapai pada saat jumblah output optimal sebanyak OQ. Pada saat
output sebesar itu MR = MC. Biaya Rata-Rata (AC) lebih kecil dan tingkat
harga P2 untuk setiap unit output. Oleh karena itu setiap unit output,
perusahaan memperoleh laba sebesar BE. Laba Total Maksimum atau Laba
Super Normal yang diperoleh bila output sebesar OQ sebesar OQ kali BE =
P1P2EB.
Kemungkinan lain yang bisa terjadi pada saat produksi atau output
mencapai jumblah yang menyebabkan MC = MR adalah perusahaan berada
pada posisi impas, atau menderita Rugi Minimum. Pada posisi impas,
perusahaan tidak merugi dan tidak memperoleh Untung Maksimal, atau
disebut perusahaan memperoleh Laba Normal yang ditandai oleh D = AR =

MR = P = MC = MR. Output keseimbangan besarnya = OQ. Pada saat AR = P,


maka laba perunit perusahaan sama dengan nol. Perusahaan dalam keadaan
memperoleh Laba Normal kurvenya dapat dilihat pada Gambar 5.4.

AC
MC

P1

P2

E
P

D = AR = MR = P

P3

P
E

P4
0

Gambar 5.4 Laba Normal

AC

MC

D = AR = MR = P

Q
Q1 Q2

Q3

Gambar 5.5 Rugi Minimum

Gambar 5.5 menunjukan perusahaan menderita Rugi Minimum. Pada saat


MC = MR dengan jumblah output sebanyak OQ2. Perusahaan menderita rugi
sebesar BE perunit, karena AC < P. Rugi Total Minimum saat output
sejumblah OQ2 besarnya P3P2BE atau seluas bidang segi empat yang diarsir.
Dikatakan Rugi Minimum karena pada saat output sebesar OQ2 rugi yang
terjadi merupakan kerugian terkecil yang diderita perusahaan. Jika output
dikurangi atau ditambah dari jumblah OQ 2 perusahaan akan menderita
kerugian yang lebih besar dari P3P2BE. Misalnya produksi atau output
dikurangi dari jumblah OQ2 menjadi OQ1, maka kerugian total yang diderita
perusahaan bertambah besar yaitu seluas segi empat P4P1AC (segi empat
P4P1AC lebih luas dari segi empat P3P2BE). Sebaliknya kalau output lebih
besar dari OQ2, misalnya ditambah menjadi OQ3, kerugian output perunit
mungkin lebih kecil , tetapi rugi total akan semakin besar. Jadi supaya
terhindar dari kerugian yang lebih besar dari Rugi Minimum, maka sebaiknya
perusahaan berproduksi dengan output sebesar OQ2.
1.2 Pasar Monopoli

Suatu industri atau perusahaan dikatakan berstuktur monopoli apabila


hanya ada satu produsen atau pengusaha tanpa ada pesaing langsung maupun
tidak langsung, baik nyata maupun potensial. Output yang dihasilkan tidak
ada substitusinya. Perusahaan atau industri tidak memiliki pesaing karena
adanya hambatan untuk masuk dan ikut berusaha di bidang yang dimonopoli
oleh perusahaan pemegang momopoli. Dilihat dari penyebab hambatanhambatan untuk masuk ke Pasar Monopoli berupa hambatan teknis (tecnical
barriers to entry) dan hambatan legalitas (legal barriers to entry).
Hambatan teknis maksdunya, perusahaan yang ingin masuk secara
teknis tidak memiliki kemampuan untuk bersaing dengan pemegang
monopoli, karena pemegang monopoli memiliki kemampuan untuk bersaing
keunggulan-keunggulan teknis antara lain disebabkan oleh :
a) Perusahaan

pemegang

monopoli

memiliki

kemampuan

atau

pengetahuan khusus yang menyebabkan perusahaan bekerja efisien


dan tidak bisa ditandingi oleh perusahaan lain. Tingginya efisiensi
memungkinkan perusahaan pemegang monopoli memiliki kurve biaya
(AC dan MC) menurun. Semakin besar skala produksi, kurve MC
terus menurun dan menyebabkan AC perunit makin rendah.
b) Perusahaan pemegang monopoli memiliki kontrol sumber faktorfaktor produksi baik untuk Sumber Daya Alam, Sumber Daya
Manusia, maupun lokasi peusahaan.
Perusahaan

pemegang

monopoli

memiliki

kemampuan

untuk

mengatur harga melalui pengaturan outputnya. Oleh karena itu pemegang


monopoli berkedudukan sebagai Penentu Harga (Price Setter). Dalam Pasar
Persaingan Sempurna, kurve MR = AR = D = P, tetapi dalam Pasar
Monopoli, Pendapatan Marginal (MR) lebih kecil dari tingkat harga (P) atau
MR<P. Hal ini disebabkan oleh bentuk kurve Permintaan (D) dalam Pasar
Monopoli lebih curam, menyusur dari kiri atas menuju kanan bawah,
sementara Kurve Permintaan (D) di Pasar Persaingan Sempurna bentuknya
mendatar, sejajar dengan sumbu datar. Untuk lebih jelasnya perhatikan
Gambar
P 5.6.

10

A
5

B
0

100

D
G

150

Gambar 5.6 Permintaan Pasar Monopoli


Gambar 5.6, menunjukan bahwa MR<P sehungga untuk menambah
output dari 100 menjadi 150, perusahaan harus menurunkan harga dari 10
menjadi 5. Dengan demikian Penerimaan Total (TR) sebesar segi empat B.
Proses turunya harga menyebabkan besarnya Penerimaan Marginal (MR)
berkurang sebesar segi empat A, tetapi bertambah sejumblah segi empat B,
dengan tingkat harga (P) lebih rendah dari sebelumnya.
Posisi Kurve Permintaan (D) dan posisi Kurve Penerimaan Marginal
(MR) akan nampak seperti Gambar 5.7. Dari Gambar 5.7 tersebut dapat
dilihat bahwa posisi kurve Pendapatan Marginal (MR) lebih curam apabila
dibandingkan dengan letak kurve Permintaan (D), dan Kurve Pendapatan
Marginal (MR) selalu letaknya dibawah Kurve Permintaan (P). Jarak antara
titik
P 0 dengan MR dan antara MR dengan D, sama kalau kedua kurve
tersebut sama-sama memotong sumbu datar.

MR

Q
Gambar 5.7 Kurve MR dan D

Dalam Pasar Persaingan Sempurna, bentuk Kurve Pendapatan


Total (TR) berupa garis lurus. Tapi dalam Pasar Persaingan Monopoli Kurve
Permintaan Total (TR) bentuknya sangat tergantung pada besarnya
elastisitas harga. Ada tiga kemungkinan terhadap TR bila elastisitas harga
mengalami perubahan.
a) Jika > 1, artinya Permintaan Elastis, sehingga dalam situasi seperti
ini jikalau ingin menambah penawaran output sebanyak 1% harus
dilakukan dengan penurunan harga output yang lebih kecil dari 1%.
Akibat TR naik dan MR menjadi positif.
b) Jika = 1, artinya Permintaan Unitary, sehingga untuk menambah
penawara output sebesar 1% harus dilakukan melalui penurunan
harga sebesar 1% juga. Akibat TR tidak bertambah, sementara MR
sama dengan 0.
c) Jika <1, artinya permintaan output inelastis. Jadi untuk menambah
penawaran output sebanyak 1% harus melalui penurunan harga yang
lebih besar dari 1%. Akibatnya TR menurun dan MR < 0 (negatif).
Gambar mengenai hubungan antara MR, D, TR dan elastisitas harga
terhadap permintaan dapat dilihat pada gambar 5.8.
P
>1
=1
<1
MR
0

D
Q

0
TR

Gambar 5.8 Elastisitas Permintaan dan TR


1) Keseimbangan Perusahaan dalam Pasar Monopoli
Dalam Pasar Monopoli, keseimbangan perusahaan terjadi pada saat
MR = MC. Pada saat MR = MC tersebut disamping perusahaan berada
pada keseimbangan, perusahaan juga dalam posisi mencapai Laba
Maksimum atau Laba Super Normal. Laba Super Normal perusahaan
dapat dilihat pada Gambar 5.9.
P
P1
P2

MC
A

AC

Dari BGambar 5.9 dapat dilihat bahwa pada saat output sebanyak
D
MR
OQ1 dan tingkat harga setinggi OPQ
1 terciptalah Laba Super Normal
0
Q1
sebanyak segiempat yang diarsir, atau sejumblah P 2P1AB. Saat laba
Gambar
5.9 Laba
tersebut
tercapai,
hargaSupernormal
output lebih tinggi dari Biaya Rata-Rata (AC)
perunit, atau P > AC sehingga Laba Super Normal tercapai. Kalau output
kurang atau lebih dari jumblah OQ1, maka tidak tercapai Laba Maksimum,
karena MR belum sama dengan MC.
Perusahaan dalam Pasar Monopoli dengan perolehan Laba Normal
dan Rugi Minimal dapat dilihat pada Gambar 5.10 dan Gambar 5.11.

Gambar 5.10 Laba Normal

Gambar 5.11 Rugi Minimal

Gambar 5.10 menunjukan perusahaan dalam keadaan memperoleh


Laba Normal, karena tingginya harga perunit sama dengan Biaya Rata-rata
perunit, atau P = AC. Sementara Gambar 5.11 adalah gambar yang
memperlihatkan perusahaan menderita Kerugian Minimum. Saat itu
tingginya Biaya Rata-rata serada diatas harga, atau AC > P. Pada kasus ini
perusahaan akan tetap berusaha untuk menawarkan outputnya di pasar
sepanjang masih mampu menutup Biaya Variabel yang harus dikeluarkan
dalam

proses

produksi.

Apabila

hal

ini

tidak

bisa

dilakukan

kemungkinanya adalah produsen akan menutup usahanya. Penutupan


usaha mungkin sudah mulai dipikirkan pada saat perusahaan meneriman
Laba Normal. Titik E pada Gambar 5.10 disebut Titik Tutup Usaha (The
Closing Down Point, atau The Shut Down Point). Apabila harga kemudian
berada dibawah OP berarti produsen tidak mampu menutup ongkosongkos variabel produksinya, oleh karena itu akan lebih baik kalau mereka
menutup usahanya.
2) Kekuatan Monopoli
Monopoli mutlak dalam pasar pada umumnya sulit ditemukan,
karena dalam kenyataanya struktur pasar yang ada kebanyakan
didalamnya terdapat persaingan. Oleh karena itu pengertian monopoli
dalam ilmu ekonomi berbeda dengan pengertian monopoli berdasarkan
pendapat masyarakat awam. Masyarakat umum mungkin membayangkan
bahwa monopoli mempunyai kemampuan yang luar biasa, sehingga
perusahaan bebas berbuat apa saja demi mencapai laba yang sebesarbesarnya. Perusahaan dalam Pasar Monopoli memiliki daya monopoli
sebatas kemampuanya untuk mempengaruhi atau mengatur jumblah
output dan harga, semakin sulit keputusan harga dan kebijaksanaan output
untuk dilawan oleh perusahaan lainya, maka perusahaan tersebut dikatakan
memiliki daya monopoli yang semakin besar.
Besarnya daya monopoli yang dimiliki oleh perusahaan, bisa
diukur dengan Lerner Index. Lerner Index adalah angka indeks yang
menunjukan tingkat daya monopoli yang diukur berdasarkan permintaan
yang dihadapi oleh perusahaan. Rumusnya adalah sebagai berikut. L = ( P
MC ) : P. L adalah Lerner Index, P sama dengan harga output, dan MC

merupakan Biaya Marginal. Besarnya nilai Lerner Index (L) berkisar


antara nol sampai dengan satu. Perusahaan memiliki Lerner Index = 0,
artinya perusahaan tidak memiliki daya monopoli. Sebaliknya Lerner
Index = 1, berarti perusahaan memiliki daya monopoli yang sangat kuat,
hampir-hampir tidak bisa dilawan oleh perusahaan lainya. Jadi semakin
besar Lerner Index, berarti daya monopoli yang dimiliki oleh perusahaan
tersebut semakin kuat pula. Dalam Pasar Persaingan Sempurna, Lerner
Index = 0.
3) Monopoli Alamiah
Munculnya perusahaan sebagai pemengang Monopoli Alamiah,
lebih banyak disebabkan oleh tingkat efisiensi yang tinggi dalam proses
produksi, karena kemampuannya menerapkan teknologi modern. Karena
mampu bekerja secara efisien, menyebabkan struktur Biaya Rata-Rata
(AC) dalam jangka panjangterus mengalami penurunan. Semakin besar
outputnya semakin rendah AC nya. Harga jual (P) yang semakin tinggi di
atas AC dan MC, akan membuat perusahaan menikmati keuntungan yang
semakin besar. Gambar 5.12 memperlihatkan hal itu.

Gambar 5.12 Laba Supernormal


Dari Gambar 5.12 dapat dilihat bahwa Harga Pasar (P1) berada jauh
diatas MC dan AC. Oleh karena harga jual jauh diatas Biaya Rata-Rata
dam Biaya Marginal, mengakibatkan perusahaan memperoleh Laba Super
Normal, yang besarnya sama dengan luas segi empat P2P1AB. Perolehan
laba ini membuat perusahaan memiliki kemampuan untuk mempengaruhi
pasar dalam hal penyediaan output dan pengaturan harga yang sulit
ditandingi oleh perusahaan-perusahaan lainya.
4) Diskriminasi Harga

Diskriminasi Harga merupakan sebuah kebijaksanaan dengan cara


menjual output yang sama, dengan harga berbeda di pasar yang berbeda.
Tujaun kebijakan Diskriminasi harga adalah untuk mencapai tingkat laba
yang lebih besar, karena dengan cara tersebut hampir semua konsumen
dengan tingkat kemampuan yang berbeda bisa dilayani sesuai dengan daya
belinya. Supaya Diskriminasi harga bisa efektif, maka perlu diperhatikan
hal-hal sebagai berikut :
a) Perusahaan memiliki daya monopoli yang cukup, karena hanya
perusahaan yang demikian mampu menerapkan harga berbeda di
pasar yang berbeda pula.
b) Pasar harus memiliki tingkat elastisitas yang berbeda (elastis dan
inelastis).
c) Tidak ada kemungkinan tindakan menjual kembali.
d) Pendapatan Marginal dimasing-masing pasar sama,

untuk

mencapai Laba Maksimum.

Gambar 5.13 Diskriminasi Harga di Pasar A dan Pasar B


Dari Gambar 5.13 dapat dijelaskan bahwa perusahaan yang
memengang monopoli memiliki Kurve Permintaan (D) = Dt. Permintaan
outputnya terjadi di dua pasar yang berbeda yaitu Pasar A dan Pasar B.
Permintaan di Pasar A lebih elastis dibandingkan dengan permintaan di
Pasar B. Jika perusahaan tidak melakukanDiskriminasi Harga, maka harga

yang berlaku di semua pasar setinggi Pt, dengan penawaran output


sejumblah Laba Maksimumyang mampu dicapainya sejumblah AptBC.
Apabila perusahaan melakukan Diskriminasi Harga dengan
membagi pasar menjadi Pasar A dan B, maka keadaanya menjadi berbeda
dengan apa yang terjadi apabila tidak melakukan Diskriminasi Harga
tersebut. Di Pasar A dan B keseimbangan pasarnya ditandai oleh Biaya
Marginal (MR). Pendapatan Marginal di Pasar A sebesar Mra, dan di Pasar
B = MRb. Jadi kedua pasar tersebut berlaku MC = Mra = MRb. Laba
Maksimum di Pasar A sebesar EpaFG dengan penawaran sebanyak Oqa
dan tingkat harga setinggi OPa. Sementara di Pasar B, perusahaan
memperoleh Laba Maksimum sebesar HpbIJ pada tingkat penawaran
output sejumblah OQb, dengan harga jual setinggi OPb.
Dengan

melakukan

Diskriminasi

Harga,

perolehan

Laba

Makismum perusahaan menjadi lebih baik, terbukti jumblah laba yang


diperolehnya dengan tidak melakukan Diskriminasi Harga, lebih kecil dari
jumblah Laba Maksimum yang diperoleh di Pasar A dan Pasar B. Dengan
kata lain jumblah laba yang diperoleh tanpa Diskriminasi Harga, lebih
kecil dari jumblah laba yang diperoleh di Pasar A dan Pasar B. Atau
jumblah laba APtBC < EPaFG + HPbIJ. Output total yang terjual juga
bertambah banyak yaitun sejumblah Qt = Qa + Qb. Tambahan laba
perusahaan diperoleh dari Pasar B yang Inelastis dengan cara
mengeksploitasi urplus Konsun menjadi keuntungan perusahaan. Bila
tidak ada Diskriminasi Harga di Pasar B dan harga tingginya tetap setinggi
Opt, maka Surplus Konsumen yang menjadi hak konsumen sebesar KLN.
Tetapi setelah diberlakukanya Diskriminasi Harga dengan tingkat harga
setinggi Opb, maka Surplus Konsumen berkurang hanya sebesar KpbI.
Surplus Konsumen yang sebenarnya menjadi haknya sebesar PbLMI,
diambil alih oleh perusahaan sebagai tambahan keuntungannya. Sementara
itu sisa Surplus Konsumen sebesar IMN menjadi hilang. Hilangnya
Surplus Konsumen ini disebut Dead Wieght Loss, dari Gambar 5.13 dapat
pula dilihat bahwa untuk Pasar A yang keadaanya lebih elastis, tingkat

harga produk lebih rendah dari tingkat harga di Pasar B yang sifatnya
Inelastis, (Pa < Pb).
Pasar
konsumen

Monopoli
hilang.

yang

Seberapa

menyebabkan
besar

tingkat

konsumen

akan

kesejahteraan
kehilangan

kesejahteraan, akibat terjadinya Diskriminasi Harga, dapat dicermati pada


Gambar 5.14

Gambar 5.14 Dead Weight Loss


Kalau perusahaan menerapkan monopoli maka harga output yang
diterapkan oleh perusahaan setinggi OP2, dengan tingkat output sebanyak
OQ2. Padahal apabila pasarnya Pasar Persaingan Sempurna, maka tingkat
harganya hanya setinggi OP1 dengan jumblah output sebanyak OQ1. Pada
Pasar Persaingan Sempurna keseimbangan pasar terjadi pada titik C.
Pada saat itu tingginya harga atau P = D = MC = AR = MR. karena
pasar bergerak ke arah monopoli, akibatnya konsumen kehilangan Surplus
Konsumen sebesar DBC. Kalau saja pasar tetap bergerak ke arah Pasar
Persaingan Sempurna, maka Surplus Konsumen yang semestinya bisa
diraih sebesar P1AC.kemudian karena pasar bergerak ke Pasar Monopoli,
maka jumblah Surplus Konsumen berkurang sebanyak P 1P2BC dengan
rincian kehilangan sejumblah P1P2BD dieksploitasi menjadi tambahan
keuntungan untuk pemegang monopoli dan sejumblah DBC berupa Dead

Weight Loss. Jadi Surplus. Jadi surplus konsumen akhirnya tinggal


sebanyyak P2BA. Konsekuensi pasar yang bergerak ke Pasar Monopoli
ditanggung juga oleh pemegang monopoli berupa kehilangan Surplus
Produsen sebanyak DEC. Dengan Demikian total kesejahteraan yang
hilang adalah sebesar DBC dari konsumen, ditambah DEC dari produsen.
Tetapi kehilangan Surplus Produsen sebanyak DEC masih lebih kecil
dibandingkan dengan jumblah keuntungan yang dicapai sebesar P1P2BD.
Oleh

karena

itu

keuntungan

mampu

mampu

produsen

dengan

mengarahkan pasar ke Pasar Monopoli adalah P1P2BD dikurangi EDC.


Karena pemegang monopoli bisa mengatur output yang akan
dipasarkan, maka dampaknya adalah kapasitas produksi menjadi tidak
optimal. Jumblah output di pasar akan menurun karena terjadi
pengurangan kapasitas produksi sampai pada tingkat output optimal.
Pemutusan hubungan kerja menjadi dampaknya, penganguran akan
bertambah banyak. Pasar mengalami Under Fullemployement karena
pelaku monopoli memaksa pengurangan output sehingga kapasitas
produksi berada dibawah kemampuan yang sesungguhnya. Beberapa
kebijaksanaan yang bisa ditempuh untuk mengurangi dampak negatif
Pasar Monopoli adalah pengaturan harga dalam bentuk Penetapan Harga
Tertinggi oleh pemerintah dan membuat Undang-Undang Anti Monopoli.

3.3 Pasar Persaingan Monopolistik


Pasar Persaingan Monopolistik mengandung arti bahwa di pasar
tersebut terjadi persaingan dan monopoli. Bersaing maksudnya bahwa
untuk merebut pangsa pasar diantara perusahaan melakukan persaingan
dalam berbagai hal. Persaingan terjadi semakin ketat dengan adanya
perang iklan untuk merebut simpati pembeli, sedangkan unsur
monopolinya berlaku untuk para pengemarnya.
Produk-produk

yang

dipasarkan

dalam

Pasar

Persaingan

Monopolistik memiliki banyak diferensiasi. Perbedaan-perbedaan tersebut

mampu menimbulkan monopoli terhadap pengemar-pengemarnya. Unsur


persaingan antar produk disebabkan juga oleh sifat produk-produk yang
dapat saling mengantikan antar produk satu dengan produk yang lainya.
Paling sedikit ada tiga katagori dari produk-produk yang dipasarkan di
Pasar Persaingan Monopolistik, yaitu produk terdiferensiasi, jumblah
produsen banyak, bebas masuk dan keluar.

a) Produk Terdiferensiasi
Terdiferensiasi maksudnya bahwa produk-produk yang ada
di pasar memiliki ciri-ciri tertentu, sehingga konsumen mampu
membedakan dengan produk lainya. Pembeda produk antara lain
model, bentuk, warna, merk, kemasan dan pelayanan saat dan
pasca pembelian.
Karena barang-barang yang diperdagangkan dipasar dapat
atau bisa saling tergantikan, tanpa menimbulkan efek negatif secara
teknis, maka permintaan produk-produk tersebut menjadi semakin
elastis. Elastisitas produk-produk di Pasar Persaingan Monopolistik
berada diantara Pasar Persaingan Sempurna dan Pasar Monopolis.
Elastisitas tersebut dapat dilihat pada Gambar 5.15, bahwa Kurve
Permintaan di Pasar Monopolis lebih inelastis dibandingkan
dengan

Pasar

Persaingan

Monopolistik.

Sementara

Kurve

Permintaan di Pasar Persaingan Sempurna terlihat datar sejajar


dengan Sumbu X.

Gambar 5.15 Di dalam Pasar Monopoli, Pasar


Persaingan

Sempurna

Monopolistik
b) Jumblah Produsen Banyak

dan

Pasar

Persaingan

Jumblah

merk

produk

yang

dipasarkan

di

Pasar

Monopolistik begitu banyak, seperti produk-produk baju dengan


berbagai

merek.

Karena

banyaknya

merk

produk

maka

pengusahanya tidak terlalu banyak harus memperhitungkan reaksi


perusahaan lainya terhadap keputusan harga dengan jumblah
output yang akan dipasarkan, karena masing-masing merk dan
perusahaan memiliki kurve permintaannya sendiri-sendiri atau
bersifat individual.
c) Bebas Masuk dan Keluar
Tidak danya yang bisa memaksa perusahaan yeng merugi
terus, untuk tetap berada di Pasar Persaingn Monopolistik. Mereka
bebas untuk memutuskan tetap berada atau keluar dari pasark
karena alsan-alasan tertentu. Dalam jangka pendek keseimbangan
pasar di Pasar Persaingan Monopolistik dicapai pada saat MR =
MC sama dengan pasar monopoli terbatas. Oleh karena itu
keseimbangan jangka pendek, gambar kurvenya sama dengan
keseimbangan jangka pendek Pasar Monopoli. Perhatikan gambar
5.16

Gambar 5.16 Laba Supernormal


Berdasarkan

gambar

5.16,

perusahaan

mencaapai

Laba

Maksimum pada saat MR = MC, dan pada saat P > AC. Kemampuan
untuk mengeksploitasi laba relatif terbatas karena kurve permintaanya
sangat lancai. Laba supernormal perusahaan, jumblah atau besarnya

sama dengan segi empat P1P2 AB atau segi empat yang diarsir dengan
tingkat harga OP2 dan jumblah outputnya Q.
Laba supernormal yang bisa dicapai oleh dua perusahaan
yang telah ada di Pasar Persaingan Monopolistik, membuat perusahaanperusahaan lain ingin ikut masuk ke pasar tersebut. Ada dua
kemungkinan yang bisa terjadi bila pendatang baru masuk ke pasar,
yaitu :
a. Dalam jangka panjang para pelanggan tetap setiap pada
perusahaan. Kurvenya seperti Gambar 5.17

Gambar 5.17 D Jangka Panjang dan Kesetiaan


Pelanggan
Pada gambar 5.17 dapat dilihat bahwa Permintaan
pelanggan jangka panjang (D1) lebih curam arahnya
dibandingkan dengan permintaan jangka pendek (D2). Ini
artinya walaupun perusahaan menaikkan atau menurunkan
tingkat harga, tidak akan menyebabkan perubahan yang
besar pada jumblah permintaan, karena kurve (D1) atau
jangka panjang lebih elastis dibandingkan dengan kurve
permintaan jangka pendek (D2).
b. Dalam jangka panjang pelanggan bersifat memilih. Sifat
memilih pelanggan terhadap barang yang ditawarkan oleh
perusahaan tercermin dari kurve Permintaan jangka panjang
(D1), lebih landai atau lebih elastis bila dibandingkan
dengan permintaan pelanggan jangka pendek (D2).
Oleh karena itu dalam jangka panjang kalau
perusahaan mengubah tingkat harga (terutama kalau
menaikkan harga), akan banyak berpengaruh pada para
pelanggan untuk beralih memilih atau membeli barang-

barang yang dihasilkan oleh perusahaan lain dengan harga


lebih murah.

Gambar 5.18 D Jangka Panjang dan Sikap Memilih


Pelanggan

5.4 Pasar Oligopoli


Pasar Oligopoli adalah pasar yang dikuasai oleh beberapa
perusahaan. Diantaranya perusahaan-perusahaan tersebut ada yang
memiliki kemampuan bersaing cukup besar untuk mempengaruhi tingkat
harga. Antara perusahaan yang satu dengan yang lainya selalu memonitor
secara ketat langka-langkah dan kebijakan-kebijakan yang diterapkan
pada masing-masing perusahaan, baik dalam penetapan harga maupun
diluar harga. Barang-barang yang dipasarkan dalam Pasar Oligopoli
termasuk barang-barang sejenis, tetapi dari kejenisanya tersebut masih
terdapat perbedaan-perbedaan atau deferensiasi produk. Dari penjelasan
yang sudah diungkapkan sebelumnya dapat dibuat beberapa karakteristik
Pasar Oligopoli sebagai berikut :
a) Pasar Oligopoli hanya terdapat sedikit perusahaan yang
memasarkan barangnya
Memang secara teoritis sangat sulit untuk menyatakan
secara pasti berapa jumblah perusahaan yang berjualan dalam
Pasar Persaingan tersebut salah satu diantaranya akan muncul
sebagai pemenang, dan pemenang ini lazim disebut dengan

Pemimpin Harga (Price Leader) merupakan produk yang paling


digemari oleh masyarakat.
b) Produknya

Homogen

asatu

sejenis

dengan

berbagai

deferensiasinya
Walaupun jenis barang yang dijual di Pasar Oligopoli
barangnya sama, tetapi untuk membedakan produk yang satu
dengan produk yang lainya biasanya dirincikan oleh perbedaanperbedaan yang melekat pada produk tersebut.
c) Monitoring masing-masing perusahaan terhadap pesaingnya
sangat ketat
Monitoring

yang

dimaksud

berkaitan

erat

dengan

pengambilan keputusan yang sebenarnya saling mempengaruhi


antara pesaing yang satu dengan pesaing lainya.
d) Mereka melakukan kompetisi persaingan diluar harga (non
harga)
Bukan dalam tinggi rendahnya tingkat harga saja mereka
berkompetisi, tetapi diluar itu masih ada pesaingan pesaingan
lainya seperti berlomba-lomba memasang iklan.
1. Keseimbangan Perusahaan
Perusahaan-perusahaan yang bergerak di Pasar Oligopoli, maka
masalah keseimbangan perusahaan tidak hanya diukur berdasarkan
jumblah output, tingkat harga dan jumblah Laba Maksimum yang
diperoleh, tetapi diluar itu masih ada hal-hal yang perlu diperhatikan.
Perusahaan akan seimbang apabila mampu melakukan perubahanperubahan yang diinginkan untuk menyesuaikan diri dengan situasi yang
berubah dan berkembang di pasar.
2. Kurve Permintaan yang Patah (Kinked Demand Curve)
Kurve permintaan yang patah ditemukan oleh P.M. Sweezy pada
tahun 1939. Ia mengatakan bahwa dalam Pasar Oligopoli, permintaan akan
menjadi sangat elastis apabila harga dinaikkan, dan sebaliknya akan
menjadi inelastis apabila harga diturunkan.

Gambar 5.19 kinked Demand Curve


Dari Gambar 5.19 dapat dijelaskan bahwa pada saat OP1 kurve
permintaan perusahaan adalah ABD2. Perusahaan menaikkan harga dari
OP1 menjadi OP3. Akibatnya perusahaan yang menaikkan harga menjadi
OP3 kehilangan pembeli sebanyak Q1 Q3. Penurunan harganya menjadi
OP2 diikuti oleh harapan supaya jumblah pembeli semakin meningkat
menjadi OQ4 dengan posisi kurve permintaan ABD1. Jumblah pembeli
yang mampu diraihnya hanya sejumblah OQ 2 dengan kurve permintaan
ABD2. Dengan perubahan sasaran jumblah pembeli dari yang diharapkan
sejumblah OQ4 menjadi sebanyak OQ2 membuat kurve permintaan patah
kearah kurve permintaan ABD2 yang semestinya kearah ABD1. Kurve MR
patahan tadi adalah ACDE/MR2 yang seharusnya ACMR2 dan kembali ke
OP1.

Anda mungkin juga menyukai