Revisi Hipertensi
Revisi Hipertensi
HIPERTENSI
Dokter Pembimbing :
dr. Suara Ginting, Sp. PD
dr. Rosihan Sipayung, Sp. PD
dr. Sofyan Sembiring, Sp. PD
Disusun Oleh :
Wely Dwi Nopriansyah 09310334
Yunita Efriana 08310340
LEMBAR PENGESAHAN
Makalah referat dengan judul Hipertensi telah diterima dan disetujui pada tanggal
November 2013 sebagai salah satu syarat menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Ilmu
Penyakit Dalam Periode 30 September 17 Desember 2013 di RSUD KOTA BEKASI.
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan
hidayah Nyalah penulis dapat menyelesaikan tugas referat dalam Kepaniteraan Klinik
Ilmu Penyakit Dalam di RSU Kaban Jahe, mengenai HIPERTENSI.
Dalam penyusunan tugas dan materi ini, tidak sedikit hambatan yang dihadapi.
Namun, penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain
berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan semua pihak sehingga kendala-kendala yang
penulis hadapi dapat teratasi. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih sebesar-besarnya kepada dr. dr. Suara Ginting, Sp. PD, dr. Rosihan Sipayung,
Sp. PD, dr. Sofyan Sembiring, Sp. PD sebagai dokter pembimbing dalam pembuatan
referat ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan referat ini masih terdapat banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penulis terbuka terhadap kritik dan saran yang membangun
dari semua pihak. Semoga referat ini dapat bermanfaat dan membantu teman sejawat
serta para pembaca pada umumnya dalam memahami Hipertensi.
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN................................................................................. 2
KATA PENGANTAR........................................................................................................3
DAFTAR ISI.......................................................................................................................4
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................6
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................6
1.2 Tujuan Penulisan............................................................................................................6
BAB II HIPERTENSI ......................................................................................................7
2.1 Definisi..........................................................................................................................7
2.2 Fisiologi Regulasi Tekanan Darah.................................................................................7
2.3 Sistem Renin Angiotensin Aldosteron...........................................................................9
2.4 Epidemiologi.................................................................................................................10
2.5 Kriteria...........................................................................................................................11
2.5 Klasifikasi ......................................................................................................................12
2.6 Faktor risiko....................................................................................................................12
2.7 Patofisiologi....................................................................................................................14
2.8 Manifestasi Klinis...........................................................................................................15
2.9 Diagnosis........................................................................................................................15
2.10 Tatalaksana JNC VII Menurut DASH.....................................................................18
2.11 Rekomendasi JNC 8.................................................................................................25
2.12 Penanggulangan HIpertensi pada Gangguan Neurologis.........................................35
2.13
2.14
2.15
2.14
Prognosis.................................................................................................................38
BAB I
PENDAHULUAN
Hipertensi atau tekanan darah tinggi masih menjadi masalah pada hampir semua
golongan masyarakat baik di Indonesia maupun diseluruh dunia. Di seluruh dunia ,
peningkatan tekanan darah diperkirakan menyebabkan 7,5 juta kematian, sekitar 12,8%
dari total kematian di seluruh dunia. Di Indonesia, prevalensi masyarakat yang terkena
hipertensi berkisar antara 6-15% dari total penduduk.
Hipertensi merupakan suatu penyakit sistemik yang dapat mempengaruhi kinerja
berbagai organ. Hipertensi juga menjadi suatu faktor resiko penting terhadap terjadinya
penyakit seperti penyakit jantung koroner, gagal jantung dan stroke. Apabila tidak
ditanggulangi secara tepat, akan terjadi banyak kerusakan organ tubuh. Hipertensi disebut
sebagai silent killer karena dapat menyebabkan kerusakan berbagai organ tanpa gejala
yang khas.
Penderita hipertensi yang tidak terkontrol sewaktu-waktu bisa jatuh ke dalam
keadaan gawat darurat. Diperkirakan sekitar 1-8% penderita hipertensi berlanjut menjadi
krisis hipertensi dan banyak terjadi pada usia sekitar 30-70 tahun. Namun, krisis
hipertensi jarang ditemukan pada penderita dengan tekanan darah normal tanpa penyebab
sebelumnya. Pengobatan yang baik dan teratur dapat mencegah insiden krisis hipertensi
maupun komplikasi lainnya menjadi kurang dari 1%.1
1.2 Tujuan
Penulisan referat ini bertujuan untuk lebih memahami mengenai hipertensi, cara
mendiagnosisnya dan penatalaksanaannya serta untuk member pengetahuan kepada
pembaca.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Hipertensi didefinisikan sebagai peningakatan tekanan darah sistolik sedikitnya
140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg menurut JNC VII.
2.2 Fisiologi Regulasi Tekanan Darah
6
Tekanan darah ditentukan oleh 2 faktor utama, yaitu curah jantung (cardiac
output) dan resistensi vascular perifer (peripheral vascular resistance). Curah jantung
merupakan hasil kali antara frekuensi denyut jantung dengan isi sekuncup (stroke
volume), sedangkan isi sekuncup ditentukan oleh aliran balik vena (venous return) dan
kekuatan kontraksi miokard. Resistensi perifer ditentukan oleh tonus otot polos pembuluh
darah, elastisitas pembuluh darah dan viskositas darah. Semua parameter tersebut dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: system saraf simpatis dan parasimpatis,
system rennin-angiotensin- aldosteron (SRAA) dan faktor lokal berupa bahan-bahan
vasoaktif yang diproduksi oleh sel endotel pembuluh darah.
Sistem saraf simpatis bersifat presif yaitu meningkatkan tekanan darah dengan
meningkatkan frekuensi denyut jantung, memperkuat kontraktilitas miokard, dan
meningkatkan resistensi pembuluh darah. Sistem parasimpatis justru kebalikannya yaitu
bersifat defresif. Apabila terangsang, maka akan menurunkan tekanan darah karena
menurunkan frekuensi denyut jantung. SRAA juga bersifat presif karena dapat memicu
pengeluaran angiotensin II yang memiliki efek vasokonstriksi pembuluh darah dan
aldosteron yang menyebabkan retensi air dan natrum di ginjal sehingga meningkatkan
volume darah.
Sel endotel pembuluh darah juga memegang peranan penting dalam terjadinya
hipertensi. Sel endotel pembuluh darah memproduksi berbagai bahan vasoaktif yang
sebagiannya bersifat vasokonstriktor seperti endotelin, tromboksan A2 dan angiotensin II
local. Sebagian lagi bersifat vasodilator seperti endothelium-derived relaxing factor
(EDRF), yang dikenal juga sebagai nitrit oxide (NO) dan prostasiklin (PGI2). Selain itu
jantung terutama atrium kanan memproduksi hormone yang disebut atriopeptin (atrial
natriuretic peptide, ANP) yang cenderung bersifat diuretic, natriuretik dan vasodilator
yang cenderung menurunkan tekanan darah. 2
Dan
Atau
Atau
Atau
TDD (mmHg)
< 80
80-90
90-99
100
10
Pada orang yang berumur lebih dari 50 tahun, tekanan darah sistolik > 140 mmHg
merupakan faktor risiko yang lebih penting untuk terjadinya penyakit kardiovaskuler
daripada tekanan darah diastolik.
Risiko penyakit kardiovaskuler dimulai pada tekanan darah 115/75 mmHg, meningkat
Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang terjadi sebagai akibat
suatu penyakit, kondisi dan kebiasaan. Karena itu umumnya hipertensi ini
sudah diketahui penyebabnya. Terdapat 10% orang menderita apa yang
dinamakan hipertensi sekunder. Skitar 5-10% penderita hipertensi
penyebabnya adalah penyakit ginjal (stenoisarteri renalis, pielonefritis,
glomerulonefritis, tumor ginjal), sekitar 1-2% adalah penyakit kelaian
hormonal (hiperaldosteronisme, sindroma cushing) dan sisanya akibat
pemakaian obat tertentu (steroid, pil KB).4
2.7.2
Ras
11
2.7.3
Usia
Hipertensi lebih umum terjadi berkaitan dengan usia, Khususnya pada
masyarakat yang banyak mengkonsumsi garam. Wanita pre menopause cenderung
memiliki tekanan darah yang lebih tinggi daripada pria pada usia yang sama,
meskipun perbedaan diantara jenis kelamin kurang tampak setelah usia 50 tahun.
Penyebabnya, sebelum menopause, wanita relatif terlindungi dari penyakit jantung
oleh hormon estrogen. Kadar estrogen menurun setelah menopause dan wanita mulai
menyamai pria dalam hal penyakit jantung
2.7.3
Jenis kelamin
Pria lebih banyak mengalami kemungkinan menderita hipertensi dari pada
wanita. Hipertensi berdasarkan jenis kelamin ini dapat pula dipengaruhi oleh faktor
psikologis. Pada pria seringkali dipicu oleh perilaku tidak sehat (merokok, kelebihan
berat badan), depresi dan rendahnya status pekerjaan. Sedangkan pada wanita lebih
berhubungan dengan pekerjaan yang mempengaruhi faktor psikiskuat
2.7.5
Stress psikis
Stress meningkatkan aktivitas saraf simpatis, peningkatan ini mempengaruhi
meningkatnya tekanan darah secara bertahap. Apabila stress berkepanjangan dapat
berakibat tekanan darah menjadi tetap tinggi. Secara fisiologis apabila seseorang
stress maka kelenjer pituitary otak akan menstimulus kelenjer endokrin untuk
mengahasilkan hormon adrenalin dan hidrokortison kedalam darah sebagai bagian
homeostasis tubuh. Penelitian di AS menemukan enam penyebab utama kematian
karena stress adalah PJK, kanker, paru-paru, kecelakan, pengerasan hati dan bunuh
diri.
2.7.6
Obesitas
Pada orang yang
obesitas
untuk memompa darah agar dapat menggerakan beban berlebih dari tubuh tersebut.
Berat
badan
yang
berlebihan
menyebabkan
bertambahnya
volume
darah
dan perluasan sistem sirkulasi. Bila bobot ekstra dihilangkan, TD dapat turun lebih
kurang 0,7/1,5 mmHg setiap kg penurunan berat badan. Mereduksi berat badan
12
hingga 5-10% dari bobot total tubuh dapat menurunkan resiko kardiovaskular secara
signifikan.
2.7.7
Asupan garam Na
Ion natrium mengakibatkan retensi air, sehingga volume darah bertambahdan
menyebabkan daya tahan pembuluh meningkat. Juga memperkuat efek vasokonstriksi
noradrenalin. Secara statistika, ternyata bahwa pada kelompok penduduk yang
mengkonsumsi terlalu banyak garam terdapat lebih banyak hipertensi daripada orangorang yang memakan hanya sedikit garam.
2.7.8
Rokok
Nikotin dalam tembakau adalah penyebab tekanan darah meningkat. Hal ini
karena nikotin terserap oleh pembuluh darah yang kecil dalam paru paru dan
disebarkan keseluruh aliran darah. Hanya dibutuhkan waktu 10 detik bagi nikotin
untuk sampai ke otak. Otak bereaksi terhadap nikotin dengan memberikan sinyal
kepada kelenjer adrenal untuk melepaskan efinephrine (adrenalin). Hormon yang
sangat kuat ini menyempitkan pembuluh darah, sehingga memaksa jantung
untuk memompa lebih keras dibawah tekanan yang lebih tinggi.
2.7.9
Konsumsi alcohol
Alkohol memiliki pengaruh terhadap tekanan darah, dan secara keseluruhan
semakin banyak alkohol yang di minum semakin tinggi tekanan darah. Tapi pada
orang yang tidak meminum minuman keras memiliki tekanan darah yang agak lebih
tinggi dari pada yang meminum dengan jumlah yang sedikit.
2.8 Patofisiologi
2.8.1 Hipertensi primer
Beberapa teori patognesis hipertensi primer meliputi :
pembuluh darah
Interaksi kompleks yang melibatkan resistensi insulin dan fungsi endotel
Sebab sebab yang mendasari hipertensi esensial masih belum diketahui. Namun
sebagian besar disebabkan oleh resistensi yang semakin tinggi (kekakuan atau
kekurangan elastisitas) pada arteri arteri yang kecil yang paling jauh dari jantung
13
(arteri periferal atau arterioles), hal ini seringkali berkaitan dengan faktor-faktor genetik,
obesitas, kurang olahraga, asupan garam berlebih, bertambahnya usia, dll.4
2.8.2
Hipertensi Sekunder
Patofisiologi hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder disebabkan oleh suatu proses penyakit sistemik yang
meningkatkan tahanan pembuluh darah perifer atau cardiac output, contohnya adalah
renal vaskular atau parenchymal disease, adrenocortical tumor,feokromositoma dan
obat-obatan. Bila penyebabnya diketahui dan dapat disembuhkan sebelum terjadi
perubahan struktural yang menetap, tekanan darah dapat kembali normal.
Sakit kepala
Kelelahan
Mual-muntah
Sesak napas
Gelisah
Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata,
jantung, dan ginjal
Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma
karena terjadi pembengkakan otak disebut ensefalopati hipertensif yang memerlukan
penanganan segera
2.10 Diagnosis
1. Anamnesis
Anamnesis yang perlu ditanyakan kepada seorang penderita hipertensi meliputi:
a. Lama menderita hipertensi dan derajat tekanan darah
b. Indikasi adanya hipertensi sekunder
14
arteri brachialis)
Lakukan penngukuran sistolik dan diastolic dengan menggunakan
Gambaran
kardiomegali
dengan
hipertensi pulmonal
2.11 Tatalaksana
Tujuan pengobatan pasien hipertensi adalah:
1. Target tekanan darah < 140/90 mmHg, untuk individu berisiko tinggi (diabetes, gagal
ginjal proteinuria) < 130/80 mmHg
2. Penurunan morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler
3. Menghambat laju penyakit ginjal proteinuria
16
Rekomendasi
Penurunan
Tekanan
Darah Sistolik
berat 5-20 mmHg/10 kg
normal
yaitu
18,5-24,9 kg/m2
Diet dengan mengadopsi Banyak mengkonsumsi 8-14 mmHg
diet DASH
buah,
sayuran
dan
lemak
asupan Pada
pasien
hipertensi dikenal 3
jenis
diet
rendah
garam, yaitu:
1. Diet Garam Rendah I
(200-400 mg Na)
Ditujukan
pasien
pada
dengan
asites/edema
hipertensi
dan
berat.
masakan
yang
dikonsumsi
dan
menghindari
makanan
yang
tinggi natrium.
2. Diet Garam Rendah II
(600-800
Diet
mg
ini
Na)
diberikan
kepada
pasien
edema/asites,
dan
berat.
Dianjurkan
menghindari makanan
dengan
kandungan
natrium
tinggi.
Diperbolehkan
menggunakan garam
dalam
pemasakan
Diet
Rendah
Garam
III
(1000-
1200 mg Na)
Pada
masakannya
boleh
ditambahkan
garam
18
dapur
sebanyak
sendok
teh
(4g).
Namun
tetap
menghindari
jenis
makanan
yang
mengandung natrium
tinggi.
Tertutama
Latihan fisik
berenang
(minimal 30 menit)
konsumsi Tidak lebih dari 2 gelas/ 2-4 mmHg
alcohol berlebih
untuk
wanita
Stop merokok
Apabila dengan perubahan lifestyle tidak tercapai target tekanan darah yang
diinginkan (tekanan darah < 140/90 mmHg pada pasien tanpa riwayat diabetes/ penyakit
ginjal kronis dan tekanan darah <130/80 mmHg pada seseorang dengan diabetes/penyakit
ginjal kronis), maka selanjutnya kita mulai terapi inisial dengan obat anti hipertensi oral.
Untuk keperluan pengobatan, ada pengelompokkan pasien berdasarkan pertimbangan
khusus (special consederations) yaitu kelompok indikasi yang memaksa (compelling
indications) dan keadaan khusus lainnya (special situations).
Indikasi yang memaksa meliputi:
Gagal jantung
Pasca infark miokardium
Risiko penyakit pembuluh darah koroner tinggi
Diabetes melitus
Penyakit ginjal kronis
Pencegahan stroke berulang
Keadaan khusus lainnya meliputi:
Populasi minoritas
Obesitas dan sindrom metabolik
Hipertrofi ventrikel kanan
19
anti hipertensi dibagi berdasarkan derajat tekanan darahnya. Pada hipertensi derajat 1
regimen pengobatan dilakukan dengan menggunakan diuretik jenis Thiazid untuk
sebagian besar kasus, dan dapatt dipertimbangkan ACEI, ARB, BB, CCB, atau
kombinasi. Sedangkan pada hipertensi derajat 2 digunakan kombinasi 2 jenis obat untuk
sebagian besar kasusnya, umumnya diuretic jenis thiazid dan ACEI atau ARB atau CCB.
Sedangkan pada pasien dengan indikasi medis yang memaksa, obat yang diberikan adalah
obat-obatan untuk indikasi medis yang memaksa dan anti hipertensi lain (diuretika, ACEI,
ARB, CCB)sesuai dengan kebutuhan.
Jenis-jenis obat antihipertensi untuk terapi farmakologis hipertensi yang
dianjurkan JNC 7 yaitu:
Diuretika terutama jenis Thiazide (Thiaz) atau Aldosterone Antagonist (Aldo Ant)
Beta Blocker (BB)
Calcium Channel Blocker atau Calcium Antagonist (CCB)
Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACE-I)
Angiotensin II Receptor Blocker atau AT1 Receptor Antagonist atau Blocker (ARB)
Masing-masing obat antihipertensi memiliki efektivitas dan keamanan dalam
pengobatan hipertensi tetapi pemilihan obat antihipertensi juga dipengaruhi beberapa
faktor yaitu:
Faktor sosio-ekonomi
Profil faktor risiko kardiovaskuler
Ada tidaknya kerusakan organ target
Ada tidaknya penyakit penyerta
Variasi individu dari respon pasien terhadap obat antihipertensi
Kemungkinan adanya interaksi dengan obat yang digunakan pasien untuk penyakit
lain
Bukti ilmiah kemampuan obat antihipertensi yang akan digunakan dalam menurunkan
risiko kardiovaskuler
20
Untuk sebagian besar pasien hipertensi, terapi dimulai secara bertahap dan target
tekanan darah tinggi dicapai secara progresif dalam beberapa minggu. Dianjurkan untuk
menggunakan obat antihipertensi dengan masa kerja panjang atau yang memberikan
efikasi 24 jam dengan pemberian sekali sehari. Pilihan memulai terapi dengan 1 jenis obat
antihipertensi atau dengan kombinasi tergantung tekanan darah awal dan ada tidaknya
komplikasi. Jika terapi dimulai dengan 1 jenis obat dalam dosis rendah dan kemudian
tekanan darah belum mencapai target, maka langkah selanjutnya adalah meningkatkan
dosis obat tersebut atau berpindah ke antihipertensi lain dengan dosis rendah. Efek
samping umumnya bisa dihindarkan dengan dosis rendah baik tunggal maupun
kombinasi. Sebagian besar pasien memerlukan kombinasi obat antihipertensi untuk
mencapai target tekanan darah tetapi terapi kombinasi dapat meningkatkan biaya
pengobatan dan menurunkan kepatuhan pasien karena jumlah obat yang semakin
bertambah.
Kombinasi yang telah terbukti efektif dan dapat ditoleransi pasien hipertensi
adalah:
CCB dan BB
CCB dan ACEI atau ARB
CCB dan diuretika
AB dan BB
Kadang diperlukan 3 atau 4 kombinasi obat
Diuretika
Blocker
Blocker
Angiotensin II
Receptor
Blocker
Calcium
Channel
Blocker
21
Angiotensin
Convertin
g Enzyme
Inhibitor
TDS (mmHg)
TDD (mmHg)
Perbaikan Pola
Tekanan
Hidup
Darah
Normal
Prehipertensi
< 120
120-139
dan < 80
atau 80-89
Dianjurkan
Ya
tanpa
Awal dengan
Indikasi
Indikasi
Memaksa
Memaksa
Tidak
indikasi
obat
Hipertensi derajat
140-159
atau 9- 99
Ya
Hipertensi derajat
160
atau 100
Ya
Terapi Obat
Obat-obatan untuk
indikasi yang
Diuretika
jenis
memaksa
Obat-obatan untuk
Thiazide
indikasi yang
untuk
memaksa
sebagian
Obat
besar
antihipertensi
kasus,
dapat
lain
dipertimbang
(diuretika,
kan
ACE-I, ARB,
ACE-I,
ARB,
BB,
BB,
CCB,
atau
sesuai
kombinasi
Kombinasi 2 obat
CCB)
kebutuhan
untuk
sebagian
besar
kasus
umumnya
diuretika
jenis
Thiazide dan
ACE-I
atau
ARB atau BB
atau CCB
Perbedaan
Metodologi
JNC 7
JNC 8
Non sistematik literatur review oleh Pertanyaan kritis dngan
ahli
termasuk
desain
study kriteria
ulasan
termasuk
desain
sistematis
awal
methodologist
bukti
olem
berbasis
Randomized
Definisi
prehipertensi
hipertensi
dan
tidak
pengobatan
farmakologis
didefinisikan
tujuan pengobatan yang ditetapkan Target perlakuan
Target terapi
ditetapkan
yang
untuk
darah
berbeda
Rekomendasi
hidup
gaya
Modifikasi
gaya
yang
tinjauan
untuk
subpopulasi tertentu
hidup Modifikasi gaya hidup
direkomendasikan
berdasarkan
yang
direkomendasikan
didukung
Rekomendasi
evidence
based
dari
antara
kelas
obat
tetapi
RCT.
Direkomendasikan kelas
obat tertentu berdasarkan
pasien
tanpa
tertentu
indikasi
untuk
antihipertensi
yang
lain.
ginjal
kronis
kelas
obat
dengan
indikasi
yang
berdasarkan
digunakan
hasil
uji
coba.
antara
(metode
terhadap sejumlah
pengukuran
pertanyaan,
yang
dinilai
oleh
sekunder,
panelis
untuk
kepatuhan
menjadi
dan
tertinggi
populasi
hipertensi
pada
prioritas
khusus)
JNC
Diulas
JNC 8 : Diulas
Blood
oleh
para
ahli
termasuk mereka
Coordinating
yang
39
profesional,
berafiliasi
dengan
profesional
dan
organisasi publik
sukarela
dan
lembaga
utama
dan
badan-badan
federal,
tidak
satupun mendapat
sponsor dari suatu
organisasi
Mengobati individu dengan umur > 60 tahun jika mereka memiliki TD>
150/90 mmhg. Untuk individu yang lebih muda dan pasien dengan diabetes atau
penyakit ginjal tanpa memandang usia, mereka menyarankan pengobatan harus di
mulai ketika TD >140/ 90 mmhg. Perbedaan utama antara pedoman baru dan
sebelumnya JNC VII pedoman berfokus pada apakah tujuan pengobatan sasaran BP
harus lebih konservatif. JNC VII di rekomendasikan target TD ( 140/90 mmhg pada
orang dewasa) dan ( 130/80 mmhg pada pasien pada penyakit ginjal kronis dan
diabetes). Sementara pedoman baru menaikkan amabng tekanan darah, bukan berarti
dokter harus mengurang pengobtan pada pasien yang terkontrol dengan baik dengan
25
obat yang di rekomendasikan leh pedoman JNC VII. Para anggota panel ditunjuk
untuk JNC 8 dipilih dari lebih dari 400 nominasi berdasarkan keahlian dalam
hipertensi ( n = 14 ) , perawatan primer ( n = 6 ) , termasuk geriatri ( n = 2 ) ,
kardiologi ( n = 2 ) , nefrologi ( n = 3 ) , keperawatan ( n = 1 ) , farmakologi ( n = 2 ) ,
uji klinis ( n = 6 ) , berbasis bukti obat ( n = 3 ) , epidemiologi ( n = 1 ) , informatika
( n = 4 ) , dan pengembangan dan pelaksanaan pedoman klinis dalam sistem
perawatan ( n = 4 ) .
Pedoman hipertensi berbasis bukti ini berfokus pada 3 pertanyaan peringkat
tertinggi panel yang berhubungan dengan manajemen BP tinggi . Sembilan rekomendasi
yang dibuat mencerminkan pertanyaan-pertanyaan ini. Pertanyaan-pertanyaan ini
membahas ambang batas dan tujuan untuk pengobatan farmakologis hipertensi dan
apakah obat antihipertensi tertentu atau golongan obat meningkatkan hasil kesehatan yang
penting dibandingkan dengan golongan obat lain.
1. Pada orang dewasa dengan hipertensi, apakah memulai terapi farmakologis
antihipertensi pada ambang batas tertentu BP meningkatkan hasil kesehatan?
2. Pada orang dewasa dengan hipertensi, apakah pengobatan dengan terapi
farmakologis antihipertensi gol BP tertentu mengarah pada peningkatan hasil kesehatan?
3. Pada orang dewasa dengan hipertensi, jangan berbagai obat antihipertensi atau
golongan obat berbeda dalam manfaat komparatif dan merugikan pada hasil kesehatan
tertentu?
9 rekomendasi :
1. Rekomendasi
Dalam populasi umum berusia 60 tahun , memulai pengobatan farmakologis
untuk menurunkan tekanan darah ( BP) pada tekanan darah sistolik ( SBP ) 150
mm Hg atau tekanan darah diastolik ( DBP ) 90 mm Hg dan mengobati gol SBP
< 150 mm Hg dan tujuan DBP < 90 mm Hg .
Pada usia > 60 tahun farmakologinya TD .150/90 mmhg apabila diberikan
pengobatan dan TD nya <140/90 mmhg dan tidak ada terkait dengan efek buruk
dengan kesehatannya pengobatan tidak perlu disesuaikan, jadi penurunan diastol
26
<140 tidak memberikan manfaat tambahan dengan sistol tujuan yang lebih tinggi
seperti 140-159
2. Rekomendasi
Dalam populasi umum < 60 tahun , memulai pengobatan farmakologis untuk
menurunkan BP diastolnya TD 90 mm Hg dan mengobati gol TD diastolnya
<
90 mmHg. Untuk usia 30-59 tahun,Untuk usia 18-29 tahun Bedasarkan bukti
penelitian berkualitas tinggi dari 5 pecobaan TD diastol hipertensi,stroke
peningkatan hasil kesehatan orang dewasa umur 30-59 dengan TD diastol <90
mmHg memberkan efek yang baik. Dan apabila TD sistolnya > 140 mmHg
dilakukan pengobatan.
3. rekomendasi 3
Dalam populasi umum < 60 tahun , memulai pengobatan farmakologis untuk
menurunkan TD Siastol 140 mm Hg dan target sasaran yang harus di capai TD
siastolnya < 140 mmHg. Target pengobatan TD sistolnya <140 direkomendasikan
pada orang dewasa dengan DM dan penyakit gagal ginjal kronik (CKD).
4. Pada pasien berusia 18 tahun dengan penyakit ginjal kronik, mulai terapi
farmakologi pada TD sistolik 140 mmHg atau TD diastolik 90 mmHg dan
terapi hingga TD sistolik tujuan <140 mmHg dan tekanan darah diastolik tujuan
<90 mmHg. Umur <70 tahun dengan GFR <60ml /min/1.73m 2 dan pada orang
segala usia dengan albuminuria dan kreatinin. Jadi bedasarkan 15-17 orang RCT
(orang yang terkontrol hipertensinya dalam penelitian) dengan usia <70 tahun
dengan CKD memberikan manfaat dalam memperlambat perkembangan penyakit
ginjal.
5.
Pada pasien berusia 18 tahun dengan diabetes, mulai terapi farmakologi pada
TD sistolik 140 mmHg atau TD diastolik 90 mmHg dan terapi hingga TD
sistolik tujuan <140 mmHg dan TD diastolik tujuan <90 mmHg. Bukti bedasarkan
27
pendapat ahli dari 18-21 dari pertanyaan 2 tujuan bahwa dengan TD sistolnya
<150 mmHg meningkatkan hasil kesehatan pada orang dewasa pada diabetes.
6. Pada populasi non-kulit hitam secara umum, termasuk yang mempunyai diabetes,
terapi antihipertensi awal harus meliputi diuretik jenis thiazide, CCB, ACE
inhibitor, atau ARB. Rekomendasi ini berbeda dengan JNC 7 di mana
merekomendasikan diuretik jenis thiazide sebagai terapi awal untuk sebagian
besar pasien. Dan masing-masing dari 4 golongan obat pengobatan dengan thiazid
lebih efekstif daripada CCB dan ACEI, ACEI leih efektif dari CCB dalam
meningkatkan hasil gagal jantung, tidak merekomendasikan beta bloker pada awal
hipertensi karena meningkatkan hasil tingkat lebih tinggi kematian kardiovaskular
infark miokard dan stroke dibandingkan ARB, alfa bloker tidak dianjurkan
pengobatan pada lini pertama karena dalam study awal pengobatan dengan alfa
bloker
menghasilkan
serebrocaskular
yang
buruk
gagal
jantung
dan
28
CCB lebih efektif daripada ACEI dalam mencegah penyakit stroke oleh karena itu
rekomendasi awal untuk orang kulit hitam dengan keadaan penyakit diabetes
dengan hipertensi obat pertama thiazid dan CCB walaupun penggunaan ACEI atau
ARB boleh digunanakan
8. Pada populasi berusia 18 tahun dengan penyakit ginjal kronik CKD terapi
antihipertensi harus meliputi ACE inhibitor atau ARB untuk memperbaiki fungsi
ginjal. Hal ini diaplikasikan pada semua pasien CKD dengan hipertensi tanpa
memperhatikan ras atau status diabetes. Penggunaan ACEI atau ARB umumnya
akan meningkatkan kreatinin serum dan dapat menghasilkan efek metabolik lain
seperti hiperkalemia , terutama pada pasien dengan penurunan fungsi ginjal .
Meskipun peningkatan kreatinin atau tingkat kalium tidak selalu memerlukan
penyesuaian pengobatan , penggunaan inhibitor sistem renin-angiotensin pada
populasi CKD memerlukan pemantauan elektrolit dan kadar kreatinin serum , dan
dalam beberapa kasus , mungkin memerlukan pengurangan dosis atau
penghentian. Tidak ada bukti untuk mendukung ARB dan ACEI dengan usia > 75
tahun dengan CKD dan hipertensi tetapi masih tetap bermanfaat apabila
dikombinasi dengan tiazid atau CCB.
9. Tujuan utama terapi hipertensi adalah mencapai dan mempertahankan tekanan
darah tujuan. Jika tekanan darah tujuan tidak tercapai dalam 1 bulan terapi,
tingkatkan dosis obat awal atau tambahkan dengan obat kedua dari salah satu
golongan obat dalam rekomendasi no.6 (diuretik jenis thiazide, CCB, ACE
inhibitor, atau ARB). Dokter harus terus menilai tekanan darah dan menyesuaikan
regimen terapi hingga tekanan darah tujuan tercapai. Jika tekanan darah tujuan
tidak dapat tercapai dengan 2 obat, tambahkan dan titrasi obat ketiga dari daftar
29
yang diberikan. Jangan gunakan ACE inhibitor dan ARB bersamaan pada pasien
yang sama. Dan rekomendasi ini bedasarkan algoritma.
30
b.
c.
d.
e.
f.
Adanya obat yang mempengaruhi atau berinteraksi dengan kerja obat anti
hipertensi.
g.
Selain hipertensi ada kondisi lain seperti diabetes mellitus atau penyakit ginjal
(laju filtrate glomerulus mencapai <60 ml/men/1,73 m2 -> konsul penyakit
dalam,
sedangkan
untuk
laju
filtrate
glomerulus
mencapai
<
akan
menurunkan
kejadian
stroke
sebanyak
32%.
dilakukan
sesuai
dengan
konsensus
InaSH.
terdapat hipertensi berat dan menetap yaitu sistolik > 220 mmHg atau diastolik >
32
120 mmHg dengan tanda-tanda ensefalopati atau disertai kerusakan target organ
lain.
Obat-obat antihipertensi yang sudah dikonsumsi sebelum serangan stroke
diteruskan pada fase awal stroke, pemberian obat antihipertensi yang baru ditunda
sampai dengan 7-10 hari pasca awal serangan stroke.
Batas penurunan tekanan darah sebanyak-banyaknya 20-25% dari tekanan darah
arterial rerata(MAP=mean arterial pressure).(MAP=Tekanan diastolik + 1/3 selisih
tekanan sistolik diastolik)
Jika tekanan darah sistolik 180-220 mmHg dan/atau tekanan darah diastolik 105120 mmHg, terapi darurat HARUS DITUNDA kecuali terdapat bukti perdarahan
intraserebral, gagal ventrikel jantung kiri, infark miokard akut, gagal ginjal akut,
edema paru, diseksi aorta, ensefalopati hipertensi. Jika peninggian tekanan darah
itu menetap pada 2 kali pengukuran selang waktu 60 menit, maka diberikan
Candesartan Cilexetil(Blopress) 4-16 mg oral selang 12 jam. Jika monoterapi
oral tidak berhasil atau jika obat tidak dapat diberikan per oral, maka diberikan
obat intravena yang tersedia.
Batas penurunan tekanan darah sebanyak banyaknya sampai 20-25% dari tekanan
darah arterial rerata, dan tindakan selanjutnya ditentukan kasus per kasus.
b. Stroke hemoragik akut :
Batas penurunan tekanan darah maksimal 20-25% dari tekanan darah semula.
Pada penderita dengan riwayat hipertensi sasaran(TARGET) tekanan darah
sistolik
160
mmHg
dan
diastolik
90
mmHg.
Bila tekanan darah sistolik > 230 mmHg atau tekanan diastolik > 140 mmHg:
berikan nicardipin/diltiazem/nimodipin DRIP dan dititrasi dosisnya sampai
dengan tekanan darah sistolik 160 mmHg dan tekanan darah diastolik 90 mmHg
(dosis dan cara pemberian lihat tabel jenis-jenis obat untuk terapi emergensi).
Peningkatan tekanan darah bisa disebabkan stres akibat stroke (efek cushing),
akibat kandung kencing yang penuh, respon fisiologis atau peningkatan tekanan
intrakranial dan harus dipastikan penyebabnya.
33
2.12 Makanan Tinggi natrium ( anjuran konsumsi natrium perhri 2300 mg ) Dan
Kalium
Makanan
Jumlah natrium Mg
2325
6976
1000-2400
Telor Asin
2200
Ayam goreng
800
1000
1 potong sosis
750
525
Hamburger
800
Bumbu sop
700
Keju
200
300
Ikan asin
600
Kopi
500
Kornet
1750
34
Margarin
950
Roti tawar
530
Makanan
Pisang
Alpukat
Pepaya
Apel merah
Peterseli
Daun pepaya muda
Bayam
Kapri
Kebang kol
Kandungan kalium
435
278
221
203
900
652
416
370
349
2.13 Komplikasi
Adapun komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh hipertensi antara lain:
a. Otak
: Stroke
b. Jantung
: Aterosklerosis, penyakit jantung koroner, gagal jantung
c. Mata
: Kebutaan (pecahnya pembuluh darah pada mata)
d. Paru-paru
: Edema paru
e. Ginjal
: Penyakit ginjal kronik
f. Sistemik
:Penyakit arteri perifer atau penyakit oklusi arteri perifer
2.16
Prognosis
Hipertensi dapat dikendalikan dengan baik dengan pengobatan yang tepat. Terapi
dengan kombinasi perubahan gaya hidup dan obat-obatan antihipertensi biasanya dapat
menjaga tekanan darah pada tingkat yang tidak akan menyebabkan kerusakan pada
jantung atau organ lain. Kunci untuk menghindari komplikasi serius dari hipertensi adalah
mendeteksi dan mengobati sebelum kerusakan terjadi.
BAB III
KESIMPULAN
Hipertensi atau tekanan darah tinggi diderita oleh hampir semua golongan
masyarakat di seluruh dunia. Batasan hipertensi ditetapkan dan dikenal dengan ketetapan
JNC VII (The Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention, Detection,
35
Evaluation, and Treatment of Hight Blood Pressure). Menurut criteria JNC VII, pasien
dengan hipertensi dibagi menjadi normal, pre hipertensi, hipertensi derajat 1, dan
hipertensi derajat 2.
Menurut perkiraan, sekitar 30% penduduk dunia tidak terdiagnosis adanya
hipertensi (underdiagnosed condition). Hal ini disebabkan tidak adanya gejala atau
dengan gejala ringan bagi mereka yang menderita hipertensi. Sedangkan, hipertensi ini
sudah dipastikan dapat merusak organ tubuh seperti jantung (70% penderita hipertensi
akan merusak jantung), ginjal, otak, mata, serta organ tubuh lainnya sehingga hipertensi
disebut sebagai silent killer. Deteksi dini penting dilakukan untuk mencegah timbulnya
berbagai komplikasi. Apabila sudah di diagnosis dengan hipertensi, seorang pasien harus
diedukasi dengan baik mengenai pengaturan pola hidup yang benar selain dari terapi
dengan medikamentosa.
DAFTAR PUSTAKA
1. WHO.
Raised
Blood
Pressure.
http://www.who.int/gho/ncd/risk_factors/blood_pressure_prevalence_text/en/.
Accessed November 20, 2013
36
37